Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1977-1980).

Simplisia ada yang lunak seperti bunga, daun, akar kelembak da

nada yang keras seperti biji, kulit kayu, kulit akar.Simplisia yang lunak mudah

dirubus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk

sampai halus.Sebaliknya pada simplisia yang keras, perlu dihaluskan terlebih

dahulu sebelum dilakukan penyarian (Hargono djoko. 2013).

Obat-obat baru dapat ditemukan dari berbagai sumber bahan alam

atau diciptakan secara sintesis dalam laboratorium.Obat-obat tersebut

mungkin ditemukan secara kebetulan atau sebagai hasil pencarian tidak

kunjung lelah selama bertahun-tahun (Ansel, 2005).

Tanaman Kina (Chincona sp) berasal dari Ekuador.Di Jawa banyak

ditanami di daerah pegunungan pada ketinggian 1.000 m sampai 1.900 m

diatas permukaan laut.

(MMI Edisi I-IV)

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan

yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.Simplisia yang disari, mengandung

zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat,
protein dan lain-lain.Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia

dan sifat zat aktifnya, harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat

dalam simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak dan gula. (Hargono djoko.

2013)

Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode

berkesinambungan, cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam

simplisia.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari

lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju

labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai

penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-

4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.(Penuntun, 2016)

Tujuan utama ektraksi adalah mendapatkan atau memisahkan

sebanyak mungkin zat-zat yang memilih khasiat pengobatan (concentrata)

dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan

(kemudahan diabsorpsi, rasa, pemakaian, dan lain-lain dan disimpang

dibandingkan simplisia asal dan tujuan pengobatan lebih terjamin).

(Syamsuni, 2006)
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan

pemurnian kandungan tumbuhan atau biasa juga dilakukan dengan

gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat teknik kromatrografi tersebut

yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan

kromatografi kinerja tinggi Diantara berbagai jenis teknik kromatografi,

kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di

laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk

perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan

sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta penanganannya sederhana

(Rohman, Abdul. 2009)

Penggunaan KLT biasa untuk tujuan uji kualitatif dapat menggunakan

pereaksi kimia atau sinar ultraviolet atau gabungan keduanya (Soemarno,

2001).

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami

proses ekstraksi dari sampel kulit batang kina (Chincona sp) dengan

menggunakan metode refluks.

Tujuan dari dilakukannya percobaan ini yaitu untuk melihat hasil dari

proses ekstraksi dari sampel kulit batang kina (Chincona sp) dengan
menggunakan metode refluks dimana pada hasil akhirnya terdapat dua

fase yang berbeda yakni fase mengendap dan fase filtrat.

Prinsip percobaan ini yaitu berdasarkan pengamatan yang

dilakukan dengan mengekstraksi sampel kulit batang kina (Chincona sp)

dengan menggunakan metode refluks dimana pada proses akhirnya akan

didapatkan dua fase yang berbeda dan diuji dengan menggunakan KLT.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TANAMAN
1. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : plantae
Divisi : tracheopyhta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Cinchona L
Spesies : Cinchona pubescens Vahl
(Suparni. 2012)
2. Morfologi
Berasal dari Ekuador. Di Jawa banyak ditanami di daerah

pegunungan
pada ketinggian 1.000 m sampai 1.900 m diatas permukaan laut.
Pohon tinggi 17 m, cabang berbentuk galah, bersudut 4 pada

ujungnya, mula-mula berambut pendek dan padat,kemudian agak

gundul, berwarna merah, kulit kayu mengandung alkaloid.


Daun berbentuk elips, lama kelamaan menjadi lancip atau

bundar, warna kuning atau kuning kehijauan, bila daun gugur

berwarna merah padam, rambut lekas luruh, tulang daun terdiri dari

11 pasang sampai 12 pasang, agak menjagat, berbentuk galah, daun

penumpuh sebagian berwarna merah, sangat lebar, panjang 24 cm

sampai 25 cm, lebar 17 cm sampai 19 cm.


Kelopak bunga berbentuk tabung, bulat berbentuk gasing,

bergigi lebar berbentuk segi tiga, lancip.Bunganya wangii, tangkain

putik berbentuk galah.


Bentuk buah bulat telur sampai gelondong, seringkali tidak

sama dengan sayap yang berjumbai.


(MMI edisi I-IV)
1. Nama Daerah
Indonesia : kina, kina merah
(MMI edisi I-IV)
2. Khasiat dan Kegunaan
a. Menurut Literatur
Anti malaria, Antipiretik, Stomakik
(MMI edisi I-IV)
b. Menurut Empiris
3. Kandungan Kimia
Alkaloida terdiri dari alkaloid kinina, kinidina, sinkonina,

saingkonidina, asam kinat, aam kinatanat, zat merah kina.


(MMI edisi I-IV)

B. Uraian Metode Ektraksi Bahan Alam


1. Pengertian ektraksi
Extractio berasal dari perkataan extrahere, to draw out,

menarik sari yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari

bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik, namun

khasiatnya tidak berubah. (Syamsuni, 2006)


2. Tujuan ektraksi
Tujuan utama ektraksi ialah mendapatkan atau memisahkan

sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan

(concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah

dipergunakan, kemudian diabsorpsi, rasa, pemakaian dan lain-lain)

dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan pengobatannya

lebuh terjamin. (Syamsuni, 2006)


3. Jenis-jenis ektraksi
a. Ektraksi secara dingin
1. Maserasi
Istilah maserasi berasal dari bahasa latin macerace

yang artinya merendam. Merupakan proses yang sederhana

dan paling tepat dimana bahan yang sudah halus

memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan

melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut

akan larut.
Maserasi adalah cara penyarian yang

sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam

serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa

hari (biasanya 5 hari) pada temperature kamardan

terlindung dari cahaya.


Mekanisme kerja dari metode maserasi adalah

cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan zat aktif di dalam sel dengan diluar sel,

maka larutan yang terpekat di desak keluar. Peristiwa itu

berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel

(Sediaan Galenika, 1986).


Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air,

etanol, methanol, air-etanol atau jenis pelarut yang lain.

Maserasi ini dilakukan dalam satu bejana yang berisi

cairan penyari, dibiarkan selama lima hari sambil

berulang-ulang diaduk, kemudian disaring (Sediaan

Galenika, 1986).
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya :
Modifikasi maserasi digesti, yaitu maserasi yang

dilakukan dengan menggunakan pemanasan lemah


dengan suhu 40 50C. Cara maserasi ini hanya

dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya

tahan terhadap pemanasan.


Maserasi dengan mesin pengaduk. Proses ini

dilakukan dengan menggunakan pengaduk yang

berputar secara terus-menerus dan dapat

mempercepat proses ekstraksi sehingga dalam waktu

6 24 jam maserasi dapat selesai.


Remaserasi, yaitu penyarian yang dilakukan dengan

membagi dua cairan penyari kemudian seluruh

serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari

yang pertama.
Maserasi melingkar, yaitu penyarian yang dilakukan

dengan menggunakan cairan penyari yang selalu

bergerak dan menyebar (Sediaan Galenika, 1986).

2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk yang telah dibasahi.

(penuntun, 2017)
Perkolasi adalah cairan penyarian yang dilakukan

dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia

yang telah dibasahi (Sediaan Galenika,1986).


Dalam metode ini serbuk simplisia ditempatkan dalam

suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berfori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui

serbuk simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat

aktif yang terdapat pada sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan

gaya beratnya sendiri dan cairan yang ada di atasnya, dikurangi

oleh gaya kapiler yang cenderung untuk menahan (Sediaan

Galenika, 1986).
3. Soxhletasi

Soxhlet adalah merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari didalam labu alas bulat

dipanaskan sehingga menguap.

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan

cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah

dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari

dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan

dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif

di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai


permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu

alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi

sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak

tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi elah mencapai 20 25

kali.Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

(Penuntun, 2016)

b. Ektraksi secara panas


1. Refluks
Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode

berkesinambungan, cairan penyari secara kontinyu menyari zat

aktif dalam simplisia.


Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara

sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,

akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat, demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian

pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.(Penuntun, 2016)


2. Destilasi Uap Air
Destilasi dilakukan dengan cara mendidihkan sampel

dalam ketel atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated


or superheated) dari ketel pendidih air kedalam ketel

penyulingan. (Penuntun Fitokimia, 2016)


C. Penguapan ektrak
1. Tujuan penguapan ekstrak
Tujuan dilakukannya penguapan ekstrak adalah untuk

meghilangkan cairan penyari yang ada dalam ekstrak atau dengan

kata lain untuk memperoleh zat aktif murni, selain itu untuk

memudahkan pengerjaan pemisahan selanjutnya. (Syamsuni, 2006)


2. Metode Penguapan Ekstrak
a. Menggunakan Rotavavor
Sampel atau ekstrak cair yang akan diuapkan dimasukkan

ke dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume

labu alas bulat yang digunakan kemudian water bath dipanaskan

sesuai dengan suhu pelarut dari sampel dengan menekan tombol

off/on water bath.


Setalah suhu tercapai ditandai dengan padamnya lampu

pengontrol suhu, labu alas bulat yang telah diisi ekstrak dipasang

dengan kuat pada ujung rotor yang berhubungan dengan

kondensor.Aliran air pendingin dan pompa vacum dijalankan

kemudian tombol rator diputar pada angka 5 8 putaran per

menit.Bila ekstrak dalam labu alas bulat sudah menguap atau

berkurang ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung

pada permukaan ekstrak dalam labu alas bulat.


b. Penguapan dengan water bath
Ekstrak methanol yang diperoleh dimasukkan ke dalam

botol selai kaca kemudian diuapkan hingga kering.


BAB III
METODE KERJA

A. Alat yang digunakan


Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah

aluminium foil, batang pengaduk, botol selai kaca, botol semprot, botol

syrup ABC, buku gambar, chamber, corong, corong pisah, erlenmeyer,

ember, gabus, gegep besi, gelas kimia, gelas ukur, gunting, katter,

keranjang, kertas karkil, kertas karton, kertas saring, label, lakban,

lampu UV 254 m, mesin air, mistar, object glass, oven, penotol,

pensil, pensil warna, pipet tetes, spidol, toples, vial.


B. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah aquadest, asam sulfat,

benzen, ethanol, eter, etil asetat, heksan, kloroform, methanol, n-

butanol,silica gel,sampel kulit batang kina (Cinchona sp) dan tissue.


C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari yaitu pada

pukul 07.00 sampai 10.00 WITA.Bagian tanaman yang digunakan

adalah kulit batang kina (Cinchona sp) yang berasal dari Desa
Panyangkalang, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar,

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Pengolahan Sampel
Sampel yang telah diambil, dicuci bersih dengan air mengalir,

mudian dibebas airkan. Setelah itu, sampel dirajang untuk

mempermudah proses pengeringan. Sampel dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan (tidak dijemur dibawah matahari langsung), setelah

kering sampel dimasukkan kedalam wadah dan ditutp dengan baik.


3. Ektraksi Sampel
a. Ektraksi secara Maserasi
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang sampel daun Jamblang sebanyak 500 gram
Dimasukkan kedalam bejana maserasi
Ditambahkan dengan pelarut methanol 96 % sebanyak 2 liter,

kemudian dibiarkan sampel terbasahi semua atau terndam

kemudian diaduk lalu ditutup dengan aluminium foil


Disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari

langsung, selama 3-5 hari kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring kemudian filtrap dan endapannya

dipisahkan. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3X.


Dimasukkan kedalam wadah untuk diuapkan
Ekstrak cair yang tadi diuapkan dengan menggunakan alat

rotavavor, untuk mendapatkan ekstrak kental


Ekstrak kental kemudian diuapkan diatas penangas air untuk

mendapatkan ekstrak kering.


b. Ekstraksi secara Perkolasi
Disiapakan alat dan bahan
Alat percolator dicuci bersih, dikeringkan kemudian dibilas

dengan methanol dan dipasang dengan kuat pada statif.


Simplisia yang telah diserbuk ditimbang sebanyak 180 gram

kemudian dibasahi dengan pelarut methanol sebanyak 800 ml,

diabiarkan mengembang selama 3 jam.


Setelah itu massa dipindahkan kedalam percolator dan

diratakan dengan batang pengaduk


Kemudian diberi kertas saring atau kapas pada bagian atas

massa (simplisia) lalu ditambahkan cairan penyari.


Setelah percolator sudah penuh dengan cairan penyari, maka

kran percolator dibuka dan tetesan perkolatnya diatur dengan

kecepatan 1ml permenit.


Perkolat yang keluar ditampung dalam wadah penampung,

sementara cairan penyari ditambah pada bagian atas

percolator secara kontinu


Perkolat dikumpulkan dan di enaptuangkan selama semalam.
Kemudian filtrat dan endapan dipisahkan, selanjutnya filtrate

diuapkan hingga kering dan diidentifikasi komponen kimianya

secara kromatografi lapis tipis.


c. Ekstraksi secara Soxhletasi
Disiapkan alat dan bahan
Labu alas bulat, selongsong dan kondensor dicuci, dikeringkan

dan dibilas dengan etanol 70%, kemudian dipasang pada statif

dan selongsong dilapisi dengan kertas saring lalu sampel

bunga beluntas dimasukkan kedalamnya sambil ditekan-tekan

dengan batang pengaduk hingga rata permukaannya


Kemudian dibasahi dengan cairan penyari hingga basah dan

kedalam labu alas bulat dimasukkan cairan penyari sebanyak

500ml. kemudian selongsong dan labu alas bulat serta

kondensor dipasang pada statif dengan kuat


Kemudian pemanas dan aliran air dijalankan sehingga proses

ekstraksi berlangsung hingga penyarian selesai, biasanya 20-

25 sirkulasi atau pada filtrate terakhir tidak memberikan noda

jika diidentifikasi komponen kimianya secara kromatografi lapis

tipis
Ekstrak methanol yang diperoleh duapkan hingga kental atau

kering dan selanjutnya diidentifikasi komponen kimianya

secara kromatografi lapis tipis.


d. Ekstraksi secara Refluks
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang simplisia akar pecut kuda sebanyak 100 gram dan

dimasukkan kedalam labu alas bulat


Ditambahkan cairan penyari methanol sebanyak 2/3 bagian

dari sampel lalu ditutup dengan gabus yang berlubang dan

dipasang pada kondensor diatas tangas air atau hiting mathel.


Setelah terpasang kuat, aliran air dan tangas air dijalankan

hingga 4 jam
Setelah itu disaring, ekstrak dan ampas ditampung dalam

wadah berbeda
Ampas dimasukkan kembali dalam labu alas bulat dan

ditambahkan cairan penyari methanol dan dikerjakan seperti

semula. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3X


Setelah penyari selesai ekstrak methanol yang diperoleh

disatukan dan diuapkan hingga kering kemudian diidentifikasi

komponen kimianya dengan kromatografi lapis tipis

4. Ekstraksi dengan pelarut Eter


a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang ekstrak sebanyak 2 gram
c. Kemudian dimasukkan kedalam corong pizza, dilarutkan dengan

aquadest sebanyak 50 ml, tambahkan eter sebanyak 50 ml, lalu

ditutup corong piza kemudian dibalik lalu dikocok dengan satu arah

beberapa kali, kemudian kran dibuka untuk mengeluarkan gas,

kemudian dibalik kembali keposisi semula dan dibiarkan.


d. Kemudian lapisan atas dan bawahnya ditampung pada wadah

yang berbeda. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3x


5. Ekstraksi dengan pelarut n-Butanol
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil lapisan air dari ekstrak eter yang tadi
c. Dimasukkan kedalam corong piza kemudian ditambahkan N-

butanol sebanyak 50 ml
d. Kemudian dimasukkan kedalam corong piza, lalu corong ditutup

kemudian dibalik lalu dikocok dengan satu arah, beberapa saat.

Kemudian dibuka kran untuk mengeluarkan gas dari cairan

tersebut kemudian corong dibalik keposisi semula, kemudian

didiamkan beberapa saat hingga terjadi pemisahan


e. Lapisan atas dan bawah ditampung pada wadah yang berbeda
f. Ektraksi dilakukan sebanyak 3x
6. Identifikasi komponen kimia secara KLT
a. Identifikasi ekstrak Eter
Disiapkan alat dan bahan
Diambil ekstrak eter kemudian ditotolkan pada lempeng yang

telah disediakan kemudian dimasukkan kedalam chamber yang

telah jenuh kemudian ditutup


Diamati noda yang muncul dan dihitung nilai Rf pada masing-

masing perbandingan eluen


b. Identifikasi ektrak n-Butanol
Disiapkan alat dan bahan
Diambil ekstrak n-Butanol kemudian ditotolkan pada lempeng

yang telah disediakan kemudian dimasukkan kedalam chamber

yang telah jenuh kemudian ditutup


Diamati noda yang muncul dan dihitung nilai Rf pada masing-

masing perbandingan eluen

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

No Nama Sampel Metode Berat sampel Destilasi kering

segar
1 Jambu biji

500 mg
Maserasi

2 Bunga kirinyu
Perkolasi 500 mg

Kulit batang Refluks

3 kina
500 mg
Daun Sokhletasi

4 bandotan
500 mg

B. PEMBAHASAN
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

dinyatakan lain, yang telah dikeringkan. Bahan alam dapat berupa

tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, dan biota laut adalah merupakan

sumber bahan baku obat khususnya obat tradisonal. Ekstraksi atau

penyarian adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengeluarkan atau

menarik zat aktif yang terdapat di dalam sel bahan alam dengan

menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang


sesuai. Zat aktif adalah zat yang memberikan efek farmakologi pada

manusia dan hewan pada umumnya terdapat didalam sel bahan alam.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar

pengaruh cahaya matahari langsung.


Pada praktikum ini digunakan metode refluks dengan

menggunakan sampel kulit batang kina (Cinchona sp). Refluks adalah

penyarian yang termasuk dalam metode berkesinambungan cairan

penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam simplisia.


Prinsip kerja dari refluks itu sendiri adalah sampel dan cairan

penyari dipanaskan bersama-sama dalam labu alas bulat pada suhu

tertentu sehingga cairan penyari akan menguap dan selanjutnya uap

cairan penyari terkondensasi pada pendingin balik menjadi molekul-

molekul cairan penyari dan jatuh ke dalam labu alas bulat kembali,

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan hingga proses

ekstraksi sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali

setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dab dipekatkan.


Pada percobaan ini menggunakan etanol digunakan sebagai

pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-

zat aktif yang juga bersifat polar.


Dari praktikum yang dilakukan pada sampel kulit batang kina

(Cinchona sp).diperoleh berat simplisia adalah 250 gram, berat ekstrak

kental adalah 50 gram.Dan jumlah cairan penyari etanol 90% adalah

400 mL.
Dari praktikum yang dilakukan pada sampel kulit batang kina

(Cinchona sp)diperoleh ekstraksi eter dan n-butanol.Pada ekstraksi

eter berat ekstrak sebelum diuapkan sebanyak 100 mL dan berat

ekstrak setelah diuapkan sebanyak 10 gram.Pada ekstraksi n-butanol

berat ekstrak sebelum diuapkan sebanyak 100 mL dan berat ekstrak

setelah diuapkan 5 gram.

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan hasilpenelitian yang telah

dilakukan, maka dapatdisimpulkan bahwa :

1. Dari praktikum yang dilakukan pada sampel kulit batang kelor

(Moringa oleiferaL) diperoleh berat simplisia adalah 250 gram, berat

ekstrak kental adalah 50 gram hasil % rendamen dari ekstraksi dari

kulit batang kelor (Moringa oleiferaL) dengan metode refluks yaitu

20%.
2. Hasil ekstraksi dan identifikasi dari 500 gram kulit batang kina
(Cinchona sp) diperoleh Ekstrak kental Metanol yang kemudian di

suspensikan dengan eter dan n-butanol agar didapatkan esktrak eter

dan ekstrak n-butanol yang siap dilakukan identifikasi senyawa kimia.


3. Kulit batang kina (Cinchona sp)bisa diekstraksi dengan metode

refluks.

A. Saran
1. Asisten
Diharapkan kepada asisten agar membimbing kami dalam melakukan
praktikum dan pembuatan laporan.
2. Laboratorium
Diharapkan agar kebersihan laboratorium dan alat-alat praktikum
dapat diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM; Jakarta.
Depkes RI. 1989. Materi Medika Indonesia. Dirjen POM; Jakarta.
Hargono djoko. 2013. Sediaan Galenika. Indomedia; Makassar.

Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Tim Dosen. 2016.Buku Penuntun Fitokimia 1 Universitas Indonesia

Timur.Makassar.
Suparni. 2012. Herbal Nusantara. Rapha punlishing; Yogyakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. EGC; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai