3 (1) (2014)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Sejarah Artikel: Telah dipelajari sintesis nanopartikel perak dan aplikasinya sebagai antibakteri
Diterima Pebruari 2014 penyebab luka Infeksi. Nanopartikel perak disintesis dengan metode reduksi.
Disetujui Pebruari 2014 Natrium sitrat dipakai sebagai reduktor sekaligus sebagai stabilisator. Koloid
Dipublikasikan Mei 2014 nanopartikel perak yang terbentuk selanjutnya dianalisis karakteristiknya
menggunakan spektrometer UV-Vis, Particle Size Analyser (PSA) dan Transmission
Electron Microscope (TEM). Analisis terhadap spektra UV-Vis menunjukkan bahwa
Kata kunci:
nanopartikel yang paling stabil adalah yang disintesis menggunakan natrium
nanopartikel
sitrat 1%. Karakterisasi dengan PSA menunjukkan nanopartikel perak yang
perak
terkecil berukuran 10 nm dengan ukuran rata-rata 26,4 nm. Karakterisasi
antibakteri
menggunakan TEM menunjukkan bahwa nanopartikel yang terbentuk adalah
kain pembalut luka
nanopartikel perak dengan struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).
Nanopartikel perak hasil sintesis diaplikasikan pada kain pembalut luka dengan
lama perendaman terbaik selama 36 jam. Performa hasil perendaman dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dievaluasi melalui uji aktivitas terhadap
bakteri penyebab infeksi, yaitu Eschericia coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus
aureus. Hasil uji kuantitatif menunjukkan bahwa dengan perendaman selama 36
jam presentase reduksi bakteri mencapai 100%.
Abstract
2
HA Ariyanta / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)
berwarna kuning pucat. Warna kuning pucat mengamati besarnya zona bening yang
menandakan bahwa nanopartikel perak telah terbentuk disekitar cakram kertas.
terbentuk. Sedangkan pada uji kuantitatif, pembalut
Nanopartikel perak yang terbentuk kemu- luka yang telah dilapisi dan belum dilapisi
dian dikarakterisasi. Dalam penelitian ini karak- nanopartikel perak dengan ukuran 1x1 cm
terisasi dilakukan menggunakan spektrometer dimasukkan kedalam vial steril. Dalam vial steril
UV-Vis, PSA dan TEM. Tujuan dari karak- tersebut kemudian ditambahkan 0,8 mL
terisasi ini adalah untuk menentukan konsen- akuades dan dikocok selama 10 menit. Setelah
trasi reduktor (natrium sitrat) yang optimum. itu ditambahkan NB sebagai media pertumbuh-
Keadaan optimum yang diharapkan adalah an bakteri sebanyak 2,2 mL sehingga volume
munculnya puncak absorbansi pada panjang total campuran menjadi 3 mL. Suspensi bakteri
gelombang 410 nm yang mengindikasikan yang sebelumnya juga ditanam pada NB
bahwa sitrat-nanopartikel perak telah terbentuk. ditambahkan pada campuran tersebut sebanyak
Selain itu, sitrat-nanopartikel perak yang di- 10 l. Campuran kemudian dinkubasi selama 24
peroleh diharapkan memiliki spektra absorbansi jam pada temperatur 37oC.
yang stabil. Stabilitas tersebut dapat diukur Setelah diinkubasi, campuran dari vial
secara berkala pada 0 sampai 19 hari setelah diambil 1 mL untuk ditanam dalam NA. Biakan
sintesis untuk mengetahui ukuran nanopartikel bakteri dalam medium tersebut diinkubasi
perak. Koloid sitrat-nanopartikel perak yang selama 24 jam pada temperatur 37C dan
memiliki ukuran terkecil dan paling stabil akan kemudian dihitung jumlah koloninya meng-
dikarakterisasi lagi menggunakan TEM. Tujuan gunakan coloni counter. Aktivitas antibakteri
karakterisasi ini adalah untuk mengetahui dapat ditentukan melalui % reduksi dari bakteri
morfologi, diameter dan memastikan bahwa yang mampu bertahan hidup menggunakan
nanopartikel benar-benar terbentuk atau tidak rumus (Duran, 2007):
melalui gambar difraksi yang dihasilkan. Sitrat-
nanopartikel perak yang memiliki ukuran
terkecil dan paling stabil juga akan diaplikasikan
Dalam hal ini A merupakan jumlah koloni
dalam kain pembalut luka dan diuji sifat
bakteri setelah diberi kain pembalut luka yang
antibakterinya.
dilapisi nanopartikel perak dan B merupakan
Proses pelapisan nanopartikel perak pada koloni bakteri setelah diberi kain pembalut luka
kain pembalut luka yakni dengan metode yang yang tidak dilapisi nanopartikel perak.
pernah dilakukan oleh Duran (2007). Pembalut
Hasil dan Pembahasan
luka dipotong dengan ukuran 3x3 cm kemudian
Prinsip koloid nanopartikel perak yang
dicuci bersih, disterilkan dan dikeringkan. Kain
dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
pembalut luka yang bersih dan steril direndam
cara menambahkan tetes demi tetes larutan
dalam koloid sitrat-nanopartikel perak sambil
pereduktor sekaligus penstabil, natrium sitrat
diaduk menggunakan magnetik stirer selama 12,
kedalam larutan AgNO3 yang telah mendidih.
24 dan 36 jam kemudian didiamkan 5 menit.
Reaksi kimia yang terjadi:
Kain yang telah terlapisi sitrat-nanopartikel
perak dikeringkan kembali dengan oven pada
temperatur 70oC selama 5 menit.
Berdasarkan energi potensial reduksinya
Pengujian aktivitas antibakteri dalam
maka reaksi di atas dapat dituliskan sebagai
penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
berikut:
kuantitatif. Uji kualitatif dilakukan sesuai
dengan prosedur penelitian Wahyudi, et al.;
(2011), sedangkan uji kuantitatif menggunakan
metode Shake flask sesuai dengan prosedur yang
dilakukan oleh Duran (2007).
Uji kualitatif dilakukan dengan merendam
Harga energi potensial sel yang negatif
cakram kertas kedalam koloid nanopartikel
menunjukkan bahwa reaksi diatas merupakan
perak kemudian ditempelkan pada permukaan
reaksi tidak spontan. Oleh karena itu
NA. NA yang telah ditempeli cakram kertas
seharusnya reaksi tersebut tidak dapat
diinkubasi selama 24 jam pada temperatur
berlangsung. Akan tetapi, reaksi antara ion Ag+
37oC. Hasil uji kualitatif dapat dilihat dengan
dan ion (C6H5O7)- dapat membentuk kompleks
3
HA Ariyanta / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)
[Ag+ ........ sitrat-] atau [Ag3(C6H5O7)n+1]3n- yang bentuk dipol listrik yang kuat sehingga dapat
memiliki peran lebih dominan dalam mereduksi beraglomerasi. Oleh karena itu stabilisator
ion Ag+ menjadi Ago secara perlahan sehingga dalam sintesis nanopartikel perak memiliki
reaksi tetap dapat berlangsung (Jiang, et al.; peran yang sangat penting.
2010). Reaksi pembentukan kompleks dituliskan Kestabilan larutan koloid nanopartikel
dalam reaksi berikut: perak dapat diketahui dari terjadinya perubahan
puncak serapannya. Jika terjadi pergeseran
puncak serapan ke panjang gelombang yang
lebih besar menunjukkan bahwa kestabilan
Ketika penambahan tetes demi tetes larutan koloid nanopartikel perak rendah
larutan natrium sitrat dalam AgNO3 berakhir dikarenakan telah terjadi peristiwa aglomerasi.
belum ada perubahan yang tampak secara Hasil penentuan kestabilan koloid nanopatikel
signifikan. Larutan campuran masih jernih perak dapat dilihat pada Gambar 2.
tidak berwarna. Setelah waktu berjalan 9
menit dari penetesan natrium sitrat terakhir,
reaksi yang terjadi adalah perubahan warna
larutan secara bertahap menjadi kuning pucat
hingga kuning kemerahan. Warna tersebut
merupakan karakteristik dari koloid nano-
partikel perak (Zielinska, et al.; 2009). Hasil
sintesis larutan koloid nanopartikel perak
ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 2. Pergeseran puncak serapan panjang
gelombang maksimum koloid nanopartikel
perak setelah periode waktu hingga 7 hari
Grafik pada Gambar 2 merupakan hasil
pengukuran koloid nanopartikel perak dari hasil
sintesis menggunakan variasi konsentrasi reduk-
tor (natrium sitrat) hingga periode waktu 7 hari.
Nanopartikel perak yang direduksi mengguna-
kan natrium sitrat 0,5% dan 1% keduanya
Gambar 1. Larutan koloid nanopartikel perak berhimpitan dan memiliki puncak absorbansi
hasil sintesis dengan metode reduksi AgNO3
dengan reduktor C6H5O7Na3 0,5% (A); 1,0% (B) diantara 418-419 nm. Keadaan ini menunjukkan
dan 1,5% (C) bahwa koloid hasil sintesis relatif stabil.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis Natrium sitrat yang cenderung bermuatan
nanopartikel perak dengan cara memvariasikan negatif teradsorpsi oleh nanopartikel perak,
konsentrasi reduktor (C6H5O7Na3) yang diguna- sehingga menimbulkan gaya tolak menolak
kan. Hasil sintesis selengkapnya dapat dilihat diantara partikel perak dan mencegah terjadinya
pada Tabel 1. aglomerasi. Berbeda dengan nanopartikel perak
Tabel 1. Sintesis nanopartikel perak dengan yang direduksi menggunakan natrium sirat
variasi konsentrasi reduktor (C6H5O7Na3) 1,5%, puncak absorbansi bergeser pada 458-459
nm. Hal ini terjadi karena dalam konsentrasi
perak nitrat yang sama, nanopartikel perak hasil
reduksi yang dihasilkan lebih banyak. Sehingga
tumbukan antar partikel lebih sering terjadi dan
Tabel 1 memperlihatkan bahwa penam- akhirnya teraglomerasi.
