KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.
Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan makalah tugas ini dengan harapan
dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.
Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan
kami untuk kedepannya. Makalah ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak yang telah
rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Akhirnya, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Muhammad Ihsan D
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.3 Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing (DSM).............................5
2.3.1 Macam-macam Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing
(DSM)......................................................................................................................................6
2.3.2 Aplikasi Pencampuran Tanah Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil
Mixing (DSM).........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................................14
PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa terobosan baru dalam perkembangan
metode stabilizer tanah menggunakan bentuk cair. Untuk menghemat ongkos transportasi dan
kemudahan penerapannya, para peneliti telah berusaha untuk mengembangkan stabilizer tanah
berbahan dasar cair.
Namun, ternyata bahan dasar cair kurang efektif apabila dibandingkan stabilizer yang
lama. Bentuk cair tidak dapat menyatu benar dengan tanah karena sebuah tanah bisa terlalu
keropos atau malah terlalu kuat untuk bahan cair bisa menembusnya. Bahan dasar cair juga
hanya bisa dipakai di lapisan jalan paling atas sehingga tidak bisa menstabilkan lapisan bawah,
sehingga tidak sanggup menahan beban yang terlalu besar.
5. Bagaimana cara penggunaan fly ash dalam perbaikan tanah secara kimiawi?
3. Mengetahui bagaimana cara penggunaan semen dalam perbaikan tanah secara kimiawi.
4. Mengetahui bagaimana cara penggunaan kapur dalam perbaikan tanah secara kimiawi.
5. Mengetahui bagaimana cara penggunaan fly ash dalam perbaikan tanah secara kimiawi.
PEMBAHASAN
Holtz dan Kovacs (1981), mengemukakan bahwa penggunaan bahan kimia untuk
stabilisasi tanah atau meningkatkan kekuatan tanah sangat mungkin dilakukan karena adanya
peristiwa pertukaran ion (ion exchange). Pertukaran ion tersebut adalah antara ion-ion negatif
(anion) yang berada pada permukaan lempung dengan ion-ion positif (kation) yang ada
disekitarnya. Selain karena mengandung exchange cation, efektifitas fly ash sebagai bahan
tambah kimia dikarenakan mengandung senyawa silikat dan aluminat sehingga dikategorikan
sebagai bahan pozzolan. Sebagai bahan pozzolan fly ash memiliki kemampuan untuk terhidrasi
seperti potland cement dan melakukan sementasi pada tanah.
Penggunaan fly ash disarankan antara 10 - 20 % karena penambahan fly ash lebih dari 20
% tidak memberikan pengaruh yang signifikan bahkan cenderung menimbulkan pengurangan
pada kekuatan tanahnya. Penambahan fly ash sebesar 15 % akan memiliki kekuatan
mengembang lebih kecil dibanding dengan tanah lempung campuran atau penambahan 5 % fly
ash. Hal ini disebabkan karena struktur partikelnya lebih rapat sehingga struktur partikel
lempung yang dicampur fly ash 15 % lebih berdekatan dan menghasilkan kepadatan kering lebih
tinggi serta struktur atau fibrikasi partikel yang lebih kuat. Penambahan fly ash 15 % merupakan
persen optimum fly ash sebagai bahan stabilisasi. Fenomena ini terjadi akibat hidrasi CaO akibat
reaksi penambahan fly ash dengan menghasilkan struktur kepadatan yang lebih tinggi dan harga
kepadatan kering yang lebih besar.
- gamping / kapur
Pencampuran shaft yang diposisikan untuk tumpang tindih satu sama lain dan
membentuk campuran terus kolom tumpeng tindih.
Ketika desain kedalaman tersebut tercapai, augers ditarik dan proses pencampuran
diulang dalam perjalanan ke permukaan. Waktu di belakang menjadi stabil memiliki kolom DSM
berikut (properti / kekayaan): (permeabilitas yang rendah, peningkatan kapasitas bantalan, atau
kekuatan geser, tak bisa bergerak kontaminan bahwa ketika diperkuat, yang mampu menahan
tanah diferensial dan hidrostatik loading).
2.3.1 Macam-macam Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil Mixing
(DSM)
Ascolumn Metode (metode pencampuran dalam)
Gambar 2. Ascolumn Metode
Ascolumn metode adalah untuk membangun tanah stabil kolom semen di dalam
tanah dengan menggunakan semen bubur stabilizer in-situ dan pencampuran dan
mengagitasi tanah dan stabilizer dengan menggunakan forward-reverse agitator berputar,
kemudian menarik. Solidifikasi di lapangan / stabilisasi tanah yang terkontaminasi dapat
dicapai dengan menggunakan teknologi Cement Deep Soil Minxing (CDSM) dimana
bahan pencampur yang digunakan adalah semen. Pada tanah yang dalam pencampuran,
augers yang kuat kuat digunakan untuk mencampur bubur aditif possolanic ke tanah,
sehingga menstabilkan tanah tersebut untuk tujuan konstruksi.
2.3.2 Aplikasi Pencampuran Tanah Metode Perbaikan Tanah dengan Semen atau Deep Soil
Mixing (DSM)
Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada lokasi pekerjaan
di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih baik yang
memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi yang diijinkan dalam perencanaan. Kapur
bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan
tanah. Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan berkurang
secara drastis karena butir kapur.
kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium Oksida
lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat;
kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu 90C,
dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk hidrat
[Ca(OH)2].
1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara
partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung
tanah menjadi naik)
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung
dan tidak efektif untuk tanah pasir
1. Kapur
Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah adalah
kapur padam dan kapur tohor.
2. Tanah
Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan konsekuensi nilai
kepadatan maksimum menjadi turun
3. Air
Air laut boleh digunakan tapi tidak boleh mengalami kontak dengan lapisan aspal
Sifat-sifat Kapur
Mudah di kerjakan
1. Truk yang disiapkan untuk kapur yang akan dicampur dengan tanah.
Gambar 5. Truk tangki berisi
Fly Ash dan Bottom Ash merupakan limbah padat sisa pembakaran batu bara. Limbah
cair antara lain (oily drain, aux drain, boiler cleaning, ash disposal area, coal pile storage area,
boiler blowdown, FGD blow down). Menurut ASTM C 618 Fly Ash dibagi menjadi 2 kelas yaitu
Fly Ash kelas F dan Fly Ash kelas C. Perbedaan utama dari kedua Fly Ash tersebut adalah
banyaknya unsur kalsium, silika, aluminium, dan kadar besi dalam ash.
a. Fly Ash kelas F merupakan Fly Ash yang diproduksi dari pembakaran batu bara
antrachite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat
cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly
Ashkelas F memiliki kadar kapur yang rendah (CaO < 10%).
b. Fly Ashkelas C merupakan Fly Ashyang diproduksi dari pembakaran batu bara lignite
atau subbituminous yang mempunyai sifat pozolanic serta self cementing (kemampuan
untuk mengeras dan menambah kekuatan apabila bereaksi dengan air tanpa penambahan
kapur). Fly Ashkelas C biasanya memiliki kadar kapur (CaO) > 10%.
Keuntungan menggunakan Fly Ash pada aplikasi Geotechnical Engineering, seperti soil
improvement untuk konstruksi jalanadalah dari segi ekonomi, lingkungan, dan mengurangi
shrinkage-cracking problempada penggunaan semen sebagai bahan stabilisasi. Salah satu
penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly ash untuk
keperluan bahan bangunan teknik sipil. Namun pemanfaatan limbah fly ash masih belum
maksimal dilakukan.
Sebagaimana pemanfaatan fly ash sebagai bahan tambah pada campuran beton, fly ash
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan stabilisasi tanah. Hal ini dimungkinkan karena material
ini banyak mengandung unsur silikat dan aluminat sehingga dikategorikan sebagai pusolan
(McCarthym dkk., 2011).
Pada prinsipnya yang dimaksudkan dengan stabilisasi Fly - Ash adalah mencampurkan
secara langsung antara Fly-Ash dan tanah yang telah dihancurkan, kemudian menambahkannya
dengan air dan kemudian dipadatkan. Dari hasil campuran tanah Fly Ash - air ini, dapat
menghasilkan tanah yang memiliki sifat atau karakteristik teknis yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya (Brooks, 2009). Jika abu terbang dicampur dengan bahan tanah, akan terjadi proses
lekatan sementasi antara lain akibat pengaruh pozzolan atau akibat sifat pengerasan alami abu
terbang karena kondisi pemadatan dan air yang ada.
Dari penelitian terdahulu diperoleh manfaat dengan digunakannya abu terbang sebagai
bahan stabilisasi dan bahan beton yaitu abu terbang dapat mengurangi kebutuhan air,
memperbaiki kohesi, mengurangi shringkage dan permeabilitas tanah serta menambah kekuatan
beton bermutu tinggi (K.W. Day). Stabilisasi tanah dengan fly ash memberikan jumlah endapan
yang paling sedikit dibandingkan dengan stabilisasi tanah dengan kapur dan tanah tanpa
distabilisasi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Akhirnya bahwa proses stabilisasi sangatlah dibutuhkan dalam mengatasi keadaan tanah
yang kurang baik, terlebih jika di atas tanah tersebut akan dilakukan pembangunan. Sebagaimana
diejaskan bahwa proses stabilisasi sangatlah penting terutama untuk menjaga keseimbangan
unsur tanah agar padat dan dapat dimanfaatkan untuk pembangunan yang baik dan layak. Dan
proses stabilisassi ini harus diperkirakan secara matang dan benar agar segala aspek yang terkait
dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga memperoleh hasil yang memuaskan
dan harus mengikuti segala tahap-tahap yang telah ditentukan sesuai dengan prosedurnya.
3.2 Saran
Jika ingin melakukan pembangunan di atas lahan tanah yang kurang baik, sebaiknya
sebelum melaksanakan pembangunan harus melakukan stabilisasi tanah terlebih dahulu untuk
memperoleh hasil yang baik dari proses pembangunan yang hendak di kerjakan dan tidak
merugikan banyak aspek.