Oleh:
Athiyah.layla@gmail.com
Pemuda adalah generasi penerus bangsa, yang akan membawa bangsa ini menuju
kehidupan yang berikutnya. Generasi penerus bangsa merupakan sebuah ungkapan yang
secara terminologi melekat erat pada pembangunan bangsa ini, yang memiliki semangat
membara jika dipercikkan api motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada dalam tahap
persiapan menuju kehidupan yang lebih jauh lagi.
Dalam menjalankan kehidupannya, pemuda indonesia banyak dipengaruhi oleh
berbagai hal, dengan adanya alat elektronik yang memudahkan komunikasi, menyebabkan
banyaknya budaya dari luar yang masuk dalam negeri sehingga dapat mempengaruhi pola
pikir dan perilaku pemuda indonesia. Siap ataupun masih bersiap, pemuda negara ini telah
ditakdirkan untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh
generasi sebelumnya. Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi kewajiban
bagi pemuda bangsa ini, untuk mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Salah satu tantangannya adalah memperbaiki
keadaan negara ini dengan menjadi penggerak efektif suatu bangsa untuk menjadi bangsa
yang lebih baik. Namun jika pola berpikir seorang pemuda bertolak belakang dengan
kepribadain bangsanya, maka justru akan membawa ne gara ini dalam jurang keburukan.
Tantangan dalam bangsa ini adalah adanya korupsi yang semakin merajalela di berbagai
lapisan masyarakat, bahkan dalam dunia politik dalam bangsa ini. Korupsi berdasarkan
pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001, merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara langusng maupun tidak
langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu
dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Korupsi merupakan masalah yang paling sulit untuk dihilangkan di indonesia, bahkan telah di
bentuk komisi pemberantasan korupsi pun masih banyak oknum-oknum yang melakukan
korupsi.
1. Pemuda Sebagai Teladan Dan Penggerak Efektif Gerakan Anti Korupsi
Larangan korupsi juga dijelaskan dalam Al-Quran, salah satunya dalam Q.S Al
Baqarah ayat 188
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Larangan untuk korupsi ini sudah ada sejak dulu, sejak Nabi Muhammad
masih hidup, larangan ini berkaitan bahwa tidak boleh mengambil harta rampasan
hasil perang, hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surah Al Imran ayat 161, sebagai
berikut:
Artinya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada
hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-
tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
Di Inodesia telah didirikan berbagai anti korupsi, misalnya adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi atau yang disebut dengan KPK. Dalam menjalankan tugasnya
ini, KPK masih belum maksimal, hal ini dapat dilihat dengan bagaimana cara
memberikan sanksi pada pelaku korupsi yang telah tertangkap, sanksi yang diberikan
kepada pelaku korupsi ini sungguh tidak sebanding dengan tindakan yang dilakukan,
yang justru telah membuat rakyat menjadi hidup dalam kesengsaraan. Dengan hukum
yang lemah inilah, yang menyebabkan korupsi dalam kalangan pemerintahan tetap
ada. Oleh karena itu, perlu pihak lain yang mampu mengatasi selain komisi yang
dibentuk oleh pemerintah sendiri. Pihak lain tersebut adalah pemuda bangsa ini, hal
ini dikarenakan sebagai seorang pemuda dapat dipastikan memiliki pemikiran yang
lebih kritis terhadap suatu masalah, selain itu seorang pemuda memiliki pemikiran
yang lebih fresh atau baru, dengan pemikiran yang demikian ini dapat memberikan
ide-ide dan cara-cara yang tepat untuk meghindari tindakan korupsi.
Dalam konteks riilnya, seorang pemuda memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang bisa memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang diteladani oleh bawahannya,
dengan demikian jika seorang pemuda mampu memposisikan dirinya, maka ia juga
dapat memposisikan orang disekelilingnya untuk bersikap jujur dan menghindari
korupsi dalam bentuk apapun. Menghindari korupsi dapat dimulai dari hal terkecil,
bagi seorang pemuda dengan bersikap jujur tidak bolos kuliah saja merupakan bentuk
kejujuran.
Pemuda memiliki idealisme negarawan. Satu hal yang bisa dijadikan modal
dasar bagi pemuda adalah dengan memiliki mental negarawan. Sadar diri untuk bisa
mengambil perannya dalam hal memajukan bangsanya. Kuat dalam hal idealisme dan
idiologisnya, namun tidak memaksakan kehendak dan menyadari perbedaan yang
bersifat heterogenitas. Kuat dalam hal idiologis namun menyadari perbedaan bukan
berarti pluralisme. Pluralisme jelas berbeda dengan makna tenggang rasa dimana
tenggang rasa lebih mengedepankan semangat kebersamaan tanpa harus
menggabungkan sebuah dualisme idiologi. Dengan menjadi seorang negarawan muda,
maka dia secara tidak langsung akan berpikir futuristik, tidak hanya mengandalkan
keilmuan diri saja, tapi juga mempertimbangkan sebuah kebiasaan masyarakat dan
kearifan lokal yang ada. Karena jati diri seorang pemuda yang menjadi negarawan
adalah bagaimana dia dapat bergaul dengan siapa saja, bersifat inklusif dan tidak
eksklusif.
Pemuda memiliki idealisme yang revolusioner. Revolusioner disini tidak
hanya berarti harus merubah suatu sistem yang telah berjalan karena sistem tersbut
tidak cocok untuk diaplikasikan, namun revolusioner disini juga dimaksudkan untuk
meneruskan sebuah sistem yang sudah berjalan dengan disertai inovasi dan juga ide
ide besar untuk menyempurnakan sebuah sistem yang sudah ada supaya sistem
tersebut menjadi lebih baik dan lebih hidup. Karena seorang pemuda memiliki yang
lebih fresh dibandingkan dengan generasi sebelumnya maka seorang pasti mampu
untuk memberikan inovasi-inovasi dan ide kepada masyarakat betapa petingnya untuk
bersikap jujur, bahkan bisa menjadi teladan bagi semua pemimpin dikalangan
masyarakat, bahwa kejujuran perlu diterapkan dalam berbagai hal.
Pemuda memiliki idealisme membangun. Semangat pemuda untuk bisa
menempatkan bangsa dengan martabat yang tinggi haruslah disertai suatu proyek
peradaban. Proyek peradaban disini adalah bagaimana para pemuda punya keinginan
untuk mau membangun bangsanya dengan konsep yang sustainable. Bukan hanya
berpikir masa kini, tapi membuat proyek proyek masa depan yang akan diteruskan
oleh pemuda pemuda masa depan. Pemuda masa kini memiliki peran penting untuk
membangun sikap kritis dan sikap membangun untuk pemuda pemuda masa depan
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh pemuda pemuda masa lalu untuk pemuda
masa kini. Rantai kepemudaan tidak boleh terputus begitu saja ditangan suatu
generasi. Generasi yang meninggalkan generasi lemah dibelakangnya adalah generasi
yang gagal karena tidak meneruskan sebuah pembangunan peradaban. Proyek
proyek yang berhenti dan tidak lagi berjalan karena kurangnya kesempatan bagi
generasi masa depan merupakan modal awal tenggelamnya suatu bangsa. Oleh
karenanya seorang pemuda harus benar benar berpikir ke depan, dan jauh demi
menjaga keberlangsungan semangat peradaban. Dengan memiliki idealisme
membangun ini, seorang pemuda pasti memiliki keinginan untuk memberhentikan
tindakan korupsi yang telah merajalela dalam semua lapisan masyarakat demi
kemajuan Bangsa Indonesia.
Gerakan anti korupsi ini tidak bisa dilepaskan dengan peran mahasiswa
sebagai generasi muda yang berpendidikan dan berilmu. Dalam konteks gerakan anti-
korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil di depan menjadi motor penggerak.
Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia,
kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan
kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen
perubahan, mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi pengawas lembaga-lembaga negara dan
penegak hukum.
Pada dasarnya faktor-faktor yang menyebabkan korupsdi dibagi menjadi dua, yaitu
faktor internal dan faktoreksternal. faktor internal merupakan faktor yang sangat
berhubungan erat dengan perilaku manusia, karena faktor internal disini berasal dari
dalam diri setiap manusia. Faktor internal disini lebih mengarah kepada sifat yang
dimiliki oleh manusia untuk melakukan tindak korupsi, yang diantaranya:
1. Sifat tamak atau rakus manusia
Manusia sangatlah mengenal yang namanya sifat tamak atau rakus, sifat
tamak atau rakus itu adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh orang yang selalu
kurang atas apa yang dimilikinya atau bisa disebut juga kurangnya rasa syukur.
Manusia selalu merasa tidak pernah cukup atas apa yang dicapainya, manusia
selalu mempunyai hasrat yang berkobar dalam dirinya untuk selalu menambah
harta dan kekayaan yang bisa membuat manusia itu sendiri untuk melakukan
tindakan yang dinamakan korupsi. Maka dari sinilah seseorang yang memiliki
sifat tersebut akan lebih dekat dengan yang namanya korupsi. Apa lagi bila orang
tersebut menjadi pemimpin dalam suatu lembaga maka orang tersebut akan terus
melakukan yang namanya korupsi. .
2. Moral yang kurang kuat
Seseorang haruslah memiliki kekonsistenan dalam dirinya, karena dengan
sifat seseorang yang kurang konsisten atau bisa dibilang moralnya kurang kuat
maka orang tersebut akan lebih mudah untuk melakukan yang namanya korupsi.
Tindakan tersebut bisa saja datang terhadap seseorang yang kurang konsisten
dalam dirinya, baik pengaruh itu berasal dari luar, dalam dirinya, atasan maupun
bawahan.
3. Gaya hidup yang konsumtif
Setiap orang akan memiliki suatu gaya hidup masing-masing, dan salah
satu diantaranya yaitu gaya hidup konsumtif. konsumtif disini sangatlah
berhubungan erat dengan yang namanya pendapatan setiap individu. Jika
pendapatan orang tersebut lebih kecil dari gaya hidup tersebut, maka tidak
menutup kemungkinan kalau orang tersebut juga akan melakukan tindakan
korupsi. Karena pendapatan tersebut tidak imbang dengan apa yang telah
dikonsumsinya.
Faktor eksternal disini merupakan suatu kebalikan dari faktor internal, jika di
faktor internal berasal dari dalam diri manusia maka beda halnya dengan faktor
eksternal.Faktor eksternal disini lebih condong terhadap pengaruh dari luar diri
seseorang. Dan adapun beberapa aspek yang terdapat dalam faktor internal tersebut.
1. Politik
Politik merupakan suatu faktor yang didalamnya sangat banyak
kecurangan mulai dari bawahan sampai atasan dalam setiap organisasi. Didalam
politik ini sangatlah banyak orang yang bermain-main tidak jujur didalamnya.
Orang-orang tersebut biasanya suka melakukan kompromi, dari situlah suatu
tindakan korupsi akan mudah muncul dan biasanya bersifat tertutup tanpa ada
orang yang tahu.
2. Ekonomi
Ekonomi sangatlah familiar ditelinga banyak orang, karena dari ekonomi
itulah seseorang mampu mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Didalam
ekonomi setiap manusia akan mengenal yang namanya pendapatan dan
kebutuhan, karena apabila suatu pendapatan lebih rendah dari pada kebutuhan
maka orang tersebut akan melakukan segala cara yang didalamnya juga terdapat
suatu tindakan korupsi.
3. Hukum
Didalam suatu hukum juga bisa terjadi yang namanya korupsi, karena
didalam hukum tersebut banyak orang-orang yang tersusun secara struktural yang
mana mampu mendatangkan permainan-permainan curang. Suatu aturan yang
berada di dalam hukum tidak semuanya berjalan murni pasti ada manipulasi
didalamnya tanpa sepengetahuan orang banyak. Hukum disini akan secara mudah
dipermainkan oleh siapa saja yang berada didalamnya. Baik itu dilakukan oleh
pakar hukum ataupun ahli hukum yang lain maka tidak menutup kemungkinan
kalau di dalam korupsi bakal terjadi yang namanya korupsi.
4. Organisasi
Suatu organisasi sangatlah sensitif dengan yang namanya korupsi, karena
didalam suatu organisasi terdapat banyak orang yang terdiri dari ketua sampai
anggotanya. Hubungan antara atasan dan bawahan akan mengakibatkan suatu
kesepakatan yang besifat negatif yang mana bisa dengan tndakan korupsi. karena
di setiap organisasi sangat sulit menemukan seseorang yang jujur didalanya,
sekaligus orang itu jujur maka lama kelamaan orang tersebut akan terpengaruh
juga untuk melakukan tindak korupsi.