Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LOW BACK PAIN

A. Definisi
Low Back Pain (LBP) merupakan sensasi nyeri, rasa tertekan pada otot, atau
rasa kaku yang terletak di pinggag dengan batas atas berupa costa dan batas
bawah berupa lipatan glutea inferior dengan atau tanpa nyeri panggul dan
didefinisikan kronis apabila berlangsung lebih dari sama dengan dua belas
minggu1.
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk
suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri2.
LBP sebagian besar termasuk dalam nyeri musculoskeletal, yaitu nyeri yang
berasal dari sistem musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan
lunak pendukung yaitu otot, ligamen, tendo dan bursa. Keluhan yang berasal
dari jaringan lunak khususnya otot paling sering terjadi dibandingkan dari tulang
dan sendi3.$

B. Anatomi

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis,


ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam
disekitar pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.Columna
vertebralis (tulang punggung) terdiri atas : 1. Vertebrae cervicales (7 buah), 2.
Vertebrae thoracalis (12 buah), 3. Vertebrae lumbales (5 buah), 4. Vertebrae
sacrales(5 buah), 5. Vertebrae coccygeus (4-5 buah). Pada vertebrae juga
terdapat otot-otot yang terdiri atas : 1. Musculus trapezius, 2. Muskulus
latissimus dorsi, 3. Muskulus rhomboideus mayor, 4. Muskulus rhomboideus
minor, 5. Muskulus levator scapulae, 6. Muskulus serratus posterior superior, 7.
Muskulus serratus posterior inferior, 8. Muskulus sacrospinalis, 9. Muskulus
erector spinae, 10. Muskulus transversospinalis, 11. Muskulus interspinalis4.

1
Vertebrae Regio Lumbosacral
(Netterimages, 2016) (Netterimages, 2016)

C. Epidemiologi
Lebih dari 70% orang di Negara maju mengalami LBP pada beberapa saat di
kehidupannya. Setiap tahun, sekitar 15-45% dewasa mengalami LBP dan 5%
orang memeriksakan dirinya akibat LBP episode baru. Sekitar 10% tetap tidak
mampu bekerja dan sekitar 20% memiliki gejala persisten dalam satu tahun1.
Prevalensi penyakit musculoskeletal di Indonesia berdasarkan pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis
atau gejala yaitu 24,7 presen. Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai
puncaknya antara 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang,

2
risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan
pada diskus intervertebralis pada usia tua5.

D. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LBP antara lain faktor individu,
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Faktor individu dapat dilihat
berdasarkan faktor-faktor berikut ini:
1. Usia :Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang
dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30
tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua
seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala
LBP2.
2. Jenis kelamin :Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP.Jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena
secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Berdasarkan beberapapenelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus
musculoskeletaldisorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria2.
3. Indeks massa tubuh :Indeks massa tubuh (IMT)merupakan kalkulasi angka
dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Hasil
penelitian menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali
menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima
beban yangmembebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi
kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada
tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbrae lumbal5.

3
4. Masa kerja :Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorangbekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, LBP
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk
berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau
semakin lama seseorang terpajan faktor risiko ini maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami LBP2. Suatu penelitian menunjukkan bahwapekerja
yang paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki
masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka denganmasa kerja < 5
tahun ataupun 5-10 tahun2.
5. Kebiasaan merokok : World Health Organization (WHO)melaporkan jumlah
kematian akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang
tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya. Hubungan yang signifikan
antarakebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok
dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada
tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang. Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan bahwa
dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan
hasil responden dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low
back pain daripada yang tidak pernah merokok sama sekali6.
6. Riwayat pendidikan:Pendidikan terakhir pekerja menunjukkan
pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat.
Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh
orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak
pengetahuan yang didapatkan2.
7. Tingkat pendapatan :Pada beberapa perusahaan, pendapatan juga berkaitan
dengan harikerja. Terdapat sistem 6 hari kerja dan 5 hari kerja (lebih
dominan) dalam seminggu. Akan tetapi, penerapan sistem 5 hari kerja sering
menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di Indonesia. Penyebabnya
tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah yang menyebabkan
kebutuhan dasar keluarga tidak tercukupi. Hal ini sering menjadi pemikiran

4
mendasar bagi seorang pekerja. Mereka berfikir bahwa jika bekerja selama 5
atau 6 hari akan mempengaruhi pendapatan mereka. Sebenarnya jika dapat
dilakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu maka dengan sendirinya kerja lembur tidak
diperlukan. Akan tetapi para pekerja akan berfikir mereka tidak akan
mendapatkan tambahan pendapatan jikalau mereka tidak lembur. Hal ini akan
berdampak pada produktivitas kerja2.
8. Aktivitas fisik : Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP.
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan
dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP.
Olahraga yang teratur juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah
osteoporosis dan berbagai penyakit rangka serta penyakitlainnya. Olahraga
sangat menguntungkan karena risikonya minimal. Program olahraga harus
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya
untuk menghindari cidera pada otot dan sendi. Aktivitas fisik dikatakan
teratur ketika aktvitas tersebut dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.
Selain itu, di dalam aktivitas fisik juga dilakukan streching guna
meregangkan otot-otot yang sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot
sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan
otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas
kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat dan melakukan
aktivitas fisik yang cukup. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesegaran tubuh2.
9. Riwayat penyakit terkait rangka dan riwayat trauma :Postur yang bervariasi
dan abnormalitas kelengkungan tulangbelakang merupakan salah satu faktor
risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus spondylolisthesis akan lebih
berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi kondisi seperti ini sangat
langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida acculta dan jumlah ruas
tulang belakang yang abnormal tidak memiliki konsekuensi. Perubahan

5
spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih rendah. Riwayat
terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor risiko
terjadinya LBP2.
Faktor risiko lainnya yaitu riwayat keluarga dengan musculosceletal disorder,
faktor psikososial : kecemasan, depresi, stress mental di tempat kerja, faktor
kesalahan postur : kepala menunduk ke depan, bahu melengkung ke depan, perut
menonjol ke depan dan lordosisi lumbal berlebihan dapat menyebabkan spasme
otot (ketegangan otot). Hal ini merupakan penyebab terbanyak LBP. Aktivitas yang
dilakukan dengan tidak benar, seperti salah posisi saat menangkat beban yang berat
juga menjadi penyebab LBP1,2.

Faktor resiko juga dapat dikategorikan sebagai berikut7 :

1) Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur
tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, skoliosis berat (Kurvatura berat
>80), HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok
2) Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima
getaran, terpelintir.
3) Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, stress, ansietas dan
depresi.
E. Etiologi
LBP disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang
mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh yaitu :

1) LBP Viserogenik
LBP Viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik ginjal atau visera
didaerah pelvis, serta tumor retroperitonial. Riwayat nyeri biasanya dapat
dibedakan dengan LBP yang bersifat spondilogenik. Nyeri viserogenik ini
tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang
dengan istirahat. Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus $dan
duodenum akan menimbulkan induksi nyeri didaerah epigastrium. Tetapi bila
dinding bagian belakang turut terlibat dan terutama apabila ada perluasan
retroperitoneal, maka nyeri mungkin juga akan terasa di punggung. Nyeri tadi

6
biasanya terasa digaris tengah setinggi lumbal pertama dan dapat naik sampai
torakal ke-68.
2) LBP Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung
atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan
LBP dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh.
Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri dibagian
pantat, yang makin memperberat pada saat berjalan akan mereda pada saat
diam berdiri. Nyeri ini dapat menjalar kebawah, sehingga mirip dengan
ischialgia, tetapi nyeri ini tidak berpengaruh terhadap presipitasi tertentu,
misalnya membungkuk dan mengangkat benda berat. Klaudikasio intermiten
adalah nyeri intermiten di betis sehubungan dengan penyakit vaskular perifer,
suatu saat akan sangat menyerupai ischialgia yang disebabkan oleh iritasi
radiks. Namun demikian, dengan adanya riwayat yang khas ialah nyeri yang
makin berat pada saat berjalan, dan kemudian mereda pada saat diam berdiri,
tetap memberikan gambaran ke arah insufiensi vaskular perifer8.
3) LBP Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan LBP yaitu pada :
a) Neoplasma
Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah neurinoma,
hemangioma, ependimoma dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan
neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada
umumnya gejala pertama adalah nyeri kemudian timbul gejala neurologik
yaitu gangguan motorik, sensibilitas, dan vegetatif. Rasa nyeri sering
timbul waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri
berkurang kalau untuk berjalan. Dengan demikian penderita cenderung
bangkit dari tempat tidur untuk berjalan jalan9.
b) Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila
terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut10.
c) Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses degenerasi
diskus intervetebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum.
Gejala klinik yang timbul ialah adalah klaudikasio intermiten yang disertai

7
rasa kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih
tetap ada. Bedanya dengan klaudikasio intermiten pada penyumbatan
arteri ialah disini denyut nadi hilang dan tidak rasa kesemutan10.
4) LBP Spondilogenik
5) LBP spondilogenik adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses
patologik di artikulasio sakroiliaka8.
a) LBP Osteogenik
Sering disebabkan oleh radang atau infeksi (osteomielitis vertebral dan
spondilitis tuberkulosa), trauma yang menyebabkan fraktur maupun
spondilolistesis (bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra di
bawahnya), keganasan yang dapat bersifat primer (terutama mieloma
multipleks) maupun sekunder atau metastatik (berasal dari proses
keganasan di kelenjar tiroid, paru paru, payudara, hati, prostat dan
ovarium), kongenital misalnya skoliosis dimana nyeri yang timbul
disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu
sisi, metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis10.
b) LBP Diskogenik
c) Misalnya pada Spondilosis yang disebabkan oleh proses degenerasis yang
progresif pada diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin
menyempitnya jarak antar vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya
osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intevertebrale dan
iritasi $persendian posterior. Rasa nyeri pada spondilosis ini disebabkan
oleh terjadinya osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantung
duramater yang mengakibatkan iskemia dan radang. Pada foto rontgen
lumbal orang usia lanjut sering ditemukan gambaran spondilosis
meskipun tidak ada keluhan LBP. Oleh karena itu, bila pada usia lanjut
ada keluhan LBP dan ditemukan spondilosis, maka masih perlu dicari
kemungkinan penyebab yang lain. Gejala neurologiknya timbul karena
gangguan pada radiks yaitu gangguan sensibilitas dan motorik (paresis,
fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan cairan

8
serebrospinal dinaikkan dengan cara mengejan (percobaan Valsava) atau
dengan menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger)9.
d) LBP Miogenik
e) Pada LBP miogenik dapat disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot,
defisiensi otot, otot yang hipersensitif. Pada Ketegangan otot, disebabkan
oleh sikap tegang yang konstan atau berulang ulang pada posisi yang
sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan
nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap
tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal,
kontraksi otot otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis
akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena
iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada
perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula9.
f) Pada spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba
g) dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku
atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala khas, ialah
dengan adanya kontraksi otot ini memberikan gejala yang khas, ialah
dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat. Setiap
gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi9.
Pada defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisme yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
karena mobilisasi. Sedangkan pada otot yang hipersensitif, akan
menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan
menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area).
Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu, dalam pemeriksaan klinik
terhadap penderita LBP, tidak jarang $dijumpai adanya noktah picu ini.
Tidak ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa
sedikit nyaman10.
6) LBP Psikogenik
Pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan
depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi. Pada anamnesis akan
terungkap bahwa penderita mudah tersinggung, sulit tertidur atau mudah

9
terbangun di malam hari tetapi akan sulit untuk tidur kembali, kurang tenang
atau mudah terburu buru tanpa alasan yang jelas11.

F. Klasifikasi
Low back pain terdiri dari tiga jenis yaitu Lumbar Spinal Pain atau nyeri di
daerah yang batasi superiornya oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebreae thorakal terakhir, batas inferior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebrae
sacralis pertama dan batas lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas
lateral spina lumbalis. Sacral Spinal pain atau nyeri di daerah yang dibatasi
superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus
vertebreae sacralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain4.

G. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari LBP dapat berupa12 :
1) Simple Back Pain adalah LBP sederhana dengan karakteristik :
a. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosakral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
b. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari
aktivitas fisik
c. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
2) LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih
tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis.
Gejala berupa nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal
di daerah nyeri. Tanda berupa adanya tanda iritasi radikular, gangguan
motorik maupun sensorik/refleks.
3) Red flag LBP dengan kecurigaan adanya cedera atau kondisi patologis yang
berat pada spinal. Dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Awitan LBP usia di atas 55 tahun
b. Riwayat trauma bermakna (termasuk trauma ringan pada usia lanjut atau
berpotensi osteoporosis)
c. Nyeri konstan progresif memburuk dengan berbaring
d. Deformitas structural
e. Riwayat keganasan

10
f. Kecanduan obat terutama suntikan
g. Pemakaian steroid lama
h. Pemakaian imunosupresan
i. Luasnya gejala dan tanda neurologis seperti disfungsi kandung kencing,
saddle anesthesia, hilangnya sensibilitas progresif dengan atau tanpa
hilangnya motoric
j. Kelainan neurologis menetap sampai satu bulan
k. Restriksi fleksi lumbal berat (kurang dari 5 cm)
l. Demam
m. Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas dan kondisi sistemik
merosot.

Berdasarkan perjalanan klinisnya LBP terbagi menjadi13 :

1. Akut LBP
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba tiba, keluhan dirasakan kurang
dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Akut LBP dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan mobil atau terjatuh,
rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
2. Sub Akut LBP
Rasa nyeri punggung bawah yang berlangsung antara 6 minggu sampai 3
bulan. Periode di antara LBP akut dan kronik.
3. Kronik LBP
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulangulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Kronik LBP dapat
terjadi karena osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

H. Diagnosis
1. Anamnesa

a. Keluhan Utama

b. Riwayat penyakit sekarang :Lokasi, onset dan durasi, kualitas, kuantitas,


faktor mempeberat, faktor memperingan, keluhan lain

11
c. Riwayat penyakit sebelumnya

d. Riwayat penyakit keluarga

e. Riwayat sosial ekonomi

f. Kebiasaan pribadi14

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri


pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan
neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks

a. Inspeksi

Pada inspeksi yang perlu diperhatikan adalah kurvatura yang


berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring
atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal. Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama
bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan. Observasi saat
berdiri, duduk, bersandar, berbaring, dan bangun dari tidur12.

b. Palpasi dan perkusi


Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan
rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paling nyeri.
Ketika meraba kolumna vertebralis sebaiknya dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral atau anterior-posterior12.

c. Motorik.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

1) Berjalan dengan menggunakan tumit.

12
2) Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

3) Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)14

d. Sensorik.

1) Nyeri dalam otot.

2) Rasa gerak.

3) Refleks.

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan


Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui
lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

4) Test Provokasi Nyeri

a) Test Valsava

Tes valsava mengakibatkan naiknya tekanan intratekal. Jika terdapat


proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian servikal, maka
dengan naiknya tekanan intratekal akan mengakibatkan nyeri
radikuler

b) Tes Naffziger

Tes Naffziger juga mengakibatkan naiknnya tekanan intratekal.


Kenaikan tekanan intratekal yang dicetus dengan tes Naffziger
diteruskan sepanjang rongga arachnoid medulla spinalis. Jika
terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis (missal karena
tumor atau HNP) maka radiks yang teregang saat dilakukan tes
Naffziger akan timbul nyeri radikuler sesuai dengan dermatomnya

c) Tes Lassegue

13
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien
( dalam posisi 0 )
didorong ke

arah

muka
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh
90.

d) Tes Patrick

14
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada
sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,
eksorotasi dan ekstensi.

e) Test Kontra Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi,


endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test
Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.

f) Tes Bragar

Tes Bragard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan


saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian kaki
pasien didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri.

g) Tes Sicard

Tes Sicard merupakan tes untuk mengetahui adanya penekanan


saraf ischiadicus. Dilakukan layaknya tes laseque kemudian ibujari
kaki didorsofleksikan. Positif bila didapatkan nyeri15.

5) Pemeriksaan Penunjang

a) Foto polos

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,


dan luka degeneratif pada spinal. Standar pemeriksaan untuk nyeri
pinggang bawah adalah foto polos anteroposterior, lateral dan cone
down lateral view. Data tambahan dapat diperoleh dari posisi
obliq.Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama
untuk mengevaluasi nyeri punggung dan biasanya dilakukan
sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT

15
scan.Keuntungan pengunaan foto polos adalah sederhana dan
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang.Gambaran
X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga
efek radiasi dapat dikurangi serta tidak dapat dijadikan pegangan
diagnosis pada nyeri pinggang bawah non spesifik baik pada fase
akut nyeri maupun kronik dan tidak dapat digunakan untuk
memperkirakan kemungkinan timbulnya nyeri pada masa yang akan
datang16.

b) Myelografi

Myelografi adalah
pemeriksan X-ray pada
spinal cord dan canalis
spinaluntuk diagnosa
pada penyakit yang
berhubungan dengan
diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.Myelografi merupakan
tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke
kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray, biasanya dilakukan
apabila terdapat kemungkinan tindak lanjut operatif saja karena
banyak efek samping akibat pemerian kontras. Keuntungan teknik
ini adalah mudah mengetahui lokasi sumbatan serta jepitan pada
radiks16.

16
c)
Computed

Tornografi Scan ( CT- scan )

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan


untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
Herniasi diskus dapat dideteksi lebih dari 95%. Mengingat mahalnya
tindakan tersebut, maka teknik ini dipakai apabila dicurigai adanya
kelaianan anatomic16.

d) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas


daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi serta tidak perlu menggunakan kontras. MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan
yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan kelaianan pada
jaringan lunak, korpus vertebrae, diskus intervertebralis, kanalis
spinalis apat dengan mudah dilihat. Sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi ditujukkan dalam mendeteksi osteomyelitis16.

e) Electro Miography ( EMG ) / Nerve Conduction Study ( NCS )

EMG/ NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang
digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.EMG/ NCS
dapat memberikan informasi tentang : 1. Adanya kerusakan pada

17
saraf, 2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), 3.
Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal), 4.
Tingkat keparahan dari kerusakan saraf, 5. Memantau proses
penyembuhan dari kerusakan saraf16.

I. Tatalaksana
Untuk mengatasi LBP dapat dimulai dengan istirahat beberapa hari agar
meringankan nyeri akan tetapi tidak dianjurkan untuk istirahat terlalu lama.
Penggunaan obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroidal (AINS) dapat membantu,
dan untuk obat-obatan yang lebih keras dapat digunakan untuk jangka waktu
yang pendek seperti relaksan otot dan opioid7.
Sejumlah perawatan bantuan pasif sering digunakan seperti simulasi listrik
(TENS), terapi panas, terapi dingin, massage, ultrasound, traksi, dan akupuntur.
Edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan pasien
juga dibutuhkan10.
Prosedur invasif yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung bawah
contohnya adalah Intra Discal Electro Thermy (IDET) dengan cara
menempatkan sebuah coiled wire pada diskus intervertrebalis dan kemudian
dipanaskan, dengan harapan agar dapat membantu pasien mencegah
dilakukannya prosedur bedah yang lebih besar17.
1. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring
ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan
HNP17.
2. Medikamentosa
Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
a. Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat

18
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena
bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
b. Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti
piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok
obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :

1) Golongan salisilat

Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga


mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya : Aspirin

Dosis Aspirin : Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x


sehari. Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x sehari

Kontraindikasi :Penderita tukak lambung, resiko terjadinya


pendarahan, gangguan faal ginjal, hipersensitifitas

Efek samping : Gangguan saluran cerna, anemia defisiensi besi,


serangan asma bronkial

2) Golongan Paraaminofenol

Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman


untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi : 600 900 mg, diberikan 4 x sehari

3) Golongan pirazolon

Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih


kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang

19
Dosis terapi : 0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari

4) Golongan asam organik yang lain

a) Derivat asam fenamat

Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam


flufenamat, dan Na- meclofenamat.Golongan obat ini sering
menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat
sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari
adalah 3-4 kali 100 mg.

b) Derivat asam propionat

Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS)
yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti
piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen,
ketoprofen, indoprofen dll.

c) Derivat asam asetat

Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain


mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek
analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.

d) Derivat Oksikam

Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali


sehari18.

