Anda di halaman 1dari 19

A.

KONSEP DASAR KRANIOTOMI


1. Definisi Kraniotomi
Kraniotomi adalah operasi pembukaan tulang tengkorak. (Engram,
Barbara. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, (Volume 2),
(Alih Bahasa Suharyati Samba),2016 ).
Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk
mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau
menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue.Kamus Keperawatan. 2014).
Kraniotomi adalah mencakup pembukaan tengkorak melalui
pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial.
Prosedur ini dilakukan untuk meghilangkan tumor, mengurangi tekanan
intakranial, mengevaluasi bekuan darah dan mengontrol hemoeragi
(Brunner, L dan Suddarth, D. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
(Ed.8) Vol 1,2016)

2. Etiologi
Etiologi dilakukannya Kraniotomi karena :
a. Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang
bergerak. Misalnya pukulan-pukulan benda tumpul, kena lemparan
benda tumpul.
b. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative tidak
bergerak. Misalnya membentur tanah atau mobil.
c. Kombinasi keduanya. (Aca.Erlind_Dolphin. Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Post Craniotomy SDH. 08 Maret 2014)
3. Indikasi
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah
sebagai berikut :
1. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
2. Mengurangi tekanan intrakranial.
3. Mengevakuasi bekuan darah .
4. Mengontrol bekuan darah,
5. Pembenahan organ-organ intrakranial,
6. Tumor otak,
7. Perdarahan (hemorrage),
8. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
9. Peradangan dalam otak
10. Trauma pada tengkorak. (Cicilia UzuMaki BanGeuD di 20.53,
2011)

1
4. Pathway

Price, S. 2014. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. Jakarta : EGC


5. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
a. Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak
sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran
jaringan otak, hemoragik.

2
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca
trauma.
b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan
lesi di potongan lain.
c. Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
d. Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan trauma
e. Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran
struktur dari garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen
tulang
f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks
dan batang otak
g. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak
h. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya
perdarahan subarakhnoid
i. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK
j. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang
berperan dalam meningkatkan TIK/perubahan mental
k. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin
bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang. (Doenges
Marlyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien,2015)

6. Penatalaksaan Medis
a. Praoperasi

3
Persiapan prabedah sama seperti tindakan-tindakan prabedah
yang lain. (Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah,2016)
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi
dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko
kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason)
dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat
dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat
diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada
individu yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius
menetap di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk
mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk
memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan
antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada
praoperasi untuk menghilangkan ansietas.
Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di
ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua
mengalami infeksi. (Cicilia UzuMaki BanGeuD di 20.53, 2011).
Biasanya setelah rambut dicukur, tempatkan ke dalam kotak dan
kembalikan pada pasien. (Engram, Barbara.. Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah,2016)
b. Operasi
Secara umum ada dua pendekatan melalui tengkorak yaitu:
1) Di atas tentorium (kraniotomi supratentorial) ke dalam
kompartemen supratentorial
Dalam anatomi, daerah supratentorial otak adalah daerah
yang terletak di atas tentorium cerebelli. Wilayah supratentorial
berisi otak besar.
2) Di bawah tentorium ke dalam kompartemen infratentorial (fossa
posterior).
Daerah infratentorial otak adalah daerah yang terletak di
bawah tentorium cerebelli. Wilayah infratentorial berisi otak kecil.
Dura infratentorial dipersarafi oleh saraf dari C1-C3. (Admin, di

4
07:29, 2012)

c. Post operasi
Setelah dilakukan operasi, pasien di tempatkan di UPI untuk
beberapa hari sampai kondisi stabil, dan pada nya dipasang EKG untuk
memantau kondisi jantung secara terus menerus. Pasien kembali ke
UPI dengan :
Infus IV
Jalur arterial untuk mendapatkan contoh darah untuk analisis gas
darah arteri (GDA) dan untuk memberikan pemantauan TD
konstan
Kateter vena sentraldengan dua atau tiga cabang lubang
Selang endotrakeal untuk menghubungkan ventilator mekanis
Kemungkinan, kateter ventrikulostomi untuk memantau tekanan
intrakranial (TIK) bila tekanan prabedah tinggi
Kateter foley untuk memantau haluan urine
Balutan di sekeliling kepala
Pasien tetap tirah baring samoai kondisi stabil. Bila analisa gas
darah stabil, refleks gag dan menelan telah kembali, fisioterapis, dokter
atau perawat melepaskan selang endotrakeal. (Engram, Barbara.
Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,2016)

7. Komplikasi

5
Kraniotomi dapat menyebabkan keadaan-keadaan ini :
a. Peningkatan TIK yang disebabkan oleh edema serebral
b. Cedera terhadap saraf kranial
c. Kejang karena gangguan kortikal
d. Infeksi (meningitis). (Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah,2016)

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


KRANIOTOMI
1. Rencana Perawatan terintegrasi
Perawatan praoperasi dan pascaoperasi
Epilepsi
Imobilitas
2. Pertimbangan pulang
Perawatan lanjutan dirumah
Tindakan rehabilitatif untuk dilanjutkan di rumah
Obat- obatan untuk di rumah

PENGKAJIAN
a. Primary Survey

1. Air way
- Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair)setelah
dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi.
- Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau
hidung.
- Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
2. Breathing
- Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguanirama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman,
frekuensimaupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia
breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing
(kemungkinana karena aspirasi), cenderungterjadi peningkatan
produksi sputum pada jalan napas.
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10
X / menit depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

6
- Inspeksi: Pergerakan dinding dada, penggunaan otot
bantu pernafasan diafragma, retraksi sterna efek anathesi yang
berlebihan, obstruksi.
3. Circulating
- Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanandarah
bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan
mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi dengan
bradikardia,disritmia).
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
4. Disability : berfokus pada status neurologi
- Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata,respon
motorik dan tanda-tanda vital.
- Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara,kesulitan
menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual
dangelisah.
5. Exposure
- Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan

b. Secondary Survey
Pemeriksaan fisik
1. Abdomen :I n s p e k s i tidak ada asites, palpasi hati
t e r a b a 2 j a r i b a w a h i g a , d a n l i m p a t i d a k membesar,
perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Distensi abdominal
dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan
padagastrointestinal.
2. Ekstremitas :mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot
ekstremitas atas 4 4 dan ekstremitas bawah 4 4, akral dingin
dan pucat.

7
3. Integument :Kulit keriput, pucat, turgor sedang.
4. Pemeriksaan neurologis
5. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak
akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat
terjadi :
- Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan,
perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi/tingkah laku dan memori).
- Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangansebagian lapang pandang, foto fobia
- Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetris) deviasi
pada mata
- Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
- Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi
pada nervus vagusmenyebabkan kompresi spasmodik
diafragma.
- Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah
jatuh kesalahsatu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan
menelan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut : Judith M. Wilkinson
dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC

Praoperasi:
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang hal hal yang
terjadi pra- dan pascabedah, takut terhadap kemungkinan gangguan fungsi
tubuh permanen.
Post operasi:
2. Nyeri berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan kraniotomi
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan

8
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan mandiri
setelah pulang, kurang adekuatnya sistem dukungan.

RENCANA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang hal hal yang
terjadi pra- dan pascabedah, takut terhadap kemungkinan gangguan fungsi
tubuh permanen.
Batasan karakteristik : keluhan/ laporan individu merasa gugup, cemas,
atau khawatir; ungkapan pemahaman
Hasil yang diharapkan : menunjukkan pulihdari rasa cemas.
Kriteria evaluasi : mengungkapkan pemahamannya tentang hal hal
yang terjadi pada pra- dan pasca bedah, mengatakan rasa gugupnya
berkurang
INTERVENSI RASIONAL
1. Izinkan pasien dan keluarga Dengan mengungkapkan
untuk mengatakan perasaannya. perasaannya dapat membantu
Berikan penjelasan terhadap mengurangi ansietas
pertanyaan pertanyaannya.
Rujuk pertanyaan pertanyaan
khusus tentang pembedahan
pada ahli bedah. Jelaskan
bahwa kemungkinan terjadinya
ketidakmampuan tergantung
dari kuantitas kerusakan
jaringan otak oleh lesi primer
dan cedera dan jumlah jaringan
yang diangkat.

2. Tanyakan pada pasien bila Rambut dapat mempunyai makna


rambut yang dicukur dari kultural. Kepala yang gundul dapad
kepalanya akan disimpan.tandai mempengaruhi gambaran diri
kartu dengan permintaan pasien. berkenaan dengan hargs diri rendah.

9
Sarankan untuk mengenakan Peran perawat yang penting pada saat
rambut palsu atau penutup tindakan medik menyebabkan
kepala sampai rambutnya gangguan pada gambaran diri adalah
tumbuh kembali membantu pasien untuk
mengembalikan harga dirinya.
3. Latih pasien untuk berubah Penyuluhan dan latihan pra- bedah
posisi dan napas dalam. membantu kelancaran pemulihan.
Informasikan bahwa batuk harus
dihindari karena akan
menyebabkan kenaikan
sementara tekanan intrakranial.

2. Nyeri berhubungan dengan luka insisi.


Batasan Karakteristik : mengungkapkan sakit kepala, merintih,
adanya nyeri tekan, ekspresi wajah meringis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyeri dapat
teratasi atau tertangani dengan baik.
Kriteria Evaluasi : Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa
nyeri, ekspresi wajah rileks, klien mendemonstrasikan
ketidaknyamanannya hilang.

INTERVENSI RASIONAL
1. kaji keluhan nyeri dan intensitas nyeri merupakan pengalaman
nyeri dengan skala numerik (0 subjektif dan harus dijelaskan oleh
10) pasien, untuk memudahkan intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan
lebih
2. posisikan kepala tinggi meningkatkan aliran balik vena dari
kepala, sehingga akan mengurangi
kongesti dan edema
3. ajarkan tehnik distraksi dan mengalihkan pikiran dan memberikan

10
relaksasi rasa nyaman
4. berikan perawatan luka (ganti mencegah terjadinya infeksi
balutan) dengan tehnik steril
5. kolaborasi dengan tim medis memberikan obat anti nyeri yang
untuk obat anti nyeri berguna untuk mengurangi rasa nyeri

3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan kraniotomi


Batasan karakteristik : tanda tanda dini meningkatnya tekanan
intrakranial, kejang dan infeksi
Hasil pasien (kolaboratif) : Menunjukkan tidak ada gangguan
neurologis kebih lanjut
Kriteria evaluasi : Tidak ada tanda- tanda meningkatnya tekanan
intrakranial, kejang dan infeksi; pulang dalam RLP pada KDB

INTERVENSI RASIONAL
Peningkatan TIK :
1. Pantau : Untuk mengevaluasi efektifitas
Status neurologis. Setiap 2 jam terapi
dalam 48 jam pertama.
Kemudian setiap 4 jam bila
stabil.
Masukan dan haluaran setiap 2
jam dalam 48 jam pertama,
kemudian setiap 8 jam bila
haluan urine melebihi 240 cc/ 8
jam.
Ukur berat jenis urine setiap 4
jam dan kalau perlu, khususnya
bila warna urine jauh melebihi
masukan cairan.
2. Pertahankan posisi kepalatempat Untuk mencegah peningkatan
tidur antara 30-40 derajat. Bantal tekanan intracranial
kecil dapat ditempatkan di bawah
kepala.

11
3. Beritahu dokter bila ada tanda- Tindakan yang cepat diperlukan
tanda peningkatan tekanan untuk mengatasi tekanan.
intrakranial dan lakukan tindakan Pernapasan dapat terhenti jika
sesuai program meningkatnya tekanan intrakranial
tidak diatasi.
4. Berikan glukokortikosteroid sesuai Untuk mengurangi tekanan
program. intrakranial dengan diuresis.
5. Lakukan tindakan tindakan untuk Batuk, mengejan dan muntah
mencegah peningkatan tekanan merangsang manuver valsava.
intrakranial : Manuver valsava meningkatkan
a. Ingatkan pasien untuk
tekanan intratorakal yang
menghindari batuk
mengakibatkan darah kembali
b. Berikan pelunak feses sesuai
keotakkarena kompresi jaringan
program dan evaluasi
vana sentral.bendungan vena vena
efektivitasnya.
c. Erikan antimetik sesuai ini meningkatkan tekanan
program bila pasien mengeluh intrakranial.
mual.
d. Pertahankan selang nasogastrik,
bila digunakan, untuk
mengurasi kompresi pada
lambung dan mengurangi
kemungkinan muntah.
6. Beritahu dokter bila berat jenis Temuan ini dapat merupakan
urine berlebihandalam indikasi diabetes insipidus,
hubungannya dengan masukan mencerminkan adanya cedera pada
cairan. kelenjar hipofisis.
7. Beritahu dokter bila ada perubahan Akibat gangguan neurologis residual
bila ada perubahan dalam status tidak disadari sampai edema serebral
neurologis yang berbeda dari nilai teratasi. Peningkatan tekanan
normal. intrakranial dapat menyebabkan
gangguan neurologis lebih lanjut.

12
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahan
Batasan Karakteristik : Menunjukkan manifestasi awal komplikasi,
pengamatan insisi pasca-pembedahan.
Hasil Pasien (Kolaboratif) : Mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi.
Kriteria Evaluasi : Tidak ada infeksi, bunyi napas bersih, tidak ada
perdarahan, penyembuhan luka, pembebasan dengan RLP untuk KDB.

INTERVENSI RASIONAL

Infeksi :

1. Pantau Untuk mengidentifikasi kemajuan


suhu badan setiap 4 jam
atau penyimpangan dari hasil yang
keadaan luka ketika melakukan
diharapkan.
perawatan luka
hasil laporan JDL terutama jumlah
leukosit (terutama SDP)

2. Jika suhu meningkat hingga 36,85oC Suhu di atas normal dalam waktu
selama 48 jam, mulailah 8 jam pertama mengindikasikan
memperhatikan paru-paru tiap jam dan permulaan atelectasis, oleh
menambah intake cairan melalui mulut, karenanya setelah hari ke 5
jika tidak ada kontraindikasi. Beritahu pascaoperasi mengindikasikan
dokter jika suhu di atas 38oC. infeksi luka atau infeksi lain.
Demam terjadi pada suhu 38oC
atau lebih.

3. Berikan antibiotik yang diresepkan. Terapi antibiotic diperlukan untuk


Berikan paling sedikit 2 liter cairan mencegah dan mengatasi infeksi.
setiap hari ketika melaksanakan terapi Cairan membantu menyebarkan
antibiotic. obat ke jaringan tubuh.

4. Ganti verban sesuai aturan dengan Verban yang lembab merupakan


menggunakan teknik aseptic. media kultur untuk pertumbuhan
bakteri. Dengan mengikuti teknik
aseptic akan mengurangi risiko
kontaminasi bakteri.

13
5. Beritahu dokter jika : luka tampak Keadaan tersebut mengindi-
merah dan bernanah, pemisahan ujung kasikan infeksi organisme yang
luka, luka sangat lembek, jumlah menyebabkan infeksi sehingga
leukosit di atas normal, ambl contoh ditentukan terapi antibiotic yang
luka untuk tes kultur dan sentivitas (K tepat. Laporan tentang sensitivitas
& S) akan mengidentifikasi antibiotic
yang efektif melawan organisme
tersebut.

6. Berikan antipiretik yang ditentukan jika Antipiretik memperbaiki


terdapat demam. mekanisme termostatik dalam otak
untuk mengatasi demam.

7. Berikan perawatan perineal 2 kali Membersihkan bagian genital


sehari sesuai protocol dan prosedur membantu mengurangi jumlah
ketika kateter Foley dipasang. Setelah bakteri yang lewat. Kerusakkan
kateter dilepas, laporkan masalah saluran kencing dan infeksi adalah
berkemih (terbakar, sakit ke luar masalah utama yang berhubungan
sedikit, dorongan sering dengan jumlah dengan kateter menetap dalam
yang sedikit). kandung kemih.

8. Jika harus sering mengganti verban, Untuk mencegah iritasi kulit


gunakan perekat Montgomery. karena sering melepas plester.

9. Ikuti tindakan-tindakan kewaspadaan Pasien bedah mempunyai risiko


yang umum (cuci tangan yang baik infeksi karena ketega-ngan
sebelum dan setelah merawat pasien, melemahkan sistem kekebalan.
memakai sarung tangan bila menyentuh Tindakan perlin-dungan khusus
darah atau cairan tubuh) ketika membantu mengurangi risiko
merawat pasien. infeksi nosocomial. Perawat
adalah sumber infeksi nosocomial
yang paling umum. Tindakan
pencegahan tersebut melin-dungi
pasien dan perawat.

14
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan mandiri
setelah pulang, kurang adekuatnya sistem dukungan.
Batasan karakteristik : kemungkinan adanya sisa gangguan sensori /
motorik tetap hidup sendiri, ungkapan kurangnya pemahaman,
meminta informasi, keluarga mengungkapkan ketidakmampuannya
untuk merawat karena keterbatasan fisik atau finansial.
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan keinginan untuk
memenuhi rencanan rehabilitatif.
Kriteria evaluasi : pasien atau keluarga mengungkapkan kepuasannya
akan rencana pulang.

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien dan keluarga dalam Melakukan aktivitas sehari-hari
AKS. Mulai dengan tugas-tugas acara mandiri meningkatkan
sederhana seperti mencuci/ kelenturan sendi, dan membantu
mengelap muka, sikat gigi dan mempertahankan harga diri.
sebaginya .bantu dalam melakukan
kebersihan diri, defekasi, makan
ambulasi sampai individu dapat
melakukannya sendiri.
2. Evaluasi tingkat pemahaman dan Rencanan perawatan di rumah
kemampuan mengikuti instruksi penting untuk menjamin
serta melakukan aktivitas mandiri. kelangsungan perawatan guna
Diskusikan dengan pasien dan membantu pasien memperoleh
keluarganya tentang pengaturan kembali fungsi optimalnya.
kesinambungan asuhan perawatan
dirumah. Bila pasien mengalami
gangguan neurologis, hubungi
institusi pelayanan rehabilitasi yang
mempunyai spesialisasi tertentu
(terapi fisik, terapi okupasi, terapi
wicara). Konsultasi dengan pekerja

15
sosial atau bagian yang menangani
pemulangan pasien untuk mengatur
pelayanan perawatan di rumah atau
menempatkannya di panti
rehabilitasi sesuai dengan pilihan
pasien atau keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Aca.Erlind_Dolphin. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Post Craniotomy SDH. 08 Maret 2014. Jakarta : EGC

Admin. Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi dan Sensori (Neurologi). 7


Agustus 2012. Jakarta : EGC
Batticaca, Fransisca B. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Brunner, L dan Suddarth, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. Jakarta :
EGC
Cicilia UzuMaki BanGeuD. Asuhan Keperawatan Kraniotomy. 26
Maret 2011. Jakarta : EGC

Doenges Marlyn E, 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3),(Alih Bahasa 1 Made
Kriase). Jakarta: EGC

Engram, Barbara. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, (Volume


2), (Alih Bahasa Suharyati Samba). Jakarta : EGC

Hinchliff, Sue. 2014. Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC

16
Pearce, C. Evelyn. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil
NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi
Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Price, S. 2014. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M (43 TAHUN) DENGAN


CRANIOTOMI DI UNIT STROKE US01 RS HUSADA

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH :

APRIZAL RIWANDA

141004

IIIA

17
AKADEMI KEPERAWATAN RS HUSADA

JAKARTA PUSAT

2016/ 2017

LAPORAN PENDAHULUAN CRANIOTOMI

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH :

APRIZAL RIWANDA

141004

IIIA

18
AKADEMI KEPERAWATAN RS HUSADA

JAKARTA PUSAT

2016/ 2017

19

Anda mungkin juga menyukai