Anda di halaman 1dari 35

System digital lampu berjalan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH


Pekerjaan pekerjaan jalan raya selama waktu gelap biasanya ditandai oleh
lampu lampu kuning yang menyala. Lampu lampu itu sering disambungkan jadi
satu yang membentuk suatu lampu yang nyala berturut turut.
Makalah ini merupakan pembahasan atau suatu evaluasi dari gabungan
beberapa materi atau modul ( Pembuatan Alat ) yang kami terima atau yang telah
kami lakukan untuk membahas megenai lampu lampu tersebut yaitu Lampu
Berjalan, yang telah menjadi satu-kesatuan dalam modul aplikasi atau penerapan
dari beberapa materi atau modul yang kami dapatkan dari praktikum Sistem Digital
dengan cakupan yang agak sedikit dipersempit ruang lingkup pembahasannya.

1.2 PEMBATASAN atau RUANG LINGKUP MAKALAH


Dalam suatu penulisan yang mengambil suatu object tertentu, tentu saja
mempunyai suatu yang namanya batasan-batasan yang harus diambil agar supaya
terdapat ruang lingkup dari penulisan tersebut.

Permasalahan yang kami batasi dalam makalah ini hanya pada cara kerja dari
suatu rangkaian baik secara diagram blok atau secara detail, cara pengujian dan cara
kerja alat serta landasan teori dari beberapa komponen yang digunakan dalam
suaturangkaian.

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan suatu peluang yang
kami anggap cukup luas bagi para mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan
dasar mengenai Sistem Digital untuk mengetahui fungsi dan jenis dari komponen
yang digunakan atau mengenai karakteristik dari komponen tersebut dan dengan
serta-merta dapat menganalisa cara kerja dari suatu rangkaian dan dapat melatih para
mahasiswa untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepada mereka.
1
System digital lampu berjalan

1.4 METODE PENULISAN MAKALAH


Metode penulisan makalah ini didapat berdasarkan berbagai cara, antara lain :
a) Observasi, yaitu denganpengamatan kami selama mengikuti praktikum Sistem
Digital. Metode ini mengarahkan kepada kami untuk mampu merekam atau
mengingat semua materi yang telah disampaikan selama pelaksanaan praktikum
Sistem Digital serta meneliti dan menyimpulkan yang selanjutnya kami
sampaikan dalam penulisan makalah ini.
b) Studi pustaka, yaitu dengan mencari informasi dari buku-buku atau media
kmunikasi yang lain, yang dapat dijadikan pedoman atau referensi. Metode ini
sangat membantu sekali dalam bentuk teori-teori yang mendukung penulisan ini
serta dapat memecahkan suatu masalah yang sedang kami hadapi dalam
penulisan makalah ini.
c) Konsultasi, yaitu dengan bertanya atau berkomunikasi kepada para asisten
praktikum mengenai apa yang bagi kami kurang dapat dimengerti dan kurang
dapat dipahami tentang yang harus kami perrbuat dalam penulisan makalah ini,
mengenai isi atau sumber referensi yang kami perlukan. Juga kepada para
senior kami yang tentunya lebih memahami atau berpengalaman dalam
penulisan makalah ini.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH


Adapun sistematika dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
A. BAB I. Pendahuluan, yang terdiri dari :
A.1. Latar Belakang Makalah, yang menjelaskan alasan pembuatan makalah
ini.
A.2. Pembatasan atau Ruang Lingkup Makalah, yang cakupan dari isi
makalah ini.
A.3. Tujuan Penulisan Makalah, titik berat yang ditekankan dalam makalah
ini.

2
System digital lampu berjalan

A.4. Metode Penulisan Makalah, yang menjelaskan cara atau langkah-langkah


yang ditempuh dalam penulisan makalah ini.
A.5. Sistematika Penulisan Makalah, yang menunjukkan point-point atau
pembagian masalah yang terdapat dalam makalah ini.
B. BAB II. Landasan Teori, yang menguraikan teori-teori dasar tentang
komponen-komponen yang digunakan dalam proyek yang kami lakukan.
C. BAB III.Analisa Rangkaian, yang menerangkan tentang cara kerja rangkaian
secara diagram blok dan secara detail.
D. BAB IV.Cara Pengujian dan Pengoperasian Alat, yang menerangkan tentang
bagaimana cara menguji dan menggunakan alat dalam proyek ini.
E. BAB V. Penutup, yang berisikan kesimpulan atau analisa akhir dari alat dan
saran yang dapat membantu dalam menyelesaikan alat dalam proyek ini.

3
System digital lampu berjalan

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini pembahasan yang diketengahkan adalah mengenai teori dari
masing-masing komponen yang digunakan dalam perangkaian alat dalam proyek
LAMPU BERJALAN ini, yaitu :
2.1 RESISTOR
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan
seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang
sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga
dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti
karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan
disebut sebagai insulator. Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan pada artikel
tentang semikonduktor.

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi


jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms
diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir
melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan
dengan simbol (Omega).

Resistor yang digunakan dalam elektronika terbagi ke dalam dua jenis utama, yaitu
terdiri dari :
1. Resistor linier, yang bekerja berdasarkan atau sesuai dengan hukum ohm.
2. Resistor non-linier, yang umum digunakan terdiri dari :
Foto resistor, yang peka terhadap cahaya.
Termistor, yang peka terhadap panas.
Resistor yang bergantung pada tegangan listrik.

4
System digital lampu berjalan

Resistor juga terdapat jenis yang lain, yaitu terbagi ke dalam dua jenis :
1. Resistor tetap, yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap
dan memiliki batas kemampuan daya misalnya watt, watt, watt,
1 watt, 5 watt dan lain sebagainya. Arti dari batas kemampuan daya
adalah resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai
dengan kemampuan daya yang telah ditetapkan, apabila melampaui
maka resistor tersebut akan tidak berfungsi lagi. Resistor ini memiliki
nilai hambatannya,tipe resistor yang ini berbentuk tabung dengan dua
kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran
membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai
mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang
dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut.
2.

Gambar 2.1 Simbol Resistor

5
System digital lampu berjalan

faktor
Warna Nilai Toleransi
pengali
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1%
Merah 2 100 2%
Jingga 3 1.000
Kuning 4 10.000
Hijau 5 100.000
Biru 6 106
Violet 7 107
Abu-abu 8 108
Putih 9 109
Emas - 0.1 5%
Perak - 0.01 10%
Tanpa
- - 20%
warna
Tabel - 1 : nilai warna gelang

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi
berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada
pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,
sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian
pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau
anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca
nilai resistansinya.

Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3
gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2%
(toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama
dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir
adalah faktor pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan

6
System digital lampu berjalan

emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna
gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana
violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna
emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi
berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung
sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai
satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga
gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama
dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang
violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan,
nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna
gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui
nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 =
4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%

Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja
dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar
W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin
besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.

Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor


yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik
memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder.
Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung
dibadannya, misalnya 100/5W.
2. Resistor tidak tetap (variabel), yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan atau
resistansi yang dapat diubah-ubah dan dapat dilihat atau dibaca pada bagian
luar badan resisitor hambatan maksimal dari resistor tersebut. Jenisnya terbagi
ke dalam dua jenis, yaitu :

7
System digital lampu berjalan

2.1. Potensiometer, yaitu resistor variabel yang nilai resistansinya dapat


diubah-ubah dengan memutar poros yang merupakan bagian dari
badannya.

Gambar 2.2 Simbol Potensiometer


2.2 Trimpot, yaitu resistor variabel yang nilai resistansinya dapat diubah-
ubah dengan cara memutar porosnya dengan bantuan obeng kecil ukuran
kurang lebih 1-2 milimeter.
Satuan dari resistor adalah atau Ohm, di mana 1 kiloOhm (1k) = 10 3
Ohm.

Gambar 2.3 Simbol Trimpot

2.2 KAPASITOR

2.2.1 Prinsip dasar dan spesifikasi elektriknya

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan


listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara
vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan
listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda)
metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung
metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif
dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena
terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan"
selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena
kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di
awan.

8
System digital lampu berjalan

2.2.2 Kapasitor terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :

1. Kapasitor tetap, yaitu kapasitor yang memiliki kapasitansi yang tidak dapat
diubah atau telah ditetapkan sebelumnya. Kapasitor ini dibedakan kepada jenis
bahan yang digunakan sebagai lapisan di antara lempeng-lempeng logam yang
disebut bahan dielektrikum, seperti keramik, mika, kertas, polyester ataupun
film. Sehingga kapasitor tetap ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1.1 Kapasitor non-polar atau tidak memiliki kutub, yaitu kapasitor yang
terbuat dari bahan yang tersebut di atas dan nilainya kurang dari 1
mikroFarad (1F).

Gambar 2.4 Simbol Kapasitor Tetap

1.2 Kapasitor polar atau memiliki kutub, yaitu kapasitor elektrolit (elco)
yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 1 mikroFarad
(1f).Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor
yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya
kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan
tanda (+) dan (-) di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki
polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa
sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.

9
System digital lampu berjalan

Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium,


magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc)
permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-
oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui proses
elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang
dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan
positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda).
Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan
plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk
lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.

Gambar 2.5 Kapasitor Elco

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida


dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-
metal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar
kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-
oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor
yang kapasitansinya cukup besar. Karena alasan ekonomis dan praktis,
umumnya bahan metal yang banyak digunakan adalah aluminium dan

10
System digital lampu berjalan

tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah adalah Aluminium.


Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini
biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh
kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF,
4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.

Gambar 2.6 Simbol Elco

Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga
yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan
electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain
yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa
memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan
mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya
(lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki
arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor
Tantalum menjadi relatif mahal.

2. Kapasitor tidak tetap atau variabel, yaitu kapasitor yang memiliki nilai
kapasitansi yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terbagi ke dalam dua jenis,
yaitu :
2.1. Varco, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubah-
ubah dengan memutar poros yang merupakan bagian dari badannya.

11
System digital lampu berjalan

Gambar 2.7 Simbol Kapasitor Variabel

2.2. Trimer, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubah-
ubah dengan memutar porosnya dengan bantuan obeng kecil ukuran
kurang lebih 1-2 milimeter.

Gambar 2.6 Simbol Trimer

2.2.3 Kapasitansi

Satuan dari kapasitor adalah Farad, yang diambil dari nama penemunya
Michael Faraday. Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat
besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF
(10-9 F) dan pF (10-12 F). Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas pada kapasitor
dapat dibaca melalui kode angka pada bahan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3
angka pada kapasitor nonpolar, misalnya 104 artinya nilai kapasitasnya sama dengan
10*104 = 10x10000 = 105 pF = 102 nF = 0,1 F. Sedangkan untuk elco tertulis 100 F
/ 16 volt artinya elco memiliki kapasitas sebesar 100 F dan tegangan kerjanya tidak
boleh melebihi 16 volt.
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb
= 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat
memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :

Q = CV .(1)

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)


C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)

12
System digital lampu berjalan

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui


luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan
konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :

C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.

Udara vakum k=1


Aluminium oksida k=8
Keramik k = 100 - 1000
Gelas k=8
Polyethylene k=3
.Tabel 2. konstanta dielektrik

2.2.3 Tegangan Kerja (working voltage)

Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor


masih dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah mengalami
kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10uF 25V,
maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya
kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja
pada tegangan AC.

2.3 DIODA
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus
listrik dan tegangan listrik pada satu arah saja, yang memiliki bahan pokok dari
Germanium (Ge) dengan tegangan barier sebesar 0,3volt artinya bila tegangan yang
melewatinya kurang dari 0,3 volt maka dioda tidak bekerja dan Silikon (Si) dengan
tegangan barier sebesar 0,7 volt artinya bila tegangan yang melewatinya kurang dari
0,7 volt maka dioda tidak bekerja.

13
System digital lampu berjalan

Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi
adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan
struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.

Gambar 2.9 Simbol dan struktur dioda

Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil yang
disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole dan
elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang
siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang
siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi
tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan
serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi
hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini
disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik,
maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 2.10 dioda dengan bias maju

Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.
14
System digital lampu berjalan

Gambar 2.11 dioda dengan bias negatif

Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari
P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke
arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan
menghalangi terjadinya arus.

Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor.
Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol baru
bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion
layer).

Gambar 2.12 grafik arus dioda

Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang
ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi breakdown,
dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan
deplesi.

15
System digital lampu berjalan

2.3.1 Dioda Kontak titik dan Dioda Hubungan

Dioda kontak titik, yaitu dioda yang dipergunakan untuk mengubah frekuensi
tinggi menjadi frekuensi rendah, misalnya tipe OA 70, OA 90 dan 1N 60.
Dioda Hubungan, yaitu dioda yang dapat menghantarkan arus atau tegangan
listrik yang besar hanya satu arah dan digunakan untuk menyearahkan arus dan
tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya tipe
1N4001 ada 2 jenis, yaitu yang berkapasitas 1 / 50 volt dan 1 / 100 volt.

Gambar 2.13 Simbol Dioda Kontak Titik dan Dioda Hubungan

2.3.2 Dioda Zener

Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan komponen


elektronika lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada perbedaan sruktur
dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah
doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown
dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown
pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan
volt.

Gambar 2.14 Simbol Zener

Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju
maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Zener juga banyak
digunakan untuk aplikasi regulator tegangan (voltage regulator) misalnya tipe 12 volt

16
System digital lampu berjalan

artinya dioda zener dapat membatasi tegangan yang lebih besar dari 12 volt menjadi
12 volt. Zener yang ada dipasaran tentu saja banyak jenisnya tergantung dari
tegangan breakdwon-nya.

2.3.3 Dioda Pemancar Cahaya ( LED, light Emiting Diode )

Merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED


merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda,
tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga
melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih
efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis
doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

Gambar 2.15 Simbol LED

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah,
kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa
dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED
selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-
nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi
empat, bulat dan lonjong.

Gambar 2.16 LED array

LED sering dipakai sebagai indicator pada peraga atau display yang masing-
masing warna bisa memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga

17
System digital lampu berjalan

bisa berarti lain. LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi display yang besar.
Dikenal juga LED dalam bentuk 7 segment atau ada juga yang 14 segment. Biasanya
digunakan untuk menampilkan angka numerik dan alphabet.

2.4 TRANSITOR

Transistor merupakan komponen aktif di mana dalam pengoperasiannya


memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Transistor sendiri
merupakan bahan yang bersifat semikonduktor yang terbuat dari bahan germanium
dan silicon, yang mempunyai 3 keping dan dirakit menjadi satu. Keping yang
mengapit masing-masing adalah Emitor (E) dan Kolektor (C), sedangkan keping
yang diapit adalah Basis (B).

Transistor ini bekerja berdasarkan prinsip pengendalian arus kolektor dengan


menggunakan arus pada basis. Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan
hingga menjadi sebesar arus kolektor. Penguatan ini bergantung pada factor
penguatan masing-masing transistor ( dc dan dc ). Sifat transistor yang akan
saturasi pada nilai tegangan tertentu antara basis dan emitor menjadikan transistor
dapat berfungsi sebagai saklar elektronik. Transistor memiliki dua jenis, yaitu :
A. Transistor bipolar, yaitu transistor yang memiliki 2 persambungan kutub. Yang
sering digunakan memiliki 3 kaki ( emitor, basis dan kolektor ). Yang
merupakan penggabungan dari buah dioda. Jenisnya NPN dan PNP.

Gambar 2.17 Simbol Transistor NPN Gambar 2.18 Simbol Transistor PNP

B. Transistor unipolar, yaitu transistor yang hanya memiliki 1 persambungan


kutub. Jenisnya FET ( Field Effect Transistor ), yang terdiri dari JFET kanal N,

18
System digital lampu berjalan

JFET kanal P, MOSFET kanal N dan MOSFET kanal P dan memiliki 3 kaki
( source, gate dan drain ).

Gambar 2.19 JFET kanal P Gambar 2.20 JFET kanal N

Pada transistor bipolar prinsip kerja transistor adalah arus bias base-emiter yang
kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. Hal yang penting adalah bagaimana
caranya memberi arus bias yang tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal.

2.4.1 Arus Bias

Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu
rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common Base).
Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE. Dengan
menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan
berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu. Tentu
untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak menggunakan
transistor power, misalnya.

2.4.2 Arus Emiter

Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik
akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut diaplikasikan
pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan :

IE = IC + IB ........(1)

19
System digital lampu berjalan

arus emitor

Persamanaan (1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus kolektor
IC dengan arus base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB << IC,
maka dapat di nyatakan :

IE = IC ..........(2)

Alpha ()

sering dijumpai spesikikasidc (alpha dc) yang tidak lain adalah :

dc = IC/IE ..............(3)

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor.

Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka
idealnya besar dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada
memilikidc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.

Beta ()

Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base.

= IC/IB ............. (4)

20
System digital lampu berjalan

Dengan kata lain, adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus
(current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook transistor
dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam merencanakan
rangkaiannya.

Misalnya jika suatu transistor diketahui besar=250 dan diinginkan arus kolektor
sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu jawabannya
sangat mudah yaitu :

IB = IC/ = 10mA/250 = 40 uA

Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki = 200 jika diberi arus
bias base sebesar 0.1mA adalah :

IC =IB = 200 x 0.1mA = 20 mA

Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu sekali lagi,
arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.

2.4.3 Common Emitter (CE)

Rangkaian Common Emitor adalah rangkain yang paling sering digunakan


untuk berbagai aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian Common
Emitor, sebab titik ground atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.

rangkaian CE

21
System digital lampu berjalan

Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar


tegangan pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah untuk
menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya VC = tegangan kolektor, VB =
tegangan base dan VE = tegangan emiter.Ada juga notasi dengan 2 subscript yang
dipakai untuk menunjukkan besar tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan
tegangan jepit. Diantaranya adalah :

VCE = tegangan jepit kolektor- emitor

VBE = tegangan jepit base - emitor

VCB = tegangan jepit kolektor - base

Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang masuk
ke titik base, kolektor dan emitor.

2.4.4 Kurva Base

Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena
memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah sebuah dioda.
Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah :

IB = (VBB - VBE) / RB ......... (5)

VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan
mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB
mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.

22
System digital lampu berjalan

kurva IB -VBE

Umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt untuk
transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt.

2.4.5 Kurva Kolektor

Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain
yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan
tegangan kolektor-emiter VCE. . Pada gambar berikut telah diplot beberapa kurva
kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus IB dibuat konstan.

kurva kolektor

Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja transistor.
Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif dan
seterusnya daerah breakdown.

2.4.6 Daerah Aktif

Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC
konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus I C
hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear
(linear region).

Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop
kolektor (rangkaian Common Emitor), maka dapat diperoleh hubungan :
23
System digital lampu berjalan

VCE = VCC - ICRC .............. (6)

Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah :

PD = VCE.IC ............... (7)

Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektor-
emitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang
menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power sangat
perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur
kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal. Sebab jika
transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat rusak atau
terbakar.

2.4.7 Daerah Saturasi

Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt
(transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan
VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

2.4.8 Daerah Cut-Off

Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan VCE


tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja
transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi
aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya mengenal angka
biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan
ON.

24
System digital lampu berjalan

rangkaian driver LED

Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah
transistor dengan= 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic
gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED, V LED
= 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi R L yang
dipakai.

IC = IB = 50 x 400 uA = 20 mA

Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off. Tegangan
VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian
ini.

RL = (VCC - VLED - VCE) / IC = (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA


= 2.6V / 20 mA = 130 Ohm
2.4.9 Daerah Breakdown

Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC
menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah
breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan
dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai tegangan
VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCEmax pada databook
transistor selalu dicantumkan juga.

2.5 IC ( Integrated Circuit )

25
System digital lampu berjalan

IC ( integrated Circuit ) adalah suatu rangkaian yang terintegrasi dari


beberapa komponen yang menjadi satu. Pada rangkaian ini digunakan IC 40106 dan
IC4017.

2.5.1 IC 40106

Hex inverters dengan input schmitt-trigger


0.9V typical input hysteresis padaVCC=+5V dan 2.3V pada VCC=+10V.
+---+--+---+ +---*---+ _
1A |1 +--+ 14| VCC | A |/Y | /Y = A
/1Y |2 13| 6A +===*===+
2A |3 12| /6Y | 0 | 1 |
/2Y |4 40106 11| 5A | 1 | 0 |
3A |5 10| /5Y +---*---+
/3Y |6 9| 4A
GND |7 8| /4Y
+----------+

IC 40106

2.5.2 IC CMOS 4017

4-bit asynchronous decade counter dengan output decoded penuh, reset dan clock
aktif tinggi dan aktif rendah

kedua input CLK di AND kan, sehigga dapat digunakan sebagai clock dan clock
enable.
+---+--+---+
Q5 |1 +--+ 16| VCC

26
System digital lampu berjalan

Q1 |2 15| RST
Q0 |3 14| CLK1
Q2 |4 13| CKE/CLK2
Q6 |5 4017 12| RCO
Q7 |6 11| Q9
Q3 |7 10| Q4
GND |8 9| Q8
+----------+

IC CMOS 4017

Adapun karakteristik dari IC 4017 ini terdapat 9 kaki yang merupakan jalan
keluar ( output ). Kemudian Vcc terletak pada kaki 16. Clock terdapat pada kaki 14.
Clock enable terdapat pada kaki 13. Carry out terdapat pada kaki 12 dan kaki 15
adalah sebagai reset.

Pencacah dimulaikan dengan transisi RENDAH ke TINGGI pada jalan masuk


lonceng CLK (clock ) sementara jalan masuk CKE ( clock enable ) sedang
RENDAH pada jalan masuk CKE, sementara jalan masuk lonceng CLK adalah
tinggi. Kalau pencacah pencacah 4017 dikaskadekan, jalan keluar Carry Out
tersebut sedang RENDAH, sementara pencacah berada dalam status 5,6,7,8 dan 9
TINGGI. Pada jalan masuk reset ( RST ) mereset pencacah pada nol ( Q0 = Carry
Out = TINGGI, Q1Q9 = RENDAH ).

IC CMOS 4017 pada rangkaian ini adalah merupakan penghitung atau


pencacah, yang berfusi sebagai register geser (Shift Register) yang dapat
menggerakkan atau menggeser LED yang dapat menyala dari ke kiri ke kanan.
Register ini adalah yang salah satu sub sistemnya paling berguna dan paling banyak
kemampuannya dalam suatu system digital. Pencacah yang di drive oleh suatu clock
dapat digunakan untuk menggeser banyak daur clock, karena pulsa clock terjadi pada

27
System digital lampu berjalan

waktu yang diketahui. Shift register dapat digunakan sebagai suatu instrumen untuk
mengukur waktu (periode dan frekuensi). Shift register tersebut juga merupakan
rangkaian logika penguat sehingga pencacah membutuhkan karakteristik memori dan
pewaktu memegang peranan yang penting. Shift register ini digunakan pula untuk
membagi frekuensi dan menyimpan data seperti dalam detak digital, an juga dapat
digunakan dalam pengurutan alamat dan dalam beberapa rangkaian aritmetika.

BAB III
ANALISA RANGKAIAN

28
System digital lampu berjalan

3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram

INPUT CLOCK Pencacah OUTPUT

Untuk memudahkan penjelasan, rangkaian ini dibagi mejadi 4 bagian utama, yaitu
rangkaian Input, Clock, Pencacah, Output. Keempat Block diatas tentunya memiliki
karakteristik dan prinsip kerja . Berikut penjelasannya:

3.1.1 Input
Input pada rangkaian ini berasal dari tegangan yang diberikan pada rangkaian
sebesar 12 volt ataupun 9 volt. input tegangan tersebut dapat mengunakan baterai
ataupun adaptor. Pada rangkaian ini penulis menggunakan baterai 9 volt sebagai
input tegangan.

3.1.2 CLOCK
Pada rangkaian ini penulis menggunakan IC 40106 sebagai frekuensi
pembangkit clock yang berkisar antara 6Hz 30 %, digunakannya trimpot P1
ditengah rangkaian agar keluaran pada pembangkit clock dapat diumpankan ke
penghitung IC1. Pada keterangan dibawah ini IC 40106 merupakan suatu IC
inverting bila dilihat dari table masukan dan keluarannya.

+---+--+---+ +---*---+ _
1A |1 +--+ 14| VCC | A |/Y | /Y = A
/1Y |2 13| 6A +===*===+
2A |3 12| /6Y | 0 | 1 |

29
System digital lampu berjalan

/2Y |4 40106 11| 5A | 1 | 0 |


3A |5 10| /5Y +---*---+
/3Y |6 9| 4A
GND |7 8| /4Y
+----------+

3.1.3 Pencacah
Pencacah pada rangkaian in menggunakan IC 4017 sebagai shift register, yang
dapat menggeser led dari kiri kekanan maupun sebaliknya. Setelah pembangkit
clock diumpankan ke penghitung / pencacah IC1 ( IC 4017 ), keluaran keluaran
dari penghitung di reset ke awal mulai, bila Q4 menuju nilai 1, ini menunjukan
adanya hubungan pada kaki 15 dan kaki 10 dari IC tersebut. Lalu keluaran
keluaran pada kaki Q0Q3 dihubungkan ke rangkaian monostable multivbrator.
Seluruh multivibrator tersebut tersulut olehsisi menuju negative dari pulsa
keluaran keluaran Q0Q3.

3.1.4 Output
Output yang digunakan disini adalah empat kelompok yangterdiri dari empat
buah LED. LED tersebut dibagi menjadi empat buah kelompok yaitu A,B,C,D.
Dari setiap rangkaian multivibrator tersebut dihubungkan ke satu kelompok
barisan LED. Trimpot trimpot (P2..P5) yang terdapat pada rangkaian
menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua periode
pulsa itu diperlukan kurang lebih sama. LED-LED dari setiap kelompok akan
menyala secara serentak,

3.2 Analisis Rangkaian Secara Detail

30
System digital lampu berjalan

Mulai dari tegangan yang diberikan atau didapatkan dari rangkaian Power
Suply atau baterai sebesar 9 volt bias juga 12 Volt. Kecepatan nyala berurutan pada
sebarisan LED ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock N1 (pada IC 40106),
tegangan masuk pada IC 2 (IC 40106) sebagai clock, frefuensi clock ini akan berkisar
pada 6HZ 30 %. Bila trimpot P1 ada di tengah, keluaran dari pembangkit clock
akan diumpankan ke penghitung IC1, keluaran keluaran dari penghitung di reset ke
awal mulai. BIla Q4 menuju logika 1, ini menunjukan hubungan antara kaki 15 dan
10 dari IC 1. Keluaran keluaran Q0Q3 dihubungkan masing masing ke suatu
rangkaian multivibrator monostable yang terdiri dari N2N5. Seluruh multivibrator
tersebut tersulut oleh sisi menuju negative dari pulsa pulsa keluaran Q0..Q3.
Periode pulsa dapat diatur dengan trimpot trimpot P2P5, yang tentunya
menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua perode pulsa
itu diperlikan lebih kurang sama, untuk menjamin kerataan penyalaan lampu berjalan,
rangkaian ini menggunakan 4 kelompok dari empat buah LED. LED LED dari
setiap kelompok akan menyala dengan serentak.
Penyulut pada N2N5 tidak mampu mencatu arus yang cukup untuk LED
LED tu dan oleh karenanya penyangga transistor (T1T4) diikutsertskan. Arus yang
mengalir melalui LED-LED setiap kali menyala kira kira 30mA, arus pemakaian
rata rata dari rangkaian yang bekerja pada frekuensi lebih tinggi berorde 30 mA.
Tetapi, bila periode waktu nyalalebih lama daripada periode waktu nyala berjalan,
maka kebutuhan arusnya mungkinnaik sampai maksimum, sebesar 100mA.

31
System digital lampu berjalan

BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT

4.1 CARA PENGUJIAN ALAT

Bila rangkaian sudah selesai atau sudah benar pemasangannya baik komponen
ataupun jalur-jalurnya, maka pengujian alat dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
A. Menghubungkan rangkaian dengan tegangan sebesar 12V atau 9 V dengan
menggunakan baterai atau adaptor .
B. Pada rangkaian ini menggunakan empat buah kelompok LED, LED-LED pada
setiap kelompok akan menyala dengan serentak dan empat kelompok lampu itu
akan nyala secara berurutan.
C. Untuk pengaturan kecepatan dari gerak LED dan kapasitas terang daripada
LED tersebut dilihat dengan cara memutar trimpot yang terdapat pada alat
tersebut.

4.2 CARA KERJA ALAT

Rangkaian ini memberikan display dari LED yang akan menyala secara
berurutan. Rangkaian ini menggunakan IC 4017 sebagai shift register (register geser)
dan IC 40106 sebagai Clock. Kecepatan nyala berurutan pada sebarisan LED
ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock. Dan pergeseran LED ditentukan oleh IC
4017. Sehingga keluaran dari IC 4017 menuju 4 rangkaian monostable yang
terhubung dengan 4 kelompok barisan LED. Sehingga LED tersebut dapat menyala
secara berurutan dan dihubungkan dengan LED-LED lain sehingga dapat dibentuk
sesuai keiginan kita.

32
System digital lampu berjalan

Kecepatan pergeseran dan kapasitas terangnya LDR tergantung dari trimpot,


sehingga harus diputar dengan obeng sedemikian rupa. Untuk mendapatkan hasil
yang lebih cantik LED-LED dapat diatur atau dibentuk sesuai keinginan.

33
System digital lampu berjalan

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari beberapa pengamatan , yaitu :
A. Rangkaian LAMPU BERJALAN ini memiliki 4 bagian utama, yaitu Input,
CLOCK, Pencacah, Output
B. IC yang digunakan dalam rangkaian LAMPU BERLALAN ini, sangat
berpengaruh karena IC digital inilah yang mengendalikan cara kerja rangkaian
secara keseluruhan.
C. IC yang digunakan pada rangkaian ini merupakan IC pencacah sebagai shift
register (register geser) yang membuat LED dapat bergerak dari kiri ke kanan
ataupun sebaliknya. Cepat pergeseran LED dapat diatur dengan trimpot yang
dihubungkan dengan IC sebagai pencacah dan kapasitas terangnya ataupun
kecepatan nyala dapat diatur juga dengan trimpot yang dihubungkan dengan IC
sebagai Clock.
D. LAMPU BERJALAN sangat berguna untuk lampu penerangan jalan ataupun
dapat juga digunakan sebagai display untuk hiasan yang cantik.

5.2 SARAN
Dalam pembuatan proyek ini diharapkan ketelitiannya dalam membuat
layoutnya pada project board dan pemilihan komponen apakah masih baik atau tidak
serta tidak lupa kecermatan dalam pemasangannya. Untuk itu kami memberikan
beberapa saran dalam pembuatan proyek ini:

Hendaknya sebelum layout digambar pada PCB, gambarkan terlebih


dahulu layout pada kertas dengan teliti dan benar agar tidak terjadi kesalahan
pada saat pemindahan layout ke PCB. Dan pastikan layout yang telah
dipindahkan ke PCB tergambarkan dengan jelas, juga diharapkan PCB tidak

34
System digital lampu berjalan

kotor atau tergores sehingga pada saat pencelupan ke dalam cairan ferriclorit
akan didapatkan gambar yang baik.

Pastikan pada saat pemasangan komponen-komponennya dilakukan


dengan benar sesuai dengan layout yang telah dibuat, khususnya kaki-kaki
transistor harus dipasang dengan tepat, baik basis, collector dan emitornya.

Setelah kita memasang komponen pastilah kita menyoldernya, untuk


itu kita harus menyoldernya dengan sangat hati-hati, gunakan solder yang baik
dan timah yang baik, sebab banyak komponen-komponen yang sangat sensitive
terhadap panas, penyolderan yang kurang baik akan membuat komponen
tersebut rusak.

Apabila rangkaian yang akan kita buat menggunakan IC sebaiknya


kita hati hati dalam penyolderan dan penggunaanya, untuk mencegah IC
tersebut cepat panas sehingga rusak dan bocor untuk itu penggunaan socket IC
sangatlah diharuskan.

Pastikan kembali rangkaian yang telah dibuat, untuk meyakinkan


apakah rangkaian itu sudah benar.

35

Anda mungkin juga menyukai