Anda di halaman 1dari 80

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.

)
TERHADAP PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
(FMA) DAN PERBEDAAN WAKTU TANAM

SKRIPSI

EVA HANDAYANI
030301016
BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)
TERHADAP PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA
(FMA) DAN PERBEDAAN WAKTU TANAM

SKRIPSI

EVA HANDAYANI
030301016
BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing :

(Dr. Ir. Hapsoh, MS) (Ir. Yaya Hasanah, Msi)


Ketua Anggota
NIP. 131 412 496 NIP. 132 313 511

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)

Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan

Perbedaan Waktu tanam

Nama : Eva Handayani

NIM : 030301016

Departemen : Budidaya Pertanian

Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hapsoh, MS) (Ir. Yaya Hasanah, Msi)


Ketua Anggota
NIP. 131 412 496 NIP. 132 313 511

Mengetahui,

Ir. Edison Purba, Ph.D.


Ketua Departemen

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan


produksi jagung terhadap pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan
perbedaan waktu tanam.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial. Faktor pertama adalah pemberian mikofer, dengan 2 taraf yaitu
0 g mikofer/tanaman (tanpa mikoriza) dan 3 g mikofer/tanaman. Faktor kedua
adalah perbedaan waktu tanam, dengan 3 taraf yaitu hari pertama penanaman,
10 hari setelah penanaman pertama dan 20 hari setelah penanaman pertama.
Parameter yang diamati adalah luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah
biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tongkol, bobot
basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah biji
per baris, panjang tongkol, bobot 100 biji dan derajat infeksi.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular
(FMA) berpengaruh menaikkan pertumbuhan dan produksi, Perbedaan waktu
tanam juga berpengaruh menaikkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Interaksi antara pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan
perbedaan waktu tanam hanya berpengaruh menaikkan. Produksi jagung
meningkat pada perlakuan perbedaan waktu tanam yang hari pertama penanaman
dan interaksi antara pemberian mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat
meningkatkan bobot basah dan bobot kering akar.

Kata Kunci : Jagung, (Fungi Mikoriza Arbuskula) FMA dan perbedaan waktu
tanam

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sibuhuan pada tanggal 6 September 1984 dari Bapak

Batin Sitompul S.Sos dan Ibu Yusma Hartati Harahap. Penulis adalah anak

pertama dari lima bersaudara.

Penulis lulus SD pada tahun 1997 di SD N 142926 Sibuhuan, lulus SLTP

pada tahun 2000 di SLTP N 1 Barumun, dan lulus SLTA pada tahun 2003 di

SMU N 1 Barumun, dan pada tahun 2003 penulis lulus seleksi masuk Universitas

Sumatera Utara melalui jalur PMP/PMDK. Penulis memilih Program Studi

Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, USU Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Laboratorium

Agroklimatologi pada tahun 2006-2007. Tahun 2007 penulis melaksanakan

Praktek kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam

penelitian ini adalah Respons Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)

terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dan Perbedaan Waktu

Tanam.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Dr. Ir. Hapsoh, MS selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu

Ir Yaya Hasanah, Msi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

arahan dan saran. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu

Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP selaku dosen yang membantu penyelesaian

skripsi ini dan Ibu Ir. Haryati, MP selaku dosen penanggung jawab Laboratorium

Teknologi Benih FP-USU.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua

Ayahanda tercinta Batin Sitompul S.Sos dan Ibunda tercina Yusma Hartati

Harahap atas doa dan semangatnya, dan adik-adik yang paling penulis sayangi

yaitu Leny oktavia, Amelisa Juliana, Muhammad Alvian dan Winni atas segala

perhatiannya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Hasmar Harahap atas

doa, semangat dan tenaganya. Kepada Tenni, Tetti, Fitri, Liza, Yudhi, Sadly,

Bowo, pak Haloho,kak Mol, Banda, dan teman-teman yang lain, terima kasih

banyak atas bantuan dan persahabatannya selama ini, juga buat, adik-adik junior

stambuk 2004, 2005, 2006 dan stambuk 2007 terutama anak-anak BDP serta

abang dan kakak sebior atas bantuan dan perhatiannya. Tak lupa penulis
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
mengucapkan terima kasih kepada pihak BMG Sampali, dan Laboratorium

Agroklimatologi. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah

banyak memberikan bantuan dan masukan kepada penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, Amin.

Medan, Mei 2008

Penulis

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ............................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
Hipotesisi Penelitian ...................................................................... 4
Kegunaan Penelitian ...................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ............................................................................. 5
Syarat Tumbuh ............................................................................... 7
Iklim ................................................................................... 7
Tanah .................................................................................. 8
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) ............................................... 9
Perbedaan Waktu Tanam ............................................................... 13

BAHAN DAN METODA PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 15
Bahan dan Alat Penelitian ............................................................. 15
Metoda Penelitian .......................................................................... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan ............................................................................. 18
Pemupukan Dasar .......................................................................... 18
Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA).................................. 18
Penanaman ..................................................................................... 18
Pemeliharaan Tanaman .................................................................. 19
Penyiraman ........................................................................ 19
Penjarangan ........................................................................ 19
Penyiangan ......................................................................... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ...................................... 19
Perbedaan Waktu Tanam ................................................... 19
Pengamatan Parameter ................................................................... 20
Luas Daun (cm2) ................................................................ 20
Umur Berbunga (hari) ........................................................ 20
Umur Panen (hari) .............................................................. 20
Jumlah Biji per Tongkol (biji) ............................................ 20
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Volume Akar (cm3) ............................................................. 20
Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman (g) .......... 21
Bobot Basah Tajuk (g) ........................................................ 21
Bobot Kering Tajuk (g) ....................................................... 21
Bobot Basah Akar (g) ......................................................... 21
Bobot kering Akar (g) ......................................................... 21
Derajat Infeksi (%) .............................................................. 21
Jumlah Biji per Baris (biji) .................................................. 22
Panjang Tongkol (cm) ......................................................... 22
Bobot 100 Biji (g) ............................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................. 23
Pembahasan ..................................................................................... 34

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ..................................................................................... 38
Saran ............................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39

LAMPIRAN ................................................................................................ 41

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR TABEL

Hal
1. Rataan Luas Daun (cm2) ........................................................................ 23

2. Rataan Umur Berbunga (hari) ................................................................ 23

3. Rataan Umur Panen (hari) ..................................................................... 24

4. Rataan Jumlah Biji per Tongkol (biji) ................................................... 25

5. Rataan Volume Akar (cm3) ................................................................... 26

6. Rataan Bobot Jagung Pipil kering per Tanaman (g) ............................. 26

7. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) ............................................................. . 27

8. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) ............................................................. 28

9. Rataan Bobot basah Akar (g) ................................................................ 29

10. Rataan Bobot Kering Akar (g) .............................................................. 30

11. Rataan Jumlah Biji per Baris (biji) ....................................................... 30

12. Rataan Panjang Tongkol (cm) .............................................................. 31

13. Rataan Bobot 100 Biji (g) ..................................................................... 32

14. Derajat Infeksi Tanaman (%) ................................................................ 63

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Tanaman jagung di Areal Pertanaman BMG Sampali ......................... 61

2. Biji Jagung Pipil Kering ....................................................................... 61

3. Akar Tanaman Jagung (kiri) dan Tongkol Jagung (kanan) ................. 62

4. Derajat Infeksi pada Tanaman Jagung ................................................. 63

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Deskripsi Tanaman Jagung ................................................................... 41

2. Bagan Penelitian ................................................................................... 42

3. Bagan Tanaman per Petak .................................................................... 43

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 44

5. Prosedur Pengukuran Derajat Infeksi Akar .......................................... 45

6. Data Luas Daun (cm2) ............................................................................ 46

7. Sidik Ragam Luas Daun (cm2) ............................................................... 46

8. Data Umur Berbunga (hari) ................................................................... 47

9. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) ....................................................... 47

10. Data Umur Panen (hari) .......................................................................... 48

11. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ............................................................ 48

12. Rataan Jumlah Biji per Tongkol (biji) ................................................... 49

13. Sidik Ragam Jumlah Biji per Tongkol (biji) ......................................... 49

14. Rataan Volume Akar (cm3) ................................................................... 50

15. Sidik Ragam Volume Akar (cm3) ......................................................... 50

16. Rataan Bobot Jagung Pipil kering per Tanaman (g) ............................. 51

17. Sidik Ragam Bobot Jagung Pipil kering per Tanaman (g) ................... 51

18. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) .............................................................. 52

19. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk (g) .................................................... 52

20. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) ............................................................ 53

21. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g) ................................................... 53

22. Rataan Bobot basah Akar (g) ................................................................ 54

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
23. Sidik Ragam Bobot basah Akar (g) ..................................................... 54

24. Rataan Bobot Kering Akar (g) ............................................................. 55

25. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) ................................................... 55

26. Rataan Jumlah Biji per Baris (biji) ...................................................... 56

27. Sidik Ragam Jumlah Biji per Baris (biji) ............................................ 56

28. Rataan Panjang Tongkol (cm) ............................................................. 57

29. Sidik Ragam Panjang Tongkol (cm) .................................................... 57

30. Rataan Bobot 100 Biji (g) .................................................................... 58

31. Sidik Ragam Bobot 100 Biji (g) .......................................................... 58

32. Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter ............................................. 59

33. Hasil Pengukuran derajat Infeksi Akar ................................................ 60

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan

meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan

pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk

tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan

baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung

tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau

meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun

semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara

karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku

(Purwono dan Hartono, 2006).

Kebutuhan jagung sejak beberapa tahun ini terus meningkat, oleh karena

itu untuk memenuhi kebutuhan jagung di Indonesia terpaksa mengimpornya dari

luar. Program peningkatan produksi jagung dilakukan pemerintah melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada saat ini kemungkinan perluasan areal

produksi jagung terbesar adalah pada lahan kering di luar Pulau Jawa.

(Puslitbangtanak, 2002).

Mikoriza arbuskula mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap

kekeringan. Mikoriza arbuskuala memiliki kemampuan untuk meningkatkan

penyerapan air ke tanaman melalui jalinan hifa. Mikoriza arbuskula akan

meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang berguna seperti Rhizobium. Mikoriza


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
arbuskula mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap serangan patogen,

terutama yang menyerang sistem perakaran. Mikoriza arbuskula juga berperan

untuk mengendalikan erosi tanah karena hifanya mampu meningkatkan partikel-

partikel tanah (Hendroko dan Prihmantoro, 2006).

Produk olahan jagung tersebut umumnya berasal dari industri skala rumah

tangga hingga industri besar. Secara garis besar, beberapa industri yang mengolah

jagung menjadi produk sebagai berikut :

a. Industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung.

b. Industri giling basah, yaitu menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak dan

dekstrin.

c. Industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil

alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain

(Purwono dan Hartono 2006).

Mengingat begitu luasnya lahan kritis serta laju degradasi lahan yang

semakin tinggi, maka usaha-usaha untuk restorasi dan menekan laju kritis sudah

menjadi kebutuhan yang mendesak. Oleh karena itu, upaya lain harus diusahakan

sebagai pelengkap dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Salah satu diantaranya

adalah pemanfaatan mikoriza yang diyakini mampu memperbaiki kondisi tanah

dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Subiksa, 2003).

Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperkecil

kegagalan panen. Tanaman jagung dapat ditanam di lahan sawah, tegalan, atau

pekarangan. Dari ketiga jenis lahan tersebut waktu tanamnya berbeda-beda.

Penanaman jagung dilahan sawah dapat dilakukan sebelum penanaman padi atau

sesudah panen padi, sedangkan pada lahan tegalan dan pekarangan sebaiknya

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
ditanam pada musim labuhan yaitu pada awal musim penghujan (September

sampai November) dan pada musim marlungan atau pada akhir musim penghujan

(Februari sampai Maret) asalkan pengairan pada musim kemarau terjamin

(Warisno, 1998).

Salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi waktu tanam yang

berbeda pada penanaman jagung dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap

patogen terutama pada sistem perakaran adalah dengan menggunakan Fungi

Mikoriza Arbuskula (FMA). Rhizobia dan FMA sering berinteraksi secara

sinergistik menghasilkan bintil akar, pengambilan nutrisi, dan hasil panen yang

lebih baik. FMA dapat membantu tanaman untuk menyerang penyakit busuk akar.

Hifa mempengaruhi morfofisiologi akar sehingga luas permukaan akar bertambah

banyak. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti respon pertumbuhan dan

produksi jagung terhadap pemberian FMA dan perbedaaan waktu tanam.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) terhadap

pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan perbedaan waktu tanam.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga ada pengaruh pemberian FMA terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman jagung.

2. Diduga ada pengaruh perbedaan waktu tanam terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman jagung.

3. Diduga ada pengaruh interaksi pemberian FMA dan perbedaan waktu tanam

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan ilmiah dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Seperti halnya pada jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur

dan gembur karena sistem pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapat jumlah

akar yang cukup banyak, sedang pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang

tumbuh jumlahnya terbatas(Warisno, 1998).

Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman.

Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar

adventif dengan perkecambahan yang amat lebat yang memberi hara pada

tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh

tegak dan membantu penyerapan hara. Akar layang ini yang tumbuh di atas

permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang

sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Batang jagung tidak berlubang, tidak seperti batang padi, tetapi padat dan

terisi oleh berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat tegaknya

tanaman. Hal ini juga didukung oleh jaringan kulit yang keras dan tipis yang

terdapat pada batang di sebelah luar. Batang jagung beruas, dan pada bagian

pangkal batang jagung beruas pendek dengan jumlah ruas berkisar antara 8 21.

Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas yang mempunyai panjang batang

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
antara 50 60 cm, namun rata-rata panjang batang pada umumnya antara

100 300 cm (AAK, 1993).

Daun terdiri dari pelepah dan helaian daun diantaranya dilapisi oleh

spikula yang menghalangi air masuk ke dalam pelepah daun. Jumlah daun seiring

dengan jumlah ruas, biasanya antara 8 21 daun. Panjang daun berbeda-beda

anatara 30 150 cm. Lebar daun dapat mencapai 15 cm. Daun terdapat pada

buku-buku batang yang terdiri dari kelopak daun, lidah daun dan helaian daun,

letaknya berseling. Daun yang dibentuk pertama kali tetap kecil, sedang daun

yang berikutnya lebih berkembang (Tobing, dkk, 1995).

Rambut pertama berasal dari putik dasar tongkol dan ada satu helai rambut

untuk satu biji jagung yang akan terbentuk. Rambut biasanya muncul 1-3 hari

setelah sari mulai tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot.

Bergantung pada suhu dan kejaguran tanaman, diperlukan waktu 2-7 hari untuk

memunculkan semua rambut secara sempurna. Hampir semua biji jagung

terbentuk pada 3-5 hari setelah rambut pertama muncul. Suhu tinggi selama

persebaran tepung sari dan munculnya rambut dapat berpengaruh buruk karena

tepung sari dapat mengering. Penyerbukan dapat terjadi dalam kisaran suhu yang

lebar, suhu optimumnya sekitar 30 oC. pada banyak kultivar, suhu di atas 36 oC

dengan terapan angin kering yang panas atau ketika tanaman mengalami cekaman

kelengasan, menyebabkan penyerbukan buruk yang berakibat pada buruknya

pengisian biji (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung

pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
secara lurus atau berkelok-kelok dan jumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung

terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (sead coad), endosperm dan embrio

(Rukmana, 1997).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman jagung memerlukan kelengasan tinggi, berkisar dari 500-700

mm per musim. Cekaman kelengasan paling kritis terjadi selama pembentukan

rambut dan pengisian biji. Kekeringan air dalam waktu singkat biasanya dapat

ditoleransi, dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkembangan biji. Namun,

kekeringan air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata

menurunkan bobot kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian

di sokong oleh mobilisasi asimilat yang tersimpan di batang keseluruhan, tanaman

agak tahan terhadap kekeringan, tetapi peka terhadap drainase tanah yang jelek

dan tidak tahan genangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Walaupun asal tanaman jagung dari daerah tropis tetapi karena banyak

sekali tipe-tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya sehingga jagung dapat

menyebar luas kemana-mana dan dapat hidup baik di berbagai iklim. Pertanaman

jagung yang luas terdapat di daerah beriklim sedang pada waktu musim panas dan

sub tropis basah. Jadi pada umumnya tanaman jagung dapat ditanam di semua

belahan bumi, kecuali daerah yang sangat dingin atau musim tanam yang pendek

(Ginting, 1995).

Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari

dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar

tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini

tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai tinggi 5-6 m sebelum tumbuh

bunga jantan. Namun, pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari

20 oC juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada

daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jumlah dan distribusi curah hujan merupakan faktor penting dimana

tanaman jagung membutuhkan curah hujan yang relatif sedikit. Tanaman akan

tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250 500 mm per tahun. Curah

hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan menurunkan produksi. Air

banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Setelah

tongkol mulai kuning, air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung

membutuhkan curah hujan 100 125 mm per bulan dengan distribusi merata

(Tobing, dkk, 1995).

Jagung dapat ditanam di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi

(daerah pegunungan) yang memiliki ketinggian sekitar 1.000 m atau lebih dari

permukaan laut (dpl). Umumnya jagung yang ditanam di daerah dengan

ketinggian kurang dari 800 m dpl akan memberikan hasil yang tinggi. Jagung

yang ditanam di tanah dengan ketinggian antara 800 m sampai 1.200 m dpl juga

masih dapat berproduksi dengan baik (Warisno, 1998).

Tanah

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai

jenis tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang

ditanam pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberikan hasil

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
dengan baik. Untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung membutuhkan pH

5,5 6,5. tanah yang bersifat asam yaitu angka pH kurang dari 5,5 dapat

dilakukan pengapuran (AAK, 1993).

Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam.

Keadaan kering pada waktu penanaman pemula adalah jelek, baik bagi

pertumbuhan selanjutnya maupun bagi pembuahannya. Demikian pula keadaan

yang terlalu basah tidak menguntungkan tanaman karena cenderung dapat

mengundang berbagai penyakit. Pada tanah yang terlalu lembab penanaman

hendaknya diatur sedemiakn rupa agar buah jagung cukup matang untuk dipanen

pada awal musim kering, maksudnya agar agar hasil pemanenan dapat segera

dikeringkan untuk menghindari penjamuran yang dapat menurunkan kualitas dan

menimbulkan penyakit (Kartasapoetra, 1998).

Tanaman jagung membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar,

mempunyai akar serabut yang menyebar dangkal dan kurang toleran terhadap

kandungan air berlebihan, menghendaki butir tanah yang berukuran halus pada

lapisan permukaannya. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8 % masih

dapat ditanami jagung denngan arah barisan melintang searah kemiringan tanah

dengan maksud mencegah erosi tanah apabila terjadi hujan (Suprapto, 1990).

Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Asosiasi simbiotik antara jamur dan sistem perakaran tanaman tingkat

tinggi memiliki istilah umum yaitu mikoriza (jamak mikorizae) yang secara

harfiah berarti akar jamur. Akar jamur ditemukan oleh botaniwan Jerman, Frank

pada abad yang lalu (1855) di pepohonan hutan pinus, tetapi penelitian

selanjutnya menunjukkan bahwa asosiasi simbiotik semacam itu dengan jamur


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
adal dalam kondisi alami dalam sistem perakaran banyak tanaman budidaya

lainnya yang penting secara ekonomi (Rao, 1994).

Jamur sudah bersimbiosis dengan akar tanaman, sejak tanaman berevolusi.

Jamur yang tumbuh dan berasosiasi dengan alga, dikenal sebagai lichen. Namun,

lichen ini dapat terbentuk jika bersimbiosis dengan akar Bryophyta, Pteridophyta

dan tanaman tingkat tinggi, dan simbiosis ini disebut sebagai mikoriza. Mikoriza

merupakan fungal bakteria yang membentuk nodul pada tanaman Leguminosa dan

Actinomycetes, dan membentuk nodul pada jumlah tertentu pada tanaman lain

(Russel, 1991).

Beberapa pengaruh FMA antara lain : (1) Kemampuannya yang tinggi

dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama P. (2) Bertindak sebagai

pelindung biologi bagi pathogen akar. (3) Lebih tahan cekaman kekeringan,

kemasaman, salinitas, keracunan logam berat dalam tanah. (4) Meningkatkan

produksi hormon auksin yang berfungsi meningkatkan elastisitas dinding sel dan

mencegah atau memperlambat proses penuaan akar. Mikoriza ini berpengaruh

terhadap pertumbuhan yang lebih baik dan produksi yang tinggi. Dengan

demikian akan dihasilkan jagung yang bermutu tinggi secara kualitas dan

kuantitas (Sastrahidayat, 1995).

Terdapat dua macam mikoriza, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.

Pada ektomikoriza (juga disebut mikoriza ektotrof). Jamur ini seluruhnya

menyelubungi masing-masing cabang akar dalam selubung atau mantel hifa. Hifa-

hifa itu hanya manembus antar sel korteks akar (interseluler). Pada endomikoriza,

jamurnya tiodak membentuk suatu selubung luar tetapi hidup di dalam sel-sel akar

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
(intraseluler) dan membentuk hubungan langsung antar sel-sel akar dan tanah

sekitarnya (Rao, 1994).

Yang paling menarik dari dua tipe mikoriza adalah kemampuannya untuk

memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan mempertinggi pengambilan P. Dalam

tanah yang defisien P, tanaman bermikoriza biasanya jelas-jelas tumbuh lebih baik

dibandingkan dengan tanaman non-mikoriza tetapi akan terjadi sebaliknya pada

tanah yang disupali fosfat dengan baik. Sesungguhnya dalam tanah seperti ini,

tanaman bisa memperlihatkan tingkat infeksi yang sangat rendah. Keuntungan

tanaman bermikoriza tidak dapat diterangkan berdasarkan morfologi akar, karena

mereka mengambil fosfat lebih cepat per unit panjang akar daripada tanaman non-

mikoriza. Pada kenyataannya tanaman bermikoriza, mempunyai sistem perakaran

yang lebih pendek, juga pada ektomikoriza adalah mungkin bahwa pengaruh

mikroba rizosfer dalam menurunkan panjang akar disebabkan infeksi

endomikoriza, karena hal tersebut memiliki pengaruh nyata

(Fitter dan Hay, 1991).

Taksonomi jamur FMA masih berada pada tahap perubahan yang terus

menerus dan bila semata-mata hanya berdasarkan pada morfologi spora, dikenal

lima genus mikoriza arbuskula yaitu Glomus, Gigaspora, Acaulospora,

Sclerocytis, dan Endogone, yang terakhir ini hanya terbatas pada tanaman yang

membentuk ekto atau tidak membentuk mikoriza (Rao, 1994).

Kemampuan intersepsi akar dalam pengambilan nutrisi dapat dipertinggi

oleh mikoriza, yang merupakan sebuah simbiosis antara jamur dan akar tanaman.

Efek yang menguntungkan dari mikoriza ini sangat besar ketika tanaman tumbuh

pada tanah yang kuranga subur. Banyaknya infeksi mikoriza dapat diperbesar

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
dengan keadaan pH tanah yang sedikit asam, sedikit P, cukup N, dan temperatur

tanah renah. Hifa dari mikoriza beraktifitas dengan menyebar dalam sistem akar

tanaman (Tisdale, et al, 1993).

Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan tanaman

inangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya (simbiosis mutualistis).

Kareanya inokulasi cendawan mikoriza dapat dikatakan sebagai Biofertilization,

baik untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun tanaman penghijauan

(Killham, 1994).

Mikoriza endotropik lebih banyak terdapat pada ektomikoriza, mereka

banyak bermanfaat di lapangan dan produksi tanaman sayur-sayuran. Hifa

menyerbu akar-akar dengan cabang-cabangnya di antara sel, biasanya bagiannya

jauh dari bagian tengah akar. Hifa yang membelit atau struktur hifa yang

bercabang, terbentuk diantara sel-sel akar dan disebut arbuscles. Bentuk struktur

ini adalah dasar untuk menunjukkan endomikoriza sebagai mikoriza vesiular

arbuskular (VA) (Foth, 1991).

Menurut Foth (1991), tanaman inang dimanfaatkan jamur sebagai

makanan, keuntungan bagi tanaman inang termasuk :

1. Permukaan akar bertambah efektif dengan bertambah efektifnya absorbsi

nutrient (partikel fosfor) dan air.

2. Fungsi akar menjadi lebih luas.

3. Toleransi terhadap kekeringan dan panas bertambah.

4. Sumbangan nutrient tanah lebih tersedia.

5. Terhambatnya infeksi oleh organisme penyalit.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Jaringan hifa eksternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air

dan hara. Disamping itu ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar

memungkinkan hifa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro)

sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah

(Marschner, 1992).

Simbiosis jamur mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan P pada

pembibitan. Namun, untuk mendapatkan keuntungan simbiosis yang tinggi perlu

diketahui kondisi optimum simbiosis. Simbiosis mikoriza arbuskula dengan

tanaman sangat dipengaruhi tingkat hara dan dosis inokulum. Beberapa hal yang

mempengaruhi simbiosis mikoriza arbuskula ialah dosis inokulum dan pupuk.

Dosis inokulum berpengaruh terhadap keefektifan inokulasi. Dibandingkan

dengan spora sebagai inokulum, propagul campuran berupa spora, akar terinfeksi

dan hifa eksternal dapat menginfeksi dalam waktu yang lebih cepat

(Widiastuti, dkk, 2002).

Perbedaan Waktu Tanam

Waktu tanam yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperkecil

kegagalan panen. Tanaman jagung dapat ditanam dilahan sawah, tegalan, atau

pekarangan. Dari ketiga jenis lahan tersebut waktu tanamnya berbeda-beda.

Penanaman jagung dilahan sawah dapat dilakukan sebelum penanaman pada atau

sesudah panen padi, sedangkan pada lahan tegalan dan pekarangan sebaiknya

ditanam pada musim labuhan yaitu pada awal musim penghujan (September

samapai November) dan pada musim marlungan atau pada akhir musim

penghujan (Februari sampai Maret) asalkan pengairan pada musim kemarau

terjamin (Warisno, 1998).


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi

tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu

diperlukan kultivar jagung yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan

adaptasi yang tinggi terhadap cekaman air. Pengaruh cekaman air tehadap

pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis

atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman

air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian

berpengaruh besar terhadap proses fisiologi dan metabolisme dalam tanaman

(Mapegau, 2006).

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG) Sampali, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dari atas

permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan

bulan Agustus 2007 (Lampiran 1).

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung Pioneer 12

(Lampiran 2), Urea (450 kg/ha), TSP (100 kg/ha) dan KCl (100 kg/ha) sebagai

pupuk dasar, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dalam bentuk mikofer, Insektisida

Decis 2,5 EC untuk mengendalian hama pada tanaman tersebut.

Alat yang digunakan adalah meteran untuk mengukur luas lahan, cangkul

untuk mengolah lahan, tugal untuk membuat lubang tanam, tali plasti untuk

menentukan lubang tanam, gembor untuk menyiram tanaman, gelas beker untuk

mengukur volume akar, oven untuk mengeringkan tanaman, timbangan untuk

menimbang tanaman, pacak sampel untuk menandai tanaman sampel, papan

nama, dan kalkulator untuk menghitung data.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I : Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (M) dengan 2 taraf, yaitu :

M0 = 0 g MVA/lubang tanam

M1 = 3 g MVA/lubang tanam

Faktor II : Waktu Tanam (W) dengan 3 taraf, yaitu :

W1 = Hari pertama penanaman

W2 = 10 Hari setelah penanaman pertama

W3 = 20 hari setelah penanaman pertama

Dengan demikian diperoleh 6 kombinasi perlakuan sebagai berikut :

M0W1 M0W2 M0W3

M1W1 M1W2 M1W3

Jumlah ulangan = 3 ulangan

Jumlah tanaman = 55 tanaman/petak

Jumlah tanaman sampel = 5 tanaman/petak

Jumlah tanaman sampel seluruhnya = 45 tanaman/petak

Jumlah tanaman destruktif = 5 tanaman/petak

Jumlah tanaman destruktif seluruhnya = 45 tanaman/petak

Jumlah tanaman/penanaman = 165 tan/1 x penanaman/ulangan

Jarak tanam = 70 cm cm x 25 cm

Ukuran petak =3mx3m

(Lampiran 3).

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier, yaitu :

Yijk = + i + j + k + ()jk + ijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-I dengan FMA pada taraf ke-j dan

Perbedaan Waktu Tanampada taraf ke-k

= Nilai tengah

i = Efek blok ke-i

j = Efek FMA pada taraf ke-j

k = Efek Perbedaan Waktu Tanam pada taraf ke-k

()jk = Efek interaksi antara FMA pada taraf ke-j dan Perbedaan Waktu

Tanam pada taraf ke-k

ijk = Efek galat pada blok ke-j yang mendapat perlakuan FMA pada taraf

ke-j dan Perbedaan Waktu Tanam pada taraf ke-k.

Jika dari sidik ragam diperoleh efek FMA atau perbedaan waktu tanam

yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji

Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan kotoran

lainnya, lalu diolah dengan cara menggemburkan lahan dengan menggunakan

cangkul, dilanjutkan dengan pembuatan petak percobaan dengan ukuran

3 m x 3 m.

Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan pada saat penanaman. Pemupukan

dasar yang diberikan adalah Urea 450 kg/ha, TSP 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha,

dimana pupuk urea diberikan 3 kali yaitu 150 kg/ha pada waktu penanaman, 150

kg/ha saat tanaman berumur 1 bulan dan 150 kg/ha saat tanaman berumur 40 hari.

TSP dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 1 bulan. Pemupukan

dilakukan dengan cara ditugal di sekitar tanaman dengan jarak 15 cm dari

tanaman kemudian ditutup kembali dengan tanah.

Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)

Aplikasi FMA dalam bentuk mikofer diberikan bersamaan dengan

penanaman sebanyak 3 g/lubang tanam. Setelah mikofer ditutup dengan tanah,

maka benih jagung ditanam 2 benih/lubang tanam, kemudian ditutup kembali

dengan tanah atau kompos untuk mempermudah perkecambahan.

Penanaman

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Penanaman dilakukan dengan menggunakan tugal, dengan cara menugal

lahan yang telah digemburkan kira-kira sedalam 5 cm dari permukaan tanah

kemudian memasukkan benih jagung sebanyak 2 benih/lubang tanam yang

sebelumnya benih direndam dalam air 10 15 menit. Jarak tanam yang digunakan

70 cm x 25 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari yang tergantung

dengan kondisi lingkungan dan kelembaban tanah dilakukan dengan

menggunakan gembor dan air bersih.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan cara

memotong tanaman dengan menggunakan pisau atau mencabut hingga akar dan

meninggalkan satu tanaman yang sehat.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul

2 minggu sekali.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tergantung kondisi lapangan. Bila terjadi

serangan hama, maka dilakukan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan

dosis 0,5 cc/liter air.

Perbedaan Waktu Tanam

Tanaman jagung ditanam pada waktu yang berbeda yaitu dengan

perbedaan 10 hari dengan 3 kali penanaman.


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Pengamatan Parameter

Luas Daun (cm2)

Luas daun dihitung pada saat tanaman sudah berbunga. Daun yang

dihitung adalah daun yang bagian tengah dengan menggunakan meteran. Dengan

rumus : panjang x lebar x konstanta. Nilai konstanta yang digunakan berdasarkan

jumlah daun tersebut.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga diamati setelah 75 % tanaman telah mengeluarkan

bunga/petaknya.

Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung setelah tanaman memenuhi kriteria panen seperti

rambut jagung telah berwarna coklat dan tongkol sudah terisi penuh. Pemanenan

awal dilakukan setelah 80 % dari tanaman telah berdaun 5 yaitu dengan mencabut

tanaman.

Jumlah Biji per Tongkol (biji)

Jumlah biji dihitung setelah tanaman jagung dipanen dan dihitung per

tongkolnya.

Volume Akar (cm3)

Volume akar diukur pada saat tanaman sudah dipanen. Volume akar

diukur dengan menggunakan metode grafimetrik yaitu dengan menggunakan

gelas beker yang diisi air penuh, kemudian akar dimasukkan ke dalamnya.

Volume air yang tumpah adalah volume akar tersebut.


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman (g)

Jagung yang sudah dipanen, kemudian dipipil atau dipisahkan dari tongkol

jagung. Jagung pipil kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 70 oC

selama 24 jam, lalu ditimbang (Lampiran 4).

Bobot Basah Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara

memotong pangkal batang kemudian ditimbang. Bobot basah tajuk diukur setelah

tanaman di panen.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara

memotong pada pangkal batang. Kemudian diovenkan dengan suhu 75 oC selama

24 jam, lalu ditimbang. Bobot kering tajuk diukur setelah tanaman di panen.

Bobot Basah Akar (g)

Bagian akar tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara

memotong bagian leher akar kemudian ditimbang. Bobot basah akar diukur

setelah tanaman di panen (Lampiran 5).

Bobot Kering Akar (g)

Bagian akar tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara

memotong bagian leher akar kemudian diovenkan dengan suhu 75 o C selama 24

jam, lalu ditimbang. Bobot kering akar diukur setelah tanaman di panen.

Derajat Infeksi (%)

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Pengamatan derajat infeksi diamati pada akar tanaman di akhir

pertumbuhan vegetatif tanaman. Akar tanaman diteliti berapa persen FMA

menginfeksi akar tanaman (Lampiran 6).

Jumlah Biji per Baris (biji)

Jumlah biji dihitung per barisnya setelah tanaman jagung dipanen,

kemudian dirata-ratakan.

Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur pada saat tanaman sudah dipanen dengan

menggunakan meteran atau penggaris (Lampiran 7).

Bobot 100 Biji (g)

Biji terlebih dahulu di ovenkan, kemudian biji tanaman yang sudah di

ovenkan ditimbang dalam 100 biji. Pengukuran dilakukan setelah panen.

(Lampiran 8).

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan inokulasi

FMA berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering

tajuk, bobot kering akar, dan bobot 100 biji tetapi berpengaruh tidak nyata

terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah biji per tongkol, bobot kering

jagung pipil kering per tanaman, bobot basah akar, panjang tongkol, dan jumlah

biji per baris.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan perbedaan

waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur panen, dan bobot

kering tajuk tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, jumlah biji per

tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah

tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah biji per baris, panjang tongkol,

bobot 100 biji.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa interaksi antara

pemberian mikoriza dan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap

semua parameter pengamatan kecuali bobot kering akar yang memberikan

pengaruh nyata.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Luas Daun (cm2)

Data hasil analisis secara statistik luas daun dapat dilihat pada Lampiran

9-10. Data luas daun pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu

tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Luas Daun

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
....................................................... cm2 ..........................................................
0 742,33 821,90 763,34 775,86b
3 885,06 851,00 787,35 841,14a
Rataan 813,69 836,45 775,35 808,50
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

nyata terhadap luas daun, dimana luas daun tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer

(841.14 cm2) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (775.86 cm2).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun,

dimana luas daun tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (836.45 cm2) dan

yang terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (775.35 cm2) dapat dilihat

pada Tabel 1. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi

mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun.

Umur Berbunga (hari)

Data hasil analisis secara statistik umur berbunga dapat dilihat pada

Lampiran 11-12. Data umur berbunga pada perlakuan inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Umur Berbunga

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
...................................................... hari ...........................................................
0 72,40 72,80 73,27 72,82
3 72,47 72,73 73,27 72,82
Rataan 72,43b 72,77b 73,27a 72,82
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap umur berbunga, dimana umur berbunga tertinggi pada

perlakuan 0 g mikofer dan 3 g mikofer (72.82 hari).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga,

dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (73.27 hari)

dan terendah pada perlakuan 1 hari (72.43 hari) dapat dilihat pada Tabel 2.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Umur Panen (hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam umur panen dapat dilihat pada

Lampiran 13-14. Data umur panen pada perlakuan inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Umur Panen

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
....................................................... hari ..........................................................
0 92,47 99,40 95,33 95,73
3 92,53 99,33 95,47 95,78
Rataan 92,50c 99,37a 95,40b 95,76
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap umur panen, dimana umur panen tertinggi pada perlakuan 3 g

mikofer (95.78 hari) dan yang terendah pada perlakuan 0 g mikofer (95.73 hari).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen, dimana

umur panen tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (99.37 hari) dan

terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari (92.5 hari) dapat dilihat pada

Tabel 3. Selanjutnya dapat diketahui bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.

Jumlah Biji per Tongkol (biji)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah biji per tongkol dapat

dilihat pada Lampiran 15-16. Data jumlah biji per tongkol pada perlakuan

inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Biji per Tongkol

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
....................................................... biji ...........................................................
0 518,87 521,00 590,27 543,38
3 521,53 516,13 510,00 515,89
Rataan 520,20 518,57 550,13 529,63
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah biji per tongkol, dimana jumlah biji per tongkol

tertinggi pada perlakuan 0 g mikofer (543.38 biji) dan terendah pada perlakuan 3

g mikofer (515.89 biji).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per

tongkol, dimana jumlah biji per tongkol tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
hari (550.13 biji) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 11 hari (518.57 biji)

dapat dilihat pada Tabel 4. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara

inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah biji per tongkol.

Volume Akar (cm3)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada

Lampiran 17-18. Data volume akar pada perlakuan inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Volume Akar

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
....................................................... cm3 ..........................................................
0 83,47 109,47 136,73 109,89
3 140,80 168,93 116,47 142,07
Rataan 112,13 139,20 126,60 125,98
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap volume akar, dimana volume akar tertinggi pada perlakuan 3

g mikofer (142.07 cm3) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (109.89 cm3).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar,

dimana volume akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (139.20 cm3)

dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari (112.13 cm3) dapat dilihat pada

Tabel 5. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Bobot Kering Jagung Pipil kering per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering jagung pipil kering

per tanaman dapat dilihat pada Lampiran 19-20. Data bobot kering jagung pipil

kering per tanaman pada pelakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 139,95 150,06 158,02 149,34
3 150,35 153,91 141,35 148,54
Rataan 145,15 151,98 149,68 148,94
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman, dimana bobot

kering jagung pipil kering per tanaman tertinggi pada perlakuan 0 g mikofer

(149.34 g) dan terendah pada perlakuan 3 g mikofer (148.54 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering

jagung pipil kering per tanaman, dimana bobot kering jagung pipil kering per

tanaman tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (151.98 g) dan terendah

pada perlakuan waktu tanam 1 hari (145.15 g) dapat dilihat pada Tabel 6.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan

waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering

per tanaman.

Bobot Basah Tajuk (g)

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat

pada Lampiran 21-22. Data bobot basah tajuk pada inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Basah Tajuk

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 293,99 299,74 326,08 306,60b
3 405,01 375,85 395,90 392,25a
Rataan 349,50 337,80 360,99 349,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada

perlakuan 3 g mikofer (392.25 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer

(306.60 g).

Dari Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21

hari (360.99 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 11 hari (337.80 g) dapat

dilihat pada Tabel 7. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi

mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

basah tajuk.

Bobot Kering Tajuk (g)

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat

pada Lampiran 23-24. Data bobot kering tajuk pada inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Kering Tajuk

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 107,24 87,93 86,71 93,96b
3 130,21 109,15 101,97 113,78a
Rataan 118,73a 98,54b 94,34b 103,87
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi pada

perlakuan 3 g mikofer (113.78 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer

(93.96 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk,

dimana bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 1 hari (118.73 g)

dan terendah pada waktu tanam 21 hari (94.34 g) dapat dilihat pada Tabel 8.

Selanjutnya dapat juga dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dengan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Bobot Basah Akar (g)

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat

pada Lampiran 25-26. Data bobot basah akar pada perlakuan inokulasi mikofer

dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Basah Akar

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 127,35 148,93 148,90 141,73
3 179,31 188,52 125,55 164,46
Rataan 153,33 168,72 137,22 153,09
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi pada

perlakuan 3 g mikofer (164.46 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer

(141.73 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah

akar, dimana bobot basah akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari

(168.72 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (137.22 g) dapat

dilihat pada Tabel 9. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi

mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

basah akar.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat

pada Lampiran 27-28. Data bobot kering akar pada inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Bobot kering Akar

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan
1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 19,99d 45,54abc 42,53bc 36,02b
3 59,89a 53,46ab 29,97cd 47,78a
Rataan 39,94 49,50 36,25 41,90
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada

perlakuan 3 g mikofer (47.78 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer

(36.02 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering

akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam11 hari

(49.50 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (36.25 g) dapat dilihat

pada Tabel 10. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar,

dimana bobot kering akar tertinggi pada interaksi perlakuan 3 g mikofer dan

waktu tanam 1 hari (59.89 g) dan terendah pada interaksi perlakuan 0 g mikofer

dan waktu tanam 1 hari (19.99 g).

Jumlah Biji per Baris (biji)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah biji per baris dapat dilihat

pada Lampiran 29-30. Data jumlah biji per baris pada inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Jumlah Biji per Baris

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
....................................................... biji ...........................................................
0 35,33 36,53 38,73 36,87
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
3 37,80 38,00 37,13 37,64
Rataan 36,57 37,27 37,93 37,26
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah biji per baris, dimana jumlah biji per baris tertinggi

pada perlakuan 3 g mikofer (37.64 biji) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer

(36.87 biji).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per

baris, dimana jumlah baris tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari

(37.93 biji) dan terendah pada waktu tanam 1 hari (36.57 biji) dapat dilihat pada

Tabel 11. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per baris.

Panjang tongkol (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik argam panjang tongkol dapat dilihat pada

Lampiran 31-32. Data panjang tongkol pada inokulasi mikofer dan perbedaan

waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Panjang Tongkol

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
........................................................ cm ..........................................................
0 19,37 20,13 20,59 20,03
3 20,58 20,12 20,11 20,27
Rataan 19,98 20,13 20,35 20,15
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap panjang tongkol, dimana panjang tongkol tertinggi pada

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
perlakuan 3 g mikofer (20.27 cm) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (20.03

cm).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang

tongkol, dimana panjang tongkol tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari

(20.35 cm) dan terendah pada waktu tanam 1 hari (19.98 cm) dapat dilihat pada

Tabel 12. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan

perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol.

Bobot 100 Biji (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji dapat dilihat pada

Lampiran 33-34. Data bobot 100 biji pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu

tanam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Bobot 100 Biji

Mikofer (g) Waktu Tanam (hari ke) Rataan


1 11 21
......................................................... g ............................................................
0 293,99 299,74 326,08 306,60b
3 405,01 375,85 395,90 392,25a
Rataan 349,50 337,80 360,99 349,43
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh

tidak nyata terhadap bobot 100 biji, dimana bobot 100 biji tertinggi pada

perlakuan 3 g mikofer (20.27 cm) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (20.03

cm).

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji,

dimana bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (20.35 cm)

dan terendah pada waktu tanam 1 hari (19.98 cm) dapat dilihat pada Tabel 13.

Selanjunya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan

waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.

Rangkuman uji beda rataan parameter dapat dilihat pada Lampiran 35.

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap


pertumbuhan dan Produksi Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan pemberian

mikoriza berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering

tajuk dan bobot kering akar dan bobot 100 biji tetapi berpengaruh tidak nyata

terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah biji per tongkol, bobot kering

jagung pipil kering per tanaman, bobot basah akar, panjang tongkol, dan jumlah

biji per baris. Luas daun tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer sebesar 841.14 cm2

dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 775.86 cm2 (Tabel 1). Hal ini

disebabkan penyinaran sinar matahari yang cukup tinggi sehingga proses

fotosintesis dan respirasi daun bekerja dengan baik (Lampiran 36). Hal ini

sesuai dengan literatur Fitter dan Hay (1995) yang menyatakan bahwa alasan

untuk fenomena tersebut di atas meliputi luas daun yang sangat besar yang dicapai
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
oleh tanaman pada akhir perkembangan vegetatif, adanya diversi hasil fotosintesis

dari akar-akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan.

Bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer sebesar 392.25 g

dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 306.60 g (Tabel 7). Hal ini

disebabkan karena efek yang menguntungkan dari mikoriza ini sangat besar ketika

tanaman tumbuh pada tanah yang kurang subur. Hifa dari mikoriza beraktifitas

dengan menyebar dalam sistem akar tanaman. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor

iklim yang sesuai misalnya kelembaban saat itu termasuk rendah dan intensitas

matahi yang tinggi(Lampiran 36). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tisdale, et al

(1993) yang menyatakan bahwa kemampuan intersepsi akar dalam pengambilan

nutrisi dapat dipertinggi oleh mikoriza, yang merupakan sebuah simbiosis antara

jamur dan akar tanaman.

Bobot kering tajuk pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 93.96 g,

sedangkan pada perlakuan 3 g mikofer bobot keringnya meningkat menjadi

113.78 g. Hal ini disebabkan karena mikoriza berperan dalam membantu

pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa simbiosis jamur mikoriza

arbuskula dapat meningkatkan serapan unsur hara P. Pemberian mikoriza sangat

berbeda pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman yang tanpa mikoriza. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti, dkk (2002) yang menyatakan bahwa

untuk mendapatkan keuntungan simbiosis yang tinggi perlu diketahui kondisi

optimum simbiosis. Dibandingkan dengan spora sebagai inokulum, propagul

campuran berupa spora, akar terinfeksi dan hifa eksternal dapat menginfeksi

dalam waktu yang lebih cepat.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Bobot kering akar pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 36.02 g sedangkan

pada perlakuan 3 g mikofer meningkat sebesar 47.78 g (Tabel 10). Hal ini

disebabkan karena kemampuan mikoriza untuk memperbaiki pertumbuhan

tanaman dengan mempertinggi pengambilan unsur hara P. Pada kenyataannya

tanaman bermikoriza mempunyai sistem perakaran yang pendek pada

ektomikoriza sehingga pengaruh mikroba rizosfer dalam menurunkan panjang

akar disebabkan infeksi endomikoriza, karena hal tersebut memiliki pengaruh

nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter and Hay (1991) yang menyatakan

bahwa dalam tanah yang defisiensi P, tanaman bermikoriza biasanya tumbuh lebih

baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza tetapi akan terjadi

sebaliknya pada tanah yang disuplai fosfat dengan baik akan memperlihatkan

tingkat infeksi yang sangat rendah.

Pengaruh perbedaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi


Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan perbedaan

waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur panen, dan bobot

kering tajuk tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, jumlah biji per

tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah

tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah biji per baris, panjang tongkol,

bobot 100 biji. Dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21

hari 73.27 hari dan terendah pada perlakuan 1 hari 72.43 hari (Tabel 2). Hal ini

disebabkan pada saat tanaman mulai mengeluarkan bunga, suhu yang sangat

tinggi dan ketersediaan air cukup untuk membantu penyerbukan tanaman

sehingga dapat mempercepat munculnya bunga (Lampiran 36). Hal ini sesuai
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
dengan pernyataan Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kendala

yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan kering

adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu diperlukan kultivar jagung yang

berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap cekaman

air.

Umur panen tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari 99.37 hari

dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari 92.5 hari (Tabel 3). Hal ini

disebabkan oleh waktu penanaman yang tepat dan sesuai dengan kriteria

pertumbuhannya (Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan penyataan Warisno (1998)

yang menyatakan bahwa waktu tanam yang tepat merupakan salah satu usaha

untuk memperkecil kegagalan panen.

Bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 1 hari 118.73 g

dan terendah pada waktu tanam 21 hari 94.34 g (Tabel 8). Hal ini disebabkan

karena pada saat penanaman waktu tanam 21 hari, areal pertanaman tersebut

tergenang akibat curah hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan perakarannya jadi

terhambat (Lampiran 36). Hal ini sesuai dengan pernyataan Warisno (1998) yang

menyatakan bahwa tanaman jagung dapat ditanam di lahan sawah sebelum

penanaman padi atau sesudah panen padi.

Interaksi Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan perbedaan


Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa interaksi antara

pemberian mikoriza dan perbedaan waktu tanam hanya berpengaruh nyata

terhadap parameter bobot kering akar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
parameter lainnya, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan M1W1

sebesar 59.89 g dan terendah pada perlakuan M0W1 sebesar 19.99 g (Tabel 10).

Hal ini menunjukkan bahwa mikoriza bekerja aktif dan air pada kelembaban yang

rendah sehingga dapat memperluas fungsi akar di dalam tanah sehingga bobot

kering akar meningkat. Hal ini juga disebabkan oleh faktor iklim seperti curah

hujan (Lampiran 36) dan waktu tanam yang tepat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Foth (1991) yang menyatakan bahwa tanaman inang memanfaatkan

jamur sebagai makanan. Dimana permukaan akar semakin efektif dengan

betambah efektifnya absorbsi nutrient (partikel fosfor) dan air sehingga fungsi

akar menjadi luas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) berpengaruh nyata terhadap luas

daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar. Perbedaan

waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur panen dan

bobot kering tajuk. Interaksi antara pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula

(FMA) dan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua

parameter pengamatan, kecuali bobot kering akar.

2. Pemberian FMA dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

jagung pada waktu tanam yang tepat.

3. Pemberian FMA dan perbedaan waktu tanam yang tepat dapat memberikan

perbedaan yang lebih akurat.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Saran

Sebaiknya Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) diinokulasikan pada

waktu tanam yang sesuai untuk pertumbuhan jagung (musim kemarau) sehingga

produksi jagung lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aak., 1993. Teknik bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Fitter, A. H dan R. K. M. Hay., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.


Terjemahan S. Andani dan E. D. Purbayanti. Gajah Mada university Press,
Yogyakarta.

Foth, H. D., 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ketujuh. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Ginting, S., 1995. Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hendroko, R. dan R. Prihmantoro., 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar.


Agromedia pustaka, Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1998. teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah


tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Killham, K., 1994. Soil Ecology. Cambridge Univercity Press.

Mapegau., 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura
41:43. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Marschner, H., 1992. Mineral Nutrition of Higher Plants second edition.
Academik Press, Cambridge.

Purwono dan R. Hartono., 2006. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Puslitbangtanak., 2002. Peta : Potensi Lahan Pengembangan Jagung di Indonesia.


Bahan Pameran Pada festival Jagung Pangan Pokok Alternatif di Bogor
26-27 April 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor.

Rao, S. N. S., 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.


Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi dan


Gizi. ITB Press, Bandung.

., 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan Gizi. Terjemahan


Catur Herison. ITB-Press, Bandung.

Rukmana, H. R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.


Russel, E. W., 1991. Soil Condition and Plant Growth.Ninth edition. Longmans,
London.

Sastrahidayat, I. R., 1995. Studi Rekayasa Teknologi Pupuk Hayati Mikoriza.


Dalam : Buku III Makalah Sidang-Sidang Bidang Ilmu dan Tegnologi.
Prosiding kongres Ilmu Pengetahuan Nasional IV, Jakarta 1-15 Sept 1995.
LIPI Berkerja Sama dengan Dirjen Dikti, Depdikbud dan Forum
Organisasi Profesi Ilmiah. Hal. 101-128.

Subiksa, I. G. M.,2003. Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan


Kritis. http://www.igmsubiksa@yahoo.com

Suprapto, H. S., 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tisdale, S. L., W. L. Nelson., J. D. Beaton., J. L. Havlin., 1993. Soil Fertility and


Fertilizers. Fifth edition. Macmillan Publishing Company, New York.

Tobing, M. P. L., O. Ginting., S. Ginting dan R. K. Damanik., 1995. Agronomi


Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian. Univesitas Sumatera Utara,
Medan.

Warisno., 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Widiastuti, H., E. Guhardja., N. Soekarno., L. K. Darusman, D. H. Goenardi., S.


Smith., 2002. Optimasi Simbiosis Cendawan Mikoriza Arbuskular
Acaulospora Tuberculata dan Gigaspora Margarita pada Bibit Kelapa
Sawit di Tanah Masam. Menara Perkebunan, Bogor.
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
http://www.ipard.com/publikasi/e-jurnal/biotek/MP70-02-02.pdf
(29 Maret 2007).

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Tanaman Jagung di Areal Pertanaman BMG Sampali

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Jagung

Nama Varietas : P12


SK : 775/Kpts/TP.240/6/99
Tahun : 1999
Tetua : F1 dari silang tunggal antara M30A97 dengan F30A97.
M30A97 dan F30A97 adalah galur murni topis yang
dikembangkan oleh Pioneer Hi Bred Philipines, Inc dan
Pioneer Hi Bred (Thailand, Co, Ltd) secara berurutan
Rataan Hasil : 10-12 ton/ha
Potensi Hasil : 8-10,5 ton/ha pipilan kering
Golongan : Hibrida silang tunggal
Umur : Berumur dalam
None : 50% polinasi : 56-59 hari
None : 50% keluar rambut 57-60 hari
Masak fisiologis 92 hari (<600 m dpl) 120 hari (>600 m
dpl)
Batang : Besar dan kokoh
Warna Batang : hijau
Tinggi Tanaman : 211 cm
Daun : Tegak dan lebar
Warna Daun : Hijau tua
Keragaman Tanaman : Sangat seragam
Perakaran : Baik dan kuat
Kerebahan : Tahan rebah
Bentuk Malai : Tidak terbuka, ujung terkulai
Warna Sekam : Hijau
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Warna Anthera : Kuning
Warna Rambut : Putih dengan merah muda diujungnya
Tongkol : Panjang dan silindris
Kedudukan Tongkol : Agak tinggi dipertengahan, tinggi tanaman (91 cm)
Klobot : Menutup biji dengan baik
Warna Biji : Orange
Bentuk Biji : Mutiara
Baris Biji : Lurus dan rapat
Jumlah Baris/tongkol : 14-16 baris
Bobot 1000 Butir : 29 gram
Kandungan Nutrisi : 5,6% minyak, 10,6% protein dan 71,2 tepung
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap karat daun dan busuk tongkol
Diplodia dan busuk batang bakteri, agak tahan terhadap
bulai, hawar daun H. Turcicum dan busuk batang
Phythium
Daerah adaptasi : Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi
Pengusul : PT. Pioneer Hibrida Indonesia

(Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006)

Lampiran 3. Bagan Penelitian

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Timur
III III
M1W3 M0W3
I

I I
M1W3 M0W3 II

II II III
M1W3 M0W3 Barat
I II III

II I III
M0W1 M0W1 M0W1

II I III
M1W1 M1W1 M1W1

Lapangan Hijau
II I III
M0W2 M0W2 M0W2

II I III
M1W2 M1W2 M1W2

Keterangan Gambar :

Jarak antar petak : 50 cm

Bagan Tanaman per Petak

B C
D

Keterangan : A dan D adalah jarak antar tanaman dalam antar barisan/petak =


70 cm

B dan C adalah jarak antar tanaman dalam barisan/petak = 25 cm.


Lampiran 4. Biji Jagung Pipil Kering

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2. Biji Jagung Pipil Kering

Lampiran 5. Bobor Basah Akar


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 3. Akar Tanaman Jagung

Lampiran 6. Prosedur Pengukuran Derajat Infeksi Akar


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Pengukuran Derajat Infeksi dengan Metode Gardemann dan Nicholson

(1963), adalah :

1. Pengumpulan contoh akar.

Diambil akar disekitar tanaman dengan menggali dan membongkar akar.

Potong akar-akar sekunder atau tertier dan masukkan dalam botol yang berisi

FAA. FAA adalah campuran bahan kimia yang terdiri dari formalin 90 ml,

asam asetat 5 ml dan alkohol 50 %.

2. Pembersihan dan pewarnaan akar.

Masukkan akar ke dalam botol vital.

Tambahkan KOH 10 % dan dipanaskan sampai 95 oC selama 30 60

menit (jangan sampai mendidih), lalu larutan KOH dibuang.

Bila akar masih gelap, ditambahkan larutan alkalin H2O2 dan dibilas

dengan air.

Direndam dalam larutan HCl 5 % selama beberapa menit, lalu larutan

HCl 5 % dibuang.

Ditambahkan larutan Lactophenol tryphan blue dan dipanaskan pada suhu

85 oC selama 20 30 menit dan larutan tersebut dibuang.

Akar dicuci dengan air.

Diletakkan akar pada cawan petri dan dibilas dengan glycerol lactic atau

lactophenol.

Akar siap diamati di bawah mikroskop.

Lampiran 7. Panjang Tongkol


Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 4. Panjang Tongkol

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 8. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Nama Kegiatan Minggu Ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1. Persiapan Lahan x
2. Pemupukan Dasar x
3. Aplikasi MVA x
4. Penanaman x x x
5. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
b. Penjarangan x x x
c. Penyiangan Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
d. Pengendalian Hama dan Penyakit Dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan
6. Pengamatan Parameter
a. Luas Daun (cm2) Pada saat tanaman sudah berbunga
b. Umur Berbunga (hari) Saat 75% tanaman sudah mengeluarkan bunga
c. Umur Panen (hari) Setelah tanaman memenuhi kriteria untuk panen
d. Jumlah Biji per Tongkol (biji) x x x
e. Volume Akar (cm3) x x x
f. Bobot Kering Jagung Pipil kering per
x x x
Tanaman (g)
g. Bobot Basah Tajuk (g) x x x
h. Bobot Kering Tajuk (g) x x x
i. Bobot Basah Akar (g) x x x
j. Bobot Kering Akar (g) x x x
k. Jumlah Biji per Baris (biji) x x x
l. Panjang tongkol (cm) x x x
m. Bobot 100 Biji (g) x x x
n. Derajat Infeksi (%) x x x

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 9. Data Luas Daun

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
...cm2..
M0W1 720,54 720,58 785,86 2226,98 742,33
M1W1 921,16 796,16 937,86 2655,18 885,06
M0W2 821,64 781,00 863,06 2465,70 821,90
M1W2 804,46 877,62 870,92 2553,00 851,00
M0W3 747,06 731,00 811,96 2290,02 763,34
M1W3 703,94 829,98 828,14 2362,06 787,35

Total 4718,80 4736,34 5097,80 14552,94


Rataan 786,47 789,39 849,63 808,50

Lampiran 10. Sidik Ragam Luas Daun

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 15255,67 7627,83 3,75 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 19177,96 19177,96 9,43 * 4,96 10,04
Waktu (W) 2 11443,90 5721,95 2,81 tn 4,10 7,56
Wlin 1 4411,40 4411,40 2,17 tn 4,96 10,04
Wkua 1 7032,50 7032,50 3,46 tn 4,96 10,04
MxW 2 13516,42 6758,21 3,32 tn 4,10 7,56
Galat 10 20332,93 2033,29
Total 17 79726,88
KK = 5,58
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 11. Data Umur Berbunga

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
...Hari
M0W1 72,60 72,40 72,20 217,20 72,40
M1W1 72,60 72,40 72,40 217,40 72,47
M0W2 72,60 73,20 72,60 218,40 72,80
M1W2 72,40 72,60 73,20 218,20 72,73
M0W3 73,20 73,20 73,40 219,80 73,27
M1W3 73,20 73,40 73,20 219,80 73,27

Total 436,60 437,20 437,00 1310,80


Rataan 72,77 72,87 72,83 72,82

Lampiran 12. Sidik Ragam Umur Berbunga

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,03 0,02 0,22 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 0,00 0,00 0,00 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 2,11 1,06 14,75 ** 4,10 7,56
Wlin 1 2,08 2,08 29,11 ** 4,96 10,04
Wkua 1 0,03 0,03 0,39 tn 4,96 10,04
MxW 2 0,01 0,01 0,09 tn 4,10 7,56
Galat 10 0,72 0,07
Total 17 2,87
KK = 0,37
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 13. Data Umur Panen

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
..Hari...
M0W1 92,80 92,40 92,20 277,40 92,47
M1W1 92,80 92,40 92,40 277,60 92,53
M0W2 99,40 99,20 99,60 298,20 99,40
M1W2 99,60 99,20 99,20 298,00 99,33
M0W3 95,00 95,60 95,40 286,00 95,33
M1W3 95,60 95,20 95,60 286,40 95,47

Total 575,20 574,00 574,40 1723,60


Rataan 95,87 95,67 95,73 95,76

Lampiran 14. Sidik Ragam Umur Panen

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,12 0,06 0,96 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 0,01 0,01 0,14 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 142,59 71,30 1098,73 ** 4,10 7,56
Wlin 1 25,23 25,23 388,82 ** 4,96 10,04
Wkua 1 117,36 117,36 1808,65 ** 4,96 10,04
MxW 2 0,03 0,02 0,24 tn 4,10 7,56
Galat 10 0,65 0,06
Total 17 143,40
KK = 0,27
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 15. Data Jumlah Biji per Tongkol

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
..Biji..
M0W1 525,40 550,80 480,40 1556,60 518,87
M1W1 549,20 525,40 490,00 1564,60 521,53
M0W2 522,00 497,20 543,80 1563,00 521,00
M1W2 497,40 520,20 530,80 1548,40 516,13
M0W3 595,40 554,20 621,20 1770,80 590,27
M1W3 523,00 475,40 531,60 1530,00 510,00

Total 3212,40 3123,20 3197,80 9533,40


Rataan 535,40 520,53 532,97 529,63

Lampiran 16. Sidik Ragam Biji per Tongkol

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 763,05 381,53 0,41 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 3400,38 3400,38 3,64 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 3790,25 1895,13 2,03 tn 4,10 7,56
Wlin 1 2688,01 2688,01 2,88 tn 4,96 10,04
Wkua 1 1102,24 1102,24 1,18 tn 4,96 10,04
MxW 2 6309,92 3154,96 3,38 tn 4,10 7,56
Galat 10 9340,41 934,04
Total 17 23604,02
KK = 5,57
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 17. Data Volume Akar

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
...........cm3
M0W1 70,00 129,00 51,40 250,40 83,47
M1W1 119,20 143,20 160,00 422,40 140,80
M0W2 126,00 81,20 121,20 328,40 109,47
M1W2 109,20 149,60 248,00 506,80 168,93
M0W3 146,40 122,00 141,80 410,20 136,73
M1W3 116,20 93,00 140,20 349,40 116,47

Total 687,00 718,00 862,60 2267,60


Rataan 114,50 119,67 143,77 125,98

Lampiran 18. Sidik Ragam Volume Akar

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 2928,08 1464,04 1,04 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 4659,34 4659,34 3,32 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 2201,30 1100,65 0,78 tn 4,10 7,56
Wlin 1 627,85 627,85 0,45 tn 4,96 10,04
Wkua 1 1573,44 1573,44 1,12 tn 4,96 10,04
MxW 2 6191,86 3095,93 2,20 tn 4,10 7,56
Galat 10 14049,41 1404,94
Total 17 30029,99
KK = 29,75
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 19. Data Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
g
M0W1 131,74 152,46 135,66 419,86 139,95
M1W1 162,08 158,00 130,98 451,06 150,35
M0W2 153,22 143,78 153,18 450,18 150,06
M1W2 156,36 143,76 161,60 461,72 153,91
M0W3 167,30 141,90 164,86 474,06 158,02
M1W3 146,30 119,78 157,96 424,04 141,35

Total 917,00 859,68 904,24 2680,92


Rataan 152,83 143,28 150,71 148,94

Lampiran 20. Sidik Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 301,89 150,94 0,80 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 2,94 2,94 0,02 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 144,92 72,46 0,38 tn 4,10 7,56
Wlin 1 61,56 61,56 0,32 tn 4,96 10,04
Wkua 1 83,36 83,36 0,44 tn 4,96 10,04
MxW 2 598,49 299,25 1,58 tn 4,10 7,56
Galat 10 1897,47 189,75
Total 17 2945,71
KK = 9,25
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 21. Data Bobot Basah Tajuk

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
g
M0W1 300,84 298,60 282,52 881,96 293,99
M1W1 429,20 464,98 320,84 1215,02 405,01
M0W2 339,48 246,54 313,20 899,22 299,74
M1W2 324,36 415,04 388,16 1127,56 375,85
M0W3 337,00 319,82 321,42 978,24 326,08
M1W3 420,22 428,58 338,90 1187,70 395,90

Total 2151,10 2173,56 1965,04 6289,70


Rataan 358,52 362,26 327,51 349,43

Lampiran 22. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 4366,85 2183,43 1,03 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 33012,51 33012,51 15,63 ** 4,96 10,04
Waktu (W) 2 1613,83 806,92 0,38 tn 4,10 7,56
Wlin 1 396,29 396,29 0,19 tn 4,96 10,04
Wkua 1 1217,54 1217,54 0,58 tn 4,96 10,04
MxW 2 1477,76 738,88 0,35 tn 4,10 7,56
Galat 10 21116,91 2111,69
Total 17 61587,87
KK = 13,15
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 23. Data Bobot Kering Tajuk