bahan natrium sitrat dengan konsentrasi yang
Untuk mengetahui morfologi dan difraksi
semakin besar menyebabkan ukuran nano-
nanopartikel perak hasil sintesis, karakterisasi
partikel perak yang terbentuk semakin kecil.
dilanjutkan dengan menggunakan TEM. Dalam
Namun, ukuran partikel yang semakin kecil
penelitian ini sampel yang digunakan untuk
belum tentu juga memiliki stabilitas yang baik.
karakterisasi TEM adalah nanopartikel perak
Hal tersebut dikarenakan suatu nanopartikel
yang direduksi menggunakan natrium sitrat 1%.
memiliki kecenderungan untuk beraglomerasi.
Nanopartikel perak tersebut digunakan karena
Partikel berukuran nanometer memiliki surface
berdasarkan data hasil UV-Vis dan PSA
area spesifik yang sangat besar. Pada surface area
merupakan nanopartikel perak yang paling
yang besar ikatan kimia antar partikel mem-
stabil dibandingkan dengan nanopartikel perak
4
HA Ariyanta / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)
yang direduksi menggunakan natrium sitrat luka yang telah direndam dalam koloid
0,5% dan 1,5%. Hasil foto TEM menunjukkan nanopartikel perak selama 36 jam.
adanya korelasi dengan ukuran nanopartikel Tabel 4. Hasil uji kuantitatif aktifitas antibakteri
perak yang dianalisis menggunakan PSA. kain pembalut luka yang dilapsi nanopartikel
perak terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia
Ukuran rata-rata nanopartikel perak yang ter- coli, Bacillus subtilis, dan Staphylococcus aureus
ukur oleh PSA berkisar antara 26,4-30,6 nm.
Hasil tersebut mirip dengan hasil TEM yang
menunjukkan ukuran partikel mencapai 7,36-
36,68 nm.
Selain untuk melihat diameter nano-
partikel perak, karakterisasi TEM juga diguna-
kan untuk mengetahui difraksinya. Berdasarkan Pada perendaman 36 jam persebaran
pola difraksinya, struktur kristal nanopartikel nanopartikel perak diduga lebih merata dan
perak dapat ditentukan secara teoritik dan lebih kuat menempel pada serat kain. Oleh
eksperimen. Secara teoritik struktur kristal dapat karena itu pada perndaman 36 jam aktivitas
ditentukan mengunakan rumus pada Tabel 2 antibakteri menjadi lebih hebat dibandingkan
seperti yang dijelaskan oleh Klug & Alexander dengan perendaman 12 dan 24 jam.
(1974).
Tabel 2. Analisis data difraksi nanopartikel
secara teoritik
5
HA Ariyanta / Indonesian Journal of Chemical Science 3 (1) (2014)
Duran N., Marcato P.D. 2007. Antibacterial Klug H.P. & Alexander L.E. 1974. XRay
Effect of Silver Nanoparticles Produced by Diffraction Procedures for Polycrystalline and
Fungal Process on Textile Fabrics and Amerphous Materials. New York: John Wi-
Their Effluent Treatment. Journal of Bio ley & Sons
medical Nanotechnology. 3: 203-208 Mailu S.N. & Waryo T.T. 2010. Determination of
Guzman M.G., Dille J. & Godet S. 2008. Anthracene on AgAu Alloy Nanoparticles/
Synthesis of Silver Nanoparticles by OveroxidizedPolypyrrole Composite Modified
Chemical Reduction Method and Their Glassy Carbon Electrodes. Sensors. 10: 9449-
Antibacterial Activity. World Academy of 9465. Tersedia di www.mdpi. com/jour-
Science. 43: 357-364 nal/sensors [diakses 11-1-2012]
Haryono A., Sondari D., Harmami S.B. & Sileikaite A., Prosycevas I., Puiso J., Juraitis A.
Randy M. 2008. Sintesa Nanopartikel & Guobiene A. 2006. Analysis of silver
Perak dan Potensi Aplikasinya. Jurnal Riset nanoparticles produced by chemical
Industri. 2 (3): 155-163 reduction of silver salt solution. Materrials
Ismul H.A., Sumariah D. & Mohtar. 2011. Science. Vol. 12 (4)
Penentuan Struktur Kristal AlMg2 Alloy Wahyudi T., Sugiyana & Helmy. 2011. Sintesis
dengan Difraksi Neutron. Berkala Fisika. 12 Nanopartikel Perak dan Uji Aktivitasnya
(2): 41-48 Terhadap Bakteri E. Coli dan S. Aureus. Arena
Jiang X.C., Chen C.Y., Chen W.M. & Yu A.B. Tekstil. 26 (1): 1-6
2010. Role of Citric Acid in the Formation
of Silver Nanoplates through a Synergistic
Reduction Approach. Langmuir Article. 26
(6): 4400-4408