Anda di halaman 1dari 7

Apa yang dimaksud dengan Tanah Longsor?

Istilah "Tanah Longsor" atau "Landslide", seperti yang didefinisikan oleh


Cruden (1991) adalah gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah
yang menuruni sebuah lereng. Varnes (1978) mendefinisikan tanah
longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari sebuah
lereng di bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah
gerakan massa dan Dikau dkk (1996) mendefinisikan sebagai
perpindahan massa pada suatu proses yang tidak memerlukan media
transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor tidak
hanya sebatas "tanah" dan "longsor". Penggunaan kata "tanah longsor"
memiliki makna yang jauh lebih luas.

Tipe / Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978)


Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material
longsoran. Sistem klasifikasi lainnya menggabungkan variabel tambahan,
seperti tingkat gerakan dan air, udara, atau konten es.

Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor


dapat juga terjadi di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor
terjadi karena faktor cut and fill, sebagai contoh; penggalian jalan dan
bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan galian tambang (terutama
tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait dengan
pertambangan khususnya tambang terbuka.

1. SLIDE: terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block Slide.
Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya
secara umum berputar pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan
tanah.
Translational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau miring ke
belakang.
Block Slide adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan
Translational Slide, tetapi massa yang bergerak terdiri dari blok-blok yang
koheren.
Rotational Landslide - Translational Landslide - Block Slide (Highland and
Johnson, 2004)
2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh
dari lereng yang curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar
dan perlapisan batuan. Gerakan ini dicirikan dengan terjun bebas, mental
dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi, pelapukan
mekanik, dan keberadaan air pada batuan.

Rockfall (Highland and Johnson, 2004)


3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan
cara berputar kedepan pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang
lebih rendah) yang disebabkan oleh gravitasi dan kandungan air pada
rekahan batuan.
Topples (Highland and Johnson, 2004)
4. FLOWS: gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.
Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana
campuran tanah yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air
bergerak seperti bubur yang mengalir pada suatu lereng. Debris flow
biasanya disebabkan oleh aliran permukaan air yang intens, karena hujan
lebat atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan memobilisasi
tanah gembur atau batuan pada lereng yang curam.
Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis
ini adalah merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya terjadi
sangat cepat.
Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang
dari material halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di
lereng moderat dan dalam kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau
suatu depresi di bagian atasnya.
Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti
Earthflow) terdiri dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri
dari setidaknya 50% pasir, lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng
secara lambat dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada
umumnya terdiri dari 3 jenis:
o Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah,
dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan suhu tanah yang terjadi
secara musiman.
o Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus
menerus melebihi ketahanan material longsoran.
o Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk
menghasilkan suatu gerakan massa. Creep ditandai dengan adanya
batang pohon yang melengkung, pagar atau dinding penahan yang
bengkok, dan adanya riak tanah kecil atau pegunungan.

Debris Flow - Debris Avalance - Earthflow - Creep (Highland and


Johnson, 2004)
5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau
medan datar. Gerakan utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai
dengan kekar geser atau kekar tarik. Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu
proses dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose, kohesi sedimen
(biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat ke keadaan cair.

Lateral Spread (Highland and Johnson, 2004)

Penyebab Tanah Longsor


Aspek Geologi
1. Material yang lemah atau sensitif
2. Material lapuk
3. Sheared, jointed, atau fissured materials
4. Diskontinuitas berorientasi negatif (bedding, schistosity, sesar,
ketidakselarasan, kontak, dan sebagainya)
5. Berbeda permeabilitas dan / atau kekerasan material
Aspek Morfologi
1. Tectonic or volcanic uplift
2. Glacial rebound
3. Erosi fluvial, ombak, atau glasial pada kaki lereng atau margin
lateral
4. Erosi bawah tanah (solution, piping)
5. Pembebadan lereng atau puncak nya
6. Berkurangnya vegetasi (kebakaran, kekeringan, penebangan)
7. Freeze-and-thaw weathering
8. Shrink-and-swell weathering
Aspek Manusia
1. Penggalian lereng atau kaki-nya
2. Pembebanan lereng atau puncak nya
3. Drawdown (of reservoirs)
4. Penebangan hutan
5. Irigasi
6. Pertambangan
7. Artificial vibration
8. Kebocoran air dari pipa PDAM

Skala kecepatan aliran longsor dan kerusakan yang mungkin ditimbulkan


(Cruden & Varnes, 1996).
Meskipun ada banyak penyebab terjadinya tanah longsor, tiga penyebab
utama tanah longsor yang sangat menimbulkan kerusakan adalah:
Tanah Longsor dan Air
Lereng yang jenuh air adalah penyebab utama longsor. Efek ini
disebabkan oleh curah hujan yang intens, pencairan salju, perubahan
tingkat air tanah, dan perubahan permukaan air tanah sepanjang garis
pantai, bendungan, tepi danau, waduk, kanal, dan sungai.

Tanah longsor dan banjir sangat berhubungan erat karena keduanya


berkaitan dengan curah hujan, limpasan, dan kejenuhan air tanah. Selain
itu, arus debris dan lumpur yang biasanya terjadi pada skala kecil, saluran
sungai yang curam dan sering menimbulkan banjir; pada kenyataannya,
dua peristiwa ini sering terjadi secara bersamaan di daerah yang sama.
Tanah Longsor dan Aktivitas Seismik
Banyak daerah pegunungan yang rawan longsor juga telah mengalami
setidaknya beberapa kali gempabumi dalam rentang waktu tertentu.
Terjadinya gempa bumi di daerah berlereng terjal akan meningkatkan
kemungkinan bahwa tanah longsor akan terjadi. Getaran gempa dapat
mengakibatkan dilatasi tanah dan batuan, yang memungkinkan infiltrasi
air terjadi sangat cepat.
Tanah Longsor dan Aktivitas Vulkanik
Tanah longsor akibat aktivitas gunungapi adalah salah satu yang paling
dahsyat. Lava vulkanik dapat mencairkan salju dengan sangat cepat,
menyebabkan banjir lahar yang mengalir cepat di lereng gunungapi yang
curam. Arus debris ini dapat mencapai jarak yang cukup jauh,
menghancurkan apa pun yang dilewatinya. Letusan Gunung St Helens
tahun 1980 di Washington, memicu longsor besar di sisi utara gunung
berapi tersebut, tercatat sebagai tanah longsor terbesar yang pernah
terjadi.

Mitigasi Bencana Tanah Longsor


Faktor-faktor kerentanan terhadap tanah longsor adalah lokasi, aktivitas
manusia, penggunaan lahan, dan frekuensi terjadinya longsor. Efek tanah
longsor terhadap manusia dan bangunan dapat dikurangi dengan cara
menghindari daerah rawan, menyiarkan larangan, atau dengan
menerapkan standar keselamatan saat berada di daerah tersebut.

Pemerintah daerah dapat mengurangi dampak kerugian longsor melalui


kebijakan dan peraturan penggunaan lahan dan pembuatan peta rawan
longsor. Setiap individu dapat mengurangi kemungkinan mereka terhadap
bahaya dengan mendidik diri mereka sendiri tentang sejarah masa lalu
tentang kebencanaan. Mereka juga dapat memperoleh layanan dari ahli
geologi teknik, insinyur geoteknik, atau seorang insinyur sipil, yang dapat
mengevaluasi potensi bahaya dari sebuah situs.

Bahaya dari tanah longsor dapat dikurangi dengan menghindari


pembangunan di lereng curam dan potensi tanah longsor yang ada, atau
dengan menstabilkan lereng. Stabilitas lereng ditingkatkan jika air tanah
dapat dicegah agar tidak merembes ke dalam material lahan, dengan
cara:
1. Menutupi daerah rawan longsor dengan suatu lapisan kedap air,
2. Menguras air tanah yang ada di daerah longsor,
3. Meminimalisasikan pengairan permukaan, dan
4. Struktur penahan dan/atau berat tanggul tanah/batuan ditempatkan
pada kaki lereng.
***
Refrensi:
1. Australian Geomechanics Society, 2000. Landslide Risk
Management Concepts And Guidelines. Australian Geomechanics
Society, Sub-Committee on Landslide Risk Management.
2. Brunsden, D. 1984. Mudslides. In Slope Instability (eds D.
Brunsden and D.B. Prior), Wiley, Chichester.
3. Cruden, D. M. and Varnes, D. J., 1996. Landslide Types and
Processes. In Landslides, Investigation and Mitigation. Special Report
247, Transportation Research Board, Washington D. C.
4. Cruden, D. M., 1991. A Simple Definition of a Landslide. Bulletin
International Association for Engineering Geology.
5. Dikau, R., Brunsden, D., Schrott, L. & M.-L. Ibsen (Eds.)
1996. Landslide Recognition. Identification, Movement and Causes.
Wiley & Sons, Chichester.
6. Highland, L. and Johnson, M. 2004. Landslide Types and
Processes. USGS Fact Sheet 2004-3072.
7. Varnes, D. J. 1978. Slope Movement Types and Processes. In:
Special Report 176: Landslides: Analysis and Control. Transportation and
Road Research Board, National Academy of Science, Washington D. C.

Anda mungkin juga menyukai