Anda di halaman 1dari 3

ADME

Parasetamol diabsorbsi sangat cepat dan diabsorbsi hampir seluruhnya dari saluran
pencernaan setelah pemberian per oral. Pada pria dewasa, bioavailabilitas per oral
dari 1.3-g dosis dari tablet parasetamol extended-release yang diberikan setiap 8
jam untuk total 7 dosis setara dengan 1-g dosis tablet parasetamol konvensional
yang diberikan setiap 6 jam sekali untuk total 7 dosis. Makanan dapat sedikit
menghambat absorbsi dari tablet parasetamol extended-release. Setelah
pemberian per oral dari sediaan parasetamol, puncak konsentrasinya dalam plasma
didapatkan dalam waktu 10-60 menit (konvensional) atau 60-120 menit (extended
release). Setelah pemberian per oral dari satu tablet 500-mg tablet konvensional
atau satu tablet 650-mg tablet extended-release, rata-rata konsentrasi parasetamol
dalam plasma adalah 2.1 atau 1.8 g/mL, secara berurutan, terjadi ketika 6 atau 8
jam, secara berurutan. Selain itu, disolusi dari tablet extended-release dapat sedikit
dipengaruhi oleh pH pada lambung ataupun usus. Disolusi sedikit lebih cepat pada
pH basa pada usus dibandingkan pH asam apda lambung; namun hal ini tidak
terlalu penting. Setelah pemberian parasetamol, hanya sedikit obat yang dapat
dideteksi ditemukan pada plasma setelah 8 jam. Tablet extended-release
parasetamol dapat bertahan hingga 8 jam, namun data in vitro data
mengindikasikan bahwa setidaknya 95% dari dosis dilepaskan dalam kurun waktu 5
jam pertama.

Sekitar 80-85% parasetamol yang berada di dalam tubuh mengalami konjugasi


dengan asam glukoronat dan sedikit parasetamol berkonjugasi dengan asam sulfat.
Parasetamol juga dimetabolisme oleh sistem enzim mikrosomal yang terdapat di
hepar.

Parasetamol diekskresi lewat urin dalam bentuk acetaminophen glucuronide dengan


sedikit acetaminophen sulfate and mercaptate and dalam bentuk parasetamol yang
tidak berubah. Sekitar 85% dari dosis parasetamol diekskresi dalam urin dalam
bentuk bebas dan terkonjugasi dalam kurun waktu 24 jam setelah dikonsumsi.
Pemberian parasetamol pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal menengah atau
berat dapat menyebabkan akumulasi dari konjugat parasetamol.

Parasetamol biasanya diberikan secara per-oral. Absorbsinya dipengaruhi oleh


kecepatan pengosongan lambung, dan puncak konsentrasinya biasanya dicapai
dalam waktu 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat oleh protein plasma dan
sebagian dimetabolisme oleh enzim microsomal hati dan diubah dalam bentuk
acetaminophen sulfate dan acetaminophen glucuronide, yang tidak aktif secara
farmakologis. Kurang dari 5% diekskresi dalam bentuk tidak berubah. Metabolitnya
(N-acetyl-p-benzoquinone) sangat reaktif dan sangat penting karena dalam dosis
besar bersifat toksik pada hepar dan ginjal. Waktu paruh parasetamol adalah 2-3
jam dan relatif tidak dipengaruhi fungsi ginjal. Dengan dosis toksik atau penyakit
hepar, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih.

Sumber:

National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database;


CID=1983, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/1983 (accessed Apr. 2,
2017).

American Society of Health-System Pharmacists 2013; AHFS Drug Information 2013.


Bethesda, MD. 2013, p. 2212

Pembahasan Hasil Praktikum


Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan pengujian obat antipiretik pada mencit.
Mencit diberi pepton 5% sebanyak 1 ml / 200 gBB melalui injeksi subkutan. Pepton
disini berperan sebagai zat penginduksi panas. Setelah suhu mencit meningkat
sebesar 2o Celsius, dilakukan pemberian parasetamol secara per-oral. Hal ini
bertujuan agar efek antipiretik yang dimiliki parasetamol dapat teramati dengan
jelas akibat perubahan suhu sebesar 2 o Celsius yang dinilai cukup signifikan. Pada
praktikum ini, kelompok 1 dan kelompok 4 tidak melakukan pemberian parasetamol
karena peningkatan suhu mencit tidak lebih dari 2 o Celsius. Hal ini dapat
dipengaruhi beberapa faktor seperti kesalahan penyuntikan, kesalahan penggunaan
ear thermometer, ataupun kondisi mencit yang berbeda beda.

Pada kelompok 2 dan 3 terjadi peningkatan suhu mencit yang melebihi 2 o Celsius,
maka dari itu dilakukan pemberian parasetamol per-oral. Dapat diamati pada tabel
bahwa terjadi penurunan suhu yang cukup signifikan dalam waktu 15 menit
semenjak pemberian parasetamol per-oral. Hal ini terjadi karena absorbsi dari
parasetamol sendiri yang sangat cepat melalui saluran cerna. Namun pada mencit
di kelompok 2, setelah 30 menit semenjak pemberian parasetamol, suhu tubuh
mencit relatif meningkat kembali meskipun relatif stabil di kisaran 34,7 o Celsius
(seperti suhu awal). Hal ini dapat terjadi dikarenakan konsentrasi maksimum
parasetamol dalam plasma tercapai dalam waktu 10-60 menit dan kemudian
dimetabolisme oleh tubuh. Maka dari itu efek antipiretik yang dihasilkan juga mulai
menurun seiring waktu.

Anda mungkin juga menyukai