Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

OMA (OTITIS MEDIA AKUT)

Dosen Pengampuh :Darsni, S. Kep ,Ns. M.Kes

DisusunOleh :
Kelompok 1 /3B
1. Agung Joko Sugiarto ( 153210045 )
2. Galuh Kusumaningtyas ( 153210058 )
3. Maghfirotullah ( 153210071 )
4. Novita Dwi Puspita Sari ( 153210074 )
5. Seklak Hudayah ( 153210081 )

PRODI S1 KEPERAWATAN 3A
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2016/2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang
Otitis media akut suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
patogenetik ke dalam telinga tengah (smeltzer,2001). Otitis media akut (OMA) dapat
terjadi karena beberapa faktor penyebab,seperti sumbatan tuba eustachius (merupakan
penyebab utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada
silia mukosa tubaeustachius terganggu),ISPA (infeksi saluran pernafasan atas),dan bakteri
(streptococcus)peumoniae,haemophylus influenza,moraxella catarrhalis,dan bakteri
poigeniik lain,seperti streptococcus hemolyticus,staphylococcus
aureus,E.coli,pneumococcus vulgaris).
Di amerika serikat,diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman,19950. Menurut teele (1991) dalam
commmissoet al. (2000),33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70 % anak usia kurang dari 15 tahun pernah
mengalami satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media
menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia di bawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada
usia 4 samapai dengan 5 tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar
seperti pengunjung ke dokter di diagnose sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik
ke dokter adalah untuk follow-up penyakit mediaotitis tersebut (Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005) ,menunjukkan bahwa 19% hingga
62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami paling sedikit atau episode
OMA ketika mencapai usia 3 tahun. Di Amerika Serikat, insiden OMA tertinggi dicapai
pada usia 0 samapai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami pendengaran pada pasien otitis media akut.

2
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami definisi dari OMA
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami klasifikasi OMA
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami etiologi dari OMA
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami menguraikan patofisiologi
OMA
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami pathway OMA
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami manifestasi klinis penyakit OMA
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami komplikasi dari prnyakit OMA
h. siswa mampu mengetahui dan mempahami pemeriksaan penunjang dari penyakit
OMA
i. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami penatalaksanaan OMA
j. Mahasiswa mampu mengetahui dan mempahami asuhan keperawatan

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi OMA


OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga
tengah (Mansjoer,2001)

3
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pelajaran infeksi
dari tenggorok (faringitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wekipedia Bahasa
Indonesia,Ensiklopedia Bebas)
OMA adalah peradangan akut sebagaian atau seuruh periosteum telinga tengah
( Kapita Selekta Kedokteran,1999).

2.2 Kalasifikasi OMA


1. Stadiumoklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran
timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat
absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak
ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi , tapi
tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media
serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi .
2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga
luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga semakin bertambah berat.
4. Stadium perfrorasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani
dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang
tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan menurun dan anak
dapat tertidur dengan nyenyak.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
sekretnya akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik

4
atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat tibul
gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di
kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

2.3 Etiologi OMA

1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis


media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius
terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan
terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal :
sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada
anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya
otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3. BakteriBakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan
bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus,
E. coli, Pneumococcus vulgaris.

2.4 patofisiologis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA)
yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati
tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat
menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi


kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran
timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran
eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan
tulang osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak
dapat bergerak bebas.

5
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri
pada telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua
bulandapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor
higienekurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan
adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.

2.5 Patwhay

6
2.6 Menifestasi klinis

1. titis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa.

7
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ),
dapat mengalami perforasi.

b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani

c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

d. Demam

e. Anoreksia

f. Limfadenopati servikal anterior

2. Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi
ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna
kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung
udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.

3. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan


terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada
nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri
tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya
perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane
timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat

8
juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.

2.7 komplikasi
a. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar
dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke
otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
b. Mastoiditis
c. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
d. Keseimbangan tubuh terganggu
e. Peradangan otak kejang
2.8 pemeriksaan penunjang
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat
gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang
telinga terhadap perubahan tekanan udara.

2.9 penatalaksanaan

Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop


dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering
membantu bila terdapat cairan purulen.

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk
efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah timpanoplasti-
rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah
mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah,

9
mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan
melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler.
Isis telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi.
Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis media, namun
masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga tengah dan
dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi
stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus. Pembedahan biasanya
dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan

10
Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan


pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana
kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah
polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga.

Riwayat kesehatan sekarang

kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti
penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.

Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang
sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan
riwayat alergi pada keluarga.

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kepala

Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan di daerah telinga,dengan


menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar
dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.

Kaji adanya nyeri pada telinga


Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
Dada / thorak
Jantung
Perut / abdomen
Genitourinaria
Ekstremitas
Sistem integument
Sistem neurologi
Data pola kebiasaan sehari-hari

2. Nutrisi

11
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan
sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.

3. Eliminasi

Kaji miksi,dan defekasi klien

4. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk


berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya
sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di
bicarakan orang lain.

5. Pemeriksaan diagnostiik

Tes Audiometri : AC menurun

X ray : terhadap kondisi patologi

Tes berbisik

Tes garpu tala

6. Diagnose keperawatan

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
tengah

No Tgl/hari Tujuan NOC NIC


Dx
1. 26 Dalam waktu 2x 24 jam Pain 1. Lakukan
September diharapkan nyeri yag dialami level pengkajian nyeri
2016 pasien berkurang. Pain secara
Batasan karateristik control komperhensif
1. Mampu mengontrol Comfort termasuk lokasi,

12
nyeri ( tahu penyebab level karakteristik,
nyeri,mampu durasi, frekuensi,
mengunakan theknik kulitas dan faktor
non farmakologi untuk presipitasi.
mengurangi 2. Observasi reaksi
nyeri,mencari bantuan ) non verbal dari
2. Melaporkan bahwa ketidak nyamanan.
nyeri berkurang dengan 3. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi
management nyeri respon nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 4. Control
( skala,intensits,frekuen lingkungan yang
si dan tanda nyeri )\ dapat
4. Menyatakan rasa mempengaruhi
nyaman setelah nyeri nyeri seperti shuh
berkurang ruangan,
pencahayaan dan
kebisingaan.
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri

Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan


pendengaran

N Tgl/hari Tujuan NOC NIC


o
D
x
2. 26 Dalam waktu 3x 24 jam diharapkan Pain 1. Dorong pasien
Septembe pendengaran pasien dapat kembali level untuk
r 2016 membaik. Pain berkomunikasi
Batasan karateristik control secara
1. Ketidakmampuan bicara Comfor perlahan dan
dalam bahasa pemberi t level untuk

13
asuhan. mengulangi
2. Kesulitan menyusun permintaan.
kalimat 2. Berdiri di
3. Kesulitan menyusun depan pasien
kata kata. ketika
4. Tidak dapat berbicara. berbicara.
3. Beri satu
kalimat simple
setiap bertemu
,jika
diperlukan.

Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

No Tgl/ha Tujuan NOC NIC


Dx ri
3. 26 Dalam waktu 2x 24 jam diharapkan Pain 1. Jelaskan
Septe cemas yang dialami pasien level semua
mber berkurang. Pain prosedur dan
2016 Batasan karateristik control apa yang
1. Insomnia Comfor dirasakan

14
2. Gelisah t level selama
3. Penurunan Produktivitas prosedur.
4. Mengekspresikan 2. Bantu pasien
kekawatiran karena mengenali
perubahan dalam situasi yang
peristiwa hidup. menimbulkan
kecemasan.
3. Temani pasien
untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi
takut.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keerawatan dan hasil akhir dan
evaluasi dapat berhasil secara keseluruhan atau tidak berhasil bahkan dapat timbul
masalah baru. (H. Lismindar, 1989).

15
DAFTAR PUSTAKA

https://rikayuhelmi116.wordpress.com/2012/12/09/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
otitis-media/ (diaskes pada tanggal 26 september 2016 pukul 14:20)
Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC
Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates,
1996
Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapius

16

Anda mungkin juga menyukai