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
..g
M0W1 115,46 100,12 106,14 321,72 107,24
M1W1 136,36 129,26 125,02 390,64 130,21
M0W2 95,86 81,04 86,88 263,78 87,93
M1W2 104,56 106,82 116,06 327,44 109,15
M0W3 85,56 81,26 93,32 260,14 86,71
M1W3 90,76 102,64 112,50 305,90 101,97

Total 628,56 601,14 639,92 1869,62


Rataan 104,76 100,19 106,65 103,87

Lampiran 24. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 132,49 66,24 1,20 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 1766,95 1766,95 32,12 ** 4,96 10,04
Waktu (W) 2 2039,92 1019,96 18,54 ** 4,10 7,56
Wlin 1 1784,13 1784,13 32,44 ** 4,96 10,04
Wkua 1 255,79 255,79 4,65 tn 4,96 10,04
MxW 2 49,14 24,57 0,45 tn 4,10 7,56
Galat 10 550,06 55,01
Total 17 4538,55
KK = 7,14
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 25. Data Bobot Basah Akar

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
g.
M0W1 128,02 158,40 95,64 382,06 127,35
M1W1 158,38 195,82 183,72 537,92 179,31
M0W2 169,84 105,64 171,30 446,78 148,93
M1W2 142,38 192,04 231,14 565,56 188,52
M0W3 163,78 113,68 169,24 446,70 148,90
M1W3 132,32 102,62 141,70 376,64 125,55

Total 894,72 868,20 992,74 2755,66


Rataan 149,12 144,70 165,46 153,09

Lampiran 26. Sidik Ragam Bobot Basah Akar

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 1434,61 717,30 0,67 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 2325,28 2325,28 2,16 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 2977,42 1488,71 1,39 tn 4,10 7,56
Wlin 1 778,35 778,35 0,72 tn 4,96 10,04
Wkua 1 2199,06 2199,06 2,05 tn 4,96 10,04
MxW 2 4892,84 2446,42 2,28 tn 4,10 7,56
Galat 10 10743,35 1074,34
Total 17 22373,50
KK = 21,41
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 27. Data Bobot Kering Akar

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
.g....
M0W1 16,40 24,62 18,96 59,98 19,99
M1W1 52,58 77,68 49,42 179,68 59,89
M0W2 43,52 39,16 53,94 136,62 45,54
M1W2 45,32 62,18 52,88 160,38 53,46
M0W3 36,34 40,84 50,40 127,58 42,53
M1W3 28,14 27,48 34,30 89,92 29,97

Total 222,30 271,96 259,90 754,16


Rataan 37,05 45,33 43,32 41,90

Lampiran 28. Sidik Ragam Bobot Kering Akar

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 223,63 111,81 1,64 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 621,87 621,87 9,14 * 4,96 10,04
Waktu (W) 2 561,07 280,53 4,12 tn 4,10 7,56
Wlin 1 40,92 40,92 0,60 tn 4,96 10,04
Wkua 1 520,14 520,14 7,64 * 4,96 10,04
MxW 2 2096,61 1048,31 15,40 ** 4,10 7,56
Galat 10 680,68 68,07
Total 17 4183,86
KK = 19,69
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 29. Data Jumlah Biji per Baris

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
..Biji..
M0W1 36,60 38,00 31,40 106,00 35,33
M1W1 38,20 38,80 36,40 113,40 37,80
M0W2 37,40 33,60 38,60 109,60 36,53
M1W2 36,80 38,40 38,80 114,00 38,00
M0W3 39,40 36,00 40,80 116,20 38,73
M1W3 36,40 37,00 38,00 111,40 37,13

Total 224,80 221,80 224,00 670,60


Rataan 37,47 36,97 37,33 37,26

Lampiran 30. Sidik Ragam Jumlah Biji per Baris

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,80 0,40 0,07 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 2,72 2,72 0,49 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 5,60 2,80 0,50 tn 4,10 7,56
Wlin 1 5,60 5,60 1,00 tn 4,96 10,04
Wkua 1 0,00 0,00 0,00 tn 4,96 10,04
MxW 2 13,47 6,74 1,21 tn 4,10 7,56
Galat 10 55,86 5,59
Total 17 78,46
KK = 6,34
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 31. Data Panjang Tongkol

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
...cm...
M0W1 20,06 21,70 16,36 58,12 19,37
M1W1 21,44 20,82 19,48 61,74 20,58
M0W2 19,46 20,24 20,70 60,40 20,13
M1W2 19,38 20,58 20,40 60,36 20,12
M0W3 21,12 19,72 20,94 61,78 20,59
M1W3 19,64 19,32 21,36 60,32 20,11

Total 121,10 122,38 119,24 362,72


Rataan 20,18 20,40 19,87 20,15

Lampiran 32. Sidik Ragam Panjang Tongkol

Db JK KT Fh F0,05 F0,01
2 0,83 0,42 0,19 tn 4,10 7,56
1 0,25 0,25 0,12 tn 4,96 10,04
2 0,42 0,21 0,10 tn 4,10 7,56
1 0,42 0,42 0,20 tn 4,96 10,04
1 0,01 0,01 0,00 tn 4,96 10,04
2 2,29 1,14 0,54 tn 4,10 7,56
10 21,33 2,13
17 25,13
KK = 7,25
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 33. Data Bobot 100 Biji

Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
....g
M0W1 25,50 29,32 28,58 83,40 27,80
M1W1 30,66 31,10 26,54 88,30 29,43
M0W2 29,14 28,68 28,96 86,78 28,93
M1W2 29,58 28,76 30,34 88,68 29,56
M0W3 28,52 26,48 28,68 83,68 27,89
M1W3 28,18 23,88 26,76 78,82 26,27

Total 171,58 168,22 169,86 509,66


Rataan 28,60 28,04 28,31 28,31

Lampiran 34. Sidik Ragam Bobot 100 Biji

SK Db JK KT Fh F0,05 F0,01
Ulangan 2 0,94 0,47 0,14 tn 4,10 7,56
Mikoriza
(M) 1 0,21 0,21 0,06 tn 4,96 10,04
Waktu (W) 2 14,82 7,41 2,19 tn 4,10 7,56
Wlin 1 7,05 7,05 2,08 tn 4,96 10,04
Wkua 1 7,77 7,77 2,29 tn 4,96 10,04
MxW 2 8,33 4,17 1,23 tn 4,10 7,56
Galat 10 33,89 3,39
Total 17 58,19
KK = 6,50
tn = Tidak Nyata
* = Nyata

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 35. Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter

Parameter yang Diamati


Perl
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
M0 775,86b 72,82 95,73 543,38 109,89 149,34 306,60b 93,96b 141,73 36,02b 36,87 20,03 306,60
M1 841,14a 72,82 95,78 515,89 142,07 148,54 392,25a 113,78a 164,46 47,78a 37,64 20,27 392,25

W1 813,69 72,43b 92,50c 520,20 112,13 145,15 349,50 118,73a 153,33 39,94 36,57 19,98 349,50
W2 836,45 72,77b 99,37a 518,57 139,20 151,98 337,80 98,54b 168,72 49,50 37,27 20,13 337,80
W3 775,35 73,27a 95,40b 550,13 126,60 149,68 360,99 94,34b 137,22 36,25 37,93 20,35 360,99

M0W1 742,33 72,40 92,47 518,87 83,47 139,95 293,99 107,24 127,35 19,99d 35,33 19,37 293,99
M1W1 885,06 72,47 92,53 521,53 140,80 150,35 405,01 130,21 179,31 59,89a 37,80 20,58 405,01
M0W2 821,90 72,80 99,40 521,00 109,47 150,06 299,74 87,93 148,93 45,54abc 36,53 20,13 299,74
M1W2 851,00 72,73 99,33 516,13 168,93 153,91 375,85 109,15 188,52 53,46ab 38,00 20,12 375,85
M0W3 763,34 73,27 95,33 590,27 136,73 158,02 326,08 86,71 148,90 42,53bc 38,73 20,59 326,08
M1W3 787,35 73,27 95,47 510,00 116,47 141,35 395,90 101,97 125,55 29,97cd 37,13 20,11 395,90
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berpengaruh tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%

Keterangan :
1. Luas Daun (cm2) 11. Jumlah Biji/Baris (biji)
2. Umur Berbunga (hari) 12. Panjang Tongkol (cm)
3. Umur Panen (hari) 13. Bobot 100 Biji (g)
4. Jumlah Biji/Tongkol (biji)
5. Volume Akar (cm3)
6. Bobot kering Jagung Pipil kering/Tanaman (g)
7. Bobot Basah Tajuk (g)
8. Bobot Kering Tajuk (g)
9. Bobot Basah Akar (g)
10. Bobot Kering Akar (g)

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
Lampiran 36. Data Iklim

MEI

120

INTENSITAS CAHAYA 100


MATAHARI
80

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

JUNI

120
INTENSITAS CAHAYA

100
MATAHARI

80

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

JULI

120
INTENSITAS CAHAYA

100
MATAHARI

80

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009
MEI

120

100

KELMBABAN
80

60
40

20
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

JUNI

100

80
KELEMBABAN

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
TANGGAL

JULI

100
90
80
KELEMBABAN

70
60
50
40
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TANGGAL

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai