Anda di halaman 1dari 21

0

REFERAT

INFEKSI DI KELOPAK MATA

Pembimbing:
dr. Irsad Sadri, Sp.M

Disusun oleh:
Melda Agustin
111313000050

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2017 M/1438 H
1

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Melda Agustin


NIM : 1113103000050
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi : Kedokteran dan Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : Mata
Periode Kepaniteraan Klinik : 3 Januari 2017 29 Januari 2017
Judul Referat : Infeksi di Kelopak Mata
Diajukan : Januari 2017
Pembimbing : dr. Irsad Sadri, Sp.M

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL :

PEMBIMBING

dr. Irsad Sadri, Sp.M


2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat islam, iman, dan ikhsan sehingga referat yang berjudul
Infeksi di Kelopak Mata ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
konsulen mata RSUD Kota Bekasi, terutama kepada pembimbing saya, dr. Irsad
Sadri, Sp.M yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca untuk
menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan referat ini.
Demikian referat ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Bekasi, Januari 2017

Penulis
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Anatomi dan Histologi Kelopak Mata ...................................................... 5
2.2. Infeksi di Kelopak Mata ........................................................................... 7
2.2.1 Blefaritis ................................................................................................... 7
2.2.2 Hordeolum .............................................................................................. 16
Diagnosis banding : Kalazion ................................................................ 18
BAB 3. KESIMPULAN ..................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
4

BAB 1

PENDAHULUAN

Kelopak mata merupakan struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi


lini pertama. Kelopak mata memiliki fungsi melindungi bola mata, mencegah
benda asing masuk ke mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea.

Kelopak mata dapat mengalami infeksi akibat mikroorganisme yang


menyebabkan terjadinya peradangan. Peradangan yang dapat terjadi diantaranya
yaitu blefaritis dan hordeolum. Blefaritis merupakan peradangan pada kelopak
mata yang bersifat kronik, yang ditandai dengan gejala kelopak mata merah,
bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia. Dilaporkan dalam sebuah studi,
bahwa dari seluruh penyakit mata ditempat praktik klinis, didapatkan pasien
blefaritis sebesar 37% - 47%. Blefaritis dapat disebabkan berbagai etiologi dan
dapat dikarenakan adanya disfungsi dari kelenjar yang ada di kelopak mata.
Hordeolum merupakan infeksi yang terjadi di kelenjar-kelenjar yang ada di
kelopak mata. Hordeolum ditandai dengan gejala nyeri, merah, dan bengkak di
kelopak mata.

Infeksi di kelopak mata memerlukan penatalaksanaan yang baik dan tepat


untuk mencegah terjadinya penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pengetahuan
yang baik tentang infeksi di kelopak mata sangat dibutuhkan sebagai landasan
dalam mendiagnosis dan menatalaksana penyakit.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Kelopak Mata

Kelopak mata atau palpebra merupakan struktur mata yang berfungsi


sebagai proteksi lini pertama. Kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola
mata, mencegah benda asing masuk ke mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak mata
mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak.
6

Lapisan superfisial dari palpebra terdiri dari kulit, kelenjar Moll dan Zeis,
m.orbikularis okuli dan m.levator palpebra. Lapisan dalam terdiri dari lapisan
tarsal, m.tarsalis, konjungtiva palpebralis dan kelenjar Meibom.

a. Kulit

Kulit pada kelopak mata berbeda dari kulit bagian tubuh lain, karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut dan tanpa lemak subutan.

b. Otot

Pembukaan dan penutupan kelopak mata diperantarai oleh m.orbikularis


okuli dan m. levator palpebra. M.orbikularis okuli yang berjalan melingkar di
dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak berfungsi
menutup bola mata. M. levator palpebral berorigo pada anulus foramen orbita dan
berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus m.orbikularis okuli menuju
kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi m.levator palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata atau membuka mata.

M.orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan bawah mampu


mempertemukan kedua kelopak mata secara tepat pada saat menutup mata. Pada
saat membuka mata, terjadi relaksasi dari m.orbikularis okuli dan kontraksi dari
m. levator palpebra di palpebra superior. Otot polos pada palpebra superior atau
m.palpebra superior (Mller muscle) juga berfungsi dalam memperlebar
pembukaan dari kelopak tersebut. Sedangkan, palpebra inferior tidak memiliki m.
levator sehingga otot yang ada hanya berfungsi secara aktif ketika memandang
kebawah.

c. Kelenjar

Pada kelopak mata terdapat kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar


Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis yang terletak pada pangkal rambut, dan
kelenjar meibom pada tarsus. Kelenjar Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Kelenjar Moll
adalah kelenjar keringat yang bermuara kedalam satu baris dekat bulu mata.
7

Sedangkan kelenjar Meibom terletak di tepian posterior adalah modifikasi dari


kelenjar sebasea.

d. Tarsus
Di dalam kelopak terdapak tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah pada kelopak bawah).

e. Septum

Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosa berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Pembuluh darah

Kelopak mata diperdarahi oleh a.palpebra.

Persarafan

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. Persarafan motorik m.
orbikularis okuli pada kedua kelopak mata dipersarafi cabang zigomatikum dari
nervus fasialis (N.VII), sedangkan m.levator palpebra dan beberapa muskulus
ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotorius (N.III).

2.2 Infeksi Pada Kelopak Mata

2.2.1 Blefaritis

Definisi

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
8

Epidemiologi
Meski merupakan salah satu penyakit mata yang paling sering, namun
informasi epidemiologis insiden dan prevalensi dari blefaritis dengan jumlah
populasi yang teridentifikasi masih kurang. Dalam sebuah studi dengan sampel
sebanyak 90 pasien blefaritis kronis, didapatkan rata-rata usianya ialah 50 tahun.
Di studi lain, optalmologist dan optometrist melaporkan bahwa blefaritis
ditemukan dalam praktik klinik, yaitu sebesar 37% dan 47% dari jumlah pasien
mereka.

Etiologi

Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan


kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan
kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Blefaritis akibat infeksi dapat disebabkan
Staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan kelenjar meibom, atau gabungan
dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan karena infeksi
Staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada infeksi
Staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pasien yang menderita blefaritis,
tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala blefaritis namun ditemukan
bakteri Staphylococcus. Infeksi Staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar
95% pasien. Blefaritis seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan blefaritis
posterior (Meibomian blefaritis) disebabkan gangguan kerja kelenjar Meibom.

Manifestasi klinik
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit,
eksudat lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan
keratitis. Meskipun Blefaritis tidak menimbulkan kerusakan permanen pada mata,
tetapi sangat mengganggu aktifitas penglihatan penderitanya.
Gejala dari blefaritis diantaranya :
Kelopak mata sering berminyak
Terasa gatal pada kelopak mata
Terasa terbakar pada mata
Mata sering berair
Bengkak di kelopak mata
9

Bulu mata kotor saat bangun tidur


Sangat sensitif pada cahaya
Mengalami pengelupasan kulit di sekitar mata
Bulu mata rontok
Bulu mata tidak normal dan arahnya tidak teratur

Patofisiologi

Pada blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung
pada jaringan, kerusakan sistem imun atau kerusakan yang disebabkan oleh
produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak
mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi
kelenjar meibom (Meibomian Gland Disfunction/ MGD).

Klasifikasi

Berdasarkan letak anatominya, terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :


1. Blefaritis anterior
Blefaritis anterior adalah radang bilateral kronik yang mengenai kelopak
mata bagian luar depan ( kulit, bulu mata, dan folikelnya). Penyebabnya
adalah bakteri Staphylococcus dan seboroik. Blefaritis staphylococcus dapat
disebabkan infeksi dengan S.aureus, yang sering ulseratif, atau S.epidermidis
atau stafilokok koagulase-negatif. Blefaritis seboroik (non-ulseratif)
umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum ovale.
Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, gatal pada tepi kelopak mata.
Mata yang terkena akan bertepi merah, banyak sisik atau granulasi yang
terlihat menggantung dibulu mata.
2. Blefaritis posterior
Blefaritis posterior adalah peradangan kelopak mata yang dikaitkan
dengan disfungsi kelenjar meibom (MGD). Blefaritis anterior dan posterior
dapat timbul bersamaan. Dermatitis seboroik umumnya disertai dengan
10

penyakit kelenjar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab gangguan
fungsi kelenjar meibom. Lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pada
kelenjar meibom dan konjungtiva serta menyebabkan terganggunya film air
mata.
Blefaritis posterior bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang
mengenai palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada
kelenjar meibom mencakup peradangan muara meibom (meibomianitis),
sumbatan muara kelenjar oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom
dalam lempeng tarsus, dan keluarnya sekret abnormal lunak yang mirip keju
bila kelenjar tersebut dipencet. Tepi kelopak tampak hiperemis dan
telengiektasis.

Manifestasi klinis dari jenis blefaritis anterior dan posterior

Berdasarkan etiologinya, blefaritis terdiri dari blefaritis bakterial, blefaritis virus,


blefaritis jamur dan blefaritis pedikulosis.

Blefaritis Bakterial

a. Blefaritis Seboroik

Blefaritis seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari
kelenjar Meibom, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil
pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis
11

dan jaringan keropeng. Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.

Blefaritis seboroik
b. Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu
mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan
bersama dermatitis seboroik. Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada
blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra
disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tidak mengakibatkan
perdarahan. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis,
konjungtivitis.

Blefaritis skuamosa
c. Blefaritis Ulseratif

Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan
yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar
12

bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang
bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).

Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.

Blefaritis ulseratif
d. Blefaritis angularis

Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada tepi kelopak di sudut


kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini
bersifat rekuren. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan
menyumbat duktus lakrimal.

Blefaritis angularis
13

Blefaritis Virus
a. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes
zoster pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis
median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada
daerah yang terkena dan badan berasa demam.

Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

b. Herpes simpleks
Vesikel kecil dikelilingi eritema dapat disertai keadaan yang sama pada
bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis
simpleks yang merupakan radang pada tepi kelopak ringan dengan terbentuknya
krusta kuning basah pada tepi bulu mata yang mengakibatkan kedua kelopak mata
lengket.
Tidak terdapat pengobatan spesifik, bila terdapat infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotik sistemik dan topikal. Pemberian steroid merupakan
kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya herpes pada kornea.
14

Blefaritis Jamur
Infeksi jamur terbagi menjadi infeksi jamur superfisial dan infeksi jamur
dalam. Infeksi jamur superfisial dapat disebabkan karena jamur Candida.sp. Pada
infeksi jamur dalam, pengobatannya dilakukan secara sistemik. Yang dapat
menyebabkan infeksi jamur dalam seperti, Actinomycetes dan Nocardia.sp
Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat
bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.

Diagnosis Blefaritis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak
mata. Banyak kasus blefaritis dapat didiagnosa dengan menanyakan tentang tanda,
dan melakukan pemeriksaan mata serta memeriksa adakah penyakit yang bisa
mendukung seperti dermatitis seboroik dan rosasea.

Tatalaksana

Pengobatan utama adalah eyelid hygine atau membersihkan pinggiran


kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan smber makanan bagi
bakteri. Bisa digunakan shampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu
membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik (misalnya tetrasiklin/
kloramfenikol/ eritromisin atau sulfasetamid) atau antibiotik per oral (misalnya
tetrasiklin). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu,
bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.

Pengobatan Blefaritis :
1. Bersihkan menggunakan kapas/ cotton bud dengan garam fisiologis
hangat/larutan bikarbonat/ shampo bayi non detergent, dilanjutkan dengan
pijatan palpebra untuk membantu sekresi kelenjar meibom. Kemudian
diberikan antibiotik yang sesuai.
2. Pada blefaritis stafilokok, diobati dengan antibiotik antistafilokok atau
pemberian salep mata sulfonamid dengan aplikator kapas 1x sehari pada
tepian palpebra. Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan
sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif luas pengobatan
15

harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Blefaritis angularis


diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat.
3. Pada blefaritis posterior, diberikan steroid topikal lemah jangka pendek,
misalnya prednisolon 0,125% 2 x sehari, dan antibiotik sistemik dosis rendah
jangka panjang, doksisiklin 2x100 mg atau eritromisin 3x250 mg. Terapi
topikal dengan antibiotik atau substitusi air mata umumnya tidak perlu dan
dapat bertambah rusaknya film air mata atau reaksi toksik terhadap bahan
pengawetnya.
4. Pengobatan pada infeksi virus bersifat simtomatik, antibiotik diberikan bila
terdapat infeksi sekunder.
5. Bila disebabkan jamur, infeksi superfisial diobati dengan griseofulvin 0,5-1
gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi dan diteruskan sampai 1-2
minggu setelah gejala menurun. Bila disebabkan kandida diberikan nistatin
topikal 100.000 unit/gram.
6. Pada infeksi jamur sistemik, diobati dengan sulfonamid, penisilin, atau
antibiotik spektrum luas. Amfoterisin B diberikan untuk histoplasmosis,
sporotrikosis, aspergilosis, dan lainnya, dimulai dengan 0,05-0,1 mg/kgBB
secara intravena lambat selama 6-8 jam dalam dekstrosa 5%. Dosis dinaikkan
sampai 1 mg/kgBB, namun total tidak boleh dari 2 gram. Pengobatan
diberikan setiap hari selama 2-3 minggu atau sampai gejala berkurang.
7. Pada blefaritis akibat alergi dapat diberikan steroid lokal atau sistemik,
namun harus dicegah pemakaian lama. Untuk mengurangi gatal, berikan
antihistamin.
Preventif
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan:
1. Menghindari tempat yang berdebu
2. Tidak mengusap mata terlalu sering
3. Menjaga kebersihan mata
4. Menghindari pandangan mata terhadap layar monitor yang terlalu terang
5. Menghindari bepergian jarak jauh diwaktu malam hari

Diagnosis Banding
16

Diagnosis banding dari blefaritis adalah:


1. Dry eyes (bisa menyebabkan gejala yang sama, iritasi berkembang dalam
beberapa hari).
2. Infiltrasi tumor palpebra dapat dipertimbangkan apabila ditemukan
blefaritis kronis unilateral dan berhubungan dengan madarosis.
Komplikasi

1. Madarosis atau kerontokan bulu mata


2. Hordeolum
3. Kalazion
4. Konjungtivitis
5. Keratitis
6. Pertumbuhan bulu mata abnormal
Prognosis

Pada blefaritis prognosis baik dan dapat hilang dengan terapi, tetapi dapat
rekuren dan menjadi kronis.

2.2.2 Hordeolum
Hordeolum adalah infeksi kelenjar di kelopak mata. Bila kelenjar meibom
yang terkena, maka timbul pembengkakan besar ke daerah konjungtiva tarsal yang
disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan
superfisial adalah infeksi di kelenjar Zeis atau Moll. Biasanya ukuran hordeolum
interna lebih besar dibandingkan hordeolum eksterna.

Hordeolum interna Hordeolum eksterna


Etiologi
Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok, biasanya
Staphylococcus aureus pada kelenjar sebasea kelopak.
17

Gejala Klinis
Nyeri, merah, dan bengkak adalah gejala utama hordeolum. Gejala
lengkap dari hordeolum adalah :
- Bengkak pada kelopak atas atau bawah
- Rasa sakit
- Merah
- Lunak
- Keropeng pada tepi kelopak
- Rasa panas
- Gatal
- Rasa silau
- Mata berair
- Rasa kelilipan
- Penglihatan terganggu
Tatalaksana
Pengobatannya adalah kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15
menit. Pengangkatan bulu mata dapat memberi jalan untuk drainase nanah.
Diberikan antibiotik lokal (salep mata tetrasiklin/ kloramfenikol 3x sehari) dan
dilanjutkan selama 3-7 hari. Antibiotik sistemik yang diberikan adalah
ciprofloksasin 250-500 mg atau amoksisilin 3 kali sehari.
Jika keadaan tidak membaik atau nanah tidak dapat keluar dari kantung
nanah, maka dilakukan insisi dan drainase bahan purulen. Untuk hordeolum
eksterna, dibuat insisi horizontal pada kulit yang sejajar dengan margo palpebra
untuk meminimalisir luka parut, Sedangkan pada hordeolum interna, dibuat insisi
pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral. Setelah
dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang, kemudian diberi salep antibiotik.

Prognosis
Baik dan dapat timbul berulang.
18

Diagnosis banding
a. Kalazion
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik
pada kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang
tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu.
Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yan mirip
hordeolum (dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut).
Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit
memerah dan meninggi.

Kalazion

Jika cukup besar sehingga mengganggu penglihatan dianjurkan eksisi lesi.


Eksisi dilakukan melalui insisi vertikal kedalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya.
19

BAB 3

KESIMPULAN

Infeksi yang dapat terjadi di kelopak mata diantaranya adalah blefaritis


dan hordeolum. Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Terdapat 2 jenis
blefaritis berdasarkan letak anatomisnya, yaitu blefaritis anterior dan blefaritis
posterior, Sedangkan berdasarkan etiologinya blefaritis dapat disebabkan karena
bakteri, virus, jamur, dan tuma. Secara umum gejala blefaritis ialah kelopak mata
merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epiforia.
Tatalaksana utama blefaritis adalah eyelid hygine atau membersihkan
pinggiran kelopak mata serta pemberian obat-obatan yang sesuai dengan
pembagian kategori dan etiologinya. Pencegahannya adalah dengan selalu
menjaga kebersihan mata, menghindari tempat yang berdebu, tidak mengusap
mata terlalu sering, dan menghindari pandangan mata terhadap layar monitor yang
terlalu terang.
Hordeolum merupakan peradangan pada kelenjar dikelopak mata.
Hordeolum terbagi menjadi hordeolum interna dan eksterna. Gejalanya secara
umum ialah nyeri, merah, dan bengkak dikelopak mata. Tatalaksana hordeolum
ialah dengan kompres air hangat, dan pengeluaran pus yang ada didalamnya baik
dengan pencabutan bulu mata sampai dengan tindakan insisi, serta diberikan
antibiotik topikal.
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata edisi kelima. FKUI: 2015;91-9.

2. McCulley JP, Dougherty JM, David J. Classification of blepharitis. AAO

:89;10.

3. American Academy of Opthalmology. Preferred practiced pattern:

blepharitis. AAO :2013.

4. Moorfields Eye Hospital. Blepharitis. NHS : 2015

5. Sullivan JH, Debra J, Shetlar. Palpebra, apparatus lakrimalis & air mata.

Dalam: Eva PR, Whitcer JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi

17. EGC: 2009.

Anda mungkin juga menyukai