VITAMIN
MAKALAH
Oleh
Offering GHK 2014 / Kelompok 8
Isfatun Chasanah 140342603465
Maulidan Asyrofil Anam 140342604964
Patricia Karin Himawan P. 140342604104
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk dunia, dengan proporsi yang signifikan, menderita atau beresiko
terhadap kekurangan vitamin dan mineral, yang biasa dikenal sebagai zat gizi mikro.
Asupan yang cukup dan ketersediaan vitamin dan mineral yang esensial secara erat
berkaitan dengan kelangsungan hidup, perkembangan fisik dan mental, kesehatan yang
baik secara umum, dan kesejahteraan menyeluruh dari semua individu dan masyarakat
(Dewoto, 2007).
Vitamin merupakan faktor pertumbuhan yang sering digunakan dalam farmasi
atau ditambahkan kepada makanan. Beberapa vitamin yang penting, dihasilkan secara
komersial melalui proses mikrobiologi. Vitamin digunakan sebagai tambahan pada
makanan manusia dan pakan ternak. Produksi vitamin, berada kedua setelah antibiotika
dalam hal penjualan total produk farmasi dengan nilai lebih dari $700 juta per tahun
(Siagian, 2013). Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial melalui sintesis bahan
kimia. Sejumlah vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya murah tapi keuntungannya
vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial. Hal inilah yang melatarbelakangi
disusunnya makalah yang berjudul Prinsip dan Mekanisme Mikroorganisme
Pemroses Produksi Vitamin.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini:
1. Menjelaskan konsep vitamin secara umum.
2. Bagaimana prinsip produksi vitamin oleh mikroorganisme?
3. Menjelaskan mekanisme produksi industrial vitamin oleh mikroorganisme.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Vitamin secara Umum
2.1.1. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang
sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai
kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya
tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi
kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet (Rahayu, 2010).
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak
maupun protein yang memiliki peran vital untuk berjalannya fungsi tubuh yang normal,
meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gizi yang sangat
dibutuhkan tubuh, karena berperan membantu proses metabolisme tubuh yang normal.
Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus
dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D (Rahayu, 2010).
Larut lemak
- Karotenoid + + + + >1000
Larut air
- Vitamin B2 + <10000
- Vitamin B12 + >3
- Vitamin C + 110000
Sumber: Schaechter (2009)
Tabel 2. Jenis vitamin yang diproduksi secara industrial beserta mikroorganisme pengahasilnya
Mikrooganisme Penghasilnya % dari
total
Senyawa
produksi
Bakteri Fungi Mikroalga
di dunia
Larut lemak
- Karotenoid:
-karoten Blakeslea Dunaliella
- 15
trispora salina
Astaxantin Xanthophyllomy- Haematococcus
- <10
ces dendrorbous pluvialis
Larut air
- Vitamin B2 Clostridium Ashbya gossypii
acetobutylicum dan
- 100
dan Bacillus Eremothecium
subtilis ashbyii
- Vitamin B12 Pseudomonas
- - 100
denitrificans
- Vitamin C Gluconobacter
suboxydans dan
- - 50
Ketogulonicige-
nium vulgare
Sumber: Schaechter (2009)
Gambar 1 Jalur sintesis b-karoten oleh bakteri. Jalur MEP (kanan) (Zhao et al., 2013)
dan jalur MEV (kiri) (Sun et al., 2016).
Selain melalui bantua bakteri semisal E. coli, mikroorganisme lain yang sering
digunakan dalam industri b-karoten adalah khamir (yeast). Menurut Mata-Gomez et al.
(2014), beberapa karoten yang dapat diproduksi oleh khamir antara lain b-karoten,
torulen, astaxanthine, dan cantaxhanthin.
Gambar 2 Beberapa jenis khamir yang telah dibuktikan mampu menghasilkan
karotenoid khamir (Mata-Gomez et al., 2014).
Riboflavin
Jenis Organisme Nama Spesies Sumber Karbon
(g/L)
Clostridium acetobutylicum - 0,1
Bakteri
Bacillus subtilis Glukosa 0,1
Candida flareri Glukosa, fruktosa 0,6
Ragi (yeast)
Candida guilliermondii Liquid brewery waste 0,2
Glukosa 0,2
Minyak jagung, minyak
20,0
Ashbya gossypii kedelai
Minyak kedelai, lemak
Fungi 3,3
tulang
Fruktosa, sukrosa 1,0
Eremothecium ashbyii Glukosa, molasse 5,0
Molasse 20,0
Gambar 5. Jalur metabolik dalam produksi riboflavin pada A. gossypii, B. subtilis dan C, famata.
Katerangan: G6P, glukosa-6-fosfat; 3PG, 3-fosfogliserat; PEP, fosfoenolpiruvat; Ribu-5P,
ribulosa-5-fosfat; OAA, Oksaloasetat; Asp, aspartat; Thr, treonin; Gly, glisin; Ser, serin; GTP,
guanosin trifosfat; GMP, guanosin monofosfat; XMP, xantin monofosfat; IMP, inosine monofosfat;
DRTP, 2,5-diamino-6-ribosilamino-4 (3H)-pirimidinedion 5-fosfat; ARP, 5-amino-6-ribitilamino-
2,4(lH, 3H)-pirimidine; DBP, L-3,4-dihidroksi-2-butanon-4-fosfat; DMRL, 6, 7-dimetil-8-
ribitillumazin.
Sumber: Alosta (2007)
Kobalamin (vitamin B12) yang diproduksi oleh industri, biasa digunakan sebagai
suplemen nutrisi, adalah senyawa kobalamin buatan dengan ligan siano yang
merupakan turunan dari kobalamin alami seperti adenosil-, metil-, atau kobalamin
hidroksi. Akan tetapi, istilah vitamin B12 juga digunakan untuk kobalamin alami.
Vitamin B12 yang diproduksi oleh industri tidak pernah diproduksi melalui jalur sintesis
yang rumit dan panjang, melainkan dieskstrak dari feses, sapropel atau kultur
Streptomyces sp. yang digunakan untuk produksi antibiotik. Ekstrak selanjutnya
diproses dengan fermentasi oleh Pseudomonas, Bacillus, Methanobacterium atau
Propionibacterium (Wang et al., 2014).
Gambar 7. Skema jalur biosintesis vitamin B12 oleh Pseudomonas denitrificans.
Keterangan: ACA, asam adenosilkobirat; AcCoA, asetil-KoA; APP, aminopropanol-O-2-fosfat;
CIT, sitrat; DMBI, dimetil benzimidazol; F6P, fruktosa-6-fosfat; Gly, glisin; Glu, glutamat; G3P,
gliseraldehid-3-fosfat; G6P, glukosa-6-fosfat; KDG, 2-keto,3-deoksi-6-fosfoglukonat; OAA,
oksaloasetat; P5P, pentosa-5-fosfat; PGA, 3-fosfat-gliserat; PYR, piruvat; Ser, serin; SUC-CoA,
suksinil-KoA; Thr, treonin; UPR, uroporfirinogen III; -KG, -ketoglutarat dan -ALA, asam -
aminolevulinat.
Akhir-akhir ini, bakteri Pseudomonas denitrificans hampir secara eksklusif
digunakan sebagai organisme produksi. Penelitian terhadap jalur biosintesis kobalamin
pada P. denitrificans dan kloning ke 22 gen cob dari organisme tersebut memungkinkan
peneliti menyusun strain produksi dengan gen yang terekayasa. Agar produksi tinggi,
glisin betain harus ada dalam molasse beet gula, begitu pula dengan prekursor
biosintetik kolin klorida. Medium fermentasi juga harus menyediakan garam kobalt dan
dimetilbenzimidazol sebagai komponen molekul kobalamin. Selama tujuh hari
fermentasi, adenosilkobalamin akan banyak disekresikan dari biomassa dan
terakumulasi di dalam kaldu fermentasi dalam satuan miligram. Langkah downstream
meliputi filtrasi, perlakuan sianida, kromatografi, ekstraksi dan kristalisasi yang
menghasilkan vitamin B12 murni (Schaechter, 2009).
Vitamin D adalah senyawa larut lemak yang merupakan turunan dari kolesterol
dan ergosterol. Bentuk vitamin D yang diproduksi di industri adalah vitamin D2
(ergokalsiferol) dan D3 (kolekalsiferol). Vitamin D2 ditransformasi dari ergosterol,
sementara vitamin D3 dihasilkan dari konversi kolesterol menjadi 7-dehidrokolesterol,
yang kemudian diputus dengan radiasi UV untuk menghasilkan kolekalsiferol. Baik
vitamin D2 maupun D3 dapat aktif dalam manusia sebelum melewati dua tahap
hidroksilasi yang terjadi di hati dan ginjal. Pertama, hati mengkonversi vitamin D
menjadi 25-hidroksi-vitamin D (kalsidiol). Kedua, ginjal mentransformasi kalsidiol
menjadi 1,25-dihidroksi-vitamin D (kalsitriol). Normalnya, vitamin D2 dan D3
difortifikasi ke dalam makanan dan pakan. Vitamin ini penting karena dapat membantu
absorpsi kalsium dan mineralisasi tulang, memodulasi pertumbuhan sel dan memiliki
fungsi neuromuskular, imun dan inflamasi (McNeil et al., 2013).
Vitamin D dapat disintesis oleh kebanyakan orang melalui paparan terhadap sinar
matahari, namun radiasi yang berlebihan dapat bersifat karsinogenik sehingga penting
untuk mengimbangi paparan terhadap sinar matahari dengan pola makan yang
mengandung vitamin ini. Vitamin ini dapat ditemukan secara alami dalam daging ikan
berlemak dan minyak hati ikan, namun sejumlah kecil vitamin ini juga dapat ditemukan
di hati sapi, keju, kuning telur (D2) dan beberapa jamur (D3) (McNeil et al., 2013).
Berikut adalah mekanisme sintesis vitamin D.
Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E adalah anti oksidan fase lipid utama tubuh terdiri dari 8 bentuk
molekuler, 4 tokoferol dan 4 tokotrienol. Molekul tokoferol ini terdiri dari prenil
hidropobik dan kromonal polar. Kromonal terdiri dari , , dan isomer. Walaupun
seluruhnya terdapat dalam makanan tetapi tokoferol adalah bentuk yang paling aktif
dan banyak digunakan. Vitamin E dalam bentuk oral yang sering di konsumsi adalah D-
tokoferol, D- tokoferol dan tokoferil suksinat sedangkan untuk topikal jenis yang
digunakan adalah tokoferil asetat dan tokoferil linoleat. Istilah tokoferol dan
tokoferil hanya berbeda dari absorbsinya di mana ester tokoferol lebih sedikit
absorbsinya di kulit (Deny, dkk. 2006). Vitamin E memiliki rumus kimia C 29H50O2,
struktur kimia vitamin E ( tokoferol) dapat dilihat pada gambar berikut :
Microorganism
Masuknya vitamin E ke dalam sel dapat terjadi melalui proses mediasi reseptor (LDL
membawa vitamin ini ke dalam sel) atau melalui proses yang dibantu oleh lipoprotein
lipase dengan cara vitamin E dilepaskan dari kilomikron dan VLDL. Di dalam sel,
transpor intraselular dari tokoferol membutuhkan protein pengikat tokoferol intraselular.
Vitamin E pada sebagian besar sel-sel non adiposa terdapat pada membran sel (Gyuton,
2007). Berikut adalah pembentukan vitamin e dari mikroalga.
(Sumber : http://www.lipidhome.co.uk/lipids/simple/tocol/index.htm)
Vitamin K (Menaquinon)
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin,
komponen thromboplastin plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah
sekelompok senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon
juga dapat disintesis oleh bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja, 2009). Selain
berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang
terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan agar penyerapan kalsium bagi tulang menjadi
maksimal (Winarno, 1986).
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phylloquinone) yang tedapat
pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus
normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3
(menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi
yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami
gangguan penyerapan vitamin K dari makanan (Sandjaja, 2009).
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,
asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri
atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai
samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri
atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri
atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin
K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh
(Almatsier, 2006). Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan
bantuan asam empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian
atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke
hati. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian,
vitamin K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel
tubuh. Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat
penyerapan lemak secara otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K
(Almatsier, 2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap akan
dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin sebagai metabolit larut air.
Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan
cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen
berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan.
Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis
menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier, 2006).
Biosintesis vitamin K menggunakan bakteri yang menghasilkan enzim
Isochorismic Synthase (ICS). Contoh Bakteri penghasil ICS yaitu Escherichia colli
yang merupakan bakteria gram negatif berbentuk batang/basilus/rod yang umum
ditemui di usus bawah organisma berdarah panas (endotermik). Kebanyakan strain E.
coli tidak berbahaya, tetapi terdapat beberapa jenis/strain , seperti serotype O157: H7,
boleh menyebabkan keracunan makanan yang serius pada manusia, dan kadang kala
strain ini menyebabkan produk makan dikembalikan. Strain berbahaya ini juga
sebenarnya adalah sebagian dari unsur alam flora usus yang normal bersama dengan
jenis bilion strain yang jahat dan baik yang lain. Strain ini juga boleh menguntungkan
perumah mereka dengan menghasilkan vitamin K2, dan dengan mencegah pembentukan
bakteria patogen dalam usus. Berikut gambar mekanisme pembentukan vitamin K
dalam bakteri.
Sikimat merupakan precursore pembentuk menaquinon. Jalur asam Shikimate
merupakan jalur alternative menuju senyawa aromatic. Jalur ini berlangsung dalam
mikroorganisme dan tumbuhan namun tidak berlangsung dalam hewan. Zat antara
pusat adalah asam shikimat, sutau asam yang ditemukan pada tanaman Illicium sp,
beberapa tahun sebelum perannya dalam metabolisme ditemukan. Asam ini juga
terbentuk dalam bakteri Esherichia colli. Berikut merupakan gambar jalur shikimate.
(Sumber : http://www.chem.qmul.ac.uk/iupac/misc/quinone.html)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini:
1. Vitamin (vita = hidup, amine = mengandung nitrogen) adalah molekul organik
yang berperan sebagai kofaktor. Senyawa ini tidak dihasilkan dari proses
anabolisme di dalam tubuh, tetapi diambil dari makanan sehari-hari. Senyawa ini
dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun keberadaannya vital bagi kehidupan.
2. Prinsip produksi vitamin adalah penggunaan mikroorganisme yang spesifik.
3. Mekanisme produksi vitamin oleh mikroorganisme adalah melalui jalur
metabolisme panjang yang membutuhkan glukosa (utamanya) sebagai sumber
karbon.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Dewoto, H. R. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta: Percetakan Gaya
Baru.
El-Mansi, E. M. T.; Bryce, C. F. A.; Dahhou, B.; Sanchez, S.; Demain, A. L. & Allman,
A. R. 2012. Fermentation Microbiology and Biotechnology. Third Edition. Boca
Raton: CRC Press.
Mata-Gomez, L.C., Montanez, J.C., Mendez-Zavala, A., & Aguilar, C.N. 2014.
Biotechnological Production of Carotenoids by Yeasts: An Overview. Microbial
Cell Factories, 13(12): 1-11.
McNeil, B.; Archer, D.; Giavasis, I. & Harvey, L. 2013. Microbial Production of Food
Ingredients, Enzymes and Nutraceuticals. Cambridge: Woodhead Publishing.
Sun, Y., Sun, L., Shang, F., & Yan, G. 2016. Enhanced Production of b-Carotene in
Recombinant Saccharomyces cerevisiae by Inverse Metabolic Engineering with
Supplementation of Unsaturated Fatty Acids. Process Biochemistry, 51(2016):
568-577.
Wang, Z.; Wang, H.; Wang, P.; Zhang, Y.; Chu, J.; Zhuang, Y. & Zhang, S. 2014.
Enhance Vitamin B12 production by online CO2 concentration control optimization
in 120 m3 fermentation. J Bioproces Biotechniq, 4 (4).
Warren, M. J. & Deery, E. 2009. Vitamin B12 (cobalamin) biosynthesis in the purple
bacteria. The Purple Phototrophic Bacteria, 28 (5): 81-95.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Zhao, J., Li, Q., Sun, T., Zhu, X., Xu, H., Tang, J., Zhang, X., & Ma, Y. Engineering
Central Metabolic Modules of Escherichia coli for Improving B-Carotene
Production. Metabolic Engineering. 17(2013): 42-50.