Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Agregat merupakan salah satu bahan pokok dalam pembuatan beton. Sebelum Agregat
digunakan kita harus mengetahui berapa nilai yang diperlukan untuk mengetahui
besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton. Kita dapat mencarinya dengan
cara Analisa Spesific Gravity dan penyerapan Agregat dari agregat kasar dan halus
menurut prosedur ASTM C-127.
Berat jenis itu sendiri adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan
yang kita uji. Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk
menyerap air. Berat jenis memiliki beberapa jenis, diantaranya :
1. Berat Jenis Curah ( Bulk Spesific Grafity )
Yaitu berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada
( volume pori yang dapat diresapi atau dapat dikatakan seluruh volume pori
yang dapat dilewati air dan volume partikel ).
2. Berat Jenis kering permukaan jenis ( SSD spesific gravity )
Yaitu berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi
beton dengan volume partikel.
3. Berat jenis semu ( apparent spesific gravity )
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air.

Untuk perhitungan pada spesific gravity pada agregat kasar kita dapat menggunakan
cara :
Apparent Spesific Gravity = C / ( C-D )
Bulk spesific Gravity Kondisi Kering = C / ( A-D )
Bulk spesific Gravity Kondisi SSD = A / ( A-B )
Presentase (%) penyerapan ( Absorption ) = [ ( A-C ) / C ] x 100%
Sedangkan pada agregat halus kita dapat menggunakan rumus
Apparent Spesific Grafity =E/(E+DC)
Bulk spesific Gravity Kondisi Kering =E/(B+DC)
Bulk spesific Gravity Kondisi SSD =B/(B+DC)
Presentase (%) penyerapan ( Absorption ) = [ ( B-E ) / E ] x 100%
Keterangan :
A = Berat Piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat pinometer + air
E = Berat contoh kering

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

- Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg


- Keranjang besi diameter 203,2 mm (8) dan tinggi 63,5 mm (2,5)
- Alat penggantung keranjang
- Oven
- Handuk
- Piknometer dengan kapasitas 500 gram
- Cetakan kerucut pasir
- Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

3.1.2 Bahan

- Agregat kasar
- Agregat halus

3.2 Prosedur Pengujian

3.2.1 Agregat Kasar

- Benda uji direndam selama 24 jam


- Dimasukkan benda uji ke dalam keranjang dan direndam kembali dalam air.
Temperatur dijaga ( 74,4 + 30 F ) dan kemudian ditimbang setelah keranjang
digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap.
Dihitung berat contoh kondisi jenuh ( B )
- Dikeringkan benda uji pada bagian permukaannya ( kondisi SSD ) dengan
digulungkan handuk pada butiran agregat
- Ditimbang berat contoh dlam kondisi SSD ( A )
- Contoh dikeringkan pada temperatur ( 212 130 F ). Setelah didinginkan kemudian
ditimbang dan dihitung berat contoh pada kondisi kering.

3.2.2 Agregat Halus


- Dikeringkan agregat halus sampai diperoleh kondisi SSD dengan indikasi contoh
agregat tersebut tercurah dengan baik.
- Dimasukkan sebagian dari contoh pada metal sand cone, lalu dipadatkan benda
uji tersebut dengan tongkat pemadat (temper), diiringi dengan tumbukan sebanyak
25 kali. Diperoleh kondisi SSD contoh apabila diangkat cetakan tersebut maka
butiran-butiran pasir longsor / runtuh.
- Ditimbang benda uji dalam keadaan SSD sebanyak 500 g (B)
- Dimasukkan contoh kering ke dalam piknometer dengan air sampai 90 % penuh.
Dibebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara digoyang-goyangkan
piknometer. Direndam piknomete dengan suhu air (73,4 + 30 F) selama 24 jam.
Ditimbang berat piknometer yang berisi contoh dan air (C).
- Dikeringkan contoh benda uji pada suhu (212-130F) lalu ditimbang (E).
- Ditimbang berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada
temperature (73,4 + 30F) dengan ketelitian 0,1 gram.

Anda mungkin juga menyukai