BAB I
PENDAHULUAN
Permasalahan yang kami batasi dalam makalah ini hanya pada cara kerja dari
suatu rangkaian baik secara diagram blok atau secara detail, cara pengujian dan cara
kerja alat serta landasan teori dari beberapa komponen yang digunakan dalam
suaturangkaian.
2
System digital lampu berjalan
3
System digital lampu berjalan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini pembahasan yang diketengahkan adalah mengenai teori dari
masing-masing komponen yang digunakan dalam perangkaian alat dalam proyek
LAMPU BERJALAN ini, yaitu :
2.1 RESISTOR
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang
sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga
dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti
karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan
disebut sebagai insulator. Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan pada artikel
tentang semikonduktor.
Resistor yang digunakan dalam elektronika terbagi ke dalam dua jenis utama, yaitu
terdiri dari :
1. Resistor linier, yang bekerja berdasarkan atau sesuai dengan hukum ohm.
2. Resistor non-linier, yang umum digunakan terdiri dari :
Foto resistor, yang peka terhadap cahaya.
Termistor, yang peka terhadap panas.
Resistor yang bergantung pada tegangan listrik.
4
System digital lampu berjalan
Resistor juga terdapat jenis yang lain, yaitu terbagi ke dalam dua jenis :
1. Resistor tetap, yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap
dan memiliki batas kemampuan daya misalnya watt, watt, watt,
1 watt, 5 watt dan lain sebagainya. Arti dari batas kemampuan daya
adalah resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai
dengan kemampuan daya yang telah ditetapkan, apabila melampaui
maka resistor tersebut akan tidak berfungsi lagi. Resistor ini memiliki
nilai hambatannya,tipe resistor yang ini berbentuk tabung dengan dua
kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran
membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai
mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut.
2.
5
System digital lampu berjalan
faktor
Warna Nilai Toleransi
pengali
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1%
Merah 2 100 2%
Jingga 3 1.000
Kuning 4 10.000
Hijau 5 100.000
Biru 6 106
Violet 7 107
Abu-abu 8 108
Putih 9 109
Emas - 0.1 5%
Perak - 0.01 10%
Tanpa
- - 20%
warna
Tabel - 1 : nilai warna gelang
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi
berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada
pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,
sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian
pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau
anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca
nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3
gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2%
(toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama
dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir
adalah faktor pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan
6
System digital lampu berjalan
emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna
gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana
violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna
emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi
berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung
sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai
satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga
gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama
dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang
violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan,
nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna
gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui
nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 =
4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja
dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar
W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin
besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
7
System digital lampu berjalan
2.2 KAPASITOR
8
System digital lampu berjalan
1. Kapasitor tetap, yaitu kapasitor yang memiliki kapasitansi yang tidak dapat
diubah atau telah ditetapkan sebelumnya. Kapasitor ini dibedakan kepada jenis
bahan yang digunakan sebagai lapisan di antara lempeng-lempeng logam yang
disebut bahan dielektrikum, seperti keramik, mika, kertas, polyester ataupun
film. Sehingga kapasitor tetap ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1.1 Kapasitor non-polar atau tidak memiliki kutub, yaitu kapasitor yang
terbuat dari bahan yang tersebut di atas dan nilainya kurang dari 1
mikroFarad (1F).
1.2 Kapasitor polar atau memiliki kutub, yaitu kapasitor elektrolit (elco)
yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 1 mikroFarad
(1f).Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor
yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya
kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan
tanda (+) dan (-) di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki
polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa
sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
9
System digital lampu berjalan
10
System digital lampu berjalan
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga
yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan
electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain
yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa
memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan
mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya
(lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki
arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor
Tantalum menjadi relatif mahal.
2. Kapasitor tidak tetap atau variabel, yaitu kapasitor yang memiliki nilai
kapasitansi yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terbagi ke dalam dua jenis,
yaitu :
2.1. Varco, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubah-
ubah dengan memutar poros yang merupakan bagian dari badannya.
11
System digital lampu berjalan
2.2. Trimer, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubah-
ubah dengan memutar porosnya dengan bantuan obeng kecil ukuran
kurang lebih 1-2 milimeter.
2.2.3 Kapasitansi
Satuan dari kapasitor adalah Farad, yang diambil dari nama penemunya
Michael Faraday. Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat
besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF
(10-9 F) dan pF (10-12 F). Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas pada kapasitor
dapat dibaca melalui kode angka pada bahan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3
angka pada kapasitor nonpolar, misalnya 104 artinya nilai kapasitasnya sama dengan
10*104 = 10x10000 = 105 pF = 102 nF = 0,1 F. Sedangkan untuk elco tertulis 100 F
/ 16 volt artinya elco memiliki kapasitas sebesar 100 F dan tegangan kerjanya tidak
boleh melebihi 16 volt.
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb
= 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat
memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV .(1)
12
System digital lampu berjalan
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.
2.3 DIODA
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus
listrik dan tegangan listrik pada satu arah saja, yang memiliki bahan pokok dari
Germanium (Ge) dengan tegangan barier sebesar 0,3volt artinya bila tegangan yang
melewatinya kurang dari 0,3 volt maka dioda tidak bekerja dan Silikon (Si) dengan
tegangan barier sebesar 0,7 volt artinya bila tegangan yang melewatinya kurang dari
0,7 volt maka dioda tidak bekerja.
13
System digital lampu berjalan
Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi
adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan
struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil yang
disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole dan
elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang
siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang
siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi
tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan
serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi
hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini
disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik,
maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.
14
System digital lampu berjalan
Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari
P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke
arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan
menghalangi terjadinya arus.
Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor.
Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol baru
bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion
layer).
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang
ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi breakdown,
dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan
deplesi.
15
System digital lampu berjalan
Dioda kontak titik, yaitu dioda yang dipergunakan untuk mengubah frekuensi
tinggi menjadi frekuensi rendah, misalnya tipe OA 70, OA 90 dan 1N 60.
Dioda Hubungan, yaitu dioda yang dapat menghantarkan arus atau tegangan
listrik yang besar hanya satu arah dan digunakan untuk menyearahkan arus dan
tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya tipe
1N4001 ada 2 jenis, yaitu yang berkapasitas 1 / 50 volt dan 1 / 100 volt.
Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju
maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Zener juga banyak
digunakan untuk aplikasi regulator tegangan (voltage regulator) misalnya tipe 12 volt
16
System digital lampu berjalan
artinya dioda zener dapat membatasi tegangan yang lebih besar dari 12 volt menjadi
12 volt. Zener yang ada dipasaran tentu saja banyak jenisnya tergantung dari
tegangan breakdwon-nya.
Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah,
kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa
dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED
selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-
nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi
empat, bulat dan lonjong.
LED sering dipakai sebagai indicator pada peraga atau display yang masing-
masing warna bisa memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga
17
System digital lampu berjalan
bisa berarti lain. LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi display yang besar.
Dikenal juga LED dalam bentuk 7 segment atau ada juga yang 14 segment. Biasanya
digunakan untuk menampilkan angka numerik dan alphabet.
2.4 TRANSITOR
Gambar 2.17 Simbol Transistor NPN Gambar 2.18 Simbol Transistor PNP
18
System digital lampu berjalan
JFET kanal P, MOSFET kanal N dan MOSFET kanal P dan memiliki 3 kaki
( source, gate dan drain ).
Pada transistor bipolar prinsip kerja transistor adalah arus bias base-emiter yang
kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. Hal yang penting adalah bagaimana
caranya memberi arus bias yang tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.
Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu
rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common Base).
Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE. Dengan
menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan
berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu. Tentu
untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak menggunakan
transistor power, misalnya.
Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik
akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut diaplikasikan
pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :
IE = IC + IB ........(1)
19
System digital lampu berjalan
arus emitor
Persamanaan (1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus kolektor
IC dengan arus base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB << IC,
maka dapat di nyatakan :
IE = IC ..........(2)
Alpha ()
dc = IC/IE ..............(3)
Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka
idealnya besar dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada
memilikidc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.
Beta ()
Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base.
20
System digital lampu berjalan
Dengan kata lain, adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus
(current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook transistor
dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam merencanakan
rangkaiannya.
Misalnya jika suatu transistor diketahui besar=250 dan diinginkan arus kolektor
sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu jawabannya
sangat mudah yaitu :
IB = IC/ = 10mA/250 = 40 uA
Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki = 200 jika diberi arus
bias base sebesar 0.1mA adalah :
Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu sekali lagi,
arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.
rangkaian CE
21
System digital lampu berjalan
Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang masuk
ke titik base, kolektor dan emitor.
Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena
memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah sebuah dioda.
Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :
VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan
mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB
mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.
22
System digital lampu berjalan
kurva IB -VBE
Umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt untuk
transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt.
Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain
yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan
tegangan kolektor-emiter VCE. . Pada gambar berikut telah diplot beberapa kurva
kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus IB dibuat konstan.
kurva kolektor
Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja transistor.
Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif dan
seterusnya daerah breakdown.
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC
konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus I C
hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear
(linear region).
Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop
kolektor (rangkaian Common Emitor), maka dapat diperoleh hubungan :
23
System digital lampu berjalan
Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-
emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang
menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power sangat
perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur
kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal. Sebab jika
transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat rusak atau
terbakar.
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan
VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.
24
System digital lampu berjalan
Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah
transistor dengan= 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic
gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED, V LED
= 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi R L yang
dipakai.
IC = IB = 50 x 400 uA = 20 mA
Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off. Tegangan
VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian
ini.
Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC
menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah
breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan
dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai tegangan
VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCEmax pada databook
transistor selalu dicantumkan juga.
25
System digital lampu berjalan
2.5.1 IC 40106
IC 40106
4-bit asynchronous decade counter dengan output decoded penuh, reset dan clock
aktif tinggi dan aktif rendah
kedua input CLK di AND kan, sehigga dapat digunakan sebagai clock dan clock
enable.
+---+--+---+
Q5 |1 +--+ 16| VCC
26
System digital lampu berjalan
Q1 |2 15| RST
Q0 |3 14| CLK1
Q2 |4 13| CKE/CLK2
Q6 |5 4017 12| RCO
Q7 |6 11| Q9
Q3 |7 10| Q4
GND |8 9| Q8
+----------+
IC CMOS 4017
Adapun karakteristik dari IC 4017 ini terdapat 9 kaki yang merupakan jalan
keluar ( output ). Kemudian Vcc terletak pada kaki 16. Clock terdapat pada kaki 14.
Clock enable terdapat pada kaki 13. Carry out terdapat pada kaki 12 dan kaki 15
adalah sebagai reset.
27
System digital lampu berjalan
waktu yang diketahui. Shift register dapat digunakan sebagai suatu instrumen untuk
mengukur waktu (periode dan frekuensi). Shift register tersebut juga merupakan
rangkaian logika penguat sehingga pencacah membutuhkan karakteristik memori dan
pewaktu memegang peranan yang penting. Shift register ini digunakan pula untuk
membagi frekuensi dan menyimpan data seperti dalam detak digital, an juga dapat
digunakan dalam pengurutan alamat dan dalam beberapa rangkaian aritmetika.
BAB III
ANALISA RANGKAIAN
28
System digital lampu berjalan
Untuk memudahkan penjelasan, rangkaian ini dibagi mejadi 4 bagian utama, yaitu
rangkaian Input, Clock, Pencacah, Output. Keempat Block diatas tentunya memiliki
karakteristik dan prinsip kerja . Berikut penjelasannya:
3.1.1 Input
Input pada rangkaian ini berasal dari tegangan yang diberikan pada rangkaian
sebesar 12 volt ataupun 9 volt. input tegangan tersebut dapat mengunakan baterai
ataupun adaptor. Pada rangkaian ini penulis menggunakan baterai 9 volt sebagai
input tegangan.
3.1.2 CLOCK
Pada rangkaian ini penulis menggunakan IC 40106 sebagai frekuensi
pembangkit clock yang berkisar antara 6Hz 30 %, digunakannya trimpot P1
ditengah rangkaian agar keluaran pada pembangkit clock dapat diumpankan ke
penghitung IC1. Pada keterangan dibawah ini IC 40106 merupakan suatu IC
inverting bila dilihat dari table masukan dan keluarannya.
+---+--+---+ +---*---+ _
1A |1 +--+ 14| VCC | A |/Y | /Y = A
/1Y |2 13| 6A +===*===+
2A |3 12| /6Y | 0 | 1 |
29
System digital lampu berjalan
3.1.3 Pencacah
Pencacah pada rangkaian in menggunakan IC 4017 sebagai shift register, yang
dapat menggeser led dari kiri kekanan maupun sebaliknya. Setelah pembangkit
clock diumpankan ke penghitung / pencacah IC1 ( IC 4017 ), keluaran keluaran
dari penghitung di reset ke awal mulai, bila Q4 menuju nilai 1, ini menunjukan
adanya hubungan pada kaki 15 dan kaki 10 dari IC tersebut. Lalu keluaran
keluaran pada kaki Q0Q3 dihubungkan ke rangkaian monostable multivbrator.
Seluruh multivibrator tersebut tersulut olehsisi menuju negative dari pulsa
keluaran keluaran Q0Q3.
3.1.4 Output
Output yang digunakan disini adalah empat kelompok yangterdiri dari empat
buah LED. LED tersebut dibagi menjadi empat buah kelompok yaitu A,B,C,D.
Dari setiap rangkaian multivibrator tersebut dihubungkan ke satu kelompok
barisan LED. Trimpot trimpot (P2..P5) yang terdapat pada rangkaian
menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua periode
pulsa itu diperlukan kurang lebih sama. LED-LED dari setiap kelompok akan
menyala secara serentak,
30
System digital lampu berjalan
Mulai dari tegangan yang diberikan atau didapatkan dari rangkaian Power
Suply atau baterai sebesar 9 volt bias juga 12 Volt. Kecepatan nyala berurutan pada
sebarisan LED ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock N1 (pada IC 40106),
tegangan masuk pada IC 2 (IC 40106) sebagai clock, frefuensi clock ini akan berkisar
pada 6HZ 30 %. Bila trimpot P1 ada di tengah, keluaran dari pembangkit clock
akan diumpankan ke penghitung IC1, keluaran keluaran dari penghitung di reset ke
awal mulai. BIla Q4 menuju logika 1, ini menunjukan hubungan antara kaki 15 dan
10 dari IC 1. Keluaran keluaran Q0Q3 dihubungkan masing masing ke suatu
rangkaian multivibrator monostable yang terdiri dari N2N5. Seluruh multivibrator
tersebut tersulut oleh sisi menuju negative dari pulsa pulsa keluaran Q0..Q3.
Periode pulsa dapat diatur dengan trimpot trimpot P2P5, yang tentunya
menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua perode pulsa
itu diperlikan lebih kurang sama, untuk menjamin kerataan penyalaan lampu berjalan,
rangkaian ini menggunakan 4 kelompok dari empat buah LED. LED LED dari
setiap kelompok akan menyala dengan serentak.
Penyulut pada N2N5 tidak mampu mencatu arus yang cukup untuk LED
LED tu dan oleh karenanya penyangga transistor (T1T4) diikutsertskan. Arus yang
mengalir melalui LED-LED setiap kali menyala kira kira 30mA, arus pemakaian
rata rata dari rangkaian yang bekerja pada frekuensi lebih tinggi berorde 30 mA.
Tetapi, bila periode waktu nyalalebih lama daripada periode waktu nyala berjalan,
maka kebutuhan arusnya mungkinnaik sampai maksimum, sebesar 100mA.
31
System digital lampu berjalan
BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT
Bila rangkaian sudah selesai atau sudah benar pemasangannya baik komponen
ataupun jalur-jalurnya, maka pengujian alat dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
A. Menghubungkan rangkaian dengan tegangan sebesar 12V atau 9 V dengan
menggunakan baterai atau adaptor .
B. Pada rangkaian ini menggunakan empat buah kelompok LED, LED-LED pada
setiap kelompok akan menyala dengan serentak dan empat kelompok lampu itu
akan nyala secara berurutan.
C. Untuk pengaturan kecepatan dari gerak LED dan kapasitas terang daripada
LED tersebut dilihat dengan cara memutar trimpot yang terdapat pada alat
tersebut.
Rangkaian ini memberikan display dari LED yang akan menyala secara
berurutan. Rangkaian ini menggunakan IC 4017 sebagai shift register (register geser)
dan IC 40106 sebagai Clock. Kecepatan nyala berurutan pada sebarisan LED
ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock. Dan pergeseran LED ditentukan oleh IC
4017. Sehingga keluaran dari IC 4017 menuju 4 rangkaian monostable yang
terhubung dengan 4 kelompok barisan LED. Sehingga LED tersebut dapat menyala
secara berurutan dan dihubungkan dengan LED-LED lain sehingga dapat dibentuk
sesuai keiginan kita.
32
System digital lampu berjalan
33
System digital lampu berjalan
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari beberapa pengamatan , yaitu :
A. Rangkaian LAMPU BERJALAN ini memiliki 4 bagian utama, yaitu Input,
CLOCK, Pencacah, Output
B. IC yang digunakan dalam rangkaian LAMPU BERLALAN ini, sangat
berpengaruh karena IC digital inilah yang mengendalikan cara kerja rangkaian
secara keseluruhan.
C. IC yang digunakan pada rangkaian ini merupakan IC pencacah sebagai shift
register (register geser) yang membuat LED dapat bergerak dari kiri ke kanan
ataupun sebaliknya. Cepat pergeseran LED dapat diatur dengan trimpot yang
dihubungkan dengan IC sebagai pencacah dan kapasitas terangnya ataupun
kecepatan nyala dapat diatur juga dengan trimpot yang dihubungkan dengan IC
sebagai Clock.
D. LAMPU BERJALAN sangat berguna untuk lampu penerangan jalan ataupun
dapat juga digunakan sebagai display untuk hiasan yang cantik.
5.2 SARAN
Dalam pembuatan proyek ini diharapkan ketelitiannya dalam membuat
layoutnya pada project board dan pemilihan komponen apakah masih baik atau tidak
serta tidak lupa kecermatan dalam pemasangannya. Untuk itu kami memberikan
beberapa saran dalam pembuatan proyek ini:
34
System digital lampu berjalan
kotor atau tergores sehingga pada saat pencelupan ke dalam cairan ferriclorit
akan didapatkan gambar yang baik.
35