Anda di halaman 1dari 41

A.

KONSEP HUMANIORA

A.1 Sejarah Humaniora


Istilah humaniora yang berasal dari program pendidikan yang
dikembangkan Cicero, yang disebutnya humanitas sebagai faktor penting
pendidikan untuk menjadi orator yang ideal.

A.2 Defenisi Humaniora


Defenisi Umum Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora
(Latin), humanities (Inggris),humanisme, humanitarian,
humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human,
yang berarti mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi.
Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan
dankecenderungan, bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam
kaitan ini humaniora mempunyai konotasi perasaan dan perilaku
manusia sebagai gentleman orang yang berbudi luhur dan sifat-sifat
luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi
budaya intelektual.
Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah
ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia
lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya
Humaniora adalah :
1. Sejenis pengetahuan yang berkaitan dengan nilai-nilai manusia dan
ekspresi-ekspresi dari jiwanya;
2. Seperangkat sikap dan perilaku moral terhadap sesamanya

Kata-kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama


artikan, adalah sebagai berikut:
Humanitarian (kata sifat)
Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan
menghilangkan/mengangkatpenderitaan manusia
Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan
manusia dandorongan untuk perubahan masyarakat (social reform) =
phylantopist, filantropi
Humanisme
Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk
berderajat tinggi
Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia,
perhatian danpencapaiannya
Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya

A.3 Karateristik Humaniora


J. Drost dalam artikelnya, Humaniora, mengatakan bahwa bidang
humaniora yang menjadikan manusia (humanus) lebih manusiawi
(humanior) itu, pada mulanya adalah trivium yang terdiri atas:
1. Gramatika bermaksud membentuk manusia terdidik yang menguasai
sarana komunikasi secara baik.
2. Logika bertujuan untuk membentuk manusia terdidik agar dapat
menyampaikan sesuatu sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti
dan masuk akal
3. Retorika bertujuan untuk membentuk manusia terdidik agar mampu
merasakan perasaan dan kebutuhan pendengar, dan mampu
menyesuaikan diri dan uraian dengan perasaan dan kebutuhan itu.
Drost menegaskan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki
kematangan baik intelektual maupun emosional, agar dapat menempuh
studi akademis. Teras kematangan itu adalah kemampuan bernalar dan
bertutur yang telah terbentuk.

A.4 Humaniora menurut para ahli


Aristoteles (384-323 SM)
Aristoteles berpendapat semua makhluk hidup memiliki jiwa.
Perbedaanya hanya intelektual. Hal inilah yang membedakan manusia
dengan jiwa makhluk hidup lainnya. Jiwa manusia terdiri dari
intelektual, sensitive dan vegetative
Jhon Locke [1632-1704]
Jhon Locke terkenal dengan teori tabula rasa, yang mengatakan
bahwa pada saat manusia dilahirkan, jiwa manusia kosong bagaikan
kertas putih yang kosong dan belum tertulis. Segala sesuatu yang
tertulis dalam jiwa manusia merupakan hasil pengalaman, mulai dari
pengalaman yang paling sederhana hingga pengalaman-pemgalaman
yang sulit.
David Hume [1711-1776]
Pandangan teori David Hume mengenai unsur-unsur jiwa manusia
merupakan kelanjutan dari teori Jhon Locke. Asumsinya, bahwa unsure
jiwa manusia terdiri dari unsure sensation, reflection, impression (rasa),
dan ideas (ingatan).

B. Manusia dan masyarakat


B.1 Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta),
mens (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok atau seorang individu.
Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan
dianugerahiNya akal, hati, fisik. Yang membedakan antara manusia dengan
hewan adalah akal. Maka ada yang berpendapat bahwa manusia itu hewan
yang berakal. Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan
tetapi yang membedakannya adalah akal.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu
oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap
orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan
oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan
kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap
manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia
membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari
lingkungan. Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap
manusia itu sendiri.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:
ABINENO J. I : Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa
abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana
SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan
kuku datar dan lebar
KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang
kesatuannya tidak dinyatakan
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu
cipta, rasa dan karsa

B.2 Manusia sebagai individu


Individu dalam bahasa Perancis berarti orang seorang.
Kata ini mengacu pada manusia atau satu orang manusia. "In-dividere"
berarti makhluk individual yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata
sifatnya "individual", menunjuk pada satu orang dengan ciri-ciri khas
yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk membedakan dengan
masyarakat. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang
memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai
"kepribadian".
Karakteristik kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara
bawaan atau warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor
lingkungan. Faktor bawaan atau warisan yang dimiliki oleh individu
maupun kondisi lingkungannya tidaklah sama, sehingga tidak akan
terjadi dua individu memiliki kepribadian yang sama.
Jadi setiap individu mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang
berbeda dengan kepribadian individu lain

B.3 Pengertian hakikat manusia


Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

B.4 Pengertian Masyarakat


Manusia merupakan bagian dari kehidupan mahluk sosial yang ada di
muka bumi. Kumpulan dari manusia inilah yang kemudian dikenal
sebagai masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri secara umum
diartikan sebagai sebuah kesatuan yang terjadi antara dua orang atau
lebih manusia yang berada dalam sebuah wilayah dalam jangka waktu
tertentu atau Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Kondisi Umum yang menyebabkan munculnya masyarakat sendiri
salah satunya disebabkan adanya naluri alami manusia sebagai
mahluk sosial. Sehingga manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa
adanya hubungan dengan manusia yang lain. Dengan demikian,
manusia akan memiliki reflek bawah sadarnya untuk selalu berusaha
mencari manusia lainya dalam upaya menyempurnakan kodratnya
sebagai mahluk hidup yang memiliki akal pikiran. Manusia tidak akan
mampu memiliki kehidupan yang lengkap, jika manusia tidak mampu
menyelaraskan diri dengan lingkungan atau berada di sebuah kawasan
dimana tidak terdapat manusia lain.

Beberapa Pengertian masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi,


diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Selo Sumardjan
Menurutnya, Masyarakat merupakan sekelompok orang yang tinggal
secara bersama serta mampu menciptakan kebudayaan.
2. Karl Marx
Menurut pakar pemikiran yang dikenal dengan Marxisme ini,
masyarakat didefinisikan sebagai sebuah struktur organisasi yang
muncul sebagau akibat adanya perbedaan diantaranya berbagai
kelompok yang terpisah di bidang ekonomi.
3. Emile Durkheim. Menurutnya, pengertian masyarakat adalah
sebuah realita yang aapa adanya dari setiap pribadi yang menjadi
anggota dari masyarakat itu sendiri.
4. Paul B. Horton dan C. Hunt. Menurut keduanya, pengertian
masyarakat adalah sebuah kumpulan manusia yang mampu
bersikaf mandiri serta secara bersama hidup pada sebuah kawasan
tertentu dan memiliki kebudayaan sama. Selain itu, mereka akan
melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam kumpulan tersebut.

B.5 Manusia sebagai kelompok sosial


Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan
Ada interaksi timbal balik antara anggota kelompok satu dengan
anggota lainnya
Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya: tujuan, cita-cita, idiologi,
dan kepentingan
Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku
Bersistem dan berproses
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang
statis, tetapi dinamis, selalu berkembang dan mengalami perubahan-
perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya.

B.6 Interaksi Sosial


Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan-
ubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara orang
perorangan, kelompok-kelompok manusia, maupun orang perorangan
dengan kelompok manusia. Dengan demikian jelas sekali bahwa interaksi
sosial itu sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa:
kerja sama (cooperation),
persaingan (competition),
pertikaian (conflict), dan
akomodasi (accomodation)

B.7 Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dan telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat. Perubahan
yang terjadi tidak selalu sama, ada yang lambat (evolusi) dan ada yang
cepat (revolusi). Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa
rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-
usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,
kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.Sebaliknya revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan
atau tanpa rencana
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya perubahan sosial bisa
bersumber dari dalam masyarakat (intern) dan bisa juga dari luar
masyarakat (ekstern)
Faktor intern meliputi :
Perubahan jumlah penduduk,
Penemuan baru,
Pertentangan (konflik) sosial,
Pembrontakan atau revolusi
Faktor ekstern meliputi :
lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia, misalnya: bencana alam,
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan komunikasi,

B.8 Faktor-faktor penghambat perubahan sosial


Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain,
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
Sikap masyarakat yang sangat tradisional,
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat,
Rasa takut akan terjadinya perubahan kebudayaannya,
Sikap tertutup terhadap Pengembangan hal-hal baru / asing,
Adat atau kebiasaan,
Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis,
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya tidak dapat diperbaiki.

C. Kebudayaan
C.1 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menururt
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat
itu adalah Cultural-Determinism. Menurut Herskovits, memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari . Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :

1. wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan


sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada
dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu
hidup.
2. aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial
terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan
serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-
pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau
konkret.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan
dan karya manusia dalam masyarakat.

Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat


mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu: Budaya yang bersifat abstrak
dan budaya yang bersifat konkret.

1. Budaya yang Bersifat Abstrak


Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran
manusia, misalnya terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah
wujud ideal dari kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita
atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi
kesepakatan.

2. Budaya yang Bersifat konkret

Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan
dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat,
diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya
dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan
materi.

1. Perilaku : Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam


situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus
mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior) masyarakatnya.
2. Bahasa : Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan
dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp
Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam
memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti
sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat
berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan
berkomunikasi budaya tidak akan ada.
3. Materi : Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan
manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-
alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.

C.2 Unsur-Unsur Kebudayaan


Menurut Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya tentang unsur
kebudayaan adalah terdiri dari 4 unsur yaitu :
1. Alat Teknologi
2. Sistem Ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuatan Politik

Menurut Bronislaw Malinowski, unsur kebudayaan terdiri dari:


1. sistem norma
2. organisasi ekonomi
3. alat-alat atau lembaga ataupun petugas pendidikan
4. organisasi kekuatan.

C.3 Sifat Hakikat Kebudayaan


Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia

Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu


generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi
yg bersangkutan (BENARKAH ITU?)
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dlm tingkah
lakunya
Kebudayaan mencakup aturan2 yg berisikan kewajiban2, tindakan2 yg
diterima dan ditolak, tindakan2 yg dilarang dan tindakan2 yg diizinkan.
Kepribadian merupakan latar belakang perikelakuan manusia
Kepribadian menunjukan pada sikap dan pikiran individu,bukan
tindakan
Ex: Apabila seorang harus menyelesaikan perselihan yg terjadi antara
2 orang; keinginannya u/ menyelesaikan perselisihan, kinginan u/ tdk
mengacaukan, atapun keinginan u/ mempertajam perselihan tersebut.
KEINGINAN2 ITU ADALAH KEPRIBADIANNYA. Sedangkan tindakanya dlm
mewujudkan keinginan tersebut merupakan PERIKELAKUANNYA. Jadi,
Kepribadian adalah wujud konkrit dari Perikelakuan.
Apa bila Kepribadian dan keperilakuan dilakukan secara terus meneru,
menjadi kebiasaan, dan diakui oleh secara umum maka akan menjadi
KEBUDAYAAN MASYARAKAT
Pada perkembangan selanjutnya, KEBUDAYAAN DAPAT MEMPENGARUHI
KEPRIBADIAN INDIVIDU. (lingkungan berbasis Budaya islami sedikit
banyak mempengaruhi kepribadian islami individu yg ada disekitarnya.
Ex. Budaya pesantren)
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi kepribadian
Kebudayaan2 khusus atas dasar kedaerahan
Kebudayaan cara hdp di desa dan di kota (rural and urban society)
Kebudayaan khusus kelas sosial
Kebudayaan khusus atas dasar agama
Kebudayaan khusus atas dasar keahlian (Ex. Kepribadian seorang
dosen berbeda dengan kepribadian seorang tani)

c.4 Akulturasi Kebudayaan


Merupakan proses percampuran antara dua budaya atau lebih
Ex. Budaya perekonomian indonesia yg mengalami percampuran
dengan budaya perekonomian Barat (Ekonomi kerakyatan dan ekonomi
liberal)

c.5 Hubungan Manusia Dan Masyarakat


Manusia selain sebagai makhluk individu (perseorangan) mempunyai
kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup dan
berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Menurut Aristoteles
(Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya
bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka
bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka
manusia disebut makhluk sosial.
Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan,
dimana kepentingan tersebut satu sama lain saling berhadapan atau
berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan.
Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang
diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan -
kepentingan tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga
masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan
adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan
makmur.
Dimana ada masyarakat disitu ada hukum Hukum ada sejak
masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya
adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan
kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat,
nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat. Bagaimana corak dan warna
hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat
yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri. Suatu masyarakat yang
menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya
tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut
masyrakat hukum.

C.6 Hubungan Manusia dan Kebudayaan.


Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu
merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang
bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan
cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses
internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara
manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia
tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1. Penganut kebudayaan
2. Pembawa kebudayaan
3. Manipulator kebudayaan
4. Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada
persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka
Bertahan maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang
dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan
manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai
way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah
laku.

C.7 Masyarakat dan Kebudayaan


Seringkali kita mendengar perkataan-perkataan ataupun pernyataan
tentang kebudayaan suatu masyarakat, Pertanyaannya adalah bagaimana
sebenarnya hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat. Masyarakat
adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu dalam
waktu yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur
mereka untuk menuju kepada satu tujuan yang sama.Sedangkan Manusia
adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat danau besar
dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung didalamnya.
Manusia mengambil air dari danau tersebut,jadi erat sekali hubungan antara
masyarakat dengan kebudayaan. Masyarakat tersebutlah yang menciptakan
dan melestarikan kebudayaan dan Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa
adanya masyarakat, dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan
baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Demikian pula
eksistensi suatu masyarakat hanya dapat dijaga kelangsungannya dengan
adanya kebudayaan.
Masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk
melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian
menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia
( masyarakat ) tersebut. Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah
suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial
seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial
dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial,
musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni


antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

C.8 Perubahan Kebudayaan


Terjadinya gerak perubahan kebudayaan ini disebabkan oleh :
Sebab-sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri,
misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk. Sebab-sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.

C.9 Hubungan antara Manusia, masyarakat, dan kebudayaan


Dalam hal membahas tentang hubungan antara manusia, masyarakat,
dan kebuayaan ketiganya saling berhubungan satu sama lain . Masyarakat
adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan dengan
kebudayaan. Mc Iver pakar sosiologi politik pernah mengatakan:Manusia
adalah makhluk yang dijerat oleh jaring jaring yang dirajutnya sendiri.
Jaring jaring itu adalah kebudayaan. Mc Iver ingin mengatakan bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang diciptakan oleh masyarakat tetapi pada
gilirannya merupakan suatu kekuatan yang mengatur bahkan memaksa
manusia untuk melakukan tindakan dengan pola tertentu. Kebudayaan
bahkan bukan hanya merupakan kekuatan dari luar diri manusia tetapi bisa
tertanam dalam kepribadian individu . Dengan demikian kebudayaan
merupakan kekuatan pembentuk pola sikap dan perilaku manusia dari luar
dan dari dalam. Unsur paling sentral dalam suatu kebudayaan adalah nilai
nilai yang merupakan suatu konsepsi tentang apa yang benar atau salah
(nilai moral), baik atau buruk (nilai etika) serta indah atau jelek (nilai
estetika). Dari sistem nilai inilah kemudian tumbuh norma yang merupakan
patokan atau rambu rambu yang mengatur perilaku manusia di dalam
masyarakat.
Dari uraian tersebut diatas jelas sekali bahwa kebudayaan merupakan
unsur paling dasar (basic) dari suatu masyarakat, sehingga sampai sekarang
sebahagian sosiolog dan antropolog masih menganut faham cultural
determinism yaitu bahwa sikap, pola perilaku manusia dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaannya. Lawrence Harrison dalam bukunya Culture
Matters menggambarkan bagaimana nilai nilai budaya mempengaruhi
kemajuan maupun kemunduran manusia (Harrison, 2000). Samuel
Huntington memberi contoh bahwa pada tahun 1960-an Ghana dan Korea
Selatan memiliki kondisi ekonomi yang kurang lebih sama. Tiga puluh tahun
kemudian Korea telah menjadi Negara maju, tetapi Ghana hampir tidak
mengalami kemajuan apapun dan saat ini GNP perkapitanya hanya
seperlimabelas Korea Selatan. Ini disebabkan karena bangsa Korea (selatan)
memiliki nilai nilai budaya tertentu seperti hemat, kerja keras, disiplin dan
sebagainya. Semua ini tidak dimiliki masyarakat Ghana.
Secara umum kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pengetahuan, gagasan, ide, yang dimiliki oleh suatu kelompok manusia,
yang berfungsi sebagai pengarah bagi mereka yang menjadi warga
kelompok itu dalam bersikap dan bertingkah laku. Karena berfungsi sebagai
pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku, maka pada dasarnya
kebudayaan mempunyai kekuatan untuk memaksa pendukungnya untuk
mematuhi segala pola acuan yang digariskan oleh kebudayaan itu. Dalam
konteks Negara, kebudayaan merupakan sebuah penentu penting bagi
kemampuan suatu Negara untuk makmur, oleh karena budaya membentuk
pemikiran orang orang mengenai resiko, penghargaan dan kesempatan.
Sementara itu disisi lain, pembangunan pada dasarnya merupakan proses
aktivitas yang bersifat kontinyu dan terencana yang ditujukan untuk
merubah dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi kearah yang
lebih baik dan wajar dari waktu ke waktu.

D. ETIKA , NILAI, MORAL

D.1 PENGERTIAN ETIKA


Kata etika berasal dari dua kata Yunani yang hampir sama bunyinya,
namun berbeda artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti
kebiasaan atau adat, sedangkan yang kedua dari kata ethos, yang artinya
perasaan batin atau kencenderungan batin yang mendorong manusia dalam
perilakunya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988),
etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai berikut.
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/
masyarakat.
Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar
pertimbangan dalam setiap tingkah laku manusia termasuk kegiatan di
bidang keilmuan.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri
Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral
menyangkut akhlak manusia. Misalnya, perbuatan seseorang
dikatakan melanggar nilai-nilai moral dapat diartikan pula bahwa
perbuatan tersebut melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku di masyarakat.

D.2 Fungsi Etika


Menurut Bertens, (1994)
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat
dalam mengatur perilakunya.
2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini
adalah kode etik;
3. Etika mempunyai arti lagi: ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Etika disini sama artinya dengan filsafat moral.

D.3 Macam-macam etika


ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika Deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Etika Normatif juga memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
dilakukan.
Etika dibagi menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus.
1. Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar, sedangkan Etika
khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada masing-masing bidang
kehidupan manusia.
2. Etika khusus ini dibagi menjadi etika individual yang memuat
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang
membicarakan tentang kewajiban manusia sebagai anggota umat
manusia.
Etika umum : mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar
bagaimana seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula
manusia bersikap etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolok ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat pula
dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori etika.
Etika Khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana seseorang
bersikap dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan profesi khusus
yang dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud Bagaimana manusia bersikap atau melakukan tindakan dalam
kehidupan terhadap sesama. Tika khusus dibagi menjadi 2 yaitu :
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
Etika sosial, yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku
manusia sebagai anggota bermasyarakat

Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang


menggambaran perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di
aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut
diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian
perilaku.
Contoh etika perangai:
berbusana adat
pergaulan
upacara adat
tata cara berbusana yang dipergunakan harus disesuaikan dengan
lingkungan dimana kita berada, maksudnya agar ada kesopanan dalam
tata cara berpakaian.
ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu rumah dan
memberikan salam
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan
benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah
kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini
berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral:
berkata dan berbuat jujur
menghargai hak orang lain
menghormati orangtua dan guru
membela kebenaran dan keadilan
menyantuni anak yatim/piatu

D.4 Nilai
Nilai" dimaksudkan kondisi atau kualitas suatu benda atau suatu
kegiatan yang membuat eksistensinya, pemilikannya, atau upaya
mengejarnya menjadi sesuatu yang diinginkan oleh individu-individu
masyarakat. Nilai tidak selalu bersifat subjektif, karena ia tetap mengacu
pada konteks sosial yang membentuk individu dan yang pada gilirannya
dipengaruhi olehnya. Aspek nilai inilah yang menjadikan etika sebagai suatu
teori mengenai hubungan antar pribadi dan membedakannya dari nilai-nilai
intelektual atau estetis semata-mata. Nilai etis secara logis dapat
diwujudkan dalam hubungannya antara manusia dengan sesama manusia.
D.5 Moralitas
Nilai-nilai moral merupakan kesadaran manusia dalam menghadapi
sesuatu, sadar akan nilai-nilai yang baik dan buruk. Penilaian tentang yang
baik dan buruk merupakan penilaian moral, karena moral merupakan nilai
yang sebenarnya bagi manusia. Hal ini berarti adanya kesadaran moral
manusia dalam bersikap dan berperilaku.
Moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai, dan sikap moral
seseorang atau sebuah masyarakat. Nilai-nilai moral itu berada dalam suatu
wadah yang disebut moralitas, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur
keyakinan dan sikap batin dan bukan hanya sekadar penyesuaian diri
dengan aturan dari luar diri manusia.
MORALITAS BERSIFAT INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

1. Moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu


sendiri, sehingga perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau
tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitas intrinsik
ini esensinya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.
2. Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada
peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun
larangan. Moralitas yang bersifat ekstrinsik ini merupakan realitas
bahwa manusia itu terikat pada nilai-nilai atau norma-norma yang
diberlakukan dalam kehidupan bersama.

Kant membedakan moralitas menjadi dua yaitu Moralitas Heteronom dan


Moralitas Otonom.
1. Moralitas Heteronom adalah sikap di mana kewajiban ditaati dan
dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri, melainkan karena
sesuatu yang berasal dari luar kehendak si pelaku sendiri, misalnya
karena mau mencapai tujuan yang diinginkan ataupun karena
perasaan takut pada penguasa yang memberi tugas kewajiban itu.
2. Moralitas Otonom adalah kesadaran manusia akan kewajiban yang
ditaatinya sebagai sesuatu yang dikehendakinya sendiri karena
diyakini sebagai hal yang baik. Di dalam moralitas otonom, orang
mengikuti dan menerima hukum bukan lantaran mau mencapai tujuan
yang diinginkannya ataupun lantaran takut pada penguasa, melainkan
karena itu dijadikan kewajiban sendiri berkat nilainya yang baik.
Moralitas demikian menurut Kant disebut sebagai otonom kehendak
(autonomie des willens) yang merupakan prinsip tertinggi moralitas,
sebab ia berkaitan dengan kebebasan, hal yang hakiki dari tindakan makhluk
rasional atau manusia

E. Etika profesi

E.1 Pengertian profesi


1. PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan keahlian
khusus dalam bidang pekerjaannya.
2. Profesi adalah suatu pekerjaan yang berkaitan dengan bidang yang
didominasi oleh pendidikan dan keahlian, yang diikuti dengan
pengalaman praktik kerja purna waktu.
3. Dilaksanakan dengan mengandalkan keahliannya.

Pengertian professional
1. Orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu.
2. Memerlukan latihan khusus dengan suatu kurun waktu.
3. Hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi.
4. Hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan
terlibat dalam suatu kegiatan tertentu sesuai keahliannya.
5. Memiliki pendidikan khusus, yaitu keahlian dan keterampilan dan
memiliki dasar pendidikan dan pelatihan serta pengalaman dalam
kurun waktu untuk menunjang keahliannya.
6. Memahami kaidah dan standard moral profesi serta etika profesi dalam
bidang pekerjaannya.
7. Berupaya mengutamakan kepentingan masyarakat, artinya setiap
pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan masyarakat.
8. Ada ijin khusus dari instansi yang berwenang untuk menjalankan
profesinya.
9. Terorganisir dalam suatu induk organisasi sebagai pengawasnya

Etika Profesi adalah: Etika sosial yg menyangkut hubungan antar manusia


dalam satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada
profesi, yaitu :
Adanya pengetahuan khusus,
Biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi.
Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada
kode etik profesi.
Mengabdi pada kepentingan masyarakat,
artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi
di bawah kepentingan masyarakat.
Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat,
dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untukmenjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
Menjadi anggota dari suatu profesi.
E.2 Prinsip-prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan : Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa
saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi : Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional
memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya

F. PROFESI DOSEN

F.1 PENGERTIAN DOSEN SEBAGAI PROFESI


Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Secara sederhana, dosen adalah tenaga pendidik pada pendidikan
tinggi. Namun menurut Pasal 1 angka 2 UU Guru dan Dosen
disebutkan bahwa Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

F.2 HAK DAN KEWAJIBAN


1. HAK DOSEN
Menurut Pasal 51 ayat (1) UU Guru dan Dosen, dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak:
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial;
mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja;
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses
sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi
keilmuan
memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan
kelulusan peserta didik
memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi/organisasi profesi keilmuan

2.KEWAJIBAN DOSEN
Menurut Pasal 60 UU Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dosen berkewajiban:
melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik, serta nilai-nilai agama dan etika
memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

F.3 DOSEN PROFESIONALISME


Bagaimanakah sosok dosen yang profesional? Untuk menjawab
pertanyaan ini ada baiknya menyimak konsep profesionalisme yang
dikemukakan oleh Hall (dalam Guntur, Soepomo, dan Gitoyo, 2002). Menurut
Hall, profesionalisme terdiri atas lima konsep, yaitu afiliasi komunitas,
kebutuhan untuk mandiri, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi,
dedikasi pada profesi, dan kewajiban sosial. Afiliasi komunitas menuntut
seorang profesional menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di
dalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai
sumber ide utama pekerjaan. Kebutuhan untuk mandiri menuntut seorang
profesional harus mampu membuat keputusan secara mandiri. Keyakinan
terhadap peraturan sendiri/profesi mengacu pada keyakinan bahwa yang
paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi
yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan. Dedikasi pada
profesi mencerminkan pengabdiaan secara total dengan menggunakan
pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Kewajiban sosial menuntut
seorang profesional menyadari pentingnya profesi dan manfaatnya bagi
masyarakat, di samping bagi diri sendiri.
Profesionalisme ini merupakan elemen dari motivasi yang berkontribusi
terhadap kinerja tugas yang tinggi (Guntur, Soepomo, dan Gitoyo, 2002).
Adanya hubungan kontributif ini mengimplikasikan perlunya peningkatan
profesionalisme bagi yang menggeluti suatu bidang profesi, termasuk profesi
dosen.
Dosen yang profesional diharapkan memiliki kinerja yang tinggi yang
dapat memuaskan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders), yaitu
mahasiswa, orang tua, dan masyarakat dalam arti luas. Di samping
memuaskan stakeholders, kinerja yang tinggi ini juga memuaskan diri
sendiri. Bagi seorang profesional, kepuasan rohani merupakan kompensasi
utama yang diharapkan dari pekerjaan. Sedangkan, kepuasan material
merupakan hal yang sekunder.

F.4 KARATERISTIK DOSEN


Menurut Milton Hildebrand dan Kenneth Feldman terdapat sepuluh
karakter yang menggambarkan dosen ideal, karakter-karakter yang
dimaksud sebagai berikut :
1. Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar,
Dosen dapat menyajikan perkuliahan dengan cara yang menarik dan
melibatkan mahasiswa dan Menggunakan humor untuk membantu
mempertahankan perhatian mahasiswa.
2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas
Dosen bisa menyampaikan informasi apapun dengan cara yang jelas
dan dapat difahami dan mampu merumuskan tujuan belajar dengan
jelas dan memberitahukannya kepada mahasiswa

3. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis


Dosen merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu
dan Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang
menyenangkan bagi mahasiswa.
4. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa
Dosen harus secara tulus menghormati keadaan mahasiswa dan
menunjukkan sikap peduli, siap membantu serta dapat meluangkan
waktu untuk anak didik yang membutuhkan bantuan
5. Ketrampilan Berinteraksi
Dosen mampu melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti
perkembangan kemajuan setiap mahasiswa dan Secara akurat
membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal
6. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan
Dosen bisa menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian
kuliah dan dosen bisa terbuka terhadap kritik dan saran mahasiswa
terhadap ide-ide, pendekatan dan metode mengajar baru
7. Memiliki Kepribadian Yang Kuat
Dosen harus memiliki integritas dan krjujuran dalam semua
hubungannya dengan mahasiswa dan Mengemukakan di depan semua
peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang
disembunyikan.
8. Komitmen
Dosen bisa menunjukkan keingingan tulus mengajar sebagai poritas
nomor satu

F.5 INDIKATOR KARAKTERISTIK DOSEN


1. Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar
Menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan melibatkan
mahasiswa.
Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian
mahasiswa
Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh,
dan ilustrasi yang bermakna
Mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa
Mengaitkan materi kuliah pada pengalaman sebenarnya dalam dunia
nyata
Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi bagian
permanen dari kehidupan seseorang dan akan digunakan berulang kali
di luar kampus
Mengembangkan rasa ingin tahu
Menyediakan waktu untuk membuat mahasiswa secara psikologis siap
untuk belaja
2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas
Menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat difahami
Mampu mereduksi pengetahuan sampai pada komponen-
komponennya yang paling sederhana
Mengaitkan satu sama lain informasi yang diberikan
Mengaitkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep pada penerapan
praktis
Merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan memberitahukannya
keapda mahasiswa
Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas
Memberikan umpan balik secara teratur dengan cara yang mendorong
mahasiswa belajar
Menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa
3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya
Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu
yang dikuliahkan
Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang dikuliahkan
Memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya
(selalu membaca literatur, menghadiri pertemuan profesional, dsb.)
Memelihara kontak dengan teman-teman sejawat di bidangnya (di
dalam dan di luar kampus)
Dapat mendemonstrasikan dan menggambarkan aspek-aspek yang
penting, serta menjelaskannya
Mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat
menekankan aspek-aspeknya yang paling penting
Menunjukkan dan perbedaan dan implikasi berbagai teori dan prinsip
di bidang ilmu itu
Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konep yang lebih penting
kepada bidang studi yang berkaitan

4. Siap dan Terorganisir

Merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit,


minggu, sehari
Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas,
laporan laboratorium, pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus,
penilaian, dan pedoam
Datang ke ruang kuliah siap untuk mengajarkan topik tersebut
Menggunakan waktu kuliah secara efektif dan efisien
Menyajikan kuliah sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat melihat
hubungan-hubungan yang ada di dalam materi kuliah itu
Menggaris bawahi ide-ide yang utama
Menggunakan alat bantu belajar secara efektif
Memubat rangkuman untuk membantu mahasiswa mempelajari dan
mengingat materi kuliah
5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis
Merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu
Secara tulus tertarik pada mata kuliah itu
Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan
Memancarkan sikap yang positif ke arah kehidupan secara umum
Mengembangkan gaya kemanusiaannya sendiri yang unik
Mau berusaha lebih keras untuk membuat mahasiswa melakukan
apapun yang diperulukan untuk belajar

6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa

Secara tulus menghormati mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli


dan siap membantu ini
Menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin membantu mahasiswa
belajar
Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal mahasiswa dan
kebutuhan mereka
Bekerja dengan setiap mahasiswa sebagai pribadi
Berbicara dengan mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kelas
Membantu mahasiswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka
sendiri
Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain masalah kuliah,
serta dalam kegiatan di dalam kelas

7. Ketrampilan Berinteraksi

Melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan


kemajuan setiap mahasiswa
Menggunakan reaksi dan umpan balik dari mahasiswa untuk
meningkatkan danmemandu tindakannya
Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-
verbal
Mengetahui ketika para mahasiswa tidak mengerti
Memandang mahasiswa ketika berbicara kepada mereka, di dalam
atau di luar ruang kuliah-kontak mata menunjukkan adanya kesadaran
sebenarnya
Berusaha agar mahasiswa saling mengenal
Memuji prestasi mahasiswa yang berhasil untuk memotivasi belajar
mereka di masa mendatang

8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan

Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah


Membagi setiap jam kuliah menjadi setidaknya tiga kegiatan yang
terpisah
Bekerja dengan berbagai mahasiswa secara bebeda
Mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi
baru
Secara berkala, mencoba ide-ide baru dan berbeda
Terus meneus mencari ide-ide, pendekatan dan metode mengajar yang
baru
Terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan,
dan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa
Menggunakan individualitas dan originalitas dalam mengatur kegiatan
belajar mengajar

9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat


Memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan
mahasiswa
Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus
tanpa ada harapan yang disembunyikan
Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan mahasiswa
Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam memberikan nilai dan
ujian
Menjaga kerahasiaan mahasiswa
Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan kemudian
memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya
Memiliki kesabaran dan pengertian bagi mahasiswa baru

10. Komitmen

Menunjukkan keingingan tulus untuk mengajar


Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu
Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan menjalankan tugas
secara benar
Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu memberi tahu
mahasiswa tentang kemajuan, keberhasilan, dan kebutuhannya
Meminta masukan dari mahasiswa, teman sejawat, dan pegawai
administrasi untuk tujuan perbaikan

F.6 KOMPETENSI DOSEN


Nur Syam mengemukakan, pengembangan profesi dosen meliputi empat
kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi pedagogis atau kemampuan dosen mengelola
pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian atau standar kewibawaan, kedewasaan, dan
keteladanan
3. Kompetensi profesional atau kemampuan dosen untuk menguasai
content dan metodologi pembelajaran
4. Kompetensi sosial atau kemampuan dosen untuk melakukan
komunikasi sosial, baik dengan mahasiswa maupun masyarakat luas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dirumuskan setidaknya
tujuh bidang kompetensi berikut strategi pengembangannya melalui
program-program tertentu yang mendukung peningkatan bidang-bidang
kompetensi tersebut. Tujuh bidang kompetensi yang dimaksud adalah:

a) Pengembangan Kompetensi Pedagogis


Kompetensi pedagogis atau kemampuan dosen mengelola
pembelajaran merupakan Kompetensi yang terkait dengan cara mengajar
yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar dan efektif. Seorang dosen, selain harus memiliki kepakaran di bidang
keilmuannya, juga harus menguasai teori-teori dan teknik pengajaran serta
aplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Sebab itu,
peningkatan kemampuan di bidang ini merupakan hal utama dalam
pengembangan profesionalisme dosen.

Untuk meningkatkan kemampuan pedagogis ini, para tenaga dosen


perlu diberikan pelatihan yang terkait dengan metode pengajaran di
perguruan tinggi yang meliputi:
1. Metode Diskusi (Discussion Method). Metode ini lebih efektif
dari metode ceramah, karena diskusi menuntut mental dan
pikiran serta tukar menukar pendapat. Selain itu, diskusi juga
lebih komunikatif, mampu menjelaskan hal-hal yang masih
semu, dan mampu mengungkap tingkat keaktifan setiap
mahasiswa.
2. Metode Studi Kasus (The Case Method). Metode ini relevan
terutama untuk program studi yang menekankan penerapan
suatu hukum terhadap suatu kasus, misalnya di fakultas hukum
atau fakultas pertanian, dan lain-lain. Suatu kasus dijadikan
bahan untuk diskusi mahasiswa di bawah bimbingan dosen.
3. Metode Tutorial (Tutorial Method). Metode ini berupa
penugasan kepada beberapa mahasiswa tentang suatu objek
tertentu, lalu mereka mendiskusikannya dengan pakar di
bidangnya untuk memastikan validitas pemahaman mereka
tentang objek tersebut.
4. Metode Tim Pengajar (Team Teaching Method). Salah satu
bentuk dari metode ini adalah sekurang-kurangnya dua orang
dosen mengajar satu materi kuliah yang sama dalam waktu
yang sama pula, namun dengan pokok bahasan yang saling
melengkapi.
5. Metode Ceramah. Metode ini muncul paling awal dan banyak
digunakan terutama jika mahasiswa dalam satu kelas sangat
banyak.

b) Pengembangan Kompetensi Teknik Informasi


Perkembangan teknologi informasi yang demikian cepat merupakan
tantangan baru bagi para praktisi pendidikan, termasuk dosen. Para pakar
pendidikan memandang bahwa penguasaan para dosen terhadap teknologi
informasi sangat berpengaruh terhadap kesuksesannya dalam mengelola
pembelajaran. Sebab itu, para dosen perlu diberikan pelatihan penggunaan
berbagai macam teknologi informasi yang tersedia saat ini, mulai dari
komputer, televisi, telepon, video conference, hingga dunia internet.
Pengembangan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi ini
dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan, terutama yang terkait dengan
analisis, desain, implementasi, manajemen, hingga evaluasi instruksional
pendidikan.
Untuk pengembangan kemampuan teknologi informasi ini dibutuhkan
Ketersediaan fasilitas teknologi berikut perlengkapannya, Ketersediaan isi
serta bahan-bahan terkait metode penggunaan teknologi informasi tersebut
untuk mendukung metode pengajaran dan pelaksanaan kurikulum
pendidikan, dan Penyelenggaraan pelatihan bagi para dosen tentang cara
penggunaan alat-alat teknologi informasi tersebut.

c) Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi


Sistem manajemen perguruan tinggi berbeda dengan manajemen di
lembaga-lembaga lainnya. Di lingkungan perguruan tinggi terdapat
komunitas berbeda yang saling terkait, yaitu mahasiswa, dosen, pegawai,
dan para pekerja. Mereka semua diatur oleh pimpinan. Demikian pula model
manajemen yang diterapkan di sebuah perguruan tinggi mengalami
perubahan berdasarkan perkembangan perguruan tinggi tersebut.
Manajemen di perguruan tinggi yang baru didirikan berbeda dengan
manajemen di perguruan tinggi yang sudah maju.
Dengan asumsi ini, para dosen sebagai bagian utama dari perguruan
tinggi, sesungguhnya dibutuhkan untuk terlibat secara langsung dalam
mengelola perguruan tinggi, baik pada level pimpinan universitas, fakultas,
jurusan, program studi, maupun tim-tim yang dibentuk khusus untuk tujuan
tertentu. Sebab itu, pengembangan kemampuan manajemen sangat penting
bagi para dosen.

d) Pengembangan Kompetensi Kurikulum


Kurikulum merupakan fundamen yang sangat penting untuk mencetak
mahasiswa yang berkualitas tinggi. Namun penguasaan terhadap suatu
disiplin ilmu bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan profesi seorang
dosen. Mereka juga dituntut mampu merumuskan kurikulum yang dapat
menciptakan para sarjana dengan prestasi akademik yang tinggi, berperilaku
terhormat, serta berbudi baik. Karena itu, para dosen perlu diberikan
kesempatan untuk mengikuti perkembangan terbaru bidang ilmu yang
digelutinya agar mereka dapat merumuskan kurikulum juga berdasarkan
perkembangan terbaru. Mereka juga perlu didukung secara moral dan
materiil untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan
menciptakan kurikulum terbaik.
Untuk meningkatkan kemampuan tenaga dosen dalam merumuskan
kurikulum, perlu diselenggarakan kegiatan berupa:
1. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupun lainnya, yang tujuannya
memperbarui pengetahuan para dosen tentang perkembangan terbaru
di bidang disiplin ilmu tertentu.
2. Pelatihan cara menyusun rencana materi pengajaran. Tugas ini
terbilang sulit terutama bagi para dosen baru. Tetapi sangat penting
karena dapat membantu dosen mengatur kisi-kisi pengajarannya,
seperti tujuan, isi, model, strategi, evaluasi dan referensi pengajaran.
3. Pelatihan cara merancang rencana materi pengajaran berdasarkan
tujuan dan target dari masing-masing materi pelajaran, serta unsur-
unsur rencana pengajaran.
4. Pertemuan, baik seminar, lokakarya, maupun lainnya, yang diadakan
setelah pembaruan kurikulum dengan maksud menyatukan persepsi di
antara para dosen tentang metode dan cara yang efektif untuk
menjalankan kurikulum tersebut agar berhasil seperti yang diharapkan.
Dengan pertemuan tersebut akan terjadi harmoni antara kurikulum
baru dengan perkembangan pengetahuan para dosen.

e) Pengembangan Kompetensi Ilmiah (Riset dan Publikasi)


Salah satu tugas pokok perguruan tinggi adalah mengembangkan ilmu
pengetahuan. Tugas tersebut direalisasikan melalui pengkajian dan riset-riset
ilmiah yang dilakukan oleh komunitas akademik yang terdapat di dalamnya,
terutama para dosen. Dengan demikian tugas para dosen tidak terbatas
pada kegiatan mengajar saja. Mereka juga dituntut terus melakukan riset-
riset ilmiah secara serius dalam bidang yang digelutinya agar dapat
menyumbang dan memperkaya ilmu pengetahuan.
Di antara program yang perlu dilaksanakan untuk mengembangkan
produktivitas ilmiah para dosen adalah:
1. Pelatihan metodologi dan etika penelitian ilmiah dengan segala
aspeknya terutama yang terkait dengan disiplin ilmu masing-masing
kelompok dosen.
2. Penyediaan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk penelitian,
seperti komputer, laboratorium, perpustakaan yang lengkap, dan
sebagainya.
3. Pengaturan beban jam mengajar para dosen agar mereka mempunyai
kesempatan untuk menulis buku, menghadiri seminar, atau melakukan
semua proses penelitian.
4. Mendukung dana atau membantu menghubungkan dengan lembaga
yang dapat membiayai proyek penelitian mereka.
f) Pengembangan Kompetensi Evaluasi
Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan yang
menjadikan evaluasi sebagai salah satu cara mengembangakan kualitasnya.
Hal itu karena evaluasi yang benar merupakan salah satu cara terbaik untuk
mengembangkan proses pembelajaran. Dengan evaluasi yang benar akan
diketahui secara objektif kelebihan dan kekurangan sebuah sistem
pembelajaran sehingga program pengembangan ataupun perbaikan dapat
dirumuskan dengan tepat. dibutuhkan evaluasi yang benar dan akurat
terhadap dosen, kurikulum, sistem manajemen, mahasiswa, dan elemen-
elemen pokok lainnya.
Dalam proses evaluasi pendidikan di perguruan tinggi ini, para tenaga dosen
memiliki peran yang sangat penting, karena merekalah yang berhak menilai
dan menimbang kualitas pembelajaran yang mereka berikan atau yang
berlaku di universitas tempat mereka mengabdikan diri. Selain sebagai pihak
yang mengevaluasi, para dosen juga merupakan objek evaluasi. Kinerja
mereka sebagai tenaga pengajar juga dinilai untuk diperbaiki atau diberi
penghargaan.
g) Pengembangan Kompetensi Personal
Di era globalisasi seperti sekarang ini, di mana dunia berubah begitu
cepat, perguruan tinggi dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks.
Berkat kemajuan sains dan teknologi, metodologi pendidikan juga melaju
pesat dengan bertumpu pada metode serta teknologi mutakhir. Di tengah
situasi ini, tidak ada jalan lain bagi perguruan tinggi kecuali memulai
merumuskan program pengembangan komprehensif, termasuk peningkatan
profesionalisme para dosennya. Program-program tersebut lebih banyak
menekankan pada upaya pribadi dosen, karena sejatinya program
pengembangan integritas personal dosen tidak harus selalu mengacu pada
program yang disiapkan perguruan tinggi, tapi juga membutuhkan inisiatif
internal dan usaha keras dari dalam diri masing-masing dosen.

Anda mungkin juga menyukai