Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM


DI RUANG NIFAS LANTAI 1
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal 27 Maret 8 April 2017

Oleh :

Sendy Aprianitami, S.Kep

NIM 1630913320035

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM
DI RUANG NIFAS LANTAI 1
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal 27 Maret 8 April 2017

Oleh:

Sendy Aprianitami, S.Kep

NIM 1630913320035

Banjarmasin, 3 April 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Emmelia Astika Fitri Damayanti, Ns,. M.Kep Nurdiana.,Ns


NIK. 1990 2011 1 098 NIP. 19811028 200903 2 005

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM

A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista
ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk,
dkk. 2005).
Sehingga Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini
dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
dari ovarium (Agusfarly, 2008).

B. Etiologi
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti
akan tetapi dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan
tumor ovarium neoplastik jinak maka penyebab kista ovarium adalah sebagai
berikut:
1) Kista non neoplasma
Tumor non neoplasma jinak disebabkan karena ketidakseimbangan
hormon progesteron dan estrogen diantaranya adalah:
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam korteks.
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche di usia kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
(terdapat pada mola hidatidosa).
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2) Kista neoplasma (Winjosastro, et al 2011)
a. Kistoma ovarii simpleks
Suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistadenoma ovarii musinosum
Kista ini belum pasti, mungkin berasal dari pertumbuhan satu elemn
mengalahkan elemen yang lainnya.
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium).
d. Kista endometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometreid.
e. Kista dermoid
Tumor yang berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen
2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan
berpengawet
b. Penggunaan zat tambahan pada makanan
c. Kurang berolah raga
d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
5. Faktor genetik
C. Tanda dan Gejala
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke


punggung bawah dan paha.

5. Nyeri sanggama

6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan


kesehatan segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah

D. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium
ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
WOC KISTA OVARIUM

Penyebab
Ketidakseimbangan estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
Degenerasi ovarium
Gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi alkohol,
merokok, kurang olahraga)

Kista ovarium

Pembesaran Penekanan usus


ovarium dan anus

Dx. Nyeri Akut Dx. RisikoKonstipasi

Ovarektomi Luka operasi

Jaringan saraf terputus Jaringan terbuka

Merangsang area Port de entry


sensorik

Dx. Resiko infeksi


Dx. Nyeri Akut
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat menolong dalam pembuatan
diagnosisyang tepat pada kista ovarium ialah (Wiknjosastro, 2005):
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukkan sifat - sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,apakah kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang- kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
4. Parasintesis
Telah disebut pada pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

F. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Keperawatan


1. Medis
Pengobatan kista ovari yang besar biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan
tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
2. Prinsip Keperawatan
Pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan
keperawatan seperti melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan
sesuai dengan prioritas masalah klien. Untuk kasus seperti ini, yang
dilakukan perawat adalah melakukan pengamatan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada klien.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit: biasanya klien merasa nyeri
pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan klien
adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu: Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga: Kista ovarium bukan penyakit
menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan: Kawin/tidak kawin ini tidak memberi
pengaruh terhadap timbulnya kista ovarium.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan: Dengan kehamilan dan
persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
f. Riwayat menstruasi: Klien dengan kista ovarium kadang-
kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
4. Pemeriksaan Fisik: Dilakukan mulai dari kepala sampai
ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera: ikterik/tidak
2) Konjungtiva: anemis/tidak
3) Mata: simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun
sebelum menopause.
6. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
5. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang
ovariumnya diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental
klien yang ingin hamil/punya keturunan.
6. Pola kebiasaan Sehari-hari
7. Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
1) Untuk mengetahui letak batas kista.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Risiko Konstipasi b/d Kista
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
C. Perencanaan

Pre Operasi
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) Rasional
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
selama 3x24 jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara Memberikan data dasar untuk
injuri biologi
pasien berkurang komprehensif termasuk lokasi, mengevaluasikebutuhan/
NOC : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas keefektifan intervensi
v Pain Level, dan faktor presipitasi.
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil : 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar Meningkatkan relaksasi dan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu (misalnya: reposisi, gosokan punggung) membantu
penyebab nyeri, mampu dan aktivitas hiburan (misalnya: musik, memfokuskankembali perhatian.
menggunakan tehnik TV).
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan) 3. Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang manajemen nyeri (misalnya:teknik berpartisipasi secaraaktif dan
dengan menggunakan manajemen relaksasi, visualisasi, bimbingan meningkatkan rasa kontrol
nyeri imajinasi), tertawa, musik,dan sentuhan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, terapeutik.
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri) 4. Evaluasi penghilangan kontrol nyeri. kontrol nyeri maksimum
4. Menyatakan rasa nyaman setelah dengan pengaruh minimal
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal 5. Berikan analgesik sesuai indikasi. Nyeri adalah komplikasi yang
Berikan hanya untuk dalam sehari. Ubah sering terjadi, meskipun respon
dari analgesik kerja pendek menjadi individual berbeda-beda. Saat
kerja panjang bila diindikasikan. perubahan penyakit/ pengobatan
terjadi, penilaian dosis
dan pemberian akan diperlukan.

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan keperawatan Anxiety Reduction (penurunan


diagnosis dan selama 3x 24 jam diharapakan cemasi kecemasan)
pembedahan terkontrol 1. Mendengarkan penyebab kecemasan Klien dapat mengungkapkan
v Anxiety control klien dengan penuh perhatian dan penyebab kecemasan sehingga
v Coping gunakan pendekatan yang perawat dapat menentukan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan menenangkan tingkat kecemasan klien dan
mengungkapkan gejala cemas menentukan intervensi untuk
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan klien selanjutnya.
dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal 2. Berikan informasi faktual mengenai Peningkatan pengetahuan
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, diagnosis, tindakan prognosis, serta tentang penyakit dan prosedur
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas jelaskan semua prosedur dan apa yang yang akan dilakukan dapat
menunjukkan berkurangnya dirasakan selama prosedur operasi kista membantu mekanisme koping
kecemasan ovarium klien terhadap kecemasan yang
dialami.

3. Temani pasien untuk memberikan Dukungan keluarga dapat


keamanan dan mengurangi takut memperkuat mekanisme koping
4. Identifikasi tingkat kecemasan klien sehingga tingkat
kecemasan berkurang
5. Instruksikan pasien menggunakan Teknik relaksasi yang diberikan
teknik relaksasi pada klien dapat mengurangi
kecemasan

6. Barikan obat untuk mengurangi


kecemasan
3 Risiko Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Saluran Cerna
dengan faktor risiko keperawatan selama 3x60 menit, kien 1. Bunyi usus menentukan adanya
kista melakukan BAB secara normal: Monitor peristaltik usus, karakteristik feses kostifasi apabila bunyi usus
Eliminasi Usus dan frekuensinya menurun <3x.
1. Ti
dak nyeri ketika BAB Membantu memperbaiki
2. Ti 2. konsistensi feses jika konstipasi
dak ada darah saat BAB Dorong pemasukan cairan adekuat,
3. P termasuk sari buah bila pemasukan Membantu agar pola makan
eristaltik usus normal(5-30x/m) peroral dimulai teraturdan tidak terjadi
3.
Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian diit
seimbang dengan tinggi serat
Post Operasi

DIANGOSA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
injuri fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara Memberikan data dasar untuk
pasien berkurang komprehensif termasuk lokasi, mengevaluasikebutuhan/
Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas keefektifan intervensi
Pain control, dan faktor presipitasi.
Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar Meningkatkan relaksasi dan
penyebab nyeri, mampu (misalnya: reposisi, gosokan punggung) membantu
menggunakan tehnik dan aktivitas hiburan (misalnya: musik, memfokuskankembali perhatian.
nonfarmakologi untuk TV).
mengurangi nyeri, mencari
bantuan) 3. Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk
2. Melaporkan bahwa nyeri manajemen nyeri (misalnya:teknik berpartisipasi secaraaktif dan
berkurang dengan menggunakan relaksasi, visualisasi, bimbingan meningkatkan rasa kontrol
manajemen nyeri imajinasi), tertawa, musik,dan sentuhan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, terapeutik.
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri) 4. Evaluasi penghilangan kontrol nyeri. kontrol nyeri maksimum
4. Menyatakan rasa nyaman setelah dengan pengaruh minimal
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal 5. Berikan analgesik sesuai indikasi. Nyeri adalah komplikasi yang
Berikan hanya untuk dalam sehari. Ubah sering terjadi, meskipun respon
dari analgesik kerja pendek menjadi individual berbeda-beda. Saat
kerja panjang bila diindikasikan. perubahan penyakit/ pengobatan
terjadi, penilaian dosis
dan pemberian akan diperlukan.

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Wound Care


penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi 1. Monitor karakteristik, warna, Untuk mengetahui keadaan luka
primer terkontrol ukuran, cairan dari luka pembedahan dan perkembangannya
Immune Status
Knowledge : Infection control 2. Bersihkan luka dengan Normal salin merupakan cairan
Risk control normal salin isotonis yang sesuai dengan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala cairan tubuh
infeksi
2. Mendeskripsikan proses Agar tidak terjadi infeksi dan
penularan penyakit, factor yang 3. Rawat luka dengan konsep terpapar oleh kuman
mempengaruhi penularan serta steril
penatalaksanaannya, Agar klien dan keluarga
3. Menunjukkan kemampuan untuk mengetahu tanda dan gejala
mencegah timbulnya infeksi 4. Berikan penjelasan kepada infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas klien dan keluarga tanda dan gejala
normal infeksi Mencegah timbulnya infeksi
5. Menunjukkan perilaku hidup
sehat
5. Kolaborasikan pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aesculapus.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America: Mosby.

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai