Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pengertian
Sifat domba suka berkelompok, maka handling dan tilik ternak terhadap
domba pun lebih mudah dilakukan. Handling yang baik sangat diperlukan oleh
peternak untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Eksterior atau tilik ternak
adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk
menentukan atau mengetahui kualitas dari suatu ternak (Anonim, 2011).
Domba tipe pedaging mempunyai bentuk badan panjang, lebar dan dalam.
Keseluruhan badannya penuh dengan urat daging dan lapisan lemak yang padat.
Ia mempunyai leher yang pendek, tetapi tebal. Dada lebar dan dalam.
Punggungnya lurus kebelakang. Antara kakinya lebar tetapi pendek. Kesan yang
terlihat keseluruhannya untuk tipe domba pedaging ialah mempunyai bentuk
seperti tong, dengan timbangan badan yang berat, sedangkan ia hanya mempunyai
bulu yang tipis.
Langkah yang dapat ditempuh untuk menilai domba tipe potong adalah
sebagai berikut :
a. Lihatlah domba yang akan kita nilai dari jarak 5 meter. Perhatikan dari
arah depan, samping dan belakang. Dari pandangan ini kita akan
memperoleh kesan tentang panjang, dan lebar badan. Kita juga akan
lebih jelas untuk menyaksikan ketebalan bagian depan dan belakang
badan. Selain itu kokoh kaki depan dan belakang serta antara kedua
kakinya.
b. Setelah selesai menilai dari jarak dekat, kita melakukan penilaian dengan
cara mengukur dengan tangan pada kaki sebelah atas untuk mengetahui
seberapa besar tempat itu.
Domba pedaging bila dilihat dari depan tampak gemuk dan kompak. Untuk
memilih (judging) domba seyogyanya dilihat dari jarak 6-8 feet (1 feet = 0,3048)
dan dilihat dari depan, samping kiri, kanan dan belakang. Dari samping dilihat
tebal dan tipis, bagian ham, panjang kaki, panjang leher, punggung kuat, rata,
leher sedang. Dilihat dari belakang cukup tampak lebar dan bentuk agak
bulat,terutama bagian belakang tampak sebert huruf U, bukan seperti hurufv. Bila
dilihat dari depan tampak kaki kuat, chest dan brisket gemuk, kalau kaki panjang
mungkin kaki akan bengkok.
Kelompok domba tipe potong atau pedaging memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bentuk badan padat, dada leber dan dala, leher pendek, garis punggung
dan pinggang lurus.
b. Kaki pendek, seluruh tubuh berurat daging yang padat.
c. Termasuk domba tipe pedaging antara lain sounthdown, hampshire, dan
oxfor (Sudarmono, 2003).
Domba adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal orang banyak
karena dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya. Penentuan kualitas atau kondisi
dari suatu ternak harus memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Konstitusi tubuh
b. Temperamen
Temperamen adalah sikap atau tingkah laku alami dari seekor ternak, sekaligus
menyangkut juga kemungkinan ada atau tidaknya penyakit atau cacat tubuh yang
terdapat pada seekor ternak. Perbedaan temperamen dapat menyebabkan
perbedaan pula di dalam mengelola ternak-ternak tersebut supaya ternak mampu
memberikan produksi secara maksimal.
c. Kondisi Tubuh
Kondisi tubuh yaitu keadaan sehat atau tidaknya, gemuk atau kurusnya, cacat
tubuh atau tidaknya suatu ternak baik cacat genetik maupun cacat yang bersifat
mekanik. Kondisi ternak sangat berpengaruh secara langsung terhadap
kemampuan untuk berproduksi secara maksimal. (Denny, 2008).
a. Punggung lurus
b. Dada dalam dan lebar
c. Mata bersinar
d. Kaki kuat dan bertumit tinggi
e. Buah zakar (testis) normal
f. Libido baik (agresif) dan memberikan respon pada induk yang sedang
berahi.
3. Judging Domba Garut
3.1 Penilaian Ternak dengan Kecermatan Penglihatan (Visual)
3.1.1 Telinga
3.1.1.1 bentuk daun telinga rumpung dengan panjang kurang dari 4 cm.
Gambar 1. Daun telingan Rumpung
BCS 1
Tulang rusuk sangat terasa melalui
kulit, tidak ada lapisan lemak, loin
sangat tipis, terlihat sangat kurus
BCS 2
Terlihat kurus, rusuk masih terlihat
namun tidak terlalu jelas, bagian loin
eye cukup berotot, bagian pinggul
terlihat bundar dari samping
BCS 3
Terlihat sedang, rusuk mulai tidak
terlihat dan tertutup kulit dengan rapih,
perototan loin penuh dan mulai tertutup
lemak, bagian pinggul semakin bundar
BCS 4
Terlihat gemuk, terlihat akumulasi
lemak di pangkal ekor, rusuk tertutup
daging dan membutuhkan tekanan lebih
bila ingin meraba rusuk, loin eye tebal,
BCS 5
Terlihat sangat gemuk, tulang rusuk
sulit diraba, loin eye tebal dan tertutup
lemak, lemak mulai teras di seluruh
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Bony Nurhartono. 2010. Judging. http://bonyahmad.blogspot.com/.
diakses pada 7 April 2017
Anonim, 2011. Judging Ternak Domba.
Badan Standarisasi Nasional.2002. Standarisasi Domba Garut. Jakarta
Denny. 2008. Banyu. http://banyublogz.blogspot.com/2011/02/judging-ternak
domab.html. diakses pada 7 april 2017
Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong dan kerja. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Satya, Tri Mastuti Widi. Beternak Domba. 2007. Yogyakarta: PT Citra Aji
Parama
Soenarjo.1988. Buku Pegangan Kuliah Ilmu Tilik Ternak. Jakarta : Cv. Baru
Sumoprastowo. 1987. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Jakarta : PT Bhatara
Karya Aksara.
Sudarmono, AS dan Bambang Sugeng. 2003. Semarang : Penebar Swadaya.
1. sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik.
2. biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang
kecil (80 300 gram)
3. Memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga
memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun.
4. tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit ungags.
5. Memiliki produksi telur yang tinggi.
6. Dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan
7. Merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk
menghasilkan telur dan daging.
Puyuh unggul antara lain memiliki ciri dan karakter seperti berikut ini:
Sifat dan karakteristik pada ternak umumnya, termasuk burung puyuh antara
lain dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Hal ini yang
menyebabkan adanya perbedaan variasi warna, bobot tubuh, bentuk paruh, bentuk
mata dan bentuk tubuh lainnya pada burung puyuh. Sesuai dengan pernyataan dari
Rezah (2012) yang menyatakan bahwa variasi warna bulu merupakan
karakteristik genetik yang ekspresinya dikontrol oleh beberapa gen dalam tubuh.
Selain itu, faktor lingkungan juga memberikan pengaruh di dalam pewarisan
warna bulu pada puyuh. Seperti yang dikemukakan Noor (1996) yang menyatakan
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan adalah dua faktor utama di dalam
pewarisan sifat-sifat pada ternak.
Bentuk tulang pubis burung puyuh harus memiliki jarak kurang lebih 2 (dua)
jari orang dewasa. Karena bentuk dari tulang pubis ini kaitannya dengan jumlah
produktivitas ternak itu sendiri. Pembentukan tulang pubis tergantung pada pakan
yang dikonsumsi oleh puyuh. Pakan yang baik untuk pembentukan tualng pubis
ini adalah pakan yang mengandung mineral terutama dalam bentuk phospor. Hal
ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995), fosfor dibutuhkan dalam jumlah
besar untuk pembentukan tulang. Bila fosfor dalam ransum kurang tersedia, maka
fosfor dalam tulang dirombak melalui proses mobilisasi fosfor dari tulang-tulang
panjang seperti tulang tibia, femur, yang berakibat gangguan pertumbuhan tulang
(Djulardi et al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Djulardi, A., H. Muis dan S.A., Latif. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa
Harapan. Andalas University Press. Padang.
Ensminger M. A. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3th Edition.
Instate Publisher, Inc. Danville, Illiones.
Noor, R.R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugroho, 1986. Beternak Burung Puyuh. Penerbit Eka Offset. Semarang.
Permana, D, H. 2005. Performa produksi burung puyuh (coturnix coturnic
japonica) umur 8-11 minggu pada perbandingan jantan dan betina yang
berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rezah, Z. 2012. Warna Bulu Pada
Burung. http://www.rezahzulfikar.blogspot.com(diakses pada tanggal 18
Maret 2013 09.00 WIB).
Syariefa, Evi, dkk. 2011. Ternak Puyuh. Trubus Swadaya. Jakarta.
Vali, follet. 2008. Circadian rhythm of melatonin in the pineal gland of the
Japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Journal
of Endocrinology. Vol 107. No. 324.
Woodard et al. 1973. Pengaruh zeolit dalam ransum puyuh (Coturnix coturnix
japonica) terhadap produksi dan kualitas telur pada periode produksi
umur13-19 minggu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.