Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh:
Yogi Haditya (1302006022)
Hanan Anwar Rusidi (1302006164)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


SMF/LAB ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/RSUD SINGARAJA
MARET 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga laporan kasus yang berjudul Skabies ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang sedang
melakukan kegiatan jejaring ke RSUD Singaraja.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. dr. Made Swastika Adiguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV selaku ketua bagian
Dermatologi dan Venerologi FK Universitas Udayana, RSUP Sanglah.
2. dr. Nyoman Suryawati, M.Kes, Sp.KK selaku Koordinator Pendidikan Dokter SMF
Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah.
3. dr. Ketut Suteja Wibawa, Sp.KK, M.Kes sebagai konsulen pembimbing kami di
bagian Kulit dan Kelamin RSUD Singaraja.
4. dr Charles sebagai sejawat dokter magang yang juga banyak membimbing kami.
5. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi manfaat bagi
masyarakat.

Denpasar, Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB 2. ISI ................................................................................................. 2
2.1 Definisi ..................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi ........................................................................... 2
2.3 Etiopatogenesis ....................................................................... 2
2.4 Gambaran Klinis ..................................................................... 4
2.5 Histopatologis ......................................................................... 6
2.6 Diagnosis ................................................................................ 7
2.7 Diagnosis Banding .................................................................. 8
2.8 Uji Tempel ............................................................................... 9
2.9Penatalaksanaan ....................................................................... 11
2.10 Komplikasi ............................................................................ 13
2.11 Prognosis ............................................................................... 14
BAB 3. LAPORAN KASUS ..................................................................... 15
3.1 Identitas Penderita .................................................................. 15
3.2 Anamesis ................................................................................ 15
3.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................. 16
3.4 Resume ................................................................................... 17
3.5 Diagnosis Kerja ...................................................................... 18
3.6 Diagnosis Banding ................................................................. 18
3.7 Usulan pemeriksaan ............................................................... 18
3.8 Penatalaksanaan ..................................................................... 18
3.9 Prognosis ................................................................................ 19
BAB 4. PEMBAHASAN ........................................................................... 20
BAB 5. KESIMPULAN ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Patogenesis dermatitis kontak alergi.......................................... 3
Gambar 2. Dermatitis kontak alergi pada tangan, gambaran akut .............. 6
Gambar 3. Dermatitis kontak alergi pada tangan, gambaran kronis.............. 6
Gambar 4. Gambaran histopatologis dermatitis kontak alergi....................... 7
Gambar 5. Foto tungkai bawah kiri............................................................... 6

4
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies merupakan penyakit kulit pruritik yang disebabkan oleh host-spesifik tungau
Sarcoptes scabiei var hominis. Diperkirakan sekitar 300 juta kasus scabies dilaporkan di
seluruh dunia. Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diajukan oleh Von Hebra, bapak
dermatologi modern. Penyebab penyakit ini ditemukan oleh Benomo pada tahun1687,
kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selam perang dunia
II.
Skabies sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita
yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui
tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Masa siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada:
1. Axilla
2. Areola mammae
3. Sekitar umbilikus
4. Genital
5. Bokong
6. Pergelangan tangan bagian volair
7. Sela-sela jari tangan
8. Siku flexor
9. Telapa tangan dan telapak kaki

Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala telapak
tangan dan telapak kaki sehinga sering dikelirukan dengan gambaran eksema atopik. Karena
sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat padat
penduduk. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada penduduk dengan
keadaan sosial ekonomi rendah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya (Derber, 1971). Penyakit ini sangat mudah
sekali menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. FAktor yang mempengaruhi ialah
hygiene yang kurang baik.

2.2 Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo.

2.3 Etiopatogenesis
Sarcoptes scabiei termasuk fium Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.hominis. Selain itu terdapat S.
scabei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki didepan untuk sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki
kedua pada betina berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang- kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-
5 hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang

2
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasan kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Gambar 1. Sarcoptes Scabiei var. hominis. 5

Setelah sekitar 1 minggu, telur mentas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh menjadi
dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari pasangannya
( hal ini biasanya terjadi pada malam hari ). Oleh karena itu penderita scabies akan merasakan
gatal-gatal pada malam hari.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
garukan dari penderita. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap sekreta
dan ekskreta tungau. Kelainan kulit yang terjadi menyerupai dermatitis dengan ditemukan
papul. vesikel, urtika, dan lain-lain. Ditambah dengan harukan dari penderita lesi primer ini
berubah menjadi erosi, ekskoriasi, krusta, dan dapat pula menjadi infeksi sekunder.2

2.4 Gambaran klinis


Terdapat 4 tanda kardinal dari penyakit skabies:
1. Proritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga seluruh anggota keluarga bias terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota

3
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih


atau keabu-aban. Berbentuk garus lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujng terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

2.5 Diagnosis
Adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada tempat
predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah, sudah dapat
diduga bahwa penyakit tersbut adalah scabies. Terlebih-lebih jika ditemukannya
terowongan.

2.6 Diagnosis banding


Terdapat pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan the great
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit denan keluhan gatal. Sebagai
diagnosis banding ialah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain.

2.7 Penatalaksanaan
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
pendrita yang hiposensitisasi). Jenis obat topical yang tersedia adalah sebagai berikut:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yananaalah bera dan mengotori

4
pakaian dan kadang-kadang meniblan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang
dari 2 tahun.

2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap


malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim


atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah
enam tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

5. Permetrin denan kadar 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
sembuh diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2
bulan.

Bila disertai infeksi sekundr dapat diberikan antibiotika. Untuk rasa gatal
dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota
keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.
Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu
anggota keluarga terkena scabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga
harus menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci
dengan air panas.

2.8 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi ( antara lain hygiene), maka penyakit
ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

5
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Nur Firdauz
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Satelit, Singaraja
Tgl masuk : 6 Maret 2017

3.2 Anamnesis
Pasien mengeluh gatal-gatal sejak seminggu lalu di daerah sela-sela jari tangan
kiri, dan lipatan siku dalam tangan kanan. Keluhan awalnya gatal kemudian muncul
kemerahan saat digaruk. Gatal dirasakan semakin parah pada malam hari sehingga
mengganggu aktivitas penderita. Gatal dirasakan memberat bila berkeringat. Anggota
keluarga lain ada yang memiliki gejala serupa yaitu anaknya yang masih berumur 1,5
tahun dan tinggal serumah dengan penderita. Penderita tinggal di rumah BTN dimana
terdapat tanah kosong tepat dibelakang rumah. Penderita memiliki riwayat eksim dan
gatal-gatal jika mengkonsumsi udang.

Riwayat pengobatan : Pernah dipereksakan ke dokter umum dan diberikan Dexon


Riwayat penyakit sebelumnya : Eksim
Riwayat alergi : Gatal-gatal jika mengkonsumsi udang
Riwayat atopi dalam keluarga : Kakek penderita

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status general
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum : Baik

Status Dermatologis

6
Lokasi :
Sela-sela jari tangan kiri dan lipat dalam siku kanan.
Effloresensi :
Pada sela-sela jari tangan kiri terdapat makula hiperpigmentasi soliter berbatas tegas
bentuk linier ukuran 10x4 mm diatasnya terdapat skuama putih.
Pada lipatan siku dalam tangan kanan terdapat makula eritema multipel berbatas tidak
tegas diatasnya terdapat papul multipel berbentuk bulat berbatas tegas ukuran 2-4mm,
penyebaran diskrit, unilateral.

3.4 Diagnosis
Skabies

1.5 Penatalaksanaan
Scabimeth 1x seminggu, dioleskan sebelum tidur lalu dibilas paginya
Loratadin 1x10mg diminum malam hari.

Anda mungkin juga menyukai