Anda di halaman 1dari 18

Sumber Panas Dalam Terowongan

1. Pemampatan Udara (Autocompression)

Proses aliran udara masuk (intake air) dari luar masuk kedalam tunnel/shaft/vertical
opening akan menimbulkan panas.

2. Pemakaian Peralatan Mekanis dan Penerangan Peralatan yang dipakai di


tambang bawah tanah (Dosco,AM-50,bor) apabila dioperasikan akan menimbulkan
panas, selain itu penerangan yang digunakan didalam tambang bawah tanah
(lampu tambang,lampu neon di junction) akan mengeluarkan panas.

3. Panas Batuan (Geothermal Gradient)

Temperature (kering) bawah permukaan akan meningkat seiring dengan kedalaman


lubang bukaan yang dibuat. Setiap jenis batuan mempunyai derajat panas yang
berbeda (virgin rock temperature), contoh : Coal Mine UK (1,8 4,0)0C/100mtr,
Anaconda Copper Montana (4,6 6,0)0C/100mtr.

4. Sensible Heat Flow

Panas dari dinding batuan yang ditransfer kedalam aliran ventilasi Pada lubang
bukaan.

5. Panas Dari Peledakan (Blasting) Panas peledakan merupakan panas singkat yang
akibatnya bisa membuat lingkungan udara di front kerja menjadi relatif lebih panas
dari pada tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran udara dapat berbalik kembali ke
front kerja, tempat dimana peledakan baru saja terjadi. Konsekuensinya debu akibat
bongkaran batuan tidak terbawa keluar.

6. Human Metabolism (Respirasi)

Panas yang dikeluarkan tubuh pada saat bekerja karena adanya proses respirasi.

7. Oksidasi

Panas yang timbul karena terjadinya proses oksidasi didalam tambang bawah
tanah, contoh : oksidasi pada batubara (spontaneous combustion) dan timber/kayu.

Pergeseran batuan yang diakibatkan karena adanya gangguan geologi (fault,


amblegan/subsidence, atap runtuh) akan menimbulkan panas.

8. Pergeseran Batuan (Rock Movement)

9. Pemompaan Air (Pipelines)

Pada proses pemompaan air tambang akan timbul panas yang diakibatkan adanya
gesekan antara air yang dipompa dengan pipa.
Ventilasi Tambang Bawah Tanah

Ventilasi tambang merupakan suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan


udara atau aliran udara tambang termasuk. Parameter yang harus dipenuhi pada
ventilasi adalah jumlah, mutu dan arah alirannya. Adapun tujuan utama dari
ventilasi tambang adalah menyediakan udara segar dengan kuantitas dan kualitas
yang cukup baik, kemudian mengalirkan serta membagi udara segar tersebut ke
dalam tambang sehingga tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi para
pekerja tambang maupun proses penambangan.

Fungsi Ventilasi Tambang

Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :

a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan


menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam tambang
dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang memerlukan
oksigen.

b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-
gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas dalam
udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.

c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah


tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.

d. Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah sehingga


dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman

e. Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun dan berbahaya dan debu di


dalam tambang sampai dibawah Nilai Ambang Batas dan mengeluarkannya dari
dalam tambang.

Prinsip Aliran Udara Tambang

Aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku prinsip :

a. Aliran udara bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

b. Udara akan mengalir dari tempat yang suhu rendah ke tinggi.


c. Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan
resistansi/tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan/resistansi
yang lebih besar.

d. Tekanan Ventilasi tetap memperhatikan tekanan atmosfir, bisa positif


(Blowing) atau negatif (Exhausting).

e. Aliran udara mengikuti hukum kuadrat yaitu hubungan antara quantity dan
tekanan, bila quantity diperbesar dua kali lipat maka dibutuhkan tekanan empat kali
lipat.

f. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan pada


ventilasi tambang.

Kualitas Udara Tambang

Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfir dengan emisi gas-gas
dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas udara meliputi
gas, debu, temperatur serta kelembaban udara. Standar udara yang bersih
adalah udara yang mempunyai komposisi sama atau mendekati dengan komposisi
udara atmosfir pada keadaan normal. Udara segar normal yang dialirkan pada
ventilasi tambang terdiri dari Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas
lain. Komposisi udara segar dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Komposisi Udara Segar

Unsur

Persen Volume (%)

Persen Berat (%)

Nitrogen (N2)

Oksigen (O2)

Karbondioksida CO2)

Argon (Ar), dll

78,09

20,95

0.03

0,93
75,53

23,14

0,046

1,284

(sumber :
Hartman, 1982)

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar


normal terdiri dari : Nitrogen = 79%, dan Oksigen = 21%. Disamping itu dianggap
bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0,03%.
Udara dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara
yang benar-benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

Jenis Jenis Ventilasi Tambang

Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal berikut ini


antara lain :

Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari :


ventilasi alami dan ventilasi mesin.

Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin, terdiri


dari : ventilasi tiup dan ventilasi sedot.

Penggolongan berdasarkan letak intake dan Outake airway, terdiri dari :


ventilasi terpusat dan ventilasi diagonal.

1. Ventilasi Alami (natural ventilation)

Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada kedalaman
tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang meskipun tanpa
alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast shaft lebih dingin dari
udara pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh perbedaan tekanan dan
densitas udara antara dua shaft yang saling berhubungan tersebut.

Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di dalam dan luar stope.
Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi terjadinya ventilasi alami. Apabila
terdapat perbedaan temperatur intake airway dan return airway yang ketinggian
mulut pit intake dan Outakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di
dalam dan di luar stope atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda
temperaturnya, yang akan membangkitkan aliran udara.

2. Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)

Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam
tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis.
Yang dimaksud peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak
yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke
dalam lubang bawah tanah. Yang paling penting dan umum digunakan adalah fan
atau mesin angin. Mesin angin adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya
perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari
tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada proses
menerus dapat dilihat bahwa mesin angin menerima udara pada tekanan tertentu
dan dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar.

Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok
tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses) dalam aliran udara.
Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh
pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angin yang
memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angin utama
(main fan). Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada
percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak menambah
volume total udara di dalam tambang disebut mesin angin penguat (booster fans),
sedangkan mesin angin yang digunakan pada lokasi kemajuan atau saluran udara
tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin angin bantu (auxiliary fans). Berdasarkan
cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis dibedakan
menjadi tiga metode yaitu :

1. Metode hisap (exhaust system)

Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan dengan


sistem forcing, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan negatif yang
dimaksud disini adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara.

Pada sistem exhausting, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga dapat
memudahkan kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut.

2. Metode hembus (forcing sytem)

Sistem forcing akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front kerja.
Tekanan positif berarti aliran udara ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding
udara di atmosfer. Pipa/saluran ventilasi ini menghubungkan fan dengan front kerja

3. Metode hisap hembus (overlap system)


Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Berbeda
dengan kedua sistem diatas, sistem ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas
berbeda satu sama lain. Ada fan yang bertugas menyuplai udara ke front (intake
fan), ada fan yang bertugas untuk menghisap udara dari front (exhausting fan).
Tetapi exhaust fan dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan.
Sedangkan duct akhir dari intake fan dipasang lebih dekat dengan front
penambangan. Hal ini untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap
oleh exhaust fan sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada front
penambangan.

c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)

Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi permuka


kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara masuk (intake air)
secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang terowongan. Ventilasi
juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan angin/udara yang dibangkitkan oleh
kipas angin lokal, air jet dan lain-lain, dengan menggunakan saluran udara (air duct)
ke lokasi yang tidak dapat dipenuhi oleh ventilasi utama, seperti pada lokasi
terowongan buntu (lokasi pembuatan lubang maju). Dilihat dari segi fasilitas
peralatan, ventilasi bantu dapat dibagi menjadi ventilasi saluran udara, brattice,
dan static air mover.

Dasar Dasar Perhitungan Jaringan Ventilasi

Prinsip perhitungan jaringan ventilasi pada dasarnya merupakan


pemahaman dari teori pengaliran udara, sehingga diperlukan dasar-dasar
pengetahuan tentang mekanika fluida. Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi
tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi (kehilangan energi), yang
keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi.

Proses pengaliran udara pada ventilasi tambang diasumsikan sebagai proses aliran
tetap (steady flow process). Dalam suatu aliran tetap berlaku hukum kekekalan
energi, yang menyatakan bahwa energi total di dalam suatu sistem adalah tetap,
walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Gas Gas Pengotor Pada Udara Tambang

Terdapat beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah


tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam tambang
maupun dari batuan. Beberapa jenis gas-gas pengotor yang terdapat dalam
tambang bawah tanah tersebut, ada yang bersifat gas racun, yakni; gas yang
bereaksi dengan darah dan dapat menyebabkan kematian. Gas gas pengotor
tersebut adalah :

a. Karbondioksida (CO2).
Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api dan bukan
merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu
terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara. Dalam udara normal
kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul
pada bagian bekas-bekas penambangan terutama yang tidak terkena aliran
ventilasi, juga pada dasar sumur-sumur tua.

Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil peledakan atau dari lapisan
batuan dan dari hasil pernafasan manusia. Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju
pernafasan manusia mulai meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan
menjadi dua kali lipat dari keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju
pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya dapat
bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut dengan
blackdamp.

b. Metana (CH4).

Gas metana ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang batubara dan
sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang. Campuran gas metana
dengan udara disebut tiredamp. Apabila kandungan metana dalam udara tambang
bawah tanah mencapai 1% maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan.
Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya
selalu berada pada bagian atas dari jalan udara. Metana merupakan gas yang tidak
beracun, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses
pembatubaraan terjadi maka gas metana terbentuk bersama-sama dengan gas
karbondioksida. Gas metana ini akan tetap berada dalam lapisan batubara selama
tidak ada perubahan tekanan padanya. Terhadap kandungan gas metana yang
masih terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan penyedotan
dari gas metana tersebut dengan pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini dikenal
dengan nama seam methane drainage.

c. Karbon Monoksida (CO).

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini banyak dihasilkan pada saat
terjadi kebakaran pada tambang bawah tanah dan menyebabkan tingkat kematian
yang tinggi. Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah,
sehingga sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera bersenyawa
dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh lewat darah.

Aktifitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and Grove, 1954)


mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen dengan haemoglobin.
Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi motor bakar, proses peledakan
dan oksidasi lapisan batubara. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang
sangat mematikan karena sifatnya yang kumulatif. Gas CO pada kandungan 0,04 %
apabila terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak, dua
jam dapat menyebabkan rasa pusing dan tiga jam menyebabkan pingsan, lima jam
dapat menyebabkan kematian. Kandungan gas CO sering juga dinyatakan dalam
ppm (part per milion). Sumber CO yang sering menyebabkan kematian adalah gas
buangan dari mobil dan kadang-kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai
berat jenis lebih ringan dari berat jenis udara sehingga selalu terapung dalam
udara.

d. Hidrogen Sulfida (H2S).

Gas ini sering disebut juga gas busuk (stinkdamp) karena baunya seperti bau telur
busuk. Gas ini tidak berwarna, beracun dan dapat meledak, merupakan hasil
dekomposisi dari senyawa belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit
lebih berat dari udara. Nilai ambang batas (TLV-TWA/ Threshold Limit Value-Time
Weighted Average) yang diperkenankan umtuk pemaparan sebesar 10 ppm pada
waktu selama 8 jam sehari.

Untuk waktu singkat (TLV-STEL/ Treshold Limit Value Short Term Exposure Limit)
tidak diperkenankan terpapar lebih dari 20 ppm Walaupun gas H2S mempunyai bau
yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat rusak akibat reaksi
gas H2S terhadap syaraf penciuman.

e. Sulfur ioksida (SO2).

Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa terbakar. Lebih
berat dari pada udara, dan akan sangat pada mata, hidung dan tenggorokan. Nilai
ambang batas ditetapkan pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu
terdedah yang singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.

f. Nitrogen Oksida NOX).

Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang inert, namun pada keadaan
tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat menghasilkan gas yang sangat
beracun. Terbentuknya dalam tambang bawah tanah sebagai hasil peledakan dan
gas buang dari motor bakar. Nilai ambang batas adalah 5 ppm. Oksida nitrogen
yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan kandungan air dalam
udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak paru-paru apabila terhirup oleh
manusia.

g. Gas Pengotor Lain.

Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah gas Hidrogen yang
dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan gas-gas yang biasa terdapat
pada tambang bahan galian radioaktif seperti gas radon. Debu merupakan pengotor
udara tambang yang juga berbahaya bila konsentrasinya cukup tinggi, karena dapat
mengganggu lingkungan kerja dan merusak kesehatan.
Secara garis besar, sumber debu pada tambang bawah tanah berasal dari aktivitas
penambangan yang meliputi operasi pemboran, peledakan, pemuatan, dan
pengangkutan bijih atau batubara. Partikel debu dapat digolongkan berdasarkan
kandungan material solid dan ukuran diameter rata-rata partikelnya.

Dasar Peraturan Ventilasi Tambang

Aturan penghitungan penyediaan kebutuhan udara bersih minimum didasarkan


kepada Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Teori Jurani (1992) dan
Mark (1991) serta patokan kebiasaan (Rules of Thumb) juga sering digunakan dalam
perhitungan ventilasi tambang.

1. Menurut Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 Pasal 369


Mengenai Ketentuan Umum pada tambang bawah tanah yaitu :

Bahwa Kepala Teknik Tambang harus menjamin tersedianya aliran udara bersih
yang cukup untuk semua tempat kerja dengan ketentuan volume oksigennya tidak
kurang dari 19.5 persen dan volume karbon dioksidanya tidak lebih dari 0,5
persen.

2. Pekerja/Orang

Dibutuhkan minimal 2 m3/menit (70,63 cfm) per orang, sedangkan menurut


tempat kerja yang ada asap dan debu nya sesuai standar OSHA (Occupational
Safety and Health Administration) manusia memerlukan udara segar 0,1 m3/s per
orang atau 211 cfm, PT. Antam, Tbk UBPE Pongkor menggunakan standart 200
cfm/orang.

3. Peralatan

Menurut SK Mentamben, dibutuhkan minimal 3 m3/menit (106 cfm) untuk setiap HP


diesel yang dioperasikan, sedangkan menurut patokan kebiasaan dibutuhkan antara
100 s.d 200 cfm untuk setiap BHP mesin diesel yang dioperasikan.

4. Temperatur udara di dalam tambang bawah tanah harus dipertahankan antara


18 derajat celcius sampai dengan 24 derajat Celcius dengan kelembaban relatif
maksimum 85 persen.

5. Kondisi ventilasi ditempat kerja harus:

Untuk rata-rata 8 jam

1) Karbon moniksida (CO) volumenya tidak lebih dari 0,005 persen;

2) Hidrogen sulfida (H2S) volumenya tidak lebih dari 0,001 persen dan

3) Dalam tenggang waktu 15 menit CO tidak boleh lebih dari 0,04 persen
6. Kecepatan udara ventilasi yang dialirkan ke tempat kerja harus sekurang-
kurangnya 7 meter per menit dan dapat dinaikkan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan setelah peledakan kecepatan

7. Menurut MSHA (Mine Safety and Health Administration), kehilangan udara dari
sistem ventilasi yang diijinkan adalah maksimal 10%. Kebutuhan minimum udara
segar yang diperlukan seseorang untuk pernafasan, dapat dihitung dengan
memperhatikan pembatasan pada jumlah O2 minimum yang diperkenankan dan
berdasarkan jumlah CO2 maksimum yang diijinkan dalam udara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia
di Tempat Kerja, memutuskan:

a. Bab I (Ketentuan Umum) pasal 1Butir ke 8 , Nilai Ambang Batas yang


selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.

b. Butir ke 9, Kadar Tertinggi Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD


adalah kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui
meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.

c. Butir ke 10, Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat
fisik yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.

d. Butir ke 11, Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat
kimia yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut,
aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.

e. Butir ke 12, Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu,
awan, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah
gas dan uap.

f. Butir ke 14, Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
oleh termometer suhu kering.

g. Butir ke 15, Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu
yang ditunjukkan oleh oleh thermometer bola basah alami (Natural Wet Bulb
Thermometer).

SURVEI VEBTILASI
TAMBANG
1. PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Sejarah Ventilasi
1. 4000-1000 sebelum masehi penambang di eropa menggali terowongan
untuk mencari flint (batu api)
2. 600 SM, tambang perak laurium di Yunani telah memiliki layout tambang
yang menunjukkan mereka telah sadar akan pentingnya menghubungkn
jalur-jalur terowongan
3. 1556 buku yang membahas mengenai tambang oleh Agricola De re
Metalica
4. 1812 ditemukan lampu keselamatan Davy oleh Sir Humprey Davy di
Inggris
5. 1854 On the Theory of the ventilation on the mine oleh John Job Atkinson
England Institute of Mining Engineer
6. 1930 Kipas angin centrifugal pertama di kenalkan secara umum
7. 1943 Prof Baden Hinsley understanding of behaviour of airflow by a
thermodynamic and computer practice

2.1 FUNGSI VENTILASI


Fungsi dari ventilaasi tambang yaitu :
1. Menyediakan oksigen bagi pernapasan manusia.
2. Mengencerkan gas gas berbahaya dan beracun yang ada di dalam
tambang, sehingga tidak membahayakan bagi para pekerja tambang.
3. Menurunkan temperatur udara tambang, sehingga dapat dicapai
lingkungan kerja yang nyaman.
4. Mengurangi konsentrasi debu yang timbul akibat kegiatan produksi yang
dilakukan di dalam tambang.
Gambar 2.1 penambang dan alat memerlukan supali oksigen
A. Pengendalian Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Udara Tambang
1. Pengendalian kualitas
Menjaga kualitas udara tambang agar sesuai dengan peraturan
Gas
Debu
Temperatur& Kelembaban
2. Pengendalian kuantitas
Mengatur jumlah udara yang mengalir ke dalam tambang, dan area
yang diinginkan sehingga mencukupi kebutuhan.
B. Pengelompokan Jenis-Jenis Ventilasi Tambang
Berdasarkan Daya Pembangkit :
Ventilasi Alami
Ventilasi Mekanis
Berdasarkan Tekanan Mesin :
Ventilasi Tiup (Forcing)
Ventilasi Hisap (Exhaust)
Berdasarkan Letak Intake & Outake :
Terpusat
Diagonal
C. Pengukuran Ventilasi
Pengukuran ventilasi dilakukan untuk memeriksa dan mengetahui apakah kondisi udara
tambang telah cukup. Sehingga dapat diketahui kesalahan dan dapat segera diperbaiki,
pengukuran ventilasi melliputi :
Pengukuran Kuantitas Udara
Pengukuran Kecepatan Aliran Udara
Pengukuran Luas Penampang Jalur Udara
Pengukuran Temperatur Udara
Pengukuran Tekanan Udara

D. Pengontrolan Ventilasi
Agar pengaturan udara berjalan efektif, maka diperlukan berbagai peralatan atau fasilitas
pengontrol pada jalur udara tambang meliputi :
Stopping (Penutup)
- Temporary Stoping
- Permanent Stoping
Pintu Angin ( Doors )
Regulator (Pintu Pengatur)
Jembatan udara ( Overcast atau Crossing )

E. Standar Ventilasi Tambang Di Indonesia


KEPMEN PU 555.K/26/M.PE/1995
Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum
Kandungan Oksigen 19,5%
Kandungan CO 0,005 %
Kandungan CO2 0,5%
Temperatur
18-240C
Kecepatan Udara 7m/min
Kebutuhan udara / pekerja 2 m/menit ditambah 3 m/menit untuk 1 hp mesin diesel .

F. Kebutuhan udara dalam tambang


Jumlah udara 0,1 m3/detik per orang
Kecepatan udara minimum untuk mengendalikan kualitas udara 0,3 m / detik
Kecepatan minimum pada permuka kerja pada tambang yang berbahaya gas adalah 0,76-
1,52 m / detik
Kecepatan udara minimum untuk mengendalikan temperatur efektif dan kelembaban
sebesar 0,5 2,5 m / detik.
Kecepatan udara minimum pada front kerja pembuatan lubang bukaan 0,3 m/ detik.
Gas Gas Pada Tambang Bawah Tanah :
Methan (CH4)
Karbondioksida (CO2)
Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Sulfida (H2S)
Sulfur Dioksida (SO2)
Nitrogen Oksida (NOX)
Berat Max.
Sifat
Nama Simbol Jenis
(Udara = 1)
fisik
Pengaruh Sumber Allowable
Conc. (%)
Fatal Point
Tabel
2.1
tidak berbau, tidak
Oksigen O2 1,106 berwarna, tidak ada
tidak
beracun
udara
normal
20,0
(minimum)
6 Gas
rasa
gas
Nitrogen N2 0,967
tidak berbau, tidak menyesakka
udara
normal, 80,0 -
pada
berwarna, tidak berasa n napas
lapisan

tidak berbau, tidak pernapasan,


Karbon menyesakka
CO2 1,529 berwarna, lapisan, 0,5 18
Dioksida n napas
terasa agak asam pembakaran

peledakan,
motor
tidak berbau, tidak racun, 0,03
Karbon Bakar,pemb
CO 0,967 berwarna, tidak ada dapat 0,005 (12,74
Monoksida akaran
rasa meledak explosive)
idak
sempurna

racun, 0, 1
Hidrogen bau telur busuk, tidak lapisan air
H2S 1,191 dapat 0,001 (4, 46
sulfida berwarna, terasa asam tanah
meledak explosive)

dapat
tidak berbau, tidak
meledak, lapisan (5 15)
Metana CH4 0,555 berwarna, tidak 1,0
menyesakka batubara explosive
ada rasa
n napas

peledakan,
motor
bau mangganggu, warna
Nitrogen Bakar,
NO2 1,590 merah coklat, terasa racun 0,0005 0,005
Dioksida pembakaran
ahit
tidak
sempurna

oksidasi
Sulfur bau mangganggu, tidak
SO2 1,191 racun sulfida, 0,0005 0, 1
Dioksida berwarna, rasa asam
motor bakar

tidak berbau, tidak


Radon Rn 7,665 berwarna, tidak ada radioaktif lapisan - -
rasa

tambang bawah tanah


Gamabar 2.2 perbandingan temperatur dengan efesiensi kerja

G. Perancangan Ventilasi.
Prosedur Rancangan :
1. Buat struktur utama dari rencana jalan utama, arah aliran, lokasi kipas angin dll
2. Buat struktur pembantu, yang mendukung sistem utama
3. Gambarkan skema sistem ventilasi dan jaringannya, gabungkan jalur udara kedalam
jaringan.
4. Hitung kebutuhan udara di tempat kerja untuk menjamin kecukupan ventilasi. Perhitungkan
juga terhadap kebocoran.
5. Distribusikan kuantitas udara dan hitung kebutuhan jalur udara masuk dan kebutuhan
udara tambang.
6. Hitung head loss berdasarkan kuantitas dari setiap jalur udara dari sistem ventilasi.
7. Tentukan head loss yang melalui split, ganti dengan sirkuit yang sama, dan tentukan
kebutuhan untuk mengatur dari tiap cabang dan mine static head
8. Hitung mine velocity head dari saluran udara keluar sistem ventilasi. Untuk exhaust
system, hal ini tergantung dari pemilihan kipas angin.
9. Jumlahkan mine static head dan velocity head untuk mencari mine total head dan Pilih
jenis kipas angin berdasarkan kondisi yang ada.
Gambar 2.3 perbedaan temperatur
a) Perbedaan tinggi portal udara masuk dan udara buang
b) Perbedaan temperatur jalan udara masuk dan jalan udara buang
c) Perbedaan temperatur di dalam dan di luar tambang bawah tanah
d) Komposisi udara di dalam tambang bawah tanah
e) Tekanan atmosfir
Contoh soal :
Berapakah tekanan ventilasi alam, apabila perbedaan tinggi portal udara
masuk dan udara buang (L) 200m, temperatur di luar tambang bawah
tanah (ta) 10C dan temperatur di dalam tambang bawah tanah (t) 25C?
H=4,17 x 200 x (250-100 ) = 12,5 mmaq
1000
Gambar 2.4 vebtilasi Mekanis
Ventilasi mekanis :
Ventilasi mekanis adalah metode yang menciptakan perbedaan tekanan
baik positif ataupun negatif di pintu udara masuk atau keluar.
Ventilasi Utama :
1. Axial Flow fan
2. Radial Flow Fan (Sentrifugal)
Ventilasi Bantu :
1. Ventilasi Saluran Udara :
Simple Forcing
Simple Exhaust
Overlap System
2. Ventilasi Bratice
3. Ventilasi Injection / Static Air Move

Anda mungkin juga menyukai