Anda di halaman 1dari 2

Modul 5

Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan Psikis

A. Hakikat Anak Berkelainan Psikis


Keterbelakangan mental adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan orang-
orang yang mempunyai kesulitan-kesulitan dalam mengatasi masalah, memahami
pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep dan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan
akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.
Ketidakmampuan intelektual (Intellectual disability) menjadi istilah secara
internasional.
Ketidakmampuan intelektual mengidentifikasi sekelompok orang yang mempunyai
karakteristik khusus. Permasalahan yang dihubungkan dengan :
- Kesulitan dalam membangun interaksi social
- Kesulitan dalam mempelajari keterampilan untuk diri sendiri
- Kesulitan dalam mencari pekerjaan

Menurut Herbert Spencer dan Francis Galton :


Intelegensi sebagai fasilitator penyesuaian antara aspek-aspek berpikir, sensori dan fisik
dari seseorang dengan lingkungannya.

Menurut Binet:
Intelegensi sebagai bagian dasar manusia yang mencakup judgement, initiative dan
adaptation terhadap suatu keadaan.

B. IQ dan Ketidakmampuan Intelektual


Menurut AAMR definisi ketidakmampuan Intelektual merujuk kepada skor IQ yang
berada dua standar deviasi dibawah mean pada tes intelegensi yang baku,
Tes IQ ini dapat memberikan estimasi yang berguna tentang potensi intelektual anak.
Disamping itu juga dapat digunakan untuk membandingkan anak yang satu dengan yang
lainnya pada usia yang sama.
Penyimpangan perilaku merupakan istilah yang mencakup klasifikasi dari gangguan
ringan sampai yang emosinya terganggu.
Siswa dengan penyimpangan perilaku ialah mereka yang gagal merespon terhadap
strategi pengelolaan yang dilaksanakan guru.
Watherspoon membedakan antara perilaku yang sulit diatur dengan perilaku yang
sangat sulit menyesuaikan diri.
Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik :
1. Ketidakmampuan belajar
2. Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan
teman dan gurunya.
3. Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal.
4. Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi.
Menurut Apter semua anak pada saat-saat tertentu menunjukkan perilaku
menyimpang.

C. Peserta Didik Autis


Autis berasal dari bahasa Yunani dari kata autos yang berarti diri.
Autis dipandang sebagai terjadinya gangguan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi
menerima, mengolah dan menerjemahkan informasi dalam prilaku.
Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi , kelainan system
system kerja otak, terutama pada lapisan korteks serebral, serebelum dan sistim limbik
merupakan penyebab autis pada anak.
1. Karakteristik Anak Autis
Menurut Laurent B. Alloy, ada 4 karakteristik pada anak Autis :
- Isolasi diri
- Keterbelakangan mental
- Kemampuan bahasa rendah
- Perilaku menyimpang
Ciri khas pada perilaku anak autis :
1. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
2. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati dan
tidak tahu apa reaksi yang lain atas perbuatannya.
3. Pemahaman anak sangat kurang
4. kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
5. Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya.
6. Memperhatikan prilaku stimulus diri

2. Relasi Pendidik dan Peserta Didik dalam Seting Pembelajaran Autis


Pembelajaran untuk anak autis lebih bersifat individual (satu lawan sayu. Empati
dan peran aktif keluarga memainkan peran yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran terhadap anak autis, Interaksi dengan anak-anak autis memerlukan
kedekatan yang lebih dalam anara guru dan peserta didiknya.
Menurut Ellen Sulaiman :
Interaksi pembelajaran dalam konteks anak autis memposisikan guru dan anal secara
timbale balik, berperan bergantian.
3. Strategi Pembelajaran Anak Autis
Strategi individual didahulukan sebab anak-anak autis merupakan individu yang
sangat unik. Artinya, dalam penerapannya baik memyangkut isi, metode dan tahapannya
sangat bervariasi disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
Strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu pada teori A-B-C
(Antecendent dan behavior-Consequance).
Strategi ini dimulai dengan pemberian instruksi atau antecedent atau pra-kejadian, yaitu
pemberian intrusi kepada anak baik berupa perintah meniru, pertanyaan atau visual dan
memberi kesempatan kepada anak untuk memberikan respon. Intruksi diberikan letika
anak sudah siap dan diberikan dengan suara yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai