Bab Ihiyuohih
Bab Ihiyuohih
LATAR BELAKANG
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu
kota kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian
dari permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30-37C (Kartikawatie, 2012).
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah
Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,613 Km), terdiri
dari luas daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter.Topografi kecamatan Teluk Naga meliputi :
1 Daerah sawah
2 Daerah pantai
3 Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut
4 Daerah tambak
1
Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga
dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km)
terdiri dari luas daratan 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian
dari permukaan laut 2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup
panas, yaitu rata-rata antara 30C - 37C.
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
2
Desa Pangkalan terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun
Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam
melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara
berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak
9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4.884 jiwa dan perempuan 4.629 jiwa. Secara rinci
klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik
Kabupaten Tangerang, 2012) :
3
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah
penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar
di 6 desa seperti yang tercantum di tabel bawah ini :
Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu
tantangan dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dan
program pembangunan kesehatan sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan
karena tersedia SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan
pembangunan. Akan tetapi SDM bidang kesehatan masih sangat kurang di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus
meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyesuaikan program puskesmas
dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.
4
Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus dilihat pada tabel dibawah ini :
Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini
tingkat partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada
perempuan baik sebagai sasaran kesehatan seperti bumil, bulin, maupun kader
kesehatan. Program-program seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu padahal
peran laki-laki juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha
kesehatan kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang
bekerja bandingkan perempuan.
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2012
5
NO KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK
LAKI- PEREMPU LAKI-LAKI +
UMUR
LAKI AN PEREMPUAN
(TAHUN)
1 2 3 4 5
1 0-4 2,702 2,505 5,207
2 5-9 2,657 2,511 5,168
3 10-14 2,896 2,563 5,459
4 15-19 2,980 2,895 5,875
5 20-24 2,910 2,960 5,870
6 25-29 2,877 2,790 5,667
7 30-34 2,336 2,153 4,489
8 35-39 1,994 1,888 3,882
9 40-44 1,704 1,613 3,317
10 45-49 1,401 1,262 2,663
11 50-54 1,135 925 2,060
12 55-59 741 656 1,397
13 60-64 546 533 1,079
14 65-69 337 318 655
15 70-74 252 281 533
16 75+ 203 307 510
Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali
dan dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori
yaitu :
a Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum
oleh masyarakat.
6
b Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi
oleh masyarakat.
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya
asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan
sekitarnya. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat
pada tabel di bawah ini :
2 Budha 3059
3 Kristen 671
4 Khatolik 105
5 Khonghucu 27
6 Hindu 1
7
Seperti terlihat pada tabel di atas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus didominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha.
Kehidupan agama di wilayah ini berjalan dengan harmonis.
Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup
baik, rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam
menghadapi permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam
kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta
kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
1.2.5. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti
terlihat pada tabel dibawah ini :
JUMLAH SEKOLAH
No PA M
Nama Desa TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK
UD A
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2 Tanjung Burung 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
9
Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (2010-2012) dan tingkat partisipasi
sekolah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah
siswa.
1 Jumlah sekolah 5 17 5 - 3 - - -
1.2.6.Kesehatan
10
Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1.2.7.Data Puskesmas
1. Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang
Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan
pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan
10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan
rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang
tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga
di 274 desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371
rumah tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat
dikatakan sebagai rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
11
Jumlah
Capaian
Jumah rumah
Nama Jumlah PHBS
No rumah tangga %
Kecamatan desa/kelurahan rumah
tangga yang
tangga
dipantau
Salembaran
1. 5 15925 1050 347 33,05
Jaya
12
24 Sukadiri 8 15.670 1.680 1.077 64,11
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten
Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang
telah ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:
Kurangnya dukungan lintas sektor dan lintas program untuk mencapai PHBS
yang tinggi.
Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah
tangga yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari
satu program.
13
Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes
karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.
Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS
di rumah tangga.
Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-
upaya kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:
1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membina 29 Desa
binaan di Kabupaten Tangerang.
2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT.
Kalbe Farma, Bank BJB, dll.
3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.
4) Saka Bakti Husada.
5) Forum Kader.
2. Kesehatan Lingkungan
Empat indikator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase
rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan
sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan
pengendalian kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat,
perumahan sehat yang ditangani secara lintas sector, sedangkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meliputi pemberdayaan
masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar,
pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih,
pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat
umum, tempat pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator
program kesehatan lingkungan sebagai berikut :
14
Target Real Target Real Target Real
1. Prosentasi
79% 73,6% 80% 62,71% 85% 71,63%
Rumah Sehat
2. Prosentasi
SAB
memenuhi 90% 88,5% 87% 91,5% 95% 92,3%
syarat
kesehata
3. Prosentasi
Jamban
keluarga
85% 76,9% 85% 71,13% 85% 74,97%
memenuhi
syarat
kesehatan
4. Prosentasi
TTU
memenuhi 70% 66,2% 75% 64,69% 80% 74%
syarat
kesehatan
5. Angka Bebas
87% 60,9% 90% 76,16% 95% 78,80%
Jentik (ABJ)
6. Prosentase
Instusi yang
dibina
memenuhi 70% 71,2% 75% 69,84% 80% 67%
syarat
kesehatan
lingkungan
3. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi
jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah,
cukup ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit
serta ada pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.
Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di Kabupaten
Tangerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak 161.220
rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 115.482 rumah
(71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil
inspeksi sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa.
Hasil inspeksi sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang diperiksa, rumah
yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%). Dari hasil inspeksi
sanitasi permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana
sanitasi di rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah menjadi
rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian stimulan
16
untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerja sama
dengan SKPD terkait.
Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat
tentang rumah sehat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan
rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.
17
(%)
Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap 166.601 keluarga didapatkan,
keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah memiliki
jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah keluarga
yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah apabila
terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau tidak di
sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank. Di
kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan
masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan
pembuangan akhirnya tidak di septic tank sebanyak 12,6%.
Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013
sebesar 120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak
93.830 KK (77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah
yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indikator untuk
menilai tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah
dalam tempat yang kedap air dan tertutup.
Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang
memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi ini
meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memiliki
pengelolaan air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).
Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan kepemilikan
maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan
masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di
30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di
wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana sanitasi
dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi pendidikan
(sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc sekolah 2
pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun).
6. Keluarga Berencana
18
a. Peserta KB Baru
Jumlah PUS di wilayah kerja puskesmas tegal angus tahun 2012 adalah 13.940 dengan
peserta KB baru sebanyak 3374 pasangan (24,2%). Jumlah ini masih rendah,
hambatan yang dihadapi antara lain tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah,
larangan suami atau orang tua untuk ber-KB. Oleh karena itu edukasi melalui
penyuluhan harus terus dilakukan.
b. Peserta KB Aktif
Jumlah peserta KB aktif sebanyak 9.808 pasangan (70,4%). Jumlah ini juga masih
sangat rendah. Salah satu hambatannya adalah tingkat ekonomi yang rendah karena
alat kontrasepsi yang tidak lagi disubsidi. Akan tetapi untuk masyarakat miskin biaya
ini ditanggung oleh jaminan kesehatan masyarakat miskin sehingga jumlah peserta
KB aktif diharapkan dapat meningkat pada tahun mendatang.
7. Tempat-Tempat Umum
Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan
pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.
Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan
berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya
penyehatan makanan ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap
penyakit penyakit yang ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan
makanan. Upaya tersebut pada dasarnya menyangkut orang yang menangani
makanan, tempat pengolahan makanan dan proses pengolahannya, kendala dan
permasalahan yang belum dapat ditangani adalah masih rendah hygiene dan sanitasi
tempat pengolahan makanan.
Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan
makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai beikut :
1. Jasa Boga
Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka pemberian
sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah memiliki
sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun 2013 dari 45
sarana yang telah dari 45 sarana yang telah diperiksa sebanyak 28 (62,22%)
memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan jasa boga yang telah memiliki
19
sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%) perusahaan dari 145 perusahaan jasa
boga yang terdaftar di dinas kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk
menigkatkan presentase jasa boga yang memiliki sertifikat laik sehat adalah
mengadakan kursus hygiene sanitasi yang dilakukan secara periodik dan
membuat surat edaran bahwa semua jasa boga penyedia makanan karyawan untuk
perusahaan yang menyediakan karyawan wajib memiliki sertifikat laik sehat. Uji
petik pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap sampel makanan, usap dubur
penjamah dan usap alat yang digunakan dalam mengolah makanan.
2. Rumah Makan/Restoran
Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah tangga/restoran
yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang memenuhi syarat
(85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran diperoleh 17 sarana yang
memiliki sertifikat baik sehat rumah makan restoran (6,64%).
20
Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang
memiliki sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum yang
memiliki sertifikat sehat adalah pengusaha sudah bisa melakukan kegiatan
operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat
TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus,
didapatkan kasus baru pada:
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang
Total : 2.277 orang dari 53.831 orang
b) Jumlah kasus yang ditangani
Laki laki : 394 orang (33.7%)
Perempuan : 553 orang (50%)
Total : 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus, 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban : 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa : 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan
dan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah : 3.106
3. Keluarga yng diperiksa : 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
22
6. Air Minum
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa : 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan : (-)
2. Ledeng : 25 keluarga
3. Air isi ulang : 89 keluarga
4. Sumur terlindung : 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
1 ISPA 1533
23
penyebabnya
4 Batuk 923
5 Dermatitis 884
7 Gastritis 499
8 Konjungtivitis 385
9 Diare 314
10 TBC 302
MYALGIA
SAKIT KEPALA
BATUK
HIPERTENSI ESSENSIAL
ISPA
0 5 10 15 20
Sumber : Data Gambaran 10 penyakit terbanyak rawat jalan dan rawat inap Peserta
Jamkesmas di Puskesmas Tegal Angus bulan Januari 2014
24
5 Klinik Bersalin/ BKIA -
6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit
7 Praktek Bidan 4 Unit
8 Paraji 4 Orang
9 Keluarga Berencana -
a Jumlah Pos/ Klinik KB : -
b Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) : 334 Pasang
c Jumlah Akseptor KB :
1) Pil : 127 orang
2) IUD : 14 orang
3) Kondom : - orang
4) Suntik : 190 orang
5) Implan : 13 orang
1 Keluarga
2 Keluarga Tn. Isa
3 Keluarga Tn. Ian
4 Keluarga
Keluarga binaan bertempat di Desa Pangkalan, RT 05/RW 06, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas, dilaksanakan dari tanggal 4 Juni
sampai dengan 13 Juni 2015. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kami adalah
sebagai berikut :
1.
2. Keluarga Tn. Isa
a. Data Dasar Keluarga Tn. Isa
Keluarga binaan Tn. Isa terdiri dari 6 anggota keluarga, yaitu keluarga Tn. Isa sebagai
kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Halimah, dan 4 anak laki-laki bernama
Tn.Agus, An.Egi, An.Agung dan By. Asrul
Tabel. 1.17. Data dasar Keluarga Tn. Ayat
25
No Nama Status Keluarga Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (tahun)
(L/P)
26
kamar tidur, ruang dapur dan kamar mandi yang tidak terdapat jamban. Keluarga ini
menggunakan kamar mandi yang terdiri dari bak mandi tanpa kloset, biasanya digunakan
untuk mandi, mencuci piring dan mencuci pakaian. Keluarga ini selalu mengambil air dari
sumur yang berada di 100 meter dari rumah. Jika buang air besar, mereka selalu pergi
ke jamban yang berada di 300 meter. Selain digunakan oleh anggota keluarga Tn. Ayat,
jamban ini juga sering digunakan oleh warga lain yang berada di sekitar rumah.
Keluarga Tn. Isa sering menggunakan air dirigen sebagai sumber air untuk keperluan
sehari-hari yang dibelinya seharga Rp 5000 per derigen. Dalam sehari kelurga Tn. Ayat
memerlukan 2 dirigen untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Isa memiliki pekarangan di samping rumah. Dalam membuang limbah
rumah tangga (sampah), Tn. Isa dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan
sampah di samping rumah dan jika dirasa sudah cukup banyak, sampah dibuang ke kali.
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Isa terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat got dan pembuangan sampah. Limbah cair
dialirkan ke jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Isa memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Halimah memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi,
tahu, tempe, dan terkadang makan ikan. Menurut penuturan Ny. Halimah, semua
makanan dimasak sampai matang. Ny. Halimah terkadang membeli makanan di luar jika
sedang malas memasak.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya hanya meminum obat
warung. jika sudah memberat, keluarga Tn. Isa memilih berobat ke puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Isa jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya jarang
ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita
anggota keluarga Tn. Isa adalah sakit panas badan, batuk, dan pilek.
28
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka lebih memilih obat warung, dan
Pengobatan terkadang pergi ke puskesmas terdekat
No Kriteria Permasalahan
29
1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 3 m2
c. Lingkungan Pemukiman
32
Rumah Tn.Mursan terletak dipemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat empang, tempat pembuangan,dan
pembakaran sampah dan di bagian kiri dan kanan terdapat rumah tetangga. Limbah cair
dialirkan ke jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Mursan memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Ana memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu,
tempe dan sayuran.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Mursan untuk
mengobati anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn.
Mursan lebih memilih untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Mursan jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya
jarang ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering
diderita anggota keluarga Tn. Mursan adalah sakit panas badan, batuk, pilek dan mencret.
33
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Mursan dari usia 15 tahun sampai usia 69 tahun
merokok. Kurang lebih Tn. Mursan menghabiskan
rokok sebanyak satu bungkus dalam dua hari.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, Tn. Mursan membeli obat warung atau
Pengobatan ke puskesmas.
Tn. Mursan dulunya bekerja sebagai Nelayan
5 Aktivitas sehari-hari
Pada keluarga anak Tn. Mursa menggunakan alat
6 Penggunaan Alat
kontrasepsi berupa KB suntik
Kontrasepsi
Di keluarga Tn. Mursan tidak ada penyakit kulit, tetapi
7 Penyakit
ada penyakit darah tinggi yang dialami oleh Tn. Mursan
sendiri.
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Mursan
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 9 x 5 m2
34
4. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di
kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur dan kamar mandi.
Keluarga Ny. Yati bertempat tinggal di kampung Garapan RT 05/RW06. Desa Tanjung
Pasir, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Ny. Yati sebagai kepala
keluarga dengan seorang anak ke 12 yang bernama Ny. Isni dan dua orang anak angkat
lelaki bernama Tn. Rodi dan An. Rohmat, serta Tn. Safar yang merupakan menantu dari
Ny. Yati.
Ny. Yati, berusia 75 tahun, tidak bekerja, selama ini dalam memenuhi kebutuhannya
bergantung dari pendapatan suaminya yang bekerja sebagai penjual warung. Tetapi
suaminya meninggal 4 tahun yang lalu, setelah Anak ke 12 nya yang bernama Ny. Isni
menikah dengan Tn. Safar sejak 5 bulan yang lalu, dalam memenuhi kebutuhan sehati-
harinya Ny. Yati bergantung dari Tn. Safar.
Tn. Safar, berusia 31 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan dengan penghasilan
berkisar Rp 85.000,00 per hari. Pendapatan Tn. Safar digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Tn. Safar mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga lulus Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Isni, yang berusia 35 tahun, bekerja
sebagai buruh pabrik. Pendapatannya berkisar Rp 70.0000/ hari. Ny. Isni pernah
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pasangan ini menikah saat Tn. Safar
berumur 31 tahun dan Ny. Isni berusia 35 tahun. Ini adalah pernikahan kedua dari Tn.
Safar. Saat hamil, Ny. Isni rutin memeriksakan kandungannya di posyandu dan saat
melahirkan dibantu oleh bidan desa.
Tn. Rodi, anak angkat pertama dari pernikahan Tn. Safar sebelumnya, saat ini bekerja
sebagai buruh pabrik. Pendapatannya berkisar Rp 65.000/ hari. Anak Rohmat, anak
36
angkat kedua dari pernikahan Tn. Safar sebelumnya, saat ini sedang menempuh
pendidikan SD.
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Ny. Yati terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat jalan setapak, bagian belakang terdapat empang, tempat pembuangan, dan
37
pembakaran sampah dan di bagian kanan dan kiri terdapat rumah tetangga. Limbah cair
dialirkan ke jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Ny. Yati memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Isni memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi,
tahu, tempe, dan sering makan ikan asin. Menurut penuturannya Ny. Isni semua
makanan dimasak sampai matang. Ny. Isni tidak pernah membeli makanan di luar.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Ny. Yati jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya
jarang ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering
diderita anggota keluarga Ny. Yati adalah batuk dan pilek. Ny. Yati memilik penyakit
hipertensi yang sedang dideritanya.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas rumah 8 x 6 m
39
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran
2,5x3m yang juga menjadi ruang keluarga, dan dua
kamar tidur berukuran 2,5x2m, dapur berukuran
3x3 cm, kamar mandi berukuran 2x2 m
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan yang
bertempat tinggal di RT 05/RW 06, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka
dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
Perilaku Tentang Pembuangan Sampah Di Keluarga Binaan Desa Pangkalan
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Dalam pengambilan
sebuah masalah kelompok kami menggunakan Metode Delphi. Metode Delphi
40
merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, Proses
penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya.
41
4. Berdasarkan hasil presurvey didapatkan bahwa setiap keluarga binaan belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang pembuangan sampah yang benar sebelumnya.
5. Berdasarkan data sekunder Dari data puskesmas tahun 2012 peserta KB aktif
sebanyak 9.808 pasangan (70,4%) dari 13.940 PUS. Jumlah ini juga masih sangat
rendah.
42