Asma
Asma
PENDIDIKAN RUANG
LINGKUP PENDIDIKAN
Posted on 3 November 2011 by Sabab Jalal
Disusun Oleh:
3. Miftachul Janah
5. Lutfi Munfaati
BAB II
1. Pengertian Pendidikan
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa YunaniPaedagogike. Ini adalah kata
majemuk yang terdiri dari kataPais yang berarti anak dan kata Ago yang berarti Aku
membimbing. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya
membimbing anak dengan maksud membawany ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani
disebut Paedagogos.
Dari segi esensial, mendidik dirumuskan antara lain sebagai berikut:
2. Y.H.E.Y.Hoogveld: Mendidik ialah membantu anak, supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan sendiri.
3. Sis Heyster: Mendidik ialah membantu manusia dalam pertumbuhan, agar ia kelak
mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat tercapai olehnya
dengan tidak mengganggu orang lain (Dalmanto, 1959 : 8-2)
Dari keempat rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah: pengaruh,
bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada nanak
didik.
2. Proses Pendidikan
Manusia bukan hanya makhluk biologis, melainkan seorang pribadi, seorang person, seorang
subyek, artinya: ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam situasinya,
ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di tangan sendiri
(Driyarkara, 1980 :82)
Mendidik disebut suatu perbuatan fundamental, karena mendidik itu adalah memanusiakan
manusia muda, mendidik itu adalah hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yang
menyebabkanmanusia menjadi manusi (Driyarkar, 1980 :87)
Pemanusiaan di sini mempunyai dua arti: pendidik memanusiakan anak didik, dan anak didik
memanusiakan dirinya.
Pembudayaan di sini menunjukkan aktivitas baik baik dari pendidik maupun dari anak didik.
Pendidik membudayajan anak, dan anak karena di budayakan maka membudayakan diri.
Pelaksanaan di sini adalah perjumpaan antara aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik. Jika
ibu mengenakan pakaian kepada anak, maka di situ ibu melaksanakn nilai-nilai berpakaian
kepada anak.
3. Konsekuensi Pendidikan
Mengingat bahwa pendidikan itu hanya untuk manusia dan dapat dipandang dari berbagai
aspek, maka konsekuensi pendidikan seharusnya dapat mengembangkan aspek-aspek itu
sebagai unsure keseluruhan.
Proses belajar berarti bagaimana seseorang melakukan suatu kegiatan jasmani rohani dalam
rangka memperoleh pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu selalu mengalami
perkembangan zaman. Oleh karena itu, seseorang yang selalu ingin memperoleh pengetahuan
baru, seharusnya ia belajar terus sepanjang hidupnya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah
ia meninggal dunia. Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup.
Dalam GBHN (Tap MPR No. IV/MPR/1973) dirumuskan bahwa Pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Menurut S. Brojonagoro, pendidikan dapat dimuali lebih awal lagi, bahkan ketika calon
suami istri masih berpacaran..
Menurut Notonagoro, pendidikan dapat dimulai sejak anak itu masih dalam kenangan. Muda-
mudi dapat mempersiapkan diri dengan jalan mendidik dirinya sendiri, sehingga mereka
dapat menjadi bibit persemaian yang lebih baik, dan pendidikan itu berlangsung sepanjang
hayat (Soedomo H. 1995 :7)
6. Unsur-unsur Pendidikan
I. Pendidik
1. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah setiap orang dewasa yang bertanggung jawab dan dengan sengaja
mempengaruhi orang lain (anak didik), memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam
pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai kedewasaan.
1. Orang tua (ayah dan ibi), menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati. Orang tua sering pula disebut sebagai
pendidik kodrat atau pendidik asli, dan berperan dalam lingkungan pendidikan in-
formal atau keluarga.
2. Pengajar atau guru di sekolah, disebut pendidik karena jabatannya, atau karena
keahliannya, maka dinamakan pendidik professional. Guru sering disebut pendidik
pembantu, karena guru menerima limpahan sebagian tanggung jawab orang tua untuk
menolong dan membimbing anaknya.
2. Tugas Pendidik
1. Tugas Educational(Pendidikan)
Dalam hal ini pendidik mempunyai tugas memberi bimbingan yang lebih banyak diarahkan
pada pembentukan kepribadian anak didik.
1. Tugas Itruksional
Dalam hal ini pendidik dititikberatkan pada perkembangan dan kecerdasan daya
intelektual anak didik, dengan tekanan perkembangan pada kemampuan kognitif,
kemampuan efektif dan kemampuan psikomotor, sehingga anak dapat menjadi
manusia yang cerdas, bermoral baik dan sekaligus juga terampil.
1. Tugas Managerial(Pengelolaan)
Dalam hal ini pendidik berkewajiban mengelola kehidupan Lembaga (klas atau sekolah yang
diasuh oleh guru). Pengelolaan itu meliputi:
1). Personal atau anak didik, yang lebih erat berkaitan dengan pembentukan kepribadian
anak.
2). Material atau sarana, yang meliputi alat-alat, perlengkapan media pendidikan, dan lain-
lain yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
3). Operasional atau tindakan yang dilakukan, yang menyangkut metoda mengajar,
pelaksanaan mengajar, sehingga dapat tercipta kondisi yang seoptimal mungkin bagi
terlaksananya proses mengajar dan dapat membrikan hasil yang sebaik-baiknya bagi anak
didik.
3. Syarat Pendidik
1. a. Umur
2. Kesehatan
1. Sifat-sifat Pendidik
Adapun sifat khusus yang sangat penting dan wajib dimiliki oleh setiap pendidik adalah:
1. Anak Didik
Anak didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat, dan
sebagai suatu pribadi atau individu.
1. Pendidikan Anak Didik
Menurut sifat dan bakat dari orang tua ke anaknya, sudah dapat diketahui bibit, bebet, bobot,
pada waktu memilih teman hidup sebagai suami istri.
1. a. John Locke dari Inggris (1632-1704), berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini
sebagai kertas kosong, atau sebagai meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di
atasny (Tabula rasa). John Locke berkeyakinan, bahwa anak dilahirkan tidak dengan
pembawaan.
2. J.J. Rousseau dari Prancis (1712-1778), berpendapat bahwa semuanya adalah baik
waktu baru datang dari Sang Pencipta (Tuhan) tetapi semua menjadi buruk setelah
ditangani manusia.
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa anak pada waktu dilahirkan
membawa pembawaan dan semua pembawaan itu adalah baik tidak ada
pembawaan yang buruk.
Perkembangan anak dalam arti sempit dapat dikatakan suatu pertumbuhan yang di bawah
dibatasi oleh proses mengikat dan di atas dibatasi oleh proses melepas. Mengikat itu bagi
anak merupakan suatu syarat bagi perkembangannya, maka proses melepas itu merupakan
tuntutan baginya untuk menyiapkan diri menuju hidup berdiri sendiri sebagai orang dewasa
di dalam masyarakat kelak. Bila kita rangkaikan dengan kecenderungan anak maka kita
temukan suatu pertalian yaitu: proses mengikat, yang mencerminkan adanya sifat bergantung,
dan proses melepas itu pencerminan azas bentuk.