Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI KIMIA SEPARASI

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Oleh :

Sandra Ayu (652014008)

Putri Prajna P (652014015)

Ani Priyanti (652014025)

Program Studi Kimia


Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017
Laporan Resmi Kimia Separasi

I. Judul Acara
Kromatografi Lapis Tipis

II. Nama / NIM


Sandra Ayu A / 652014008
Putri Prajna P / 652014015
Ani Priyanti / 652014025

III. Tujuan
Menentukan nilai Rf dari asam amino arganin, glisin, histidin, dan sampel x
Mengidentifikasi asam amino dari larutan sampel melalui metode kromatografi
lapis tipis

IV. Bahan dan Metode


1. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
- Beaker glass - N-butanol
- Plastik - Asam asetat
- Pipet ukur 1 ml dan 10 ml - Akuades
- Pilius - Ninhidrin
- Pipa kapiler - Sampel x
- Oven - Glisin
- Cawan petri - Arginin
- Kertas kromatografi (plat - Histidin
selulosa)

2. Data Fisik

Nama BP (oC) MP D MW Sifat


(oC) (g/cm3) (g/mol)
n-butanol 117,1 -89,8 0,81 74,1 Tidak berwarna, berbau
menyengat
Asam asetat 118,1 17 1,049 60,05 Tidak berwarna, berbau
menyengat
Ninhidrin - 241,11 6,2 178,14 Tidak berasa, berwarna
putih, larut dalam air
dingin
Arginin 368 260 - 174,2 Kristal putih, sedikit larut
dalam etanol, tidak larut
dalam etil eter
Glisin - 290 1,607 75,07
Histidin - 287 - 155,16
Akuades 100 0 0,988 18,06 Tidak berwarna, tidak
berbau, sebagai pelarut

3. Metode
- Disiapkan larutan eluen dengan mencampurkan n-butanol, asam asetat, dan
akuades dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v dan dimasukkan ke dalam
chamber, kemudian ditutup dengan plastik bening
- Chamber dibiarkan sampai jenuh dengan eluen, disiapkan kertas kromatografi,
dan diberi garis dengan menggunakan pensil dengan jarak 1 cm dari atas dan
bawah garis. Garis bagian bawah dibuat titik sebanyak 4
- Dimasukkan kertas kromatografi ke dalam oven 5 menit
- Kertas kromatografi diberi totolan larutan asam amino (arginin, glisin, histidin,
dan sampel X) menggunakan pipa kapiler yang dicelupkan ke dalam larutan
asam amino kemudian ditandai pada bagian yang telah diberi tanda
- Setelah semua titik selesai ditotol asam amino, dimasukkan kertas
kromatografi ke dalam chamber yang sudah jenuh dengan eluen (totolan
contoh tidak boleh tercelup dalam eluen)
- Dihentikan elusi setelah eluen menempuh jarak yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan pensil
- Dikeluarkan plat dan dikeringan pada suhu kamar
- Kertas disemprot dengan larutan ninhidrin (dengan hati-hati)
- Kertas dikeringkan dengan dimasukkan ke dalam oven
- Diberi lingkaran pensil pada noda yang timbul
- Diukur jaraknya dengan menggunakan penggaris
- Dihitung nilai Rf yang didapat

V. Hasil dan Pembahasan


Hasil
1. Arginin
Warna spot : ungu tua
0,6
Rf = =0,24
2,5

2. Glisin
Warna spot : ungu+
0,5
Rf = =0,2
2,5

3. Histidin
Warna spot : ungu++
0,4
Rf = =0,16
2,5

4. Sampel X
Warna spot : ungu+++
0,5
Rf = =0,2
2,5

Pembahasan
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan dengan
adanya partisi zat pada fasa diam dan fasa gerak. Kromatografi dapat bersifat
preparatif ataupun analitik. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu jenis dari
kromatografi dan bersifat analitik. Menurut ilmu kimia (2013), KLT merupakan
metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan
bahan adsorben inert. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal karena banyak
keuntungan yang didapatkan.
Kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan dengan menggunakan sebuah plat tipis
yang dilapisi dengan adsroben seperti silika gel, alumina, ataupun selulosa. Adsorben
pada plat ini berperan sebagai fasa diam. Sedangkan fasa gerak pada KLT adalah
larutan yang digunakan atau biasa disebut dengan eluen. Pemilihan eluen ini
didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran dari beberapa
larutan yang berbeda polaritasnya sehingga didapatkan perbandingan tertentu.
Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap nilai Rf yang didapatkan.
Nilai Rf (faktor retensi) sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen
tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan
senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam
bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga
menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika
Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan
sebaliknya (Gandjar, 2007).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
permukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada
dalam larutan untuk berpisah ke dalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak
senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada kepolaran (Soebagil, 2002
dalam Pratiwi, 2015).
Pada percobaan ini KLT digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan nilai
Rf dari sampel yang digunakan yaitu asam amino. Asam amino adalah senyawa
organik yang mengandung gugus amino (NH2), sebuah gugus asam karboksilat
(COOH), dan salah satu gugus lainnya, terutama dari kelompok 20 senyawa yang
memiliki rumus dasar NH2CHRCOOH, dan dihubungkan bersama oleh ikatan peptida
untuk membentuk protein. Asam amino terdiri dari berbagai macam jenis. Pada
percobaan ini yang digunakan adalah arginin, glisin, histidin, dan sampel X. Plat yang
digunakan adalah plat selulosa. Sedangkan eluen yang digunakan adalah campuran
dari n-butanol, asam asetat, dan akuades dengan perbandingan 2,5 : 0,6 : 2,6 v/v.
Pemilihan eluen ini karena ketiga bahan tersebut memiliki kepolaran dan memiliki
perbedaan titik dielektrik. Air lebih polar daripada n-butanol dan n-butanol lebih polar
jika dibandingkan dengan asam asetat.
Setelah proses elusi selesai dilakukan, plat/kertas kromatografi dikeluarkan lalu
dikeringkan dalam suhu kamar dan dilakukan penyemprotan dengan larutan ninhidrin
kemudian dimasukkan ke dalam oven. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione)
merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam
molekul asam amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida
dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH 3 dan CO2. Ninhidrin
yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul
ninhidrin + hidrindantin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut
dioksidasi. Penyemprotan dengan larutan ninhidrin ini dilakukan di dalam almari
asam dan harus dilakukan dengan hati-hati. Hasil penyemprotan dengan ninhidrin
akan menyebabkan timbulnya warna/noda pada kertas klomatografi yang nantinya
digunakan untuk menghitung nilai RF.
Dari hasil percobaan yang didapatkan, warna spot dan nilai Rf dari masing-
masing sampel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Arginin 9. Histidin
10.
2. Warna spot : ungu tua Warna spot : ungu++
0,6 0,4
Rf = =0,24 Rf = =0,16
3. 2,5 11. 2,5

4. 12.
5. Glisin 13. Sampel X
6.
Warna spot : ungu+ 14.
Warna spot : ungu+++
0,5 0,5
Rf = =0,2 Rf = =0,2
7. 2,5 15. 2,5

8.
16.Dari nilai Rf yang didapatkan, terlihat bahwa nilai Rf sampel X sama dengan
nilai Rf glisin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel X mengandung asam
amino glisin. Berdasarkan literatur, nilai Rf glisin sebesar 0,26 sedangkan pada
percobaan ini nilai Rf glisin sebesar 0,2. Perbedaan tersebut sangat kecil, hal ini
dikarenakan terjadi kontaminasi pada plat saat percobaan.
17.
VI. Jawaban Pertanyaan
1. Cari metode separasi untuk asam amino dengan penjelasannya!
18. Jawab :
Dengan KLT
19. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase
diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel
yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Arifin, 2011).
20.
21.
22.
Dengan kromatografi kertas
23. Prinsip kerja kromatografi kertasadalah pelatur bergerak lambat pada
kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran
dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna (Silistiani, 2013).
24.
Dengan elektroforesis
25. Prinsip kerja dari elektroforesis adalah adanya pergerakan komponen
bermuatan positif (+) pada kutub negatif (-) serta komponen bermuatan negatif
(-) pada kutub positif (+). Pegerakan yang terjadi disebut "elektrokinetik" .
Hasil yang didapatkan dari elektroforesis adalaha elektroforegram yang
memberikan informasi mengenai seberapa cepat perpindahan komponen (tm)
atau biasa disebut kecepatan migrasi. Besaran yang digunakan sama dengan
pada proses kromatografi (Cahyani, 2015).
26.
Dengan KCKT
27. Prinsip kerjanya yaitu pemisahan analit-analit berdasarkan
kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fase diam) dan larutan
tertentu sebagai fase geraknya. Yang paling membedakan KCKT dengan
kromatografi lainnya adalah pada KCKT digunakan tekanan tinggi untuk
mendorong fase gerak (Nurhidayat, 2011)
28.
2. Apa fungsi KLT untuk asam amino, jelaskan!
29. Jawab :
30. Fungsi KLT untuk asam amino yaitu untuk memisahkan komponen-komponen
asam amino. Pemisahan asam amino dengan metode ini didasari oleh kemampuan suatu
jenis asam amino yang terlarut dalam suatu campuran pelarut tertentu pada fasa stasioner
atau lazim disebut sebagai fasa diam, dimana bila suatu zat terlarut yang terdistribusi
dalam dua pelarut dengan volume yang sama dan tidak saling bercampur sehingga
perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut seimbang.
31.
32.
VII. Kesimpulan
Nilai Rf dari arginin, glisin, histidin, dan sampel X secara berturut-turut adalah
0.24, 0.2, 0.16, dan 0.2
Sampel X yang digunakan mengandung asam amino glisin, terlihat dari nilai Rf
yang sama
33.
VIII. Lampiran
34. Laporan Sementara
35.
36.
37.
38.
39.
IX. Daftar Pustaka

40.
41. Anonim. (n.d.). Asam Amino. Retrieved Maret 24, 2017, from Kamus Kesehatan:
http://kamuskesehatan.com/arti/asam-amino/

42. Arifin, F. (2012, Mei 28). Kromatografi Lapis Tipis. Retrieved Maret 25, 2017, from
Blogspot.com: http://nonasandha.blogspot.co.id/2012/05/kromatografi-lapis-tipis-
klt_28.html?m=1

43. Cahyani, A. L. (2015, Desember 26). Elektroforesis Asam Amino. Retrieved Maret 25, 2017,
from http://alintangcahyani.blogspot.co.id/2015/12/elektroforesis-asam-amino.html

44. Kromatografi. (n.d.). Retrieved Maret 24, 2017, from Ilmu Kimia:
https://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi.html

45. Kromatografi Lapis Tipis. (n.d.). Retrieved Maret 24, 2017, from Ilmu Kimia:
https://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html

46. Nurhidayat, I. (2010, Oktober 8). Cara Kerja HPLC. Retrieved Maret 25, 2017, from
blogspot.com: http://sectoranalyst.blogspot.co.id/2011/10/cara-kerja-hpls.html?m=1

47. Pratiwi, N. O. (2015, Mei 5). Kromatografi Lapis Tipis. Retrieved Maret 24, 2017, from
Catatan: http://uphypratiwi.blogspot.co.id/2015/05/kromatografi-lapis-tipis.html

48. Slistiani, E. (2013, April 23). Kromatografi. Retrieved Maret 25, 2017, from blogspot.com:
http://evasulistiani.blogspot.co.id/2013/04/kromatografi.html?m=1

49. Sulistyansari, R. S. (2015, Februarui 15). Biokimia Protein. Retrieved Maret 24, 2017, from
Dunia Farmasi: http://rdsusisulistyansari.blogspot.co.id/2015/02/biokimia-protein.html

50.
51.

52.

Anda mungkin juga menyukai