2. Fisioterapi

a. Terapi Panas

20
Metode ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan menurunkan
ketegangan otot yaitu dengan kompres hangat. Kompres hangat adalah
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan19.

b. Terapi dingin (Cryotheraphy)

Merupakan prosedur sederhana dan efektif untuk menurunkan spasme


sehingga mengurangi nyeri. Metode terapi dingin yang dapat digunakan
yaitu ice massage, yaitu tinfakan pemijatan dengan menggunakan es
pada area yang sakit selama 5-10 menit20.

c. Elektro Stimulus

1) Electroacupunture

2) Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)

3) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)21

4) Ultra Sound22

5) Radiofrequency Lesioning23

6) Spinal Endoscopy24

7) Elektrothermal Disc Decompression25

d. Traction

Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot. Sangat
efektif pada Hernia Nukleus Pulposus26.

e. Latihan pada Low Back Pain

21
Lumbar stabilization exercises atau William Flexion Exercise merupakan
latihan yang dirancang untuk mengurangi nyeri pinggang dengan
memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine, terutama
otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok
ekstensor punggung bawah27.

William Flexion Exercise

(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)

McKenzie exercise adalah salah satu program perawatan konservatif


yang paling popular untuk tulang belakang. TeknikMc.Kenzie adalah
bentuk latihan pasif manipulasi tulang belakang di mana pasien
menghasilkan gerakan, posisi, dan kekuatan. Teknik ini merupakan metode
diagnosis dan pengobatan yang didasarkan pada pola pergerakan tulang
belakang. Untuk setiap kondisi tulang belakang, gerakan tertentu dapat
memperburuk rasa sakit dan ada gerakan yang meringankan rasa sakit,
karena metode ini terbaik untuk sakit punggung akut yang merespon
ekstensi lumbal, mobilisasi, dan latihan28.
1) Prone lateral shifting of hips

Posisi pasien menghadap ke bawah dengan lengan berada disamping,


pinggul bergerak menjauh dari sisi yang sakit dan dipertahankan dalam
posisi ini selama beberap detik dengan posisi pinggul off center, siku
diposisikan dibawah bahu dan bersandar pada lengan bawah, bersantai

22
di posisi ini selama 3 atau 4 menit, kemudian pasien dapat melakukan
maneuver "extension while lying prone",menjaga pinggul dari pusat28.
2) Passive extension with prone
Pasien diposisikan tidur tengkurap dengan tangan diposisikan dibawah
bahu, lalu dorong naik ke atas secara perlahan-lahan dengan
meluruskan sikusekaligus mempertahankan pelvis, hip, dan
kaki dengan santai.Pertahankan posisi ini selama 1-2 detik kemudian
menurunkan tubuh secara perlahan bagian atas ke lantai, latihan ini
menghilangkan efek gaya gravitasi karena gerakan ini dilakukan dalam
posisi tengkurap28.
3) Back bending (extension)
Pasien berdiri tegak dengan jarak kedua kaki diperlebar, kemudian
tempatkan tangan di pinggang dan jari-jari menunjuk ke belakang,
kemudian digerakkan ke belakang dari pinggang sebagai
perpanjangan dalam posisi berdiri sejauh mungkin dengan
menggunakan tangan sebagai titik tumpu, lutut harus dalam keadaan
lurus tahan posisi seperti ini selama 1-2 detik. Lakukan juga pada
gerakan membungkuk ke depan dan lateral fleksi28.
4) Knees-to-chest with supine
Pasien diposisikan tidur terlentang dengan lutut tertekuk dan kaki
rata di lantai atau tempat tidur, kemudian letakkan tangan disekitar
lutut dan secaraperlahan tarik kedua lutut kearah dada, pada latihan ini
tidak perlu mengangkat kepala. Posisi ini dipertahankan selama 1-2
detik, kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan-lahan28.
5) Flexion with sitting
Pasien duduk di tepi kursi yang stabil atau bangku dengan jarak kaki
dilebarkan dan tangan bertumpu pada lutut, kemudian bungkukkan
kedepan dari pinggang hingga tangan menyentuh lantai, tahan posisi ini
selama 1-2 detik dan kemudian kembali ke posisi semula secara
perlahan-lahan, setelah mampu menekuk ke depan dengan nyaman,
pasien dapat memegang pergelangan kaki dan tarik jauh di bawah28.

McKenzie Exercise

23
(Sumber : Jurnal of the Korea Medical Association, 2007)

f. Proper Body Mechanic

Edukasi Proper body mechanic adalah cara bagaimana


memposisikan tubuh dengan baik dan benar saat melakukan pergerakan
dengn maksud untuk mencegah cendera tulang punggung, mempercepat
penyembuhan tulang punggung yang cedera atau mencefah risiko cedera
di kemudian hari apabila cedera saat ini sudah teratasi. Dengan program
ini terbukti gejala nyeri akan berkurang sehingga produktifitas dapat
dipertahankan29.

AKTIVITAS LAKUKAN JANGAN LAKUKAN

Mengangkat / -Mengangkat atau membawa -Menjauhkan benda dari


membawa benda dekat tubuh tubuh
benda
-Letakkan titik tumpu pada lutut, -Mengangkat benda
bukan punggung dengan posisi kedua
tungkai lurus
-Pertimbangkan kekuatan diri
-Mengangkat beban
terlalu berat

24
Duduk -Menjaga telinga, bahu, dan -Duduk lesu bersandar
panggul tetap dalam garis vertikal pada kursi

-Duduk dengan lipatan kain tebal -Duduk tanpa sandaran


atau sandaran lain yang punggung
menopang tulang punggung
-Duduk terlalu lama
-Regangkan kaki dan berjalan
sebentar setelah 30 menit duduk -Duduk sambil
menyilangkan kaki
-Panggul dan lutut membentuk
90

Berdiri - Berdiri dengan mergangkan -Berdiri dalam waktu


kaki secara bergantian tiap yang lama tanpa merubah
beberapa menit posisi

- Bekerja pada ketinggian yang - berdiri untuk


sesuai dengan yang dikerjakan mengerjakan sesuatu yang
terletak lebih rendah /
terlalu tinggi

Tidur -Menggunakan kasur dengan -Tidur di atas kasur yang


ketebalan yang sesuai atau terlalu empuk
menambahkan papan di bawah
kasur -Tidur atau berbaring di
tempat tidur terlalu lama
-Tidur berbaring dengan
tambahan bantal di bawah -Tidur dengan posisi perut
lutut/tidur menyamping dengan di bawah
bantal di antara kedua lutut

Proper Body Mechanic untuk Beberapa Aktivitas (CMC/D-HK, 2014)

g. Alat Bantu

1) Back corsets.

25
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan
perut.

3. Operasi

LBP yang mengindikasikan untuk tindak pembedahan antara lain paralisis


saraf sciatic menuju ekstremitas bawah, perkembangan kompresi nerve rot,
dan infeksi oleh M.tuberculosis atau bakteri lainnya. Sedangkan kriteria untuk
indikasi bedah adalah gangguan yang terjadi mengurangi mobilitas dalam
kehidupan sehari-hari dan perkembangan dari stenosis lumbal serta paralisis
akibat Human Nucleus Pulposus serta tumor korda spinalis26.

DAFTAR PUSTAKA

26
1. American Academy Family Physician (AAFP). Low Back Pain. Portland :
BMJ Publishing Group; 2011
2. Fauzia A. Risk factors of low back pain in workers 2015:4(1):12-9
3. Rachmawati MR. 2006. Nyeri Musculoskeletal dan Hubungannya dengan
Kemampuan Fungsional Fisik pada Lanjut Usia. Universitas Medicina
No.25(4). Pp 179-86
4. Gerard JT and Bryan D. Principles of Anatomy and Physicology. 12 Edition.
USA . John Wiley & Sons, Inc.; 2009 : 235-58
5. Purnamasari. Overweight sebagai faktor risiko low back pain pada pasien poli
saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health
2010;4
6. Anthony DW, Bruce. Burden of major musculoskeletal conditions. Bulettin of
the World Organization; 2003:81(9):646-56.
7. Van Tulder M, Koes B. 2006. Low back pain (chronic). Clin Evid. Jun ; 1634-
53.
8. Wheeler A. 2009. Low back pain and sciatica: pathogenesis, diagnosis, and
nonoperative treatment. In: Jay G. Practical Guides to Chronic Pain
Syndromes. New York: Informa : 181-2.
9. Wahjoepramono EJ. 2007. Medula Spinalis dan Tulang Belakang. Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Suburmitra Grafistama. ISBN 978-
979-98173-5-8.
10. Mahadewa TGB, Maliawan S. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawat
Daruratan Tulang Belakang. Sagung Seto.
11. Wheeler AH, Murrey DB. 2001. Chronic lumbar spine and radicular pain:
pathophysiology and treatment. Curr Pain Headache. Rep 6:97-105.
12. Meliala L, Suryamiharja A, Wirawan RB, Sadeli HA, Amir D. 2008. Nyeri
Neuropatik. Medikagama Press. ISBN 978-979-16451-5-7
13. Wheeler A. 2014. Low back pain and sciatica. Emedicine. Medscape. Com.
14. Mark . Buku ajar diagnosis fisik. EGC:1995:345-98
15. Pedoman Ketrampilan Klinis. Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UNS: 2013
16. Moehadsjah OK, et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3.
17. Rahim AH, Priharto K. 2010. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Divisi
Spine Bagian Orthopaedi dan Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin.
18. Nafrialdi, Setawati, A.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta : 2007

27
19. Rosita, Tri. Kompres hangat atasi nyeri pada petani penderita nyeri punggung
bawah di kelurahan candi kecamatan ampel kabupaten boyolali. Gaster;
2016:XIV(1):30-9
20. Eva, Bayhakki, Erika. Pengaruh terapi dingin ice massage terhadap perubahan
intensitas nyeri pada penderita low back pain. Jurnal Ners Indonesi;
2012:2(2):185-91
21. Masataka, et al. Comparison of percutaneous electrical nerve stimulatiion with
transcutaneous electrical nerve stimulation for long term pain relief in patients
with chronic low back pain. International Anesthesia Research Society;
2004:98:1552-6
22. Ebadi, Ansari. Therapeutic ultrasound for chronic low back pain (online)
diakses (26 Juli 2016)
http://www.cochrane.org/CD009169/BACK_therapeutic-ultrasound-for-
chronic-low-back-pain
23. Laura, et al. Radiofrequency ablation for chronic low back pain : A system
rwview of randomized controlled trial. Pain Res Manag; 2014:19(5):146-53
24. Laxmaiah, Bhupinder, Vijay. Spinal endoscopy and lysis of epidural adhesions
in the management of chronic low back pain. Pain Physician; 2011:4(3);240-65
25. David, Douglas, Gunnar, Jon. Intradicscal electrothermal therapy (IDET) for
the treatment of discogenic low back pain : Patient selection and indications for
use. Pain Physician; 2008:11:659-68
26. Yusufumi. Classification, diagnosis, and treatment of low back pain. JAMJ;
2004:47(5):227-33
27. Hannga, Anies. Pengaruh William flexion exercise terhadap peningkatan
lingkup gerak sendir penderita low back pain. Journal of Sport Science and
Fitness; 2015:4(3):16-21
28. Brotzman, S. Brent dan Wilk, Kevin E., Clinical Orthopaedic Rehabilitation
Second Edition. Philadelphia: Mosby; 2003
29. Potter PA dan Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses da Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai