KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas ini sampai selesai. Shalawat beserta salam
marilah kita ucapkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman jahilliyah ke zaman yang terang benderang dimana ilmu pengetahuan telah
banyak ditemukan seperti saat ini..
Kami ucapkan terima kasih atas semua bimbingan dan bantuan dosen pendamping praktikum
Teknologi Sediaan Steril selama proses praktikum berlangsung sampai kami menyelesaikan
tugas pembuatan laporan, sehingga ilmu yang telah diberikan kepada kami dapat kami
aplikasikan dan berguna nantinya. Kami berharap semoga makalah berupa hasil penyusunan
laporan pembuatan sediaan steril tentang Obat Tetes Mata Neomisin Sulfat ini bisa
memberi manfaat dan menambah wawasan kita semua.
Akhir kata kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan khususnya dalam penyampaian materi dan penulisannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ......................................................... 3
I.2 Tujuan Praktikum ......................................................... 3
Bab II Tinjauan Pustaka ......................................................... 4
Bab III Formulasi
III.1 Data Zat Aktif ................................................... 7
III.2 Formula Standar ................................................... 8
III.3 Tak Tersatukan Zat Aktif (OTT) ................................ 9
III.4 Rangkuman hasil praformulasi .................................................. 9
III.5 Alat dan Cara Sterilisasi .. 9
Bab IV. Formulasi Obat tetes Mata
IV.1 Formula Akhir . 10
IV.2 Perhitungan .............................................................................. 10
IV.3 Langkah Pembuatan. 12
IV.4 Evaluasi 12
Bab V. Pembahasan.................................................................................................. 14
Bab VI Kesimpulan....................................................................................................16
Daftar Pustaka ................................................................................................... 17
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.2 Nilai isotonisitas. Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas
sesuai dengan larutan Natrium Klorida P 0.9%. Secara ideal larutan obat mata harus
mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang
setara dengan larutan NaCl P 2.0 % tanpa gangguan nyata.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan
menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat
dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran
dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara.
Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika
digunakan larutan hipertonik dalam jumlah besar sebagai koliria untuk membasahi mata. Jadi
yang penting adalah larutan obat mata untuk keperluan ini harus mendekati isotonik.
I.3 Pendaparan. Banyak obat, khususnya garam alkaloid, paling efektif pada pH optimal bagi
pembentukan basa bebas tidak berdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak
stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan dengan penambahan dapar.
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang
disebabkan pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu
kelarutan dan stabilitas obat. Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus
didasarkan pada beberapa pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki Ph lebih kurang
7.4 dan mempunyai kapasitas dapar tertentu. Penggunaan obat mata akan merangsang
pengeluaran air mata dan penetralan cepat setiap kelebihan ion hidrogen atau ion hidroksil
dalam kapasitas pendaparan air mata. Berbagai obat mata seperti garam alkaloid bersifat
asam lemah dan hanya mempunyai kapasitas dapar yang lemah. Jika hanya satu atau dua
tetes larutan yang mengandung obat tersebut diteteskan pada mata, pendaparan oleh air mata
biasanya cukup untuk menaikkan Ph sehingga tidak terlalu merangsang mata. Dalam
beberapa hal, Ph dapat berkisar antara 3.5 dan 8.5. Beberapa obat, seperti Pilokarpin HCl dan
Epinefrin Bitartrat, lebih asam sehingga melebihi kapasitas dapar air mata. Secara ideal
larutan obat mata mempunyai Ph dan isotonisitas yang sama dengan air mata. Hal ini tidak
selalu dapat dilakukan karena pada Ph 7.4 banyak obat yang tidak cukup larut dalam air.
Sebagian besar garam alkaloid bebas pada ph ini. Selain itu banyak obat yang tidak stabil
secara kimia pada ph mendekati 7.4. Ketidakstabilan ini lebih nyata pada suhu tinggi yang
digunakan pada sterilisasi dengan pemanasan. Oleh karena itu sistem dapar harus dipilih
sedekat mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7.4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat
atau mempercepat kerusakan obat.
1.4 Bahan Pengawet. Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila
digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan
mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah
dibuka saat penggunaan. Sedangkan untuk penggunaan pada pembedahan, disamping steril,
larutan obat mata tidak boleh mengandung bahan antibakteri karena dapat menimbulkan
iritasi pada jaringan mata.
2. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa kasus termasuk
bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk
tujuan ini.
3. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah digambarkan.
Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
4. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam larutan digunakan
bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks organik, akan memberikan
perlindungan. Na2EDTA, satu yang paling dikenal sebagai pengkhelat.
5. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada larutan mata dengan
tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental dapat digunakan,
metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan ini.
BAB III
PRAFORMULASI
III.1. Data Zat Aktif:
a. Zat Aktif : Neomisin Sulfat
Sinonim : Neomicyni sulfas
BM : 614.6
Rumus molekul: C23H46N6O13.H2SO4
1. Pemerian : Serbuk putih agak kuning / padatan kering mirip es; Tidak berbau / praktis tak
berbau; Higroskopis; Larutan memutar bidang polarisasi ke kanan.
2. Kelarutan : - Mudah larut dalam air (1:1) - sangat sukar larut dalam etanol
- Tidak larut dalam aseton, kloroform dan eter.
3. pH : 10% larutan dalam air mempunyai pH 5 -7,5
4. Stabilitas:
- Neomisin merupakan kationik dan menjadi bentonit jika berikatan; bisa memecah emulsi
jika dengan adanya Na lauril sulfa dan mengendap dengan adanya gom. (Martindale:1188).
Disebutkan pula: Loss of activity: Neomycin was very much less activity against
Staphylococcus aureus in presence of magnesium trisilicate, acasia, tragacant, Na alginat,
pectin, bentonite, caolineand much less active with calamine, silica, metilcellulose, CMC,
mize starch, gelatin and polisorbat 80. The antimicrobial activity of Neomycin was reduced in
the presence of Vit. B complex & Vit. C
- Neomisin peka terhadap oksidasi udara. Setelah penyimpanan selama 24 bulan tidak terjadi
kehilangan potensi (masih 99% dari potensi asli). Serbuk neomisin sulfat stabil selama tidak
kurang dari3 tahun pada suhu 20C. Neomisin sulfat dapat juga dipanaskan pada suhu 110C
selama 10 jam (yakni selama sterilisasi kering), tanpa kehilangan potensinya, meskipun
terjadi perubahan warna. Neomisin cukup stabil pada kisaran pH 2,0 sampai 9,0.
Menunjukkan aktivitas optimumnya pada kira-kira pH 7,0. (Stabilitas kimiawi sediaan
farmasi, Connors hal 525-532)
5.Incompatible:
Tidak bercampur dengan substansi anionik dalam larutan, bisa menimbulkan endapan, juga
pada krim yang mengandung Na lauril sulfat.
Tidak bercampur dengan garam cephalotin dan garam novobiocin (Martindale;1188).
6. Farmakologi:
Aktifitasnya adalah bakterisid dengan menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada
ribosom didalam sel. Secara topikal digunakan unuk konjungtivitis dan otitis media
Penggunaan sebagai antibiotik pada infeksi mata biasanya 0,35 % dan 0,5 %.
7.Dosis : 0.35-0.5 % untuk mata
Sediaan harus digunakan dengan rute pemberian yang sesuai Rute pemberian yang benar
Im
Iv
Guttae Guttae Karena pada umumnya, pemberian obat tetes mata steril langsung diteteskan di
balik kelopak mata.
3 Sediaan dibuat obat tetes mata steril Dapat tercampur dengan konsentrasi dalam tubuh
Dibuat sediaan yang bersifat
Isotonis
Hipotonis
Hipertonis Isotonis Syarat sediaan tetes mata steril harus berupa sediaan yang isotonis
4 Sediaan tidak boleh terbentuk kompleks logam Ditambahkan zat pengkhelat - dinatrium
edetat Dinatrium edetat Dipilih agar tidak terbentuk kompleks dengan logam wadah
5 Sediaan harus memiliki stabilitas yang terjaga selama penggunaan dan agar tidak ada
kemungkinan teroksidasi saat di sterilisasi Ditambahkan antioksidan BHT
BHA
Sodium bisulfit Sodium bisulfit Merupakan antioksidan yang cocok untuk garamycin
6 Sediaan diharapkan memiliki kekentalan agar memiliki kontak yang lama dengan mata
Ditambahkan pengental PVP
Na CMC PVP Merupakan pengental yang cocok
7 Sediaan diharapakan memiliki rentang pH yang stabil yaitu 7 Ditambahkan dapar
Na2HPO4 dihidrat KH2PO4 anhidrat Na2HPO4 dihidrat dan KH2PO4 anhidrat Merupakan
dapar yang sesuai
8 Zat/sediaan dikhawatirkan terkontaminasi oleh adanya mikroba Sediaan tetes mata steril
yang stabil secara biologi. Di beri zat pengawet :
Fenilmerkuri nitrat.0,002%
Benzalkonimu klorida 0,01%
Chlorhexidine acetat 0,01% Benzalkonimu klorida 0,01%
Merupakan pengawet yang biasa digunakan untuk pembuatan tetes mata steril dengan bahan
aktif garamycin.
=Obat bebas
Obat keras
Karena penggunaan sediaan injeksi harus dengan resep dokter dan perlu dilakukan oleh
tenaga ahli medis
BAB IV
FORMULASI
IV.1. Formula Akhir
R/ Neomisin sulfat 0,35 %
Benzalkonium klorida 0.01 %
Na metabisulfit 0,01 %
Dapar fosfat pH 7 qs
API ad 10 ml
NaCl ad isotonis
A. Perhitungan
Volume sedan yang dibuat:
Volume yang dibuat = 10 ml dalam vial
Kelebihan volume = 0,5 ml u/ cairan encer
V = n.c + 6
V = 1 x 10,5 + 6
V = 16,5 ml 25 ml
Tonisitas:
E (neomisin sulfat) = 0,14; Tf 1 % = 0.06 0
E (Benzalkonium Klorida) = 0.16; Tf 1 % = 0.09 0
E (Na Metabisulfit) = 0.67; Tf 1 % = 0.38 0
pH = - log [H+]
7 = - log [H+]
[H+] = 10-7
Pers.1
pH = pKa + log [G]
[A]
7 = 7,21 + log [G]
[A]
log [G] = - 0,21
[A]
[G] = 10-0,21
[A]
[G] = 0,62
[A]
[G] = 0,62 [A]
Pers.2
= 2,3 C Ka [H+]
(Ka + [H+])2
0,01 = 2,3 C 6,2 10-8 10-7
[(6,2 10-8) + 10-7]2
C = 0,018 M
Pers.3
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + (0,62 [A])
0,018 = 1,62 [A]
[A] = 0,01 M
Maka,
[G] = 0,62 [A]
= 0,62 0,01 M
[G] = 0,0062 M
Pers.4
Berat asam = ...?
Berat garam = ...?
BM Na2HPO4 dihidrat (garam) = 159,94
BM KH2PO4 anhidrat (asam) = 136,09
Asam
M = massa 1000
BM V(ml)
0,01 = massa 1000
136,09 10 ml
Massa asam = 0,0136 gram
% massa asam (dalam 10 ml) = 0,136%
Garam
M = massa 1000
BM V(ml)
B. Cara Pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mensterilisasi wadah
3. Ditimbang zat aktif dan zat tambahan, dimasukkan kedalam gelas piala. (kaca arloji dibilas
2 kali dengan API bebas CO2 secukupnya)
4. Dituangkan API bebas CO2 secukupnya ad larut
5. Dituangkan API bebas CO2 secukupnya untuk membasahi kertas saring lipat yang akan
digunakan.
6. Larutan zat dituangkan ke dalam gelas ukur, catat volume larutan. Adkan dengan air
bilasan sampai tepat 3/5 bagiannya.
7. Dipindahkan corong ke erlenmayer lain yang bersih dan kering
8. Disaring larutan dalam gelas ukur melalui corong ke dalam erlenmayer yang telah
disiapkan
9. Sisa 2/5 bagiannya digunakan untuk membilas gelas piala, ditampung dalam gelas ukur
kemudian disaring ke dalam erlenmayer yang berisi filtrate
10. Ditambahkan API ad ml
11. Isikan larutan ke dalam wadah dengan menggunakan spuit.
12. Tutup wadah dengan api.
13. Ampul yang sudah ditutup di sterilkan di dalam autoklaf pada suhu 115oC 1160C
selama kurang lebih 30 menit.
IV.4. Evaluasi
Evaluasi yang seharusnya dilakukan pada larutan obat tetes mata adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi fisika: pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat, uji kebocoran, uji
kejernihan dan warna.
2. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri.
4. Pengemasan dan penyimpanan
5. Penandaan
Karena keterbatasan waktu dan alat evaluasi yang dilakukan hanya evaluasi fisika masing-
masing evaluasinya didapatkan:
1. pH larutan, larutan obat tetes mata yang dibuat mempunyai pH 7 syarat sediaan tetes mata
adalah antara rentang pH 5-7,5.
2. Bahan partikulat, dalam larutan tidak ada bahan partikulat.
3. Uji kejernihan, larutan yang dihasilkan tetap jernih dalam penyimpanan
4. Warna larutan bening, tidak terjadi perubahan warna larutan dalam penyimpanan.
BAB VII
EVALUASI SEDIAAN
Pada praktikum steril kali ini dibuat sediaan obat tetes mata dengan bahan aktif neomisin
sulfat. Digunakan bentuk garam dari neomisin ini, agar dapat mudah larut dalam pembawa
air. Obat tetes mata sebaiknya dalam bentuk larutan agar dapat dengan mudah berpenetrasi
dan bercampur dengan cairan lakrimal mata. Neomisin sulfat sendiri bersifat bakterisid
dengan menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom dalam sel. Secara topikal
digunakan untuk konjungtivitis dan otitis media. Penggunaan sebagai antibiotik pada infeksi
mata biasanya 0.35 % - 0.5 %.
Pada formulasi digunakan beberapa bahan tambahan selain pelarut API. Bahan-bahan
tersebut adalah Benzalkonium klorida, sodium bisulfit, Dinatrium fosfat, Kalium difosfat, dan
NaCl. Karena komponen terbesar dari sediaan adalah air dan obat tetes mata dibuat dalam
volume yang agak banyak yaitu 10 ml sehingga pemakaiannya berulang-ulang, maka
pengawet sangat diperlukan. Benzalkonium adalah pengawet yang paling umum digunakan
untuk sediaan obat mata karena aman, stabilitas pada rentang yang luas dan keefektifannya
sebagai anti mikroba.
Selain itu, ditambahkan pula sodium bisulfit untuk mencegah oksidasi pada saat sterilisasi
dengan menggunakan autoklaft. Sodium bisulfit bekerja efektif pada rentang pH yang
diinginkan dalam sediaan ini yatu 6 - 7. Untuk mempertahankan pH sediaan, digunakan
kombinasi antara Dinatrium fosfat, Kalium difosfat. Cairan mata memiliki rentang pH yang
luas, namun untuk lebih baik lagi apabila sediaan memiliki pH netral. Bahan aktifpun tetap
stabil pada pH netral. Dihitung penggunaan kedua komponen diatas seperti yang terdapat
pada bab sebelumnya. Diharapkan bahan tersebut dapat mempertahankan pH sediaan selama
disimpan hingga sediaan tidak digunakan lagi.
Sediaan tetes mata juga harus isotonis dengan cairan air mata. Setelah dihitung
keekivalensian tiap bahan terhadap NaCl 0,9 % sebagai patokan larutan yang isotonis, maka
dalam formulasi harus ditambahkan 75, 4 mg NaCl.
Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan autoklaft pada suhu 115oC.
Dalam pengerjaan sebisa mungkin dilakukan secara aseptis. Pertama tama dibuat API bebas
CO2 dan O2 dengan cara aquadest didihkan selama 40 menit. Lalu ditimbang zat aktif dan
zat tambahan, yang dimasukkan kedalam gelas vial (kaca arloji diblas 2 kali dengan API
secukupnya). Kemudian larutkan neomisin sulfat dengan API, lalu bilas dengan API.
Kemudian larutkan Na metabisulfit dengan API, lalu bilas dengan API. Lalu larutkan
Benzalkonium klorida dengan API, lalu bilas dengan API. Setelah itu dituangkan API
secukupnya untuk membasahi kertas saring lipat yang akan digunakan. Lalu lakukan kalibrasi
di beker glass dan di botol plastik (wadah). Lalu larutan zat dituangkan ke dalam gelas ukur,
catat volume larutan.
Kemudian larutan disaring dan dilakukan pengecekan pH sebelum penambahan API hingga
volume yang diinginkan. pH larutan tersebut adalah antara 7. Setelah sediaan jadi, diperoleh
larutan yang bening. Sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan kemudian disterilisasi akhir
dengan autoklaft pada suhu 115oC selama 30 menit.
Setelah penyimpanan sediaan selama 2 minggu, dilakukan eveluasi terhadap sediaan.
Diperoleh larutan yang bening dan setelah dicek pH sediaan diperoleh pH antara 6 - 7 . pH
tersebut sesuai persyaratan sediaan yaitu 6,5 - 7,5. Ternyata buffer yang digunakan dapat
mempertahankan pH sediaan sesuai yang diinginkan. Tidak terjadi kebocoran wadah, dan
wadah masih dalam keadaan tertutup rapat.
KESIMPULAN
Etiket
Poskan Komentar
Pengikut
2011 (1)
Aromatherapy
Farmakoterapi Pernafasan
o Mei (7)
o Maret (1)
o Februari (11)
o Januari (9)