Anda di halaman 1dari 16

STABILISASI TANAH DENGAN KIMIAWI

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.

Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan makalah tugas ini dengan harapan
dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.

Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan
kami untuk kedepannya. Makalah ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak yang telah
rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.

Akhirnya, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Bandung, April 2017

Muhammad Ihsan D

MUHAMMAD IHSAN DZULFIKAR (1501269) 1


STABILISASI TANAH DENGAN KIMIAWI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2

1.4 Metode Penulisan...................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

2.1 Pengertian Perbaikan Tanah...................................................................................................3

2.2 Perbaikan Tanah Dengan Kimiawi........................................................................................4

2.3 Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing (DSM).............................5

2.3.1 Macam-macam Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing
(DSM)......................................................................................................................................6

2.3.2 Aplikasi Pencampuran Tanah Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil
Mixing (DSM).........................................................................................................................7

2.4 Stabilisasi Tanah Dengan Abu Batubara (fly ash)...............................................................12

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14

3.2 Saran....................................................................................................................................14

MUHAMMAD IHSAN DZULFIKAR (1501269) 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Stabilitas tanah adalah pengubahan atau perawatan terhadap satu atau beberapa properti
tanah untuk meningkatkan kondisi material tanah/butiran tanah, dan pertama dikembangkan di
jaman Romawi.Jaman dahulu, bangsa Romawi menyadari bahwa kondisi jalan yang buruk
mempersulit mereka untuk memindahkan pasukan dan barang-barang melewati jalan antara desa
dan kota. Hal tersebut memaksa mereka untuk menemukan cara baru memperbaiki jalan. Mereka
melakukannya dengan mencampurkan tanah yang lemah dengan zat stabilitas seperti lumatan
batu kapur atau kalsium. Itulah metode kimia stabilitas tanah pertama yang dilahirkan.Kemajuan
pesat berikutnya di bidang stabilitas tanah terjadi di era 1960an ketika militer Amerika
membutuhkan stabilisasi dengan cepat untuk tanah tropik yang lemah di Vietnam untuk
mendukung operasi militer mereka disana. Militer sangat membutuhkan stabilitas tanah yang
bisa meningkatkan kekuatan tanah liat di Vietnam agar bisa menggunakan pesawat C-17 dan C-
130 pada bandara darurat mereka.

Amerika bereksperimen dengan bahan plastik sebagai tambahan semen untuk


menciptakan campuran yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai level kelembaban dan
cuaca yang ekstrem. Tes laboratorium menemukan campuran dasar yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketangguhan lapisan jalan sampai 100% dengan tetap memberikan fleksibilitas
lapisan yang dicari oleh militer. Lahirlah solusi stabilitas tanah yang modern.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa terobosan baru dalam perkembangan
metode stabilizer tanah menggunakan bentuk cair. Untuk menghemat ongkos transportasi dan
kemudahan penerapannya, para peneliti telah berusaha untuk mengembangkan stabilizer tanah
berbahan dasar cair.

Namun, ternyata bahan dasar cair kurang efektif apabila dibandingkan stabilizer yang
lama. Bentuk cair tidak dapat menyatu benar dengan tanah karena sebuah tanah bisa terlalu
keropos atau malah terlalu kuat untuk bahan cair bisa menembusnya. Bahan dasar cair juga
hanya bisa dipakai di lapisan jalan paling atas sehingga tidak bisa menstabilkan lapisan bawah,
sehingga tidak sanggup menahan beban yang terlalu besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam perbaikan tanah secara kimiawi?

2. Bagaimana proses-proses pekerjaan yang dilakukan dalam perbaikan tanah secara


kimiawi?

3. Bagaimana cara penggunaan semen dalam perbaikan tanah secara kimiawi?

4. Bagaimana cara penggunaan kapur dalam perbaikan tanah secara kimiawi?

5. Bagaimana cara penggunaan fly ash dalam perbaikan tanah secara kimiawi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam perbaikan tanah secara kimiawi.

2. Mengetahui proses-proses pekerjaan yang dilakukan dalam perbaikan tanah secara


kimiawi.

3. Mengetahui bagaimana cara penggunaan semen dalam perbaikan tanah secara kimiawi.

4. Mengetahui bagaimana cara penggunaan kapur dalam perbaikan tanah secara kimiawi.

5. Mengetahui bagaimana cara penggunaan fly ash dalam perbaikan tanah secara kimiawi.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka dan menginterpretasikannya
dengan pengetahuan pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbaikan Tanah


Perbaikan dan perkuatan tanah merupakan usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas karakteristik tanah, utamanya parameter kuat geser tanah yang akan
mendukung sebuah struktur sehingga mampu menahan beban struktur yang akan dibangun
dengan deformasi yang dizinkan. Secara garis besar perbaikan dan perkuatan tanah dimaksudkan
untuk :

Menaikkan daya dukung & kuat geser


Menaikkan modulus
Mengurangi kompressibilitas
Mengontrol stabilitas volume (shringking & swelling)
Mengurangi kerentanan terhadap liquifaksi
Memperbaiki kualitas material untuk bahan konstruksi
Memperkecil pengaruh lingkungan

Stabilisasi dapat berupa tindakan tindakan sbb :

Menambah kepadatan tanah


Menambah material yang tidak aktif, sehingga mempertinggi kohesi dan / atau tahanan
geser
Menambah material agar dapat mengadakan perubahan perubahan alami dan kimiawi
material tanah
Merendahkan permukaan air tanah (drainase)
Mengganti tanah yang buruk

2.2 Perbaikan Tanah Dengan Kimiawi


Bahan pencampur / tambahan (additive) yaitu penambahan gamping, abu batubara dan
kadang-kadang semen diterapkan pada deposit lempung terutama pada lempung yang mengalami
perubahan volume yang besar yang mengakibatkan perubahan ion-ion Ca2+ untuk mengurangi
kegiatan-kegiatan mineral lempung.

Holtz dan Kovacs (1981), mengemukakan bahwa penggunaan bahan kimia untuk
stabilisasi tanah atau meningkatkan kekuatan tanah sangat mungkin dilakukan karena adanya
peristiwa pertukaran ion (ion exchange). Pertukaran ion tersebut adalah antara ion-ion negatif
(anion) yang berada pada permukaan lempung dengan ion-ion positif (kation) yang ada
disekitarnya. Selain karena mengandung exchange cation, efektifitas fly ash sebagai bahan
tambah kimia dikarenakan mengandung senyawa silikat dan aluminat sehingga dikategorikan
sebagai bahan pozzolan. Sebagai bahan pozzolan fly ash memiliki kemampuan untuk terhidrasi
seperti potland cement dan melakukan sementasi pada tanah.

Penggunaan fly ash disarankan antara 10 - 20 % karena penambahan fly ash lebih dari 20
% tidak memberikan pengaruh yang signifikan bahkan cenderung menimbulkan pengurangan
pada kekuatan tanahnya. Penambahan fly ash sebesar 15 % akan memiliki kekuatan
mengembang lebih kecil dibanding dengan tanah lempung campuran atau penambahan 5 % fly
ash. Hal ini disebabkan karena struktur partikelnya lebih rapat sehingga struktur partikel
lempung yang dicampur fly ash 15 % lebih berdekatan dan menghasilkan kepadatan kering lebih
tinggi serta struktur atau fibrikasi partikel yang lebih kuat. Penambahan fly ash 15 % merupakan
persen optimum fly ash sebagai bahan stabilisasi. Fenomena ini terjadi akibat hidrasi CaO akibat
reaksi penambahan fly ash dengan menghasilkan struktur kepadatan yang lebih tinggi dan harga
kepadatan kering yang lebih besar.

stabilisasi dengan berbagai macam peralatan mekanis seperti :

a. Kerikil untuk kohesif (lempung)

b. Lempung untuk tanah berbutir kasar

c. Pencampur kimiawi seperti :

- semen portland (pc)

- gamping / kapur

- abu batu bara


2.3 Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing (DSM)
Deep Soil Mixing (DSM) adalah teknologi perbaikan tanah yang digunakan untuk
membangun cutoff atau dinding penahan dan memperlakukan tanah, in-situ. (DSM) adalah
stabilisasi tanah dimana tanah dicampur dengan bahan reagen semen dan / atau lainnya. Reagen
disuntikkan melalui kelly bar berongga yang berputar, dengan beberapa jenis peralatan pemotong
di bagian bawah. Kelly bar di atas alat dapat memiliki auger tambahan diskontinu dan / atau
paddles pencampur atau pisau. Beberapa nama-nama lainnya yang digunakan untuk
menggambarkan metode ini adalah Cement Deep Soil Mixing (CDSM), Deep Mixing Method
(DMM), atau Soil Mix Wall (SMW). Perbaikan tanah dengan DSM dicapai dengan serangkaian
kolom tumpang tindih tanah stabil (biasanya 36-inci diameter biasanya 36-inci).

Pencampuran shaft yang diposisikan untuk tumpang tindih satu sama lain dan
membentuk campuran terus kolom tumpeng tindih.

Gambar 1. Proses pencampuran shaft

Ketika desain kedalaman tersebut tercapai, augers ditarik dan proses pencampuran
diulang dalam perjalanan ke permukaan. Waktu di belakang menjadi stabil memiliki kolom DSM
berikut (properti / kekayaan): (permeabilitas yang rendah, peningkatan kapasitas bantalan, atau
kekuatan geser, tak bisa bergerak kontaminan bahwa ketika diperkuat, yang mampu menahan
tanah diferensial dan hidrostatik loading).

2.3.1 Macam-macam Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing
(DSM)
Ascolumn Metode (metode pencampuran dalam)
Gambar 2. Ascolumn Metode

Ascolumn metode adalah untuk membangun tanah stabil kolom semen di dalam
tanah dengan menggunakan semen bubur stabilizer in-situ dan pencampuran dan
mengagitasi tanah dan stabilizer dengan menggunakan forward-reverse agitator berputar,
kemudian menarik. Solidifikasi di lapangan / stabilisasi tanah yang terkontaminasi dapat
dicapai dengan menggunakan teknologi Cement Deep Soil Minxing (CDSM) dimana
bahan pencampur yang digunakan adalah semen. Pada tanah yang dalam pencampuran,
augers yang kuat kuat digunakan untuk mencampur bubur aditif possolanic ke tanah,
sehingga menstabilkan tanah tersebut untuk tujuan konstruksi.

Deep Soil Mixing (DSM) konvensional

Deep Soil Gambar 3. Deep Soil Mixing (DSM) Mixing


konvensional
adalah teknologi perbaikan tanah yang digunakan untuk memperbaiki tanah dengan tujuan
untuk meningkatkan kekuatan dan mengurangi kompresibilitas. Proses ini melibatkan
pencampuran nat atau pengikat dengan tanah untuk menghasilkan sementasi tanah atau
perbaikan tanah. Metode basah adalah metode dimana pengikat yang dimasukkan dalam
bentuk basah, yang bertentangan dengan metode kering di mana bahan pengikat
dimasukkan dengan udara. Dalam pencampuran basah, pengikat yang paling umum
digunakan adalah semen.

2.3.2 Aplikasi Pencampuran Tanah Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil
Mixing (DSM)

Gambar 4. Proses Deep Soil Mixing


(DSM)
DSM adalah pengobatan tanah dimana tanah dicampur dengan bahan reagen semen dan / atau
lainnya untuk mengobati tanah untuk meningkatkan kekuatan dan mengurangi kompresibilitas.
Kolom DSM biasanya dipasang di tanah lunak di mana penurunan harus dikurangi dan stabilitas
meningkat. Aplikasi DSM juga telah digunakan untuk memperbaiki tanah yang terkontaminasi,
sedimen, dan lumpur di proyek remediasi. Tanah pencampur telah digunakan untuk mengobati
tanah, sedimen, dan lumpur. Teknologi ini terbukti efektif untuk pemulihan tanah yang
mengandung baik organik dan anorganik. Pemilihan teknik yang tepat tergantung pada beberapa
faktor, termasuk jenis kendala geoteknik, karakteristik tanah, dan hasil akhir yang diinginkan.
Sementara yang paling umum digunakan dalam tanah kohesif, mereka juga memiliki aplikasi
pada media pasir padat - longgar dimana biaya sementasi rendah yang mereka berikan dapat
menghindari liquifafaksi pada tanah (tanah loose). Skala penuh S / S dan proyek DSM telah
memperlakukan konstituen anorganik termasuk timbal, arsen kadmium, dan kromium dan
konstituen organik, termasuk ter batubara, limbah kilang, kreosot, lainnya polisiklik hidrokarbon
aromatik dan polychlorinated biphenyls (PCB).2.4 Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada lokasi pekerjaan
di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih baik yang
memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi yang diijinkan dalam perencanaan. Kapur
bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan
tanah. Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan berkurang
secara drastis karena butir kapur.

Ada beberapa jenis kapur antara lain :

kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium Oksida
lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat;
kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu 90C,
dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk hidrat
[Ca(OH)2].

Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :

1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara
partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung
tanah menjadi naik)
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung
dan tidak efektif untuk tanah pasir

Material yang diperlukan pada stabilitas tanah kapur :

1. Kapur

Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah adalah
kapur padam dan kapur tohor.
2. Tanah

Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.

Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan konsekuensi nilai
kepadatan maksimum menjadi turun

3. Air

Air yang digunakan adalah air yang tidak mengandung asam.

Air laut boleh digunakan tapi tidak boleh mengalami kontak dengan lapisan aspal

Spesifikasi Persyaratan untuk Kapur

1. Calcium oxide (CaO) kandungan Ca & MgO > 92 %

2. CO2 (oven) < 3 % ; CO2 (lap) < 10 %

3. Calcium Hidroxide (Ca(OH)2) kandungan Ca & MgO > 95 %

4. CO2 (oven) < 5 % ; CO2 (lap) < 7 %

Sifat-sifat Kapur

Sifat sifat dari kapur antara lain :

Mempunyai sifat plastis yang baik

Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok

Dapat mengeras dengan cepat dan mudah

Mudah di kerjakan

Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata

Mengurangi sifat mengembang dari tanah

Meningkatkan daya dukung dari tanah

Lalu dilakukan proses pengerjaan sebagai berikut:

1. Truk yang disiapkan untuk kapur yang akan dicampur dengan tanah.
Gambar 5. Truk tangki berisi

2. Proses pemberian kapur ke tanah.

Gambar 6. Proses pemberian kapur ke

3. Proses pencampuran atau pengadukan ke tanah.

Gambar 7. Proses Pencampuran tanah dan


4. Proses pemberian air pada campuran tanah dan kapur.

Gambar 8. Proses Pemberian air pada campuran tanah dan

5. Proses pemadatan campuran tanah dan kapur.

Gambar 9. Proses pemadatan tanah dan


2.4 Stabilisasi Tanah Dengan Abu Batubara (fly ash)

Gambar 10. Fly ash/abu


terbang
Proses pembakaran batu bara pada PLTU menghasilkan limbah berupa limbah cair dan
limbah padat.

Fly Ash dan Bottom Ash merupakan limbah padat sisa pembakaran batu bara. Limbah
cair antara lain (oily drain, aux drain, boiler cleaning, ash disposal area, coal pile storage area,
boiler blowdown, FGD blow down). Menurut ASTM C 618 Fly Ash dibagi menjadi 2 kelas yaitu
Fly Ash kelas F dan Fly Ash kelas C. Perbedaan utama dari kedua Fly Ash tersebut adalah
banyaknya unsur kalsium, silika, aluminium, dan kadar besi dalam ash.

a. Fly Ash kelas F merupakan Fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batu bara
antrachite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat
cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly
Ashkelas F memiliki kadar kapur yang rendah (CaO < 10%).
b. Fly Ashkelas C merupakan Fly Ashyang diproduksi dari pembakaran batu bara lignite
atau subbituminous yang mempunyai sifat pozolanic serta self cementing (kemampuan
untuk mengeras dan menambah kekuatan apabila bereaksi dengan air tanpa penambahan
kapur). Fly Ashkelas C biasanya memiliki kadar kapur (CaO) > 10%.

Keuntungan menggunakan Fly Ash pada aplikasi Geotechnical Engineering, seperti soil
improvement untuk konstruksi jalanadalah dari segi ekonomi, lingkungan, dan mengurangi
shrinkage-cracking problempada penggunaan semen sebagai bahan stabilisasi. Salah satu
penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly ash untuk
keperluan bahan bangunan teknik sipil. Namun pemanfaatan limbah fly ash masih belum
maksimal dilakukan.
Sebagaimana pemanfaatan fly ash sebagai bahan tambah pada campuran beton, fly ash
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan stabilisasi tanah. Hal ini dimungkinkan karena material
ini banyak mengandung unsur silikat dan aluminat sehingga dikategorikan sebagai pusolan
(McCarthym dkk., 2011).

Pada prinsipnya yang dimaksudkan dengan stabilisasi Fly - Ash adalah mencampurkan
secara langsung antara Fly-Ash dan tanah yang telah dihancurkan, kemudian menambahkannya
dengan air dan kemudian dipadatkan. Dari hasil campuran tanah Fly Ash - air ini, dapat
menghasilkan tanah yang memiliki sifat atau karakteristik teknis yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya (Brooks, 2009). Jika abu terbang dicampur dengan bahan tanah, akan terjadi proses
lekatan sementasi antara lain akibat pengaruh pozzolan atau akibat sifat pengerasan alami abu
terbang karena kondisi pemadatan dan air yang ada.

Dari penelitian terdahulu diperoleh manfaat dengan digunakannya abu terbang sebagai
bahan stabilisasi dan bahan beton yaitu abu terbang dapat mengurangi kebutuhan air,
memperbaiki kohesi, mengurangi shringkage dan permeabilitas tanah serta menambah kekuatan
beton bermutu tinggi (K.W. Day). Stabilisasi tanah dengan fly ash memberikan jumlah endapan
yang paling sedikit dibandingkan dengan stabilisasi tanah dengan kapur dan tanah tanpa
distabilisasi.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Akhirnya bahwa proses stabilisasi sangatlah dibutuhkan dalam mengatasi keadaan tanah
yang kurang baik, terlebih jika di atas tanah tersebut akan dilakukan pembangunan. Sebagaimana
diejaskan bahwa proses stabilisasi sangatlah penting terutama untuk menjaga keseimbangan
unsur tanah agar padat dan dapat dimanfaatkan untuk pembangunan yang baik dan layak. Dan
proses stabilisassi ini harus diperkirakan secara matang dan benar agar segala aspek yang terkait
dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga memperoleh hasil yang memuaskan
dan harus mengikuti segala tahap-tahap yang telah ditentukan sesuai dengan prosedurnya.
3.2 Saran
Jika ingin melakukan pembangunan di atas lahan tanah yang kurang baik, sebaiknya
sebelum melaksanakan pembangunan harus melakukan stabilisasi tanah terlebih dahulu untuk
memperoleh hasil yang baik dari proses pembangunan yang hendak di kerjakan dan tidak
merugikan banyak aspek.

Anda mungkin juga menyukai