SALINAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR : P- 20 /BC/2007
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN KAWASAN PABEAN
DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
MEMUTUSKAN:
1
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di
Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain yang ditetapkan untuk
lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
2. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan dan pelabuhan khusus.
3. Pelabuhan yaitu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, dan/atau bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antar moda transportasi.
4. Pelabuhan Khusus yaitu pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan
sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.
5. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang,
dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan
antar moda transportasi.
6. Tempat Lain adalah tempat tertentu di daratan yang berada di dalam
kawasan/area industri dan tempat tertentu lainnya yang berfungsi
sebagai pelabuhan laut, yang mendukung kegiatan impor dan/atau
ekspor.
7. Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan/atau lapangan
atau tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk
menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau
pengeluarannya.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
9. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan.
10. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Kepabeanan.
BAB II
KAWASAN PABEAN
Bagian Kesatu
Persyaratan dan Tatacara Penetapan Sebagai Kawasan Pabean
Pasal 2
Penetapan suatu kawasan sebagai Kawasan Pabean ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan.
2
Pasal 3
(1) Untuk memperoleh penetapan sebagai Kawasan Pabean, Pengelola
Pelabuhan Laut, Bandar Udara, atau Tempat Lain mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat data tentang identitas penanggung jawab, badan usaha, dan
alamat lokasi kawasan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan:
a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan sebagai Badan Hukum;
b. Surat Izin Usaha dari instansi terkait;
c. Bukti penetapan sebagai Pelabuhan Laut atau Bandar Udara,
kecuali untuk Tempat Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 6 yang bukti penetapannya berupa rekomendasi dari instansi
terkait;
d. Bukti status kepemilikan dan/atau penguasaan tempat atau
kawasan. Penguasaan dimaksud sekurang-kurangnya dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun;
e. Bukti Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f. Ukuran luas kawasan; dan
g. Gambar denah lokasi yang memuat antara lain pagar pembatas,
pintu masuk/keluar (gate), titik koordinat dan/atau tanda lain yang
disesuaikan dengan kondisi lokasi.
(4) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang menerima permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan penelitian kelengkapan
dokumen dan melakukan pemeriksaan lokasi atas kawasan yang akan
ditetapkan sebagai Kawasan Pabean.
(5) Hasil pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan Lokasi sesuai contoh
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal
ini.
(6) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai meneruskan berkas
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah dilampiri dengan Berita
Acara Pemeriksaan Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dengan menyebutkan tanggal permohonan diterima secara lengkap dan
benar.
Pasal 4
(1) Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan administratif dan fisik terhadap permohonan yang diajukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Atas permohonan penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Kepala Kantor Wilayah atas nama
Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan dalam
jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak permohonan
diterima secara lengkap dan benar oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai.
3
(3) Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menerbitkan Keputusan Penetapan Sebagai Kawasan
Pabean oleh Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan
sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan
Direktur Jenderal ini.
(4) Penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menerbitkan surat pemberitahuan penolakan oleh
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan yang disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Keputusan Penetapan Sebagai Kawasan Pabean sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan
adanya pencabutan.
Pasal 5
(1) Untuk kepentingan pengawasan di bidang kepabeanan, Kepala Kantor
Wilayah atas nama Menteri Keuangan menetapkan batas-batas kawasan
dan pintu masuk/keluar (gate) atas suatu tempat atau kawasan yang
diajukan permohonan untuk penetapan sebagai Kawasan Pabean.
(2) Batas-batas kawasan dan pintu masuk/keluar (gate) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat berupa:
a. pagar pembatas dan pintu masuk/keluar (gate); atau
b. titik koordinat dan/atau tanda lain yang disesuaikan dengan kondisi
lokasi.
(3) Kawasan Pabean dinyatakan sebagai kawasan terbatas (restricted area).
Bagian Kedua
Larangan Penimbunan di Kawasan Pabean
Pasal 6
Barang selain untuk tujuan impor dan/atau ekspor dilarang untuk ditimbun,
dimasukkan, dan/atau dikeluarkan ke dan/atau dari Kawasan Pabean, kecuali
untuk tujuan pengangkutan selanjutnya.
Bagian Ketiga
Pencabutan Penetapan Sebagai Kawasan Pabean
Pasal 7
(1) Penetapan sebagai Kawasan Pabean dicabut dalam hal:
a. Kawasan Pabean tidak menjalankan kegiatan/usaha impor dan
ekspor dalam jangka waktu 1 (satu) tahun secara terus-menerus;
b. pengelola Kawasan Pabean terbukti bersalah telah melakukan
pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
c. pengelola Kawasan Pabean dinyatakan pailit; dan/atau
d. pengelola Kawasan Pabean mengajukan permohonan pencabutan.
4
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan dalam bentuk
Keputusan Pencabutan Atas Penetapan Sebagai Kawasan Pabean
sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan
Direktur Jenderal ini.
BAB III
TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
Bagian Kesatu
Penetapan dan Jenis Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 8
(1) Penetapan suatu kawasan, bangunan, dan/atau lapangan sebagai
Tempat Penimbunan Sementara ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah
atas nama Menteri Keuangan.
(2) Kawasan, bangunan, dan/atau lapangan yang diajukan penetapan
sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. Lapangan Penimbunan;
b. Lapangan Penimbunan Peti Kemas;
c. Gudang Penimbunan; dan/atau
d. Tangki Penimbunan.
Bagian Kedua
Persyaratan dan Tatacara Penetapan
Sebagai Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 9
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Tempat Penimbunan Sementara,
pengusaha tempat penimbunan harus mengajukan permohonan
penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara kepada Kepala
Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai sesuai
contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Peraturan Direktur
Jenderal ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
memuat data:
a. nama dan alamat penanggung jawab;
b. nama dan alamat badan usaha;
c. lokasi tempat penimbunan;
d. jenis tempat penimbunan; dan
e. ukuran luas dan/atau daya tampung (volume) tempat penimbunan.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan:
a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan sebagai Badan Hukum;
b. Surat Izin Usaha dari instansi terkait;
5
c. Izin dari Pemerintah Daerah setempat;
d. Bukti status kepemilikan dan/atau penguasaan suatu bangunan,
tempat atau kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas.
Penguasaan dimaksud sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun;
e. Bukti Nomor Pokok Wajib Pajak;
f. Gambar denah dan batas-batasnya yang meliputi tempat
penimbunan barang impor, ekspor, barang untuk diangkut ke dalam
daerah pabean lainnya melalui luar daerah pabean, dan tempat
pemeriksaan barang dan ruang kerja Pejabat Bea dan Cukai;
g. Daftar peralatan dan fasilitas penunjang kegiatan usaha yang dimiliki
dan surat pernyataan sanggup untuk menyediakan peralatan dan
fasilitas yang memadai;
h. Surat pernyataan sanggup menyediakan bangunan untuk tempat
pemeriksaan barang dan membuat laporan perkembangan
penyediaan bangunan tersebut setiap 3 (tiga) bulan.
i. Surat keterangan dari pengelola Kawasan Pabean tentang
penggunaan bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang
disamakan dengan itu di dalam Kawasan Pabean bersangkutan
sebagai Tempat Penimbunan Sementara;
j. Surat pernyataan sanggup melaksanakan administrasi pembukuan
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia; dan
k. Surat pernyataan sanggup melaksanakan peraturan perundang-
undangan di bidang kepabeanan.
(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan permohonan penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara di Tempat Lain yang belum ditetapkan sebagai Kawasan
Pabean, maka permohonan yang diajukan sekaligus merupakan
permohonan penetapan sebagai Kawasan Pabean.
(5) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang menerima permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan penelitian kelengkapan
dokumen dan melakukan pemeriksaan lokasi atas bangunan dan/atau
lapangan atau tempat lain yang akan ditetapkan sebagai Tempat
Penimbunan Sementara.
(6) Hasil pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dituangkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan Lokasi sesuai contoh
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal
ini.
(7) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai meneruskan berkas
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah dilampiri dengan Berita
Acara Pemeriksaan Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dengan menyebutkan tanggal permohonan diterima secara lengkap dan
benar.
Pasal 10
(1) Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap pemenuhan
persyaratan administratif dan fisik terhadap permohonan yang diajukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
(2) Atas permohonan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Kepala Kantor Wilayah
atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan
dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak
permohonan diterima secara lengkap dan benar oleh Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai.
6
(3) Persetujuan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menerbitkan Keputusan Penetapan Sebagai Tempat
Penimbunan Sementara oleh Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri
Keuangan sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII
Peraturan Direktur Jenderal ini.
(4) Penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menerbitkan surat pemberitahuan penolakan oleh
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan yang disertai
dengan alasan penolakan.
(5) Atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4),
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan
persetujuan atau penolakan penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan persetujuan atau
penolakan penetapan sebagai Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (2).
(6) Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sejak tanggal ditetapkan
sampai dengan adanya pencabutan.
Bagian Ketiga
Jaminan
Pasal 11
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang telah mendapatkan
Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), wajib menyerahkan
jaminan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi.
(2) Bentuk jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. uang tunai;
b. jaminan bank; dan/atau
c. jaminan dari perusahaan asuransi.
(3) Besar jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
memperhatikan kapasitas, jenis, dan/atau volume barang yang ditimbun,
dengan ketentuan:
a. sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hekto
are (ha) luas lapangan untuk Lapangan Penimbunan dan Lapangan
Penimbunan Peti Kemas;
b. sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap seribu
meter kubik (1000m3) volume ruang bangunan untuk Gudang
Penimbunan; dan
c. sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk setiap kiloliter (kl)
kapasitas untuk Tangki Penimbunan.
(4) Bagian dari satuan luas atau volume kapasitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dibulatkan jumlahnya menjadi satuan luas dan/atau volume
penuh.
(5) Atas penyerahan jaminan sebagai dimaksud pada ayat (1), Kepala
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai memberikan tanda terima kepada
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dan melakukan
pengelolaan dan pengadministrasian jaminan.
7
Bagian Keempat
Penimbunan Barang di Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 12
(1) Penimbunan barang impor dan barang ekspor sementara menunggu
pengeluaran atau pemuatannya, dilakukan di tempat penimbunan yang
telah mendapatkan penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara.
(2) Barang yang berasal dari dalam daerah pabean dilarang ditimbun di
Tempat Penimbunan Sementara, kecuali untuk:
a. tujuan ekspor;
b. reekspor; atau
c. tujuan dikirim ke tempat lain dalam daerah pabean dengan melewati
tempat di luar daerah pabean.
Pasal 13
(1) Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara wajib dipisahkan
antara barang impor, barang ekspor, dan barang yang berasal dari dalam
daerah pabean untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui
luar daerah pabean.
(2) Pemisahan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara:
a. untuk lapangan penimbunan dan gudang penimbunan, dibuatkan
pagar pembatas permanen dan/atau semi permanen dengan tinggi
sekurang-kurangnya 2 (dua) meter;
b. untuk lapangan penimbunan peti kemas, dibuatkan tanda batas yang
jelas dalam bentuk garis warna kuning yang tidak terputus dengan:
i. lebar sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) centimeter; dan
ii. jarak dengan peti kemas yang ditimbun sekurang-kurangnya 1
(satu) meter.
Pasal 14
(1) Barang-barang berbahaya, merusak, dan/atau yang memiliki sifat dapat
mempengaruhi barang-barang lain atau yang memerlukan instalasi atau
penanganan khusus, wajib ditimbun di:
a. Tempat Penimbunan Sementara yang khusus disediakan untuk
barang-barang tersebut; atau
b. tempat khusus yang berada di dalam Tempat Penimbunan
Sementara yang disediakan untuk menimbun barang-barang tersebut
dengan pembatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
(2) Peti kemas kosong wajib ditimbun di:
a. Tempat Penimbunan Sementara yang khusus disediakan untuk peti
kemas kosong; atau
b. tempat khusus yang berada di dalam Tempat Penimbunan
Sementara yang disediakan untuk menimbun peti kemas kosong
dengan pembatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
8
Pasal 15
(1) Barang impor yang ditimbun di gudang penimbunan wajib diberi identitas
yang sekurang-kurangnya memuat nomor dan tanggal Bill of Lading atau
Airway Bill.
(2) Barang untuk tujuan ekspor yang ditimbun di gudang penimbunan wajib
diberi identitas yang sekurang-kurangnya memuat nomor Persetujuan
Ekspor (PE) atau Pemberitahuan Pemeriksaan Barang (PPB).
(3) Barang untuk dikirim ke tempat lain dalam daerah pabean dengan
melewati tempat di luar daerah pabean yang ditimbun di gudang
penimbunan wajib diberi identitas yang sekurang-kurangnya memuat
nomor dan tanggal pendaftaran pemberitahuan pabean untuk itu (BC
1.3).
Pasal 16
(1) Peti kemas atau kemasan barang-barang lainnya yang ditimbun dalam
Tempat Penimbunan Sementara hanya dapat dibuka untuk kepentingan
pemeriksaan fisik barang dalam rangka pemeriksaan pabean.
(2) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dapat memberikan persetujuan
untuk membuka peti kemas atau kemasan barang untuk tujuan selain
yang dimaksud pada ayat (1), dalam hal terdapat permohonan tertulis
dari pemilik barang atau kuasanya.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dengan
disertai alasan dilakukannya permohonan pembukaan.
Pasal 17
(1) Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di
dalam area pelabuhan laut atau bandar udara ditetapkan paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal penimbunan.
(2) Penimbunan barang di Tempat Penimbunan Sementara yang berada di
luar area pelabuhan laut atau bandar udara ditetapkan paling lama 60
(enam puluh) hari sejak tanggal penimbunan.
(3) Barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang tidak
dikeluarkan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan sebagai Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai.
(4) Barang yang telah ditetapkan sebagai Barang yang Dinyatakan Tidak
Dikuasai wajib dipindahkan dari Tempat Penimbunan Sementara ke
Tempat Penimbunan Pabean.
Bagian Kelima
Tempat Pemeriksaan Barang
Pasal 18
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyediakan tempat
atau bangunan dan sarana yang memadai untuk tempat pemeriksaan
barang.
9
(2) Tempat pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki luas dan kapasitas yang sekurang-kurangnya memadai untuk
pelaksanaan pemeriksaan barang yang ditimbun di dalam Tempat
Penimbunan Sementara yang bersangkutan, dengan memenuhi
ketentuan:
a. tersedia bangunan yang bersifat permanen, berdinding keliling,
beratap, yang memungkinkan dapat dilakukannya pengeluaran,
pemeriksaan, dan pemasukan kembali barang dari dan ke dalam peti
kemas atau kemasan barang lainnya, serta dapat mengurangi risiko
terjadinya kerusakan atau kehilangan barang;
b. tersedia sarana dan peralatan yang memadai untuk mengangkat,
memindahkan, dan/atau mengambil barang dari dan ke dalam peti
kemas atau kemasan lainnya;
c. tersedia alat angkut yang memadai yang disediakan secara khusus
untuk mengangkut dan memindahkan barang dan/atau peti kemas ke
dan dari tempat pemeriksaan barang;
d. tersedia karyawan/buruh dalam jumlah yang cukup untuk membantu
mengangkat dan memindahkan barang dari dan ke dalam peti
kemas; dan
e. tersedia ruangan dan perlengkapan kerja yang memadai bagi
Pejabat Bea dan Cukai untuk melaksanakan tugas di bidang
kepabeanan.
(3) Untuk tangki penimbunan wajib dilengkapi alat ukur sebagai alat
pengawasan bagi Pejabat Bea dan Cukai dan dapat dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan c.
(4) Pejabat Bea dan Cukai dapat meminta untuk disediakan peralatan
lainnya kepada Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara, dalam hal
diperlukan untuk kepentingan penanganan secara khusus dalam rangka
pemeriksaan barang.
Bagian Keenam
Kewajiban dan Tanggung Jawab
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 19
(1) Tempat Penimbunan Sementara yang berada di bawah pengawasan
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang telah menerapkan sistem
Pertukaran Data Elektronik (PDE) Kepabeanan wajib memiliki dan
menyelenggarakan aplikasi pengelolaan barang di Tempat Penimbunan
Sementara.
(2) Aplikasi pengelolaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
terhubung (on-line computer) dan kompatibel dengan aplikasi
kepabeanan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.
Pasal 20
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang telah mendapatkan
Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara yang
akan memulai operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi sesuai contoh sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran VIII Peraturan Direktur Jenderal ini.
10
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan:
a. Daftar barang yang ditimbun dalam hal telah memiliki izin Tempat
Penimbunan Sementara sebelumnya;
b. Fotokopi Keputusan Menteri Keuangan tentang Penetapan Sebagai
Tempat Penimbunan Sementara; dan
c. Fotokopi tanda terima jaminan dari Kepala Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai yang mengawasi.
Pasal 21
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib memberitahukan
perubahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) kepada
Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
yang mengawasi.
(2) Atas pemberitahuan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai melakukan penelitian
administrasi dan dapat melakukan pemeriksaan lokasi.
(3) Hasil penelitian dan pemeriksaan lokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan berkas pemberitahuan diteruskan kepada Kepala Kantor
Wilayah.
(4) Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan
keputusan tentang perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) Dalam hal perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut
perubahan terhadap kapasitas, jenis, dan/atau volume Tempat
Penimbunan Sementara yang mengakibatkan perubahan besarnya
jaminan, Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib melakukan
penyesuaian besarnya jaminan ke Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi.
Pasal 22
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyampaikan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai daftar barang yang
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara yang telah melewati jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2).
(2) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi melakukan
analisis dan pengawasan lebih lanjut atas daftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 23
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib:
a. menyelenggarakan pembukuan, termasuk buku persediaan yang
dapat menunjukkan saldo awal, pemasukan, pengeluaran, dan saldo
akhir barang yang ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara; dan
b. menyimpan catatan dan dokumen, termasuk data elektronik, yang
berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang yang
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun.
11
(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara wajib menyerahkan laporan
keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar
pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data
elektronik, serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang
kepabeanan untuk kepentingan audit kepabeanan.
Pasal 24
(1) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara bertanggung jawab atas
bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang
terhadap barang yang ditimbun dalam Tempat Penimbunan Sementara
terhitung sejak saat penimbunan sampai dengan tanggal Pemberitahuan
Pabean atas Impor.
(2) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara dibebaskan dari tanggung
jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal barang yang
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementaranya:
a. musnah tanpa sengaja;
b. telah diekspor kembali, diimpor untuk dipakai, atau diimpor
sementara; atau
c. telah dipindahkan ke Tempat Penimbunan Sementara lain, Tempat
Penimbunan Berikat atau Tempat Penimbunan Pabean.
(3) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara yang tidak dapat
mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat
penimbunannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib membayar
bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor yang terutang
dan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 25% (dua
puluh lima persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar dengan
ketentuan perhitungan:
a. tarif didasarkan pada tarif barang sesuai uraian barang pada saat
ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara;
b. nilai pabean didasarkan pada nilai barang pada saat ditimbun di
Tempat Penimbunan Sementara; dan
c. Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk (NDPBM) didasarkan pada
nilai tukar (kurs) pada saat barang ditimbun di Tempat Penimbunan
Sementara.
(4) Perhitungan bea masuk dan/atau cukai serta pajak dalam rangka impor
yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sepanjang tidak
dapat didasarkan pada tarif dan nilai pabean barang yang bersangkutan,
didasarkan pada tarif tertinggi untuk golongan barang yang tertera dalam
pemberitahuan pabean pada saat barang tersebut ditimbun di Tempat
Penimbunan Sementara dan nilai pabean ditetapkan oleh Pejabat Bea
dan Cukai.
Bagian Keenam
Sanksi Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara
Pasal 25
(1) Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
memberikan peringatan kepada Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara dalam hal Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara:
12
a. tidak menyerahkan laporan perkembangan penyediaan bangunan
untuk tempat pemeriksaan barang dalam waktu 3 (tiga) bulan
dan/atau tidak ada tanda-tanda pelaksanaan penyediaan bangunan
tempat pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 3
huruf h.
b. tidak mengindahkan ketentuan pemisahan penimbunan barang
impor, barang ekspor, dan barang yang berasal dari dalam daerah
pabean untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar
daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13;
c. menimbun barang-barang berbahaya, merusak, dan yang karena
sifatnya dapat mempengaruhi barang-barang lain atau yang
memerlukan instalasi atau penanganan khusus, tidak di tempat
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1);
d. menimbun peti kemas kosong tidak di tempat khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2);
e. tidak memberikan identitas barang yang ditimbun di gudang
penimbunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
f. tidak lagi memenuhi ketentuan tentang tempat pemeriksaan barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18;
g. tidak memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi sebelum memulai
operasional kegiatan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
h. tidak memberitahukan perubahan data sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) berdasarkan rekomendasi dalam Laporan
Hasil Audit di bidang kepabeanan atau dari unit pengawasan lainnya;
i. tidak menyerahkan jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 21 ayat (5); dan/atau
j. tidak menyampaikan daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1).
(2) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan Surat
Peringatan sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IX
Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 26
(1) Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dibekukan dalam hal pengusaha
Tempat Penimbunan Sementara:
a. menimbun barang selain yang diijinkan untuk ditimbun di Tempat
Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2);
b. tidak memiliki dan menyelenggarakan aplikasi pengelolaan barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;
c. tidak menyelenggarakan pembukuan dan/atau tidak bersedia
menyerahkan dokumen dan pembukuan lainnya sehubungan
dengan audit di bidang kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23;
d. tidak memenuhi kewajiban pelunasan bea masuk dan/atau cukai
serta pajak dalam rangka impor, dan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3), dalam waktu 30
(tiga puluh) hari setelah penagihan;
e. tidak memenuhi ketentuan yang menjadi alasan diterbitkannya surat
peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), dalam
30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat peringatan; dan/atau
13
f. direkomendasikan oleh unit pengawasan untuk dibekukan.
(2) Pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atas nama Menteri Keuangan
dengan Surat Pemberitahuan Pembekuan atas Keputusan Penetapan
Sebagai Tempat Penimbunan Sementara sesuai contoh sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran X Peraturan Direktur Jenderal ini dengan
tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah.
(3) Selama dalam status pembekuan, Pengusaha Tempat Penimbunan
Sementara dilarang memasukkan barang ke dalam Tempat Penimbunan
Sementara.
Pasal 27
(1) Pembekuan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dicabut dalam hal
pengusaha Tempat Penimbunan Sementara:
a. telah mengeluarkan barang yang ditimbun selain yang diijinkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2);
b. telah memiliki dan menyelenggarakan sistem Pertukaran Data
Elektronik (PDE) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;
c. telah menyelenggarakan pembukuan dan/atau menyatakan bersedia
menyerahkan dokumen yang diminta sehubungan dengan audit
kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23;
d. telah memenuhi kewajiban pelunasan bea masuk dan/atau cukai
serta pajak dalam rangka impor, dan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3);
e. telah memenuhi ketentuan yang menjadi alasan diterbitkannya surat
peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1);
dan/atau
f. telah melaksanakan rekomendasi dari unit pengawasan.
(2) Pencabutan pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai atas nama
Menteri Keuangan dengan Surat Pemberitahuan Pencabutan
Pembekuan atas Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan
Sementara sesuai contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XI
Peraturan Direktur Jenderal ini berdasarkan hasil penelitian atau audit di
bidang kepabeanan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai dengan
tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah.
Pasal 28
(1) Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan melakukan
pencabutan atas Keputusan Penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:
a. Tempat Penimbunan Sementara dalam status pembekuan dalam
waktu selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus;
b. Tempat Penimbunan Sementara tidak menjalankan kegiatan/usaha
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun secara terus-menerus;
c. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara terbukti bersalah telah
melakukan pelanggaran tindak pidana di bidang kepabeanan
berdasarkan putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
14
d. Tempat Penimbunan Sementara dinyatakan pailit; dan/atau
e. Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara mengajukan
permohonan pencabutan.
(3) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Pencabutan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara sesuai
contoh sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XII Peraturan Direktur
Jenderal ini.
(4) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pencabutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), barang yang masih ditimbun di
dalam Tempat Penimbunan Sementara harus dikeluarkan dari Tempat
Penimbunan Sementara dengan tetap mendasarkan pada ketentuan
penimbunan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17.
(5) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi
tanggung jawab Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara untuk
menyelesaikan kewajiban pabean.
BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 29
(1) Dalam hal Keputusan Penetapan sebagai Kawasan Pabean dicabut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Penetapan sebagai Tempat
Penimbunan Sementara yang berada di dalam Kawasan Pabean yang
bersangkutan dinyatakan dibekukan.
(2) Dalam Keputusan Pencabutan Atas Penetapan Sebagai Kawasan
Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pernyataan
pembekuan terhadap penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara yang berada di dalam Kawasan Pabean yang bersangkutan.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Terhadap Kawasan Pabean yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Pabean sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, wajib
diajukan permohonan oleh pengelola Kawasan Pabean sesuai ketentuan
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 atau diajukan permohonan untuk
melakukan pemutakhiran data (up-dating) kepada Kepala Kantor Wilayah
melalui Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dalam
jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak berlakunya Peraturan
Direktur Jenderal ini.
(2) Terhadap Tempat Penimbunan Sementara yang telah ditetapkan sebagai
Tempat Penimbunan Sementara sebelum berlakunya Peraturan Direktur
Jenderal ini, wajib diajukan permohonan oleh pengusaha Tempat
Penimbunan Sementara sesuai ketentuan sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 9 ayat (1) kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi dalam jangka waktu
90 (sembilan puluh) hari sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal
ini.
15
(3) Dalam hal pengelola Kawasan Pabean atau pengusaha Tempat
Penimbunan Sementara tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Kepala Kantor Wilayah atas nama
Menteri Keuangan memutuskan pencabutan penetapan sebagai
Kawasan Pabean atau Tempat Penimbunan Sementara.
Pasal 31
(1) Penyediaan bangunan untuk tempat pemeriksaan barang oleh
Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a, wajib dipenuhi paling lama 18 (delapan
belas) bulan sejak berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini.
(2) Penyediaan dan penyelenggaraan aplikasi pengelolaan barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, wajib dipenuhi paling lama 90
(sembilan puluh) hari sejak permohonan penetapan sebagai Tempat
Penimbunan Sementara diajukan.
Pasal 32
Dalam hal Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara berada di
bawah pengawasan Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai, ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal ini mengenai penetapan
sebagai Kawasan Pabean dan Tempat Penimbunan Sementara dilakukan
oleh Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai atas nama Menteri
Keuangan.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 33
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2007.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2007
SALINAN sesuai dengan aslinya
Sekretaris Direktorat Jenderal DIREKTUR JENDERAL
u.b.
Kepala Bagian Organisasi ttd.
dan Tatalaksana
ANWAR SUPRIJADI
NIP 120050332
Nofrial
NIP 060040274
16
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
KOP PERUSAHAAN
Nomor : .. . 20..
Lampiran : ..
Hal : Permohonan Penetapan Sebagai Kawasan Pabean
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ............................................................................................
Pekerjaan/Jabatan : ............................................................................................
Alamat : ............................................................................................
............................................................................................
bertindak atas nama:
Nama Perusahaan/Pengelola : ............................................................................................
NPWP Perusahaan/Pengelola : ............................................................................................
Alamat Perusahaan/Pengelola : ............................................................................................
............................................................................................
Telepon/Faksimile : ............................................................................................
Nama Penanggung Jawab : ............................................................................................
NPWP Penanggung Jawab : ............................................................................................
Alamat Penanggung Jawab : ............................................................................................
............................................................................................
17
Demikian permohonan ini kami ajukan untuk mendapatkan pertimbangan sebagaimana
mestinya.
Pemohon
meterai
...........................
DIREKTUR JENDERAL
ttd.
SALINAN sesuai dengan aslinya ANWAR SUPRIJADI
Sekretaris Direktorat Jenderal NIP 120050332
u.b.
Kepala Bagian Organisasi
dan Tatalaksana
Nofrial
NIP 060040274
18
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
Contoh Berita Acara Pemeriksaan Lokasi untuk Penetapan Sebagai Kawasan Pabean
Nomor: BA-...............
Pada hari ini ........... tanggal .......... bulan ............... tahun .............., kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
1. Nama : .......................................
NIP : .......................................
Pangkat/Gol. : .......................................
Jabatan : .......................................
2. Nama : .......................................
NIP : .......................................
Pangkat/Gol. : .......................................
Jabatan : .......................................
sesuai dengan Surat Tugas Kepala ................................ Nomor .................. tanggal ..............,
telah melakukan pemeriksaan lokasi terhadap kawasan yang diajukan penetapannya sebagai
Kawasan Pabean sebagai berikut:
A. PEMOHON
1. Nama Perusahaan/Pengelola : ...................................
2. NPWP Perusahaan/Pengelola : ...................................
3. Alamat Perusahaan/Pengelola : ...................................
4. Telepon/Faksimile : ...................................
5. Nama Penanggung Jawab : ...................................
6. Alamat Penanggung Jawab : ...................................
7. NPWP Penanggung Jawab : ...................................
19
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan ....................... (koordinat ............)
5. Pintu/Akses kawasan:
a. Jumlah pintu masuk (gate) : ...................................
b. Jumlah pintu keluar (gate) : ...................................
c. Catatan : ...................................
6. Fasilitas kawasan:
a. Lapangan penimbunan dengan ukuran: ..
b. Gudang penimbunan dengan ukuran: ..
c. Fasilitas lainnya: ..
D. LAMPIRAN:
1. Peta kawasan yang akan dijadikan Kawasan Pabean.
2. Tata letak (lay out) kawasan.
3. Foto-foto kawasan, sarana, peralatan, dan fasilitas lainnya.
2. Nama : ..............
NIP : ..............
Tanda tangan :
......................................
NIP ...............................
*) coret yang tidak perlu
DIREKTUR JENDERAL
SALINAN sesuai dengan aslinya
Sekretaris Direktorat Jenderal ttd.
u.b.
Kepala Bagian Organisasi ANWAR SUPRIJADI
dan Tatalaksana NIP 120050332
Nofrial
NIP 060040274
20
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN:
PERTAMA : Menetapkan sebagai Kawasan Pabean atas nama .... dengan data
sebagai berikut:
1. Pengelola:
a. Nama Perusahaan : ...................................
b. NPWP Perusahaan : ...................................
c. Alamat Perusahaan : ...................................
d. Telepon/Faksimile : ...................................
e. Nama Penanggung Jawab : ...................................
f. Alamat Penanggung Jawab : ...................................
g. NPWP Penanggung Jawab : ...................................
2. Lokasi:
a. Letak : ...................................
b. Alamat : ...................................
c. Desa/Kelurahan : ...................................
d. Kecamatan : ...................................
e. Kabupaten/Kotamadya : ...................................
f. Provinsi : ...................................
21
3. Ukuran:
a. Panjang : ...................................
b. Lebar : ...................................
c. Luas : ...................................
4. Batas-batas:
a. Sebelah Utara : ........................... (koordinat ............)
b. Sebelah Timur : ........................... (koordinat ............)
c. Sebelah Selatan : ........................... (koordinat ............)
d. Sebelah Barat : ........................... (koordinat ............)
5. Pintu Masuk/Keluar (gate) : ...................................
6. Gambar denah lokasi : Terlampir
KEENAM : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..............................
pada tanggal ..............................
.........................................
NIP .............................................
Nofrial
NIP 060040274
22
LAMPIRAN IV
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN:
KEENAM : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
23
1. Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
2. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai ....................
Ditetapkan di ..............................
pada tanggal ..............................
.........................................
NIP .............................................
DIREKTUR JENDERAL
SALINAN sesuai dengan aslinya
Sekretaris Direktorat Jenderal ttd.
u.b.
Kepala Bagian Organisasi ANWAR SUPRIJADI
dan Tatalaksana NIP 120050332
Nofrial
NIP 060040274
24
LAMPIRAN V
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
KOP PERUSAHAAN
Nomor : . 20..
Lampiran : .
Hal : Permohonan Penetapan Sebagai
Tempat Penimbunan Sementara
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : .........................................................................................
Pekerjaan/Jabatan : .........................................................................................
Alamat : .........................................................................................
.........................................................................................
bertindak atas nama:
Nama Perusahaan : .........................................................................................
NPWP Perusahaan : .........................................................................................
Alamat Perusahaan : .........................................................................................
.........................................................................................
Telepon/Faksimile : .........................................................................................
Nama Penanggung Jawab : .........................................................................................
Alamat Penanggung Jawab : .........................................................................................
.........................................................................................
NPWP Penanggung Jawab : .........................................................................................
1. Lokasi :
a. Alamat Jalan : ......................................................................................
......................................................................................
b. Kelurahan/Desa : ............................................ RT/RW ..........................
c. Kecamatan : ......................................................................................
d. Kabupaten/Kodya : ......................................................................................
e. Propinsi : ......................................................................................
2. Batas-batas :
a. Sebelah Utara : ...........................................(koordinat .........................)
b. Sebelah Timur : ...........................................(koordinat .........................)
c. Sebelah Selatan : ...........................................(koordinat .........................)
d. Sebelah Barat : ...........................................(koordinat .........................)
5. Lampiran-lampiran :
a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan sebagai Badan Hukum;
b. Surat Izin Usaha dari instansi terkait;
c. Izin dari Pemerintah Daerah setempat;
25
d. Fotokopi bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat, atau kawasan
yang mempunyai batas-batas yang jelas;
e. Bukti Nomor Pokok Wajib Pajak;
f. Gambar denah dan batas-batasnya yang meliputi tempat penimbunan barang impor,
ekspor, barang untuk diangkut ke dalam daerah pabean lainnya melalui luar daerah
pabean, dan tempat pemeriksaan barang dan ruang kerja Pejabat Bea dan Cukai;
g. Daftar peralatan dan fasilitas penunjang kegiatan usaha yang dimiliki dan surat
pernyataan sanggup untuk menyediakan peralatan dan fasilitas yang memadai;
h. Surat pernyataan sanggup menyediakan bangunan untuk tempat pemeriksaan barang
dan membuat laporan perkembangan penyediaan bangunan tersebut setiap 3 (tiga)
bulan;
i. Surat keterangan dari pengusaha/penanggung jawab Kawasan Pabean tentang
penggunaan bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan
itu di dalam Kawasan Pabean bersangkutan sebagai Tempat Penimbunan Sementara;
j. Surat pernyataan sanggup melaksanakan administrasi pembukuan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia; dan
k. Surat pernyataan sanggup memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pemohon
meterai
.......................
DIREKTUR JENDERAL
Nofrial
NIP 060040274
26
LAMPIRAN VI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
Contoh Berita Acara Pemeriksan Lokasi untuk penetapan sebagai Tempat Penimbunan
Sementara
Nomor: BA-.................
Pada hari ini ........... tanggal .......... bulan ............... tahun .............., kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
1. Nama : .......................................
NIP : .......................................
Pangkat/Gol. : .......................................
Jabatan : .......................................
2. Nama : .......................................
NIP : .......................................
Pangkat/Gol. : .......................................
Jabatan : .......................................
sesuai dengan Surat Tugas Kepala ................................ Nomor .................. tanggal ..............,
telah melakukan pemeriksaan lokasi terhadap bangunan dan/atau lapangan atau tempat yang
diajukan penetapannya sebagai Tempat Penimbunan Sementara sebagai berikut:
A. PEMOHON:
1. Nama Perusahaan : ...................................
2. NPWP Perusahaan : ...................................
3. Alamat Perusahaan : ...................................
4. Telepon/Faksimile : ...................................
5. Nama Pemilik/Penanggung Jawab : ...................................
6. Alamat Pemilik/Penanggung Jawab : ...................................
7. NPWP Pemilik/Penanggung Jawab : ...................................
B. KONDISI FISIK:
1. Lokasi:
a. Letak : Dalam Pelabuhan Laut/Bandar Udara/Tempat Lainnya*)
b. Alamat : ...................................
c. Desa/Kelurahan : ...................................
d. Kecamatan : ...................................
e. Kabupaten/Kotamadya : ...................................
f. Propinsi : ...................................
2. Jenis: *)
a. Lapangan Penimbunan
b. Lapangan Penimbunan Peti Kemas
c. Gudang Penimbunan
d. Tangki Penimbunan
e. Lainnya: ................... (misalnya gabungan dari jenis di atas)
3. Ukuran:
a. Panjang : ...................................
b. Lebar : ...................................
c. Luas : ...................................
d. Volume : ...................................
27
4. Pagar:
a. Tinggi : ...................................
b. Konstruksi : Tembok/Besi/.............
c. Kondisi : ...................................
5. Batas-batas:
a. Sebelah Utara : ...........................(koordinat ............)
b. Sebelah Timur : ...........................(koordinat ............)
c. Sebelah Selatan : ...........................(koordinat ............)
d. Sebelah Barat : ...........................(koordinat ............)
6. Pintu/Akses:
a. Jumlah pintu masuk : ...................................
b. Jumlah pintu keluar : ...................................
c. Catatan : ...................................
D. LAMPIRAN:
2. Nama : ..............
NIP : ..............
Tanda tangan :
28
Berdasarkan hasil pemeriksaan lokasi, kami berkesimpulan bahwa kawasan tersebut
layak/tidak layak*) dipertimbangkan untuk ditetapkan sebagai Kawasan Pabean.
......................................
NIP ...............................
DIREKTUR JENDERAL
ttd.
SALINAN sesuai dengan aslinya
Sekretaris Direktorat Jenderal ANWAR SUPRIJADI
u.b. NIP 120050332
Kepala Bagian Organisasi
dan Tatalaksana
Nofrial
NIP 060040274
29
LAMPIRAN VII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN:
30
f. Provinsi : ...................................
3. Ukuran tempat penimbunan:
a. Panjang : ...................................
b. Lebar : ...................................
c. Luas : ...................................
d. Volume : ...................................
4. Batas-batas tempat penimbunan:
a. Sebelah Utara : .............................(koordinat .............)
b. Sebelah Timur : .............................(koordinat .............)
c. Sebelah Selatan : .............................(koordinat .............)
d. Sebelah Barat : .............................(koordinat .............)
5. Gambar denah lokasi : Terlampir
KETIGA : Menunjuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai ......................... sebagai kantor
yang mengawasi Tempat Penimbunan Sementara sebagaimana dimaksud
dalam diktum PERTAMA.
KEENAM : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..............................
pada tanggal ..............................
.........................................
NIP .............................................
Nofrial
NIP 060040274
31
LAMPIRAN VIII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
KOP PERUSAHAAN
Pengusaha TPS,
..........................
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Teknis Kepabeanan
2. Direktur Penindakan dan Penyidikan
3. Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai ..............
DIREKTUR JENDERAL
Nofrial
NIP 060040274
32
LAMPIRAN IX
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
Saudara diminta untuk segera memenuhi hal-hal yang menjadi alasan diterbitkannya
surat peringatan ini.
Apabila Saudara tidak memenuhi hal-hal yang menjadi alasan diterbitkannya peringatan
ini dalam waktu 30 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan ini, maka kami akan
melakukan pembekuan Keputusan Penetapan Sebagai Tempat Penimbunan Sementara.
........................
NIP ..
Tembusan:
1. Direktur Jenderal
2. Direktur Teknis Kepabeanan
3. Direktur Penindakan dan Penyidikan
4. Kepala Kantor Wilayah ....
Nofrial
NIP 060040274
33
LAMPIRAN X
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
................
NIP ..
Tembusan:
1. Direktur Jenderal
2. Direktur Teknis Kepabeanan
3. Direktur Penindakan dan Penyidikan
4. Kepala Kantor Wilayah ...
Nofrial
NIP 060040274 34
LAMPIRAN XI
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
................
NIP ..
Tembusan:
1. Direktur Jenderal
2. Direktur Teknis Kepabeanan
3. Direktur Penindakan dan Penyidikan
4. Kepala Kantor Wilayah ...
Nofrial
NIP 060040274
35
LAMPIRAN XII
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
NOMOR P-20/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PENETAPAN SEBAGAI KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
PENIMBUNAN SEMENTARA
TENTANG
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN:
KETIGA : Dalam hal masih terdapat tagihan keuangan negara yang terutang,
pengusaha/penanggung jawab Tempat Penimbunan Sementara
sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA wajib melunasi tagihan
keuangan negara yang masih terutang tersebut dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterbitkannya Surat Pemberitahuan Kekurangan
Pembayaran Bea Masuk (SPKPBM) dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
yang mengawasi.
36
KEEMPAT : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan/kekurangan dalam
Keputusan Menteri Keuangan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
KELIMA : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..............................
pada tanggal: ..............................
....................................................
NIP .............................................
DIREKTUR JENDERAL
ttd.
SALINAN sesuai dengan aslinya
Sekretaris Direktorat Jenderal ANWAR SUPRIJADI
u.b. NIP 120050332
Kepala Bagian Organisasi
dan Tatalaksana
Nofrial
NIP 060040274
37