Oleh:
Kelompok III
Indikator 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank
Umum
Syariah
Jumlah
2 2 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12 13
Bank
Jumlah
207 263 301 346 398 576 711 1.215 1.390 1.745 1.998 2.163 1.990 1.854
Kantor
Unit
Usaha
Syariah
Jumlah
8 15 19 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22 21
Bank
Jumlah 48 74 135 163 170 214 287 262 312 517 590 320 311 322
Kantor
BPR
Syariah
Jumlah
84 88 92 105 114 131 139 150 155 155 163 163 163 164
Bank
Jumlah
84 88 92 105 185 202 223 286 364 364 402 439 446 453
Kantor
Sumber: OJK
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan bank syariah dan
BPRS baik dari jumlah bank maupun jumlah kantor pelayanan tersebut. Pertambahan jumlah
bank syariah meningkat pada tahun 2009 dengan dikeluarkannya izin bank baru yaitu: Bank
Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, dan BRI Syariah. Pertumbuhan ini makin pesat pada
tahun 2010, di mana dari 6 bank syariah di tahun sebelumnya menjadi 11 bank syariah, yaitu:
BNI Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Maybank Syariah.
Sektor berikutnya yang juga berkembang adalah asuransi syariah. Asuransi syariah
pertama kali didirikan di Sudan pada tahun 1979 dengan nama The Islamic Insurance
Company of Sudan. Pendirian ini terus berlanjut dan saat ini telah berdiri baik di Negara-
negara Timur Tengah, Negara yang memiliki banyak penganut Islam, seperti: Pakistan,
Lebanon, Nigeria, maupun Negara barat, seperti: Inggris, pecahan Uni Soviet, dan Australia.
Perkembangan paling pesat dewasa ini untuk industri asuransi syariah di luar Negara Timur
Tengah adalah Malaysia.
Perkembangan di Indonesia sendiri diawali dengan berdirinya Asuransi Takaful, yang
dibentuk oleh PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai holding company pada tahun
1994. Persiapan pendirian dilakukan dengan studi banding ke Malaysia pada bulan
September 1993. Malaysia memang merupakan Negara ASEAN pertama yang menerapkan
asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985 dan dikelola oleh Syarikat Takaful Malaysia
Sdn, Bhd.
Setelah melalui persiapan yang matang, STI mendirikan PT Asuransi Takaful
Keluarga pada 25 Agustus 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada 2 Juni 1995. Berikut
ini adalah perkembangan asuransi di Indonesia hingga tahun 2009.
Jenis-Jenis Akad
Menurut terminology hukum Islam, akad adalah ertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yng menimbulkan akibat hokum terhadap
objeknya. (Ghufron Masadi, 2002). Menurut Abdul Razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul
aqdi, akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban
hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut. (Ghufron Masadi, 2002).
Dalam akuntansi syariah, akad harus sesuai dengan syariah yang merujuk pada Al
qur'an, As-Sunnah, Ijmadan qiyas. Transaksi/akad dalam syariah dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu:
1. Akad Tabarru (Gratuitous Contract) merupakan akad yang tidak ditujukan untuk
memperoleh laba (transaksi nirlaba) tetapi mengharapkan ridho Allah. Sehingga kalau ada
biaya transaksi dari akad jenis ini hanya dibolehkan sebesar biaya riil yang dikeluarkan.
Ada 3 (tiga) bentuk akad tabarru, sebagai berikut:
a. Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru karena tidak boleh melebihkan
pembayaran atas pinjaman yang kita berikan, karena setiap kelebihan tanpa iwad
adalah riba. Ada minimal 3 jenis pinjaman, yaitu sebagai berikut.
1) Qardh, merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.
2) Rahn, merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau
jumlah tertentu.
3) Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari pihak
lain.
b. Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlan atau keterampilan termasuk dalam akad tabarru.
Ada minimal 3 jenis pinjaman, yaitu sebagai berikut.
1) Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk melakukan
sesuatu atas nama orang lain. Pada konsep ini maka yang kita lakukan hanya atas
nama orang tersebut.
2) Wadiah: merupakan bentuk turunan bentuk wakalah, di mana pada akad ini telah
dirinci/didetailkan tentang jenis pemeliharaan dan penitipan. Sehingga selama
pemberian jasa tersebut kita juga bertindak sebagai wakil dari pemilik barang.
3) Kafalah: juga merupakan bentuk turunan akad wakalah, di mana pada akad ini
terjadi atas wakalah bersyarat (contingent wakalah).
c. Memberikan Sesuatu
Dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Ada minimal 2 bentuk
akad ini.
1) Waqaf, merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan tersebut
untuk kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat
dipindahtangankan.
2) Hibah/shadaqah, merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
Akad tabarru tidak dapat diubah menjadi akad tijarah sedangkan akad tijarah dapat
diubah menjadi akad tabarru (yang semula ditujukan untuk mencari keuntungan menjadi
tolong menolong/kebaikan).
2. Akad tijarah (compensational contract) merupakan akad yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan. Terdiri dari akad investasi yang hasilnya tidak pasti seperti akad
mudharabah dan musyarakah; serta akad jual beli dan sewa menyewa yang hasil atau
keuntungannya pasti seperti akad murabahah, salam, istishna' dan ijarah. Akad yang
hasilnya tidak pasti tidak bisa diubah menjadi akad dengan hasil yang pasti karena akan
menimbulkan riba. Demikian juga sebaliknya akad dengan hasil pasti tidak boleh diubah
menjadi akad dengan hasil tidak pasti karena akan terjadi gharar atau ketidakjelasan. Dari
sisi kepastian hasil yang diperoleh, akad ini dapat dibagi 2, yaitu sebagai berikut:
a. Natural Uncertainty Contact: merupakan kontrak yang diturunkan dari teori
pencampuran, di mana pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asset yang
mereka miliki menjadi satu, kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itu, kontrak jenis ini tidak memberikan imbal
hasil yang pasti, baik nilai imbl hasil maupun waktu. Contoh yang termasuk dalam
kontrak ini adalah: musyarakah termasuk di dalamnya mudharabah, muzaraah,
musaqah, dan mukharabah.
b. Natural Certainty Contract: merupakan kontrak yang diturunkan dari teori
pertukaran, di mana kedua belah pihak saling mempertukarkan asset yang
dimilikinya, sehingga objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus
ditentukan di awal akad engan pasti tentang jumlah, mutu, harga, dan waktu
penyerahan. Dalam kondisi ini secara tidak langsung kontrak kontrak jenis ini akan
memberikan imbal hasil yang tetap dan pasti karena sudah diketahui ketika akad.
Contoh akad ini adalah: akad jual beli (baik penjualan tunai, penjualan tangguh, salam
dan istishna) maupun akad sewa (ijarah maupun IMBT.
B. Akad Mudharabah
1. Pengertian
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang.
Qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti potongan, karena pemilik
memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan. Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi
atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan
bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan
oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana.
Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan
kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah,
yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena
kepercayaan merupakan unsur terpenting maka mudharabah dalam istilah bahasa
Inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut
beneficial ownership atau sleeping partner dan pengelola dana disebut managing
trustee atau labour partner. (Syahdeini, 1999)
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut
campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang dibiayai dengan dana
pemilik dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan melakukan
pengawasan pada pengelola dana. Apabila usaha rersebut mengalami kegagalan
dan terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagian atau bahkan seluruh modal
yang ditanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang menanggung kerugian
keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan pengelola dana sama sekali tidak
menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang, kecuali
kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran
akad yang dilakukan oleh pengelola dana.
Dalam mudharabah, pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk
bagiannnya karena dapat dipersamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau
imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang diperbolehkan syariah.
Hikmah dari sistem mudharabah adalah dapat memberi keringanan kepada manusia.
Terkadang ada sebagian orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk
membuatnya menjadi produktif. Terkadang pula, ada orang yang tidak memiliki
harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk memproduktifkannya. Sehingga
dengan akad mudharabah kedua belah pihak dapat mengambil manfaat dari kerja
sama yang terbentuk.
2. Skema Akad
Keterangan :
3. Penjelasan Akad
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana
4. Jenis Akad
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabah dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu mudharabah
muqayyadah, mudharabah muthlaqah, dan mudharabah musytarakah.
1) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana
dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi. Dalam transaksi mudharabah
muqayyadah, bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungkan
shahibul maal dengan mudharib. Imbalan yang diterima oleh bank sebagai
agen dinamakan fee dan bersifat tetap tanpa dipengaruhi oleh tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh mudharib. Fee yang diterima oleh bank
dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasi lainnya.
Mudharabah muqayyadah biasa disebut dengan mudharabah terikat (restricted
mudharabah).
2) Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana dan pengelola
tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun
objek investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang
sangat luas kepada mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan.
Kontrak mudharabah muthlaqah dalam perbankan syariah digunakan untuk
tabungan maupun pembiayaan. Mudharabah muthlaqah biasa juga disebut
dengan mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat (unrestricted
mudharabah). Rukun transaksi mudharabah meliputi dua pihak transaktor
(pemilik modal dan pengelola), objek akab mudharabah (modal dan usaha),
ijab dab kabul atau persetujuan kedua belah pihak.
3) Mudharabah Musytarakah
Menurut ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hak ini dapat diambil dari
kisah Rosululloh yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti
Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rosulullah sebagai pengelola dana.
Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam.
1) Al-Quran
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Alloh SWT. (QS 62:10)
. Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada
Alloh Tuhannya . (QS 2:283)
2) As-Sunnah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampuradukkan dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual. (HR. Ibnu Majah)
d. Nisbah Keuntungan
1. Pelaku (Transaktor )
Investor biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabhul maal, sedang pengelola
modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Memiliki kompetensi
beraktivitas antara lain mampu membedakan yang baik dan yang buruk dan
tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia
boleh mengawasi.
a. Modal
a) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai
sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
b. Kerja
b) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan
wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini,
kedua belah pihak harus secara rela bersepakat unutk mengikatkan diri dalam
akad mudharabah.
4. Nisbah Keuntungan
Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang terikat akad mudharabah. Syarat pembagian keuntungan dalam
investasi mudharabah meliputi hal-hal sebagai berikut :
d. Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya untuk satu pihak.
Kelalaian antara lain ditunjukkan oleh tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan
di dalam akad; mengalami kerugian tanpa adanya kondisi diluar kemampuan
(force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; dan
hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan.
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau
pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, cara menyelesaikannnya adalah
sebagai berikut.
b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
Lamanya kerja sama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak
berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan
memberitahukan pihak lainnya. Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal
sebagai berikut (Sabbiq, 2008).
Untuk memastikan kesesuaian syariah pada praktik transaksi mudharabah yang dilakukan
bank, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik. Pengawasan tersebut
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang dilakukan untuk
hal-hal sebagai berikut:
b. Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip syariah.
Penyajian
Investasi mudharabah atau transaksi mudharabah disajikan dalam laporan keuangan (pada
bagian asset) sebesar nilai tercatat (PSAK 105 paragraf 36).
Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 38 dan PAPSI (2006) terdapat beberapa hal yang harus
diungkap dalam transaksi mudharabah. Beberapa hal tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Penjelasan Akad
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, di mana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan
mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pengelola usaha musyarakah. Keuntungan yang akan dibagihasilkan berdasarkan
atas realisasi pendapatan usaha. Pihak yang bertanggungjawab mengelola usaha
musyarakah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain disebut mitra aktif.
2. Skema Akad
3. Dasar Hukum
Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh. (Q.S. Sad: 24).
Dari Abu Hurairah, berkata Rasulullah Saw. Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla
berfirman, Aku piahk ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satunya tidak mengkhianati lainnya. (HR. Abu Daud).
Berdasarkan dalil-dalil di atas, maka musyarakah (syirkah) dapat diartikan dua orang atau
lebih yang bersekutu (berserikat) di mana uang yang mereka dapatkan dari harta
warisan, atau mereka kumpulkan di antara mereka, kemudian di investasikan
dalam perdagangan, industry, atau pertanian dan lain-lain sepanjang sesuai dengan
kesepakatan bersama dan hal tersebut hukumnya boleh.
4. Syarat-Syarat
Dalam bersyarikah ada 5 syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:
c. Harta-harta dicampur.
b. Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad
terbagi menjadi inan, mufawadah, amal, wujuh, dan mudarabah.
Syirkah inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja, keuntungan, dam kerugian yang dibagi sesuai dengan kesepakatan di
antara mereka.
Syirkah mufawadah adalah kontak kerjasama antara dua orang atau lebih.
Setiap pihak memberikan dana yang jumlahnya sama dan berpartisipasi
dalam kerja, keuntungan, dan kerugian yang dibagi secara sama besar.
Syirkah amal adalah kontrak kerjasama antara dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu. Misal dua orang arsitek menggarap sebuah proyek.
Syirkah wujuh adalah kontak kerjasama antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestasi baik dalam bisnis. Mereka member barang
secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan jaminan yang
disediakan masing-masing.
Pada bidang perbankan misalnya, penerapan musyarakah dapat berwujud hal-hal berikut
ini:
D. Akad Murabahah
1. Penjelasan Akad
Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi persyaratan
syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah merupakan
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. PSAK 102 mendefinisikan
akad murabahah sebagai akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Pembayaran atas akad murabahah tersebut dapat dilakukan secara tunai (bai'
naqdan) atau dilakukan secara tangguh (b a i muajjal/bai bi'tsaman ajil). Akad juga
dapat dilakukan dengan melalui pesanan atau tanpa pesanan.
2. Skema Akad
1. Penjelasan Akad
Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda dan pembayaran
dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam adalah akad jual
beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh
penjual (muslam ilaihi) dan pelunasan dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada
saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Akad salam dapat dilakukan secara langsung yaitu antar penjual dan pembeli, atau
secara paralel yaitu: antar penjual dan pembeli, serta penjual 2 (yang merupakan
pembeli pada transaksi pertama) dan pembeli 2. Akad salam paralel diperbolehkan
sepanjang tidak ada keterkaitan antara transaksi penjualan 1 dan penjualan 2.
2. Skema Akad
Skema Salam
4. Contoh Penyajian
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Piutang Salam xxx Utang Salam xxx
Persediaan Salam xxx
F. Akad Istishna'
1. Penjelasan Akad
Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana akad salam,
yang membedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada jenis barangnya.
Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan akad isthisna pada
barang barang manufaktur seperti: konstruksi, gedung, mesin dll. Pembayaran
untuk akad salam harus dilakukan saat kesepakatan, sedangkan istishna' bisa
dilakukan seiring dengan proses pembuatan.
PSAK 104 tentang Istishna' mendefinisikan akad ini merupakan akad jual beli
dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli mustashni) dan
penjual (pembuat/shani').
Penjual dapat menyiapkan barang yang dipesan (sesuai spesifikasi pemesanan)
oleh dirinya sendiri atau melalui pihak lain. Jika dilakukan oleh pihak lain maka
disebut sebagai istishna' paralel, hal ini diperbolehkan sepanjang kedua akad tidak
saling tergantung.
2. Skema Akad
3. Prinsip Akad
Akad istishna' merupakan hasil dari ijma' Ulama melalui qiyash terhadap akad
salam. Akad salam jelas diperbolehkan sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah,
sedangkan istishna diperbolehkan sesuai dengan ijma Ulama. Oleh sebab itu
PSAK 104 mengharuskan barang pesanan harus memenuhi kriteria PSAK 104
paragraf 08, yaitu:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized) bukan produk masai; dan
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi
teknis, kualitas dan kuantitasnya.
Dalam melakukan transaksi istishna harus memenuhi rukun yang mencakup:
a.Pelaku yang sudah baligh dan berakal;
b. Objek akad: terkait alat pembayaran: harus diketahui bentuk dan jenis
pembayaran, harga yang disepakati tidak boleh berubah kecuali ada perubahan
spesifikasi dan itu menjadi tanggungan pembeli, tidak boleh berupa
pembebasan utang atau penyerahan piutang lainnya; terkait barang: harus
dijelaskan tentang spesifikasi, ukuran, harga, waktu penyerahan, barang harus
ada saat waktu penyerahan, tidak boleh menjual kembali sebelum barang
diterima, dalam hal barang sudah dikerjakan maka menjadi mengikat dan tidak
boleh dibatalkan;
c.Ijab kabul.
4. Contoh Penyajian
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Laporan Posisi Keuangan: Laporan Posisi Keuangan:
Persediaan Istishna Aset Istishna dalam
Aset Istishna xxx Penyelesaian xxx
Termin Istishna xxx
Jika termin lebih besar dari
asset, akan disajikan sebagai
utang jangka pendek
Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif
Lain:
Pendapatan Istishna xxx
Beban Istishna xxx
G. Akad Ijarah
1. Penjelasan Akad
Akad ijarah merupakan bagian dari akad jual beli, hanya saja yang
diperjualbelikan bukan benda melainkan manfaat dari benda. PSAK 107
mendefinisikan Ijarah sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah)
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Akad Ijarah secara syariah lebih luas dari definisi sewa dalam pengertian umum,
mengingat secara syariah sewa disini bukan hanya untuk barang tangible
melainkan juga hasil kerja/karya seseorang. Akad ijarah juga tidak dapat
dipadankan dengan leasing (sewa guna usaha), mengingat akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan dan tidak ada pengalihan risiko maka pada akad ijarah
diperlakukan menjadi sewa operasi biasa.
Akad ijarah dapat dilakukan dengan akad ijarah biasa, ijarah muntahiya bitamlik
(IMBT) serta akad jual dan sewa kembali (sales and leaseback). Pembayaran sewa
dapat dilakukan di muka, ditangguhkan atau di belakang dari akad sewa sepanjang
disepakati oleh penyewa dan pemberi sewa.
2. Skema Akad
3. Prinsip Akad
Pada akad ijarah tidak ada pengalihan hak kepemilikan dan tidak ada pengalihan
risiko, sehingga seluruh risiko atas kondisi aset menjadi tanggung jawab pemilik
sewa. Oleh sebab itu akad ijarah hanya menggunakan transaksi sewa operasi
biasa. Kondisi ini juga berlaku untuk akad ijarah muntahiya bittamlik, dimana
pada akad ini tetap tidak ada akad pengalihan kepemilikan pada akhir, tetapi hanya
waad (janji) untuk mengalihkan akad. Waad ini tentunya masih dapat dievaluasi
keputusannya untuk menjadi akad sesuai dengan kondisi barang saat akhir.
Untuk akad jual dan sewa kembali, harus dilakukan akad jual dan akad sewa yang
tidak saling tergantung. Dalam melakukan transaksi ijarah harus memenuhi rukun
yang mencakup (1) pelaku yang sudah baligh dan berakal, (2) Objek akad: terkait
alat pembayaran: harus diketahui bentuk dan jenis pembayaran, harga yang
disepakati tidak boleh berubah kecuali ada perubahan spesifikasi dan itu menjadi
tanggungan pembeli, tidak boleh berupa pembebasan utang atau penyerahan
piutang lainnya; terkait barang: harus dijelaskan 1 tentang spesifikasi, ukuran,
harga, waktu penyerahan, barang harus ada saat waktu penyerahan, tidak boleh
menjual kembali sebelum barang diterima, dalam hal barang sudah dikerjakan
maka menjadi mengikat dan tidak boleh dibatalkan (3) ijab kabul.
4. Contoh Penyajian
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Pendapatan Ijarah xxx Beban Ijarah xxx
Beban Penyusutan/
Beban Amortisasi xxx
Beban Perawatan xxx xxx
Pendapatan Ijarah Bersih xxx
H. Akad Lain
1. Akad sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu: transaksi pembelian
dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian maksimal 2 hari
(sesuai urf). Akad sharf tidak boleh dilakukan dengan forward dan option.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: mata uang;
nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar syarat,
tunai, (3) ijab kabul.
2. Akad wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di
perbankan syariah. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek
akad: barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah
pihak, (3) ijab kabul.
3. Akad wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang,
realisasi letter ofcredit. Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek
akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak bertentangan dengan
syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa dapat dinilai, kontrak dapat
dilaksanakan, (3) ijab kabul.
4. Akad kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, stand hy letter of
credit, akseptasi, kartu kredit pada perbankan syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: tanggungan pihak
yang berutang baik barang, jasa atau pekerjaan; tanggungan, bisa dilaksanakan
oleh penjamin, utang mengikat, harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasi dan tidak
bertentangan dengan syariah, (3) ijab kabul.
5. Akad hawalah: akad yang dapat digunakan untuk anjak piutang, atau pengalihan
utang dari konvensional ke syariah.
Ketentuan: (1) pelaku: balig dan cakap hukum, (2) objek akad: adanya utang atau
piutang; dapat dilaksanakan, utang piutang yang mengikat, harus jelas nilai,
jumlah dan spesifikasinya, tidak bertentangan syariah, (3) ijab kabul.
6. Akad qardh merupakan akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan
kepada orang yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi yang
terkait langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan boleh.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: uang yang
dipinjamkan; jelas jumlah dan waktu pelunasan, boleh dikenakan denda jika lalai,
(3) ijab kabul.
7. Akad rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai emas.
Ketentuan: (1) pelaku: baligh dan cakap hukum, (2) objek akad: barang digadai
atau pengalihan hak atas barang; dapat dijual/nilai seimbang, harus bernilai dan
dimanfaatkan, jelas spesifikasi barang, tidak terkait kepemilikan dengan pihak
lain, (3) ijab kabul.
I. Akuntansi Sukuk
1. Pengertian Sukuk
Menurut PSAK 110, Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan
ada;
c. jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu; atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Sukuk memang seringkali disebut sebagai obligasi syariah, namun sukuk berbeda
dengan obligasi, karena sukuk bukanlah pengakuan utang, melainkan bukti
kepemilikan, sehingga kalau terjadi default atas pembayaran sukuk maka
pemegang sukuk memiliki aset sebagai ganti kepemilikan.
2. Prinsip Akad
Sukuk yang diterbitkan akan bergantung pada akad apa yang digunakan, sehingga
mekanisme transaksi sukuk akan mengikuti akad yang digunakan. Jika
menggunakan akad mudharabah maka imbal hasil sukuk akan berfluktuasi
mengikuti bagi hasil yang diperoleh, sedangkan jika menggunakan akad ijarah,
maka imbal hasil sukuk akan tetap sesuai sewa yang disepakati.
3. Contoh Penyajian:
Keterangan Pemilik Dana Pengelola Dana
Penyajian Penerbit Bagi entitas syariah: Liabilitas
Dana syirkah temporer -Sukuk ijarah xxx
-Sukuk mudharabah xxx -Premium/diskonto xxx
-Biaya transaksi (xxx)
Bagi entitas non syariah: (yang belum diamortisasi)
Liabilitas Nilai neto inv sukuk ijarah xxx
-Sukuk mudharabah xxx
DAFTAR PUSTAKA
Modul Chartered Accountant. 2015. Pelaporan Korporat. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Nurhayati, Sri, Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Default.aspx
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/iknb-syariah/Default.aspx
https://www.syariahmandiri.co.id/wp-content/uploads/2010/03/AR-BSM-2015-Lap-
Keuangan.pdf