Anda di halaman 1dari 36

Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Mercu Buana

MODUL PERTEMUAN KE 7
MATA KULIAH :
TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI (4 sks)

MATERI KULIAH:

Sejarah Semen, Jenis Semen, Penyimpanan Semen.

POKOK BAHASAN:

SEMEN

1-1 SEJARAH SEMEN


Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan mndurnya kerajaan
Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan bahwa
kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras didalam air.
Nahan ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi.
Penyelidikan lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial
dilakukan oleh J. Parker pada masa yang sama. Bahan tersebut mulai digunakan
sekitar awal abad ke 19 di Inggris dan kemudian di Perancis. Karya konstruksi
sipil pertama dikerjakan pada tahun 1816 di Souillac, Perancis berupa jembatan
yang dibuat dengan beton tak bertulang. Nama semen portland (Portland
Cement) diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air,
pasir, dan batu abatuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini
pertama kali diolah di Pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen
Portland pertama kali diproduksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay
Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1875. sejak itu, semen portland
berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Indonesia telah pula memiliki banyak pabrik semen portland modern
dengan mutu internasional. Pabrik yang tersebar di Sumatera, Jawa dan
Sulawesi itu antara lain:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

a) Pabrik semen Indarung yang memproduksi Semen Padang di


Padang, Sumatera Barat serta pabrik semen Baturaja yang
memproduksi semen Tiga Gajah, keduanya terletak di Sumatera.
b) Pabrik Semen gresik, Smen Cibinong, Semen Tiga Roda, dan Semen
Nusantara di Jawa.
c) Pabrik Semen Tonasa di Sulawesi.

1-2 JENIS SEMEN


Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan
campuran serta susunan yang berbeda beda. Semen dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu:
a) Semen non Hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam
air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-
hidrolik adalah kapur.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Kapur
telah digunakan selama berabad abad lamanya sebagai bahan adukan
dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida
piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur
digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.
Orang orang Romawai menggunakan beton untuk membangun
Colloseum dan Parthenon, dengan cara mencampur kapur dengan abu
gunung yang mereka peroleh didekat Pozzuoli, Italia dan mereka
namakan Pozzolan.
Pondasi jlan pada zaman Romawai, termasuk jalan ia Appia,
merupakan tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur digunakan
dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu,
industri farmasi, industri baja, industri gula, dan industri semen.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung
kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum
berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium
hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut
dihasilkan denga membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama
beserta bahan bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali,
alumina, dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam tungku

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu (800
1200) 0C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon
dioksida dengan reaksi kimia sebagai berikut.
CaCO3  CaO + CO2
Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor, dan jika
berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas.
Reaksi kimianya adalah:
CaO + H2O  Ca(OH)2 + panas
Proses ini dinamakan proses mematikan kapur (slaking) dan
hasilnya, yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati.
Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama bergantung pada kemurnian
kapur; makin tinggi kemurnian kapur yang bersangkutan makin besar
daya reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu 1). Dapat dimatikan dengan cepat, 2). Dapat dimatikan
dengan agak lambat, dan 3). Dapat dimatikan dengan lambat.
Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya
(sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan
menambahkan air yang berlebihan pada kapur tohor. Pengikatan kapur
terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat
penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi
karbondioksida dari udara dengan kapur mati. Reaksinya adalah sebagai
berikut.
Ca(OH)2 + CO2  CaCO3 + H2O
Dari reaksi kimia diatas terlihat bahwa akan terbentuk kembali
kristal kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen itu
menjadi massa padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat
berlangsung bertahun tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh.
Agar dapat berlangsung , diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan
karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan
sehingga proses pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.
Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit langit,
untuk mengapur kamar kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk
membasmi kutu kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan
tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan
memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

1:3, kapur putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak


mengandung pori pori. Kapur putih merupakan komponen utama dan
bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur sebagai bahan
pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.
b) Semen Hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik,
semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen,
portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan
semen expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen
warna, dan semen semen untuk keperluan khusus.
 Kapur Hidrolik
Bahan
Sebagian besar (65-75) bahan kapur hidrolik terbuat
dari batu gamping, yaitu kalsium karbonat beserta bahan
pengikutnya berupa silika, alumina, magnesia dan oksida besi.
Cara Pembuatan
Kapur hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur
yang mengandung silika dan lempung sampai menjadi klinker
dan mengandung cukup kapur dan silikat untuk menghasilkan
kapur hidrolik. Klinker yang dihasilkan haruss mengandung
cukup kapur bebas sehingga massa klinker itu dapat
menghasilkan kapur tohor setelah berhubungan dengan air.

Bila kadar alumina dan silika dalam batu kapur


bertambah, maka panas yang terjadi berkurang dan pada suatu
saat reaksi antara air dan kapur tersebut berhenti. Pada suhu
tinggi, alumina dan silika berpadu dengan kalsium oksida,
kalsium silikat, dan alumina yang tidak mudah bergabung
dengan air bila berada dalam bentuk gumpalan-gumpalan. Oleh
karena itu, kapur tohor ditambahkan pada saat pemberian air,
sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-pecah
menjadi serbuk halus akibat pengembangan kapur tohor.
Produksi Kapur di Indonesia
Bahan mentah yang biasa dipakai sebagai pozollan
yang terdapat diIndonesia umumnya berupa teras bahan,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

misalnya batu apung yang dihasilkan dari magma gunung


berapi yang mati.

Tanur yang digunakan untuk pembuatan kapur hidrolik


ini bervariasi bentuknya, mulai dari yang sederhana sampai
yang berbentuk cerobong vertikal (silo). Karena tidak adanya
kontrol yang baik selama pembuatan kapur ini, kapur yang
dihasilkan seringkali memiliki kadar air yang cukup tinggi
sehingga segera menyerap karbondioksida dari udara dan
membentuk kembali kalsium karbonat. Jika kita berjalan kearah
Bandung, di daerah Padalarang akan terlihat tungku-tungku
vertikal pengolahan batu kapur yang hasilnya lebih baik. Bahan
pembakar tungku menggunakan kayu bakar ataupun batubara.
Hasil pembakaran kapur yang baik dapat dilihat dari hasil kapur
tohor yang ringan, kering dan berbentuk halus.

Secara sederhana, kapur hidrolik dapat dihasilkan


dengan menghamparkan beberapa kilogram kapur tohor dan
kemudian memercikan air secukupnya. Jika dilaksanakan
dengan baik dan seksama, akan didapatkan kapur mati yang
baik. Jika dikehendaki hasil yang besar, sekitar 10-50 ton, hal
itu perlu dilakukan di dalam pabrik atau industri pengolahan
batu kapur. Secara sederhana, proses pembakaran kapur dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Sifat Sifat Kapur Hidrolik
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun
tidak cocok untuk bangunan-bangunan di dalam air, karena
membutuhkan udara yang cukup untuk mengeras. Sifat umum
dari kapur adalah sebagai berikut:

a. Kekuatannya rendah
b. Beratjenis rata-rata 1000 kg/m3.
c. Bersifat hidrolik
d. Tidak menunjukkan pelapukan
e. Dapat terbawa arus.
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam
dan diakhiri setelah 15 (lima belas) jam. Pengunaannya antara

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

lain untuk adukan tembok, lapisan bawah plesteran, plesteran


akhir, bahan pencampur semen dan sebagai bahan
tambahjika beton akan diekspos.

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Kapur Hidrolik

 Semen Pozollan
Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium
ataualuminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan.
Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida
pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang
mempunyai sifat-sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung
silika amorf, yang apabila dicampur dengan kapur akan
membentuk benda padat yang keras. Bahan yang mengandung
pozollan adalah teras, semen merah, abu terbang, dan bubukan
terak tanur tinggi (SK.SNI T-15-1990-03:2).
Teras alam dapat dibagi menjadi:
Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin, dan teras
yang dihasilkan dari batuan vulkanik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Teras yang mengandung silika amorf halus yang


tersebar dalam jumlah banyak dan dapat bereaksi
dengan kapur Jika dibubuhl air serta membentuk silikat
yang mempunyai sifat hidrolik.
Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly-ash)
dari hasil residu PLTU dan hasil tambahan dari
pengolahan bijih bauksit. Teras buatan mi dibuat
dengan pembakaran batuan vulkanik dan kemudian
menggilingnya. Semen teras meliputi semua bahan
semen yang dibuat dengan menggunakan teras dan
kapur tohor. yang tidak membutuhkan pembakaran.
Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah dan
digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan
persyaratan konstmksi yang khusus, tetapi
menggunakan banyak bahan semen.

 Semen Terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar
terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur
kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60 %beratnya berasal terak
tanur tinggi. Campuranini biasanya tidak dibakar. Jenis semen
terak ada dua, yaitu:
Bahan yang dapat digunakan sebagai kombmasi
portland cement dalam pembuatan beton dan sebagai
kombinasi kapur dalam pembuatan adukan tembok.
Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa
udara, yang digunakan seperti halnya jenis pertama.
Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non-metalik, yang
sebagian besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan
senyawa basa lainnya, yang terbentuk dalam keadaan cair
bersama-sama dengan besi di dalam tanur tinggi.
Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni
penggilingan, yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

sekaligus berkurang jumlah sulfatnya yang dapat merusak. Terak


tersebut kemudian dikeringkan dan ditambahi kapur tohor dengan
perbandingan tertentu. Seluruh bahan kemudian dicampur dan
dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus.
Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton,
tetapi cukup menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang
besar yang tidak begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena
kadar alkali yang rendah semen terak tidak memperlihatkan noda-
noda oleh kadar alkali sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan
yang khusus.

 Semen Alam

Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur


yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu
pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk
halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup
untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga
membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat
dianggap mempunyai sifat hidrolik.
Semen alam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1).
Semen alam yang digunakan bersama-sama dengan portland
cement dalam suatu konstruksi, dan 2). Semen alam yang telah
dibubuhi bahan pembantu, yaitu udara, yang fungsinya sama
dengan jenis pertama.
Cara Pembuatan

Semen alam dibuat dengan cara membakar lempung batu


kapur yang memilik kadar lempung 13-35, kadar silika 10-20,
kadar alumina 10-20, serta kadar oksida besi 10-20. Setelah
dibakar, kapur tersebut dibasahi dengan air untuk mematikan
kapur dan menghilangkan kapur bebas. Hasil pembekuannya
disebut klinker. Klinker tersebut

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Kemudian digiling menjadi butiran yang berbentuk halus.


Semen alam yang dihasilkan biasanya mempunyai komposisi
sebagai berikut:

- SiO2 22 - 29 %

-CaO 31-57 %

-MgO 1.5-2.2 %

-Fe2 O3 1.5-3.2 %

- Al2 O3 5.2 - 8.8 %

Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang


langsung terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan
dalam adukan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan
kekuatan tinggi.
 Semen Portland

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling


banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-
150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama-sama dengan bahan utamanya.

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus


memenuhi syarat SII. 0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan
Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8).

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak


digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika
ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah
agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus


disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang
diberikan. Pemilihan tipe semen ini kelihatannya mudah dilakukan
karena semen dapat langsung diambil dari sumbemya (pabrik).
Hal itu hanya benar jika standar deviasi yang ditemui kecil,
sehingga semen yang berasal beberapa sumber langsung dapat
digunakan. Akan tetapi, jika standar deviasi hasil uji kekuatan
semen besar, hal tersebut akan menjadi masalah. Saat ini banyak
tipe semen yang ada di pasaran sehingga kemungkinan variasi
kekuatan semennya pun besar (ACI 318-89:2-1).

Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat


hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-
rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi
semen dalam beton hanya sekitar 10 %, namun karena fungsinya
sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.

Proses Pembuatan Semen Portland

Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral


kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan
aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini
menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan
mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis yang
dihasilkan berkisar antara 3.12 dan 3.16 dan berat volume
sekitar 1500 kg/cm3 (Nawy, 1985:9). Bahan utama
pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silika
(SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan
terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya,
terkadang ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum
(CaSO4.H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat
semen.

Klinker dibuat dari batu kapur (CaCO3), tanah liat


dan bahan dasar berkadar besi. Bahan kapur di Indonesia
tersedia melimpah. Kebanyakan pabrik semen dibangun di
dekat gunung kapur.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui


beberapa tahapan, yaitu:

1. Penambangan di quarry
2. Pemecahan di crushing plant
3. Penggilingan (blending)
4. Pencampuran bahan-bahan
5. Pembakaran (ciln)
6. Penggilingan kembali hasil pembakaran,
7. Penambahan bahan tambah (gipsum)
8. Pengikatan (packing plant)

Proses pembuatan semen portland dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu proses basah dan proses
kering.

Proses Basah

Pada proses basah, sebelum dibakar bahan


dicampur dengan air (slurry) dan digiling hingga berupa
bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang
diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan
lempung.

Bubur halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukan


dalam sebuah pengering (oven) berbentuk silinder yang
dipasang miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit
dinaikkan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan
akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit akibat
naiknya suhu dan akibat terjadinya sliding di dalam ciln.
Pada suhu 100 0C air mulai menguap; pada suhu 850 0C
karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400 0C,
berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran,
dimana akan terbentuk klinker yang terdiri dari senyawa
kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut
selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi
butir halus dan ditambah dengan bahan gipsum sekitar
1%-5%.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Proses Kering

Proses kering biasanya digunakan untuk jenis


batuan yang lebih keras misalnya untuk batu kapur jenis
shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam
keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan
tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya
sama dengan proses basah. Lihat Gambar 2.2.
(Gideon,1994:146).

Gambar 2.2 Proses Pembuatan Semen


Dalam fabrikasi akhir, semen portland digiling
dalam kilang peluru (kogelmoles/ciln) hingga halus dan
ditambahl beberapa bahan tambahan, termasuk gipsum.
Jenis semen yang diproduksi pabnk disesuaikan dengan
kebutuhan. Nama pabnk semen tersebut biasanya
digunakan sebagai merek dagang. Bagan alir dan proses
fabrikasi semen portland dipabrik dapat dilihat pada
Gambar 2.3. Secara ringkas, proses pembuatan semen
portland dapat dijelaskan sebagai berikut (Nawy, 1985:9).
1. Bahan baku yang berasal dari tambang (quarry)
berupa campuran CaO SiO2, dan Al2O3 digiling
(blended) bersama-sama beberapa bahan
tambah lainnya, baik dalam proses basah
maupun dalam proses kering.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

2. Hasil campuran tersebut dituangkan ke ujung


atas ciln yang diletakan agak miring.
3. Selama ciln berputar dan dipanaskan, bahan
tersebut mengalir dengan lambat dari ujung
atas ke ujung bawah.
4. Temperatur dalam ciln dinaikkan secara
perlahan hingga mencapai temperatur klinker
(clincer temperature) dimana difusi awal terjadi.
Temperatur mi dipertahankan sampai campuran
membentuk butiran semen portland pada suhu
0 0
1400 C (2700 F). Butiran yang dihasilkan
disebut sebagai klinker (clincer) dan memiliki
diameter antara 1.5-50 mm.
5. Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam
clinker storage dan selanjutnya dihancurkan
menjadi butiran-butiran yang halus.
6. Bahan tambah, yakni sedikit gipsum (sekitar
1%-5%) ditambahkan untuk mengontrol waktu
ikat semen, yakni waktu pengerasan semen di
lapangan.
7. Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada
sebuah cement silo untuk penggunaan yang
kecil, yakni kebutuhan masyarakat. Pengolahan
selanjutnya adalah pengepakan dalam packing
plant. Untuk kebutuhan pekerjaan besar,
pndistribusian semen dapat dilakukan
menggunakan capsule truck.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Gambar 2.3 Bagan Alir Proses Pabrikasi Semen

Sifat Dan Karakteristik Semen Portland

Semen yang satu dapat dibedakan dengan semen


lainnya berdasarkan susunan kimianya maupun kehalusan
butimya. Perbandingan bahan-bahan utama penyusun
semen portland adalah kapur (CaO) sekitar 60%-65%,
silika (SiO2) sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta
alumina (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7%-12%. Sifat-sifat
semen portland dapat iibedakan menjadi dua, yaitu sifat
fisika dan sifat kimia.

Sifat Fisika Semen Portland

Sifat-sifat fisika semen meliputi kehalusan butir,


waktu pengikatan, kekalan, kekuatan tekan, pengikatan
semu, panas hidrasi, dan hilang pijar. Berikut ini adalah
penjelasan untuk masing-masing sifat.

Kehalusan Butir

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Kehalusan butir semen mempengaruhi proses


hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi
semakin lama jika butir semen lebih kasar.
Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan
penampang spesifik, yaitu luas butir permukaan
semen. Jika permukaan penampang semen lebih
besar, semen akan memperbesar bidang kontak
dengan air. Semakin halus butiran semen, proses
hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal
tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.

Kehalusan butir semen yang tinggi dapat


mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke
permukaan, tetapi menambah kecenderungan
beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. Menurut
ASTM, butir semen yang lewat ayakan No.200
harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan
butir semen digunakan "Turbidimeter" dari Wagner
atau "Air Permeability" dari Blaine.

Kepadatan (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh
ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada kenyataannya,
berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara
3.05 Mg/m3 sampai 3.25 Mg/m3. Variasi ini akan
berpengaruh pada proporsi campuran semen
dalam campuran. Pengujian berat jenis dapat
dilakukan menggunakan Le Cliatelier Flask
menurut standar ASTM C-188.

Konsistensi

Konsistensi semen portland lebih banyak


pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu
pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

beton mengeras. Konsistensi yang terjadi


bergantung pada rasio antara semen dan air serta
aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan
kecepatan hidrasi. Konsistensi mortar bergantung
pada konsistensi semen dan agregate
pencampurya.

Waktu Pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan
semen untuk mengeras, terhitung dari mulai
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen
hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan
tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua:
1). waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu
dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta
semen hingga hilangnya sifat keplastisan, 2). waktu
ikatan akhir (final setting time) yaitu waktu antara
terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.
Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0
- 2.0 jam, tetapi tidak boleh kurang dan 1.0 jam,
sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari
8.0 jam.
Waktu ikatan awal sangat penting pada
kontrol pekerjaan beton. Untuk kasus-kasus
tertentu, diperlukan initial setting time lebih dan 2.0
jam agar waktu terjadinya ikatan awal lebih
panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk
transportasi (hauling), penuangan
(dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan
penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan ini
disertai perubahan temperatur yang dimulai terjadi
sejak ikatan awal dan mencapai puncaknya pada
waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan
memendek karena naiknya temperatur sebesar 30
0
C atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

oleh jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan


sekitamya.

Pengikatan semu diukur dengan alat "Vicat"


atau "Gillmore". Pengikatan semu untuk prosentase
penetrasi akhir minimum pada semua jenis semen
adalah 50%.

Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi
pada saat semen bereaksi dengan air, dinyatakan
dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk
antara lain bergantung pada jenis semen yang
dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam
pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat
mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan
pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur
beton, terutama pada struktur beton mutu tinggi,
retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing)
pada saat pelaksanaan.

Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai


temperatur pada saat hidrasi terjadi. Untuk semen
biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram
pada temperatur sekitar 5 0C hingga 80 kalori/gram
0
pada temperatur 40 C. Semua jenis semen
umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas
totalnya pada satu hingga tiga hari pertama 70%
pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6 bulan.
Laju perubahan panas ini bergantung pada
komposisi semen.
Perkembangan panas hidrasi untuk
0
berbagai jenis semen pada suhu 21 C ditunjukkan
pada Tabel.2.1.
Tabel 2.1 Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21 0C
Jenis Semen Portland Hari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

1 2 3 7 28 90
Tipe I 33 53 61 80 96 104
Tipe II - - - 58 75 -
Tipe III 53 67 75 92 101 107
Tipe IV - - 41 50 66 75
Tipe V - - - 45 50 -

Perubahan Volume (Kekalan)


Kekalan pasta semen yang telah mengeras
merupakan suatu ukuran yang menyatakan
kemampuan pengembangan bahan-bahan
campurannya dan kemampuan untuk
mempertahankan volume setelah pengikatan
terjadi. Ketidak kekalan semen disebabkan oleh
terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang
pembakarannya tidak sempurna serta magnesia
yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur
bebas itu mengikat air dan kemudian menimbulkan
gaya-gaya expansi. Alat uji untuk menentukan nilai
kekalan semen portland adalah "Autoclave
Expansion of Portland Cement" cara ASTM C-151,
atau cara Inggris, BS, "Expansion by Le Chatellier".

Sifat-sifat semen portland sangat


dipengaruhi oleh susunan ikatan oksida-oksida
serta bahan-bahan pengotor lainnya. Semen yang
digunakan untuk membangun suatu struktur hams
mempunyai kualitas tertentu agar dapat berfungsi
secara efektif. Pemeriksaan secara berkala perlu
dilakukan, baik pada saat pemrosesan, saat
menjadi bubuk semen maupun setelah menjadi
pasta semen. Pemeriksaan semen atau pengujian
semen hams dilakukan sesuai dengan standar
mutu. Standar yang paling umum dianut di dunia
adalah Standar ASTM, "American Society for
Testing and Material" C-150 dan British Standar
(BS-12). Di Indonesia, kita menggunakan Standar
Industri Indonesia, (SII-0013-81) yang mengadopsi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

ASTM C-150-80. SU kini telah diperbarui menjadi


SNI.
Kekuatan Tekan
Kekuatan tekan semen diuji dengan cara
membuat mortar yang kemudian ditekan sampai
hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur
dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu,
kemudian dibentuk menjadi kubus-kubus berukuran
5x5x5 cm.
Setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari dan
mengalami perawatan dengan perendaman, benda
uji tersebut diuji kekuatan tekannya. Perkembangan
kekuatan tekan untuk. mortar dan beton yang
menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat
pada Gambar 2.4 dan 2.5.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Gambar 2.4 Perkembangan Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe


Portland Cement

Gambar 2.5 Perkembangan Kekuatan Tekan Beton untuk Berbagai Tipe


Portland Cement dengan FAS 0.49

Sifat dan Karakteristik Kimia Semen Portland

Senyawa Kimia

Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa


kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu:

1. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat


menjadi C3S.

2. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat


menjadi C2S.

3. Trikalsium Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di


singkat menjadi C3A.

4. Tertrakalsium aluminoferrit (4CaO.


AL2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal


yang saling mengikat/mengunci ketika menjadi
klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80%
dari berat semen dan merupakan bagian yang
paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling
bereaksi. Persenyawaan ini dinamakan proses
hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.
Senyawa C3S jika terkena air akan cepat bereaksi
dan menghasilkan panas. Panas tersebut akan
mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari
ke-14. Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan
air dan hanya berpengaruh terhadap semen
setelah umur 7 hari. C2S memberikan ketahanan
terhadap serangan kimia (chemical attack) dan
mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas
akibat lingkungan.

Kedua senyawa utama tadi membutuhkan


air sekitar 21%-24% dari beratnya untuk bereaksi.
Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida
hampir tiga kali dari yang dibebaskan oleh C2S.
Jika kandungan C3S lebih banyak maka akan
terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang
tinggi dan panas hidrasi yang tinggi, sebaliknya jika
kandungan C2S lebih banyak maka akan terbentuk
semen dengan kekuatan tekan awal yang rendah
dan ketahanan terhadap serangan kimia yang
tinggi.

Senyawa ketiga, C3A, bereaksi secara


exothermic dan beraksi sangat cepat, memberikan
kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam
pertama. C3A bereaksi dengan air yang jumlahnya
sekitar 40% dari beratnya. Karena persentasinya
dalam semen yang kecil (sekitar 10%), maka
pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi menjadi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

kecil. Unsur ini sangat berpengamh pada nilai


panas hidrasi tertinggi, baik pada saat awal
maupun pada saat pengerasan berikutnya yang
sangat panjang. Semen yang mengandung unsur
C3A lebih dari 10% tidak akan tahan terhadap
serangan sulfat.

Prinsip dasar pemilihan semen yang akan


digunakan sebagai bahan campuran beton yang
tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa
banyak kandungan senyawa C3A-nya. Semen yang
tahan sulfat harus memiliki kandungan C3A tidak
lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A-nya
tinggi, jika terkena sulfat yang terdapat pada air
atau tanah akan mengeluarkan C3A yang bereaksi
dengan sulfat dan mengambang sehingga
mengakibatkan retak-retak pada betonnya
(Cokrodimuldjo, 1992).

Untuk struktur drainase yang kandungan


sulfatnya lebih tinggi dari normal, harus digunakan
bahan campuran beton yang tahan terhadap
serangan sulfat. Semen yang akan digunakan
harus memiliki kandungan C3A sekitar 0.10%-
0.20% (ACI 318-83:2-7). Semen portland Tipe II
biasanya mengandung C3A lebih kecil dari 8%
(ASTM C-150). Untuk struktur yang benar-benar
akan terekspos serangan sulfat, sebaiknya
digunakan semen Tipe V, dimana kandungan C3A
maksimumnya sekitar 5% (ACI.318-83:2-7).
Senyawa keempat, yakni C4AF, kurang
begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan
semen atau beton sehingga kontribusinya dalam
peningkatan kekuatan kecil. Komposisi kandungan
senyawa yang dibutuhkan dalam semen portland
menurut standar ASTM C-150 (ASTM C-150
Vol.04.02: 1995, 92) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Tabel 2.2 Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland

Trikalsium Dikalsium
Trikalsium Tetrakalsium
Silikat Silikat
3CaO.SiO2 2CaO.SiCO2 Aluminat Aluminofferit
Nilai
Atau Atau 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3Fe2O3.
C3S C2S Atau Atau C4AF
C3A
Penyemenan Baik Baik Buruk Buruk
Kecepatan Sedang Lambat Cepat Lambat
Reaksi
Pelepasan Sedikit
Sedang Sedikit Banyak
Panas
Hidrasi

Dari uraian di atas nampak bahwa


perbedaan persentasi senyawa kimia akan
menyebabkan perbedaan sifat semen. Kandungan
senyawa yang terdapat dalam semen akan
membentuk karakter dan jenis semen. Peraturan
Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya di
halaman 1, membagi semen portland menjadi lima
jenis (SK.SNI T-15-1990-03-.2) yaitu:
1. Tipe I, semen portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan
khusus sepertijenis-jenis lainnya.

2. Tipe II, semen portland yang dalam


penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

3. Tipe III, semen portland yang dalam


penggunaannya memerlukan kekuatan awal
yang tinggi dalam fase permulaan setelah
pengikatan terjadi.
4. Tipe TV, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi
yang rendah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

5. Tipe V, Semen portland yang dalam


penggunaaimya memerlukan ketahanan yang
tinggi terhadap sulfat.

Komposisi kimia dari kelima jenis semen


tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
(Nawy,1985:ll).

Tabel 2.3 Persentasi Komposisi Semen portland

Komposisi Dalam Persen %


Karakteristik Umum
C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgQ
Tipe I, Normal 49 25 12 8 2.9 0.8 2.4 Semen untuk semua
Tujuan
Relatif sedikit
pelepasan
Tipe II, 6 3
46 29 12 2.8 0.6 panas, digunakan
Modifikasi
untuk
struktur besar
Tipe III, Mencapai kekuatan
Kekuatan 56 15 12 8 3.9 1.4 2.6 awal yang tinggi
Awal Tinggi pada umur 3 hari
Tipe IV, Panas 5 Dipakai pada
30 46 13 2,9 0.3 2.7
Hidrasi Rendah bendungan beton
Dipakai pada
Tipe V, Tahan saluran dan struktur
43 36 4 12 2.7 0.4 1.6
Sulfat yang diekspose
terhadap sulfat.

Dalam SII 0013-1981 dan Ulasan PB 1989,


semen Tipe I digunakan untuk bangunan-bangunan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Semen Tipe II yang memiliki kadar C3A tidak lebih


dari 8% digunakan untuk konstruksi bangunan dan
beton yang terns menerns berhubungan dengan air
kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang
tertanam di dalam tanah yang mengandung air
agresif (garam-garam sutfat) dan saluran air
buangan atau bangunan yang berhubungan
langsung dengan rawa. Semen Tipe III, memiliki
kadar C3A serta C3S yang tinggi dan butirannya
digiling sangat halus, sehingga cepat mengalami
proses hidrasi. Semen jenis ini dipergunakan pada
daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada
daerah yang mempunyai muslin dingin (winter
season). Semen Tipe IV mempunyai panas hidrasi
yang rendah, kadar C3S-nya dibatasi maksimum
sekitar 35% dan kadar C3A-nya maksimum 5%.
Semen tipe ini digunakan untuk pekerjaan-
pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya
untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar
atau pekerjaan besar lainnya. Semen Tipe V
digunakan untuk bangunan yang berhubungan
dengan air laut, air buangan industri, bangunan
yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang
agresif serta untuk bangunan yang berhubungan
dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam
prosentase yang tinggi. Total alkali yang
terkandung dalam semen dalam campuran beton
harus dibatasi sekitar 0.5%-0.6% (Stanton, 1940).
Sifat Kimia

Sifat kimia semen meliputi kesegaran


semen, sisa yang tak larut dan yang paling utama
adalah komposisi syarat yang diberikan.
Kesegaran Semen
Pengujian kehilangan berat akibat
pembakaran (loss of ignition) dilakukan pada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

0
semen dengan suhu 900-1000 C. Kehilangan
berat ini terjadi karena kelembaban yang
menyebabkan prehidrasi dan karbonisasi dalam
bentuk kapur bebas atau magnesium yang
menguap.

Kelembaban ini disebabkan oleh atmosfir


yang mengandung air, juga karena karbondioksida
yang terserap di atmostir. Kehilangan berat dari
semen ini merupakan ukuran dari kesegaran
semen. Pemeriksaan kesegaran semen dilakukan
dengan cara mengambil satu gram semen dan
menempatkannya dalam platina bertemperatur
0
900-1000 C, selama 15 menit. Dalam keadaan
normal, akan terjadi kehilangan berat sekitar 2
(batas maksimum sekitar 4).
Sisa Yang Tak Larut (Insoluble Residue)
Sisa bahan yang tak habis bereaksi adalah
sisa bahan tak aktif yang terdapat pada semen.
Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik
kualitas semen. Jumlah maksimum sisa tak larut
yang dipersyaratkan adalah 0.85%. Pemeriksaan
bahan yang tak larut dapat dilakukan dengan
mengaduk satu gram semen dalam 40 ml air yang
kemudian ditambahi dengan 10 ml HCL pekat.
Campuran tersebut selanjutnya dididihkan selama
10 menit dan volumenya dibuat tetap. Jika
terbentuk gumpalan, gumpalan tersebut harus
dipecah dan larutan disaring dengan kertas filter.
Sisa yang tak larut disaring dan dicuci dengan
larutan Na2CO3+H2O+HCL, kemudian dicuci
dengan air. Untuk memperoleh sisa yang tak larut,
kertas filter dikeringkan lalu dibakar dan ditimbang.
Panas Hidrasi Semen
Seperti, yang telah. .diuraikan, hidrasi
terjadi jika semen bersentuhan dengan air. Proses

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

hidrasi terjadi dengan, arah kedalam dan keluar.


Maksudnya, hasil hidrasi mengendap di bagian
luar, semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi
secara bertahap akan terhidrasi sehingga
volumenya mengecil (susut): Reaksi ini
berlangsung lambat (sekitar 2 - 8 jam) sebelum
mengalami percepatan setelah kulit permukaan
pecah.

Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta


semen yang terdiri dari gel (tobermorite).dan sisa
semen yang tidak bereaksi, seperti kalsium
Ca(OH)2, air dan senyawa yang lainnya. Kristalin
senyawa tersebut membentuk suatu rangkaian tiga
dimensi yang saling melekat secara acak, dan
sedikit demi sedikit mengisi ruangan yang ditempati
air, lalu membeku dan mengeras sehingga
mempunyai kekuatan tertentu, Selama proses
hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang
dinamakan panas hidrasi. Pasta semen yang telah
mengeras memiliki strukfur berpori dengan ukuran
yang sangat kecil, dan bervariasi ukurannya sekitar
4 x 107 mm; Setelah hidrasi berlangsung, endapan
pada permukaan butiran semen akan
menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang
belum terhidrasi semakin sulit sehingga proses
hidrasi menjadi lambat. Proses ini dapat mencapai
umur 50 tahun dalam peningkatan kekuatan beton.
Kekuatan Pasta Semen dan Faktor Air Semen
(FAS)
Banyaknya air yang dipakai selama proses
hidrasi akan mempengarnhi karakteristik kekuatan
beton jadi. Pada dasarnya jumlah air yang
dibutuhkan untuk proses hidrasi tersebut adalah
sekitar 25 dari berat semen. Jika air yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

digunakan kurang dari 25, maka kelecakan atau


kemudahan dalam pengerjaan tidak akan tercapai.
Beton yang memiliki workability
didefmisikan sebagai beton yang dapat dengan
mudah dikerjakan atau dituangkan (poured) ke
dalam cetakan (forms, molds) dan dapat dengan
mudah dibentuk (Ilsley Hewes, 1942:224).
Identifikasi dari kemudahan pekerjaan ini adalah
nilai konsistensi dari beton segar. Hal ini secara
khusus akan dibahas pada Bab 13. Kekuatan beton
akan turun jika air yang ditambahkan ke dalam
campuran semakin banyak. Karena itu
penambahan air harus dilakukan sedikit demi
sedikit sampai nilai maksium yang tercantum dalam
rencana tercapai.
Faktor air semen (FAS) atau water cement
ratio (wcr) adalah indikator yang penting dalam
perancangan campuran beton. Faktor air semen
adalah berat air dibagi dengan berat semen, yang
dituliskan sebagai:

FAS = berat air/berat semen

FAS yang rendah menyebabkan air yang


berada di antara bagian-bagian semen sedikit dan
jarak antara butiran-butiran semen menjadi pendek.
Akibatnya, massa semen lebih menunjukan
keterkaitannya (kekuatan awal lebih berpengaruh).
Batuan semen mencapai kepadatan yang tinggi
dan kekuatan tekannya menjadi lebih tinggi (normal
ratio sekitar 0.25-0.65). Duff dan Abrams (1919)
meneliti hubungan antara faktor air semen dengan
kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji
silinder. Jika faktor air semen semakin besar,
kekuatan tekan akan menurun, seperti disajikan di
Gambar 2.6.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Gambar 2.6 Hubungan antara kekuatan tekan beton umur 7 hari dengan faktor
air semen menggunakan semen yang cepat mengeras

Gambar 2.6 menunjukkan peningkatan


kekuatan beton yang ekstrem pada FAS 0.5
sampai 1.10. Hubungan antara variasi kuat tekan
selama masa umur 28 hari untuk beberapa FAS
ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

masa perkembangannya
Dari Gambar 2.6 dan gambar 2.7 terlihat
bahwa pada nilai FAS 0.4, semen telah terhidrasi
dengan baik dan mempunyai kekuatan tekan yang
tinggi pada umur 28 hari. Jika diberi tambahan air,
pori-porinya akan bertambah banyak. Akibatnya
beton lebih banyak berpori dan kekuatannya akan
menurun.
Syarat Mutu Semen Portland

Semen portland yang digunakan untuk konstruksi


sipil harus memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Di
Indonesia, syarat mutu yang dipergunakan adalah
SII.0013-81, "Mutu dan Cara Uji Semen Portland". Syarat
mutu yang ditetapkan oleh SII ini diadopsi dari syarat mutu
ASTM C-150.
Syarat mutu semen portland, SII.0013-81
(ASTM.C-150)

Tabel 2.4 Syarat Kimia


JenisSemen
URAIAN
I II III IV V
MgO,%,maksimum 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
SO3,%,maksimum
C3A 8.0% 3.0 3.0 3.5 2.3 2.3
C3A 8.0% 3.5 - 4.5 - -
Hilang pijar, % maksimum 3.0 3.0 3.0 2.5 3.0
Bagian tak larut, % maksimum 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Alkali sebagai Na2O, %
0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
maksimum*)
C3S, % maksimum**) - - - 35 -
C2S, % maksimum**) - - - 40 -
C3A, % maksimum**) - 8 15 7 5
C3AF+2C3A, atau C4AF+C2F, - - - - 20++)
% maksimum**)
C3S+C3A, % maksimum - 58+) -

Keterangan:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

+) Nilai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bag! semen yang
sedang diuji; pengujian panas hidrasi tidak diperiksa.
++) Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat
pada syarat fisika diikutkan.
*) Hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktif terhadap
alkali.
*) Apabila perbandingan antara % Al2O3 dan % Fe2O3 lebih dari 0.64 maka
perbandingan C3S, C2S, C3A dan C4AF adalah sebagai berikut:
C3S = 3CaO.SiO2
= (4.071x%CaO) (7.600x%SiO2) (6.718x%Al2O3)
(1.430x%Fe2O3) (2.852xSO3)
C2S = 2CaO.SiO2 = (2.867x%SiO2) - (0.7544x%C3S)
C3A = 3CaO. Al2O3 = (2.650x%Al2O3) - (1.692x%Fe2O3)
C4AF = 4CaO.Al2O3.Fe2O3 = 3.043x%Fe2O3

Apabila perbandingan Al2O3 dan Fe2O3 kurang dari 0.64 perbandingannya


adalah:
C4AF+C2F = 4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2CaO. Fe2O3
Sehingga perhitungan C4AF+C2F dan C3Smenjadi:
C4AF+C2F = 2.100x% Al2O3+1.702x% Fe2O3
C3S = (4.071x%CaO) - (7.600x%SiO2) - (4.479x% Al2O3) (2.859x%
Fe2O3) - (2.852xSO3)
Dalam komposisi ini tidak terdapat C3A dalam
semen, sedangkan C2S dapat dihitung seperti rumus di
atas.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Tabel 2.5 Syarat Fisika


Tipe Semen
No. Uraian
I II III IV V
Kehalusan
Sisa diatas ayakan 0,09 mm, % 10 10 10 10 10
1
Maksimum
Dengan alat Vicat Blainey 2800 2800 2800 2800 2800
Waktu Pengikatan (setting time),
Menggunakan alat "Vicat"
Awal, menit minimum 45 45 45 45 45
Akhir, jam maksimum 8 8 8 8 8
2
Waktu Pengikatan (setting time),
menggunakan "Gillmore"
Awal, menit minimum 60 60 60 60 60
Akhir, jam maksimum 10 10 10 10 10
Kekalan; Pemuaian dalam 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
3
autoclave, maksimum
Kekuatan tekan: - - - - -
1 hari kg/cm2, minimum - - 125 - -
4 1 + 2 hari kg/cm2, minimum 125 100 250 - 85
1 + 6 hari kg/cm2, minimum 200 175 - 70 150
1 +27 hari kg/cm2, minimum - - - 175 210
Pengikatan semu (false set) 50 50 50 50 50
5
Penetrasi akhir, % minimum
Panas hidrasi - - - - -
6 7 hari, cal/g, maksimum - 70 - 60 -
28 hari, cal/g, maksimum - 80 - 70 -
Pemuaian karena sulfat - - - - 0,45*)
7
14 hari, %maksimum

*) Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan; syarat ini berlaku sebagai ganti dari
nilai batas kadar
C3A dan C4AF+2C3A;seperti yang disyaratkan di syarat kimia.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

Standar Pengujian

Tabel 2.6 Standar Pengujian Sifat Fisika Menurut ASTM


Sifat Fisika ASTM Test

Kehalusan Butir (fineness)


- Air Permeability C.204
- Turbidimeter C.115
- Sieving C.I 84 (No. 100 and 200, dry)
C.786(No.50,100,200,wet)
C.430 (No.325, wet)
Kepadatan (density) C.I 88
Konsistensi (concislency)
- Water requirement C.I 09
- Konsistensi normal C.I 87

Pengikatan (setting lime)


C.266 (Gillmore)
- Time of Set
C.191 (Vicat)
C.807 (Vicat Modifikasi)
- False Set C.451
Panas Hidrasi C.186
Perubahan Volume C.157
Kekuatan C.109
Keawetan (Durability)
- Air Content C.185
- Reaksi Alkali C.227 (menggunakan Pyrex glass)
- Siilfnte expansion C.452 (untuk semen portland)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

 Semen Portland Pozollan

Semen portland pozollan adalah campuran semen portland


dan bahan-bahan yang bersifat pozollan seperti terak tanur tinggi
dan hasil residu PLTU. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk
beton yang diekspos terhadap sulfat. Menurut (SK.SNI T-15-1990-
03:2), semen portland-pozollan dihasilkan dengan mencampurkan
bahan semen portland dan pozollan (15-40% dari berat total
campuran), dengan kandungan SiO2 + Al2 O3 + Fe2 O3 dalam
pozollan minimum 70% (SK.SNIT-1991-03:2).

Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland


pozollan sebagai bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132
"Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozollan atau syarat ASTM
C.595-82, yaitu "Spesification for Blend Hydraulic Cement.
(SKBI.l. 4.53:4).
Abu terbang (fly ash) atau bahan pozollan lainnya yang
dipakai sebagai bahan campuran tambahan hams memenuhi
"Spesification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozollan
for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement" (ASTM
C.618).
 Semen Putih

Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida


besinya rendah, kurang dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan
harus kapur mumi, lempung putih yang tidak mengandung oksida
besi dan pasir silika. Semen putih digunakan untuk membuat star
ubin/keramik dan benda yang, lebih banyak nilai seninya, tetapi
biasanya tidak digunakan untuk bangunan struktur. Semen putih
telah diproduksi secara massal di pabrik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

 Semen Alumina

Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur


dan bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 1600 0C.
Hasil pembakaran tersebut berbentuk klinker dan selanjutnya
dihaluskan hingga menyerupai bubuk. Jadilah semen alumina
yang berwama abu-abu.

Semen alumina mempunyai kekuatan tekan awal yang


tinggi, tahan terhadap serangan asam dan garam-garam sulfat
dan tahan api. Akan tetapi, jika dipergunakan pada suhu lebih dari
0
29 C, kekuatannya berangsur-angsur akan berkurang. Oleh
karena itu, jenis semen ini hanya dapat dipergunakan untuk
negara yang mempunyai musim dingin.

1-3 PENYIMPANAN SEMEN

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu


lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13). Semen harus
terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan
dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur
dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokan
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang
satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen
yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.
Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau
beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya.
Apabila semen telah disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen
tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai.

Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan


zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang
dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan
semen sekitar 30 cm.

LATIHAN:

1. Jelaskan deskripsi dari semen

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Jurusan Teknik Sipil MODUL KE-7
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Mercu Buana

2. Sebutkanjenis-jenis semen hidrolik dan non-hidrolik!

3. Jelaskan proses pembuatan kapur hidrolik di Indonesia!

4. Apa yang dimaksud dengan pozollan? Apa saja yang dapat dikelompokkan
sebagai pozollan?

5. Bagaimana proses pembuatan a), semen terak, b). semen alam dan c).
semen portland?

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses basah dan proses kering dalam
pembuatan semen portland!

7. Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia maupun
fisika!

8. Jelaskan komposisi kimia dan kegunaan dari lima tipe semen portland!

9. Sebutkan dan Jelaskan empat unsur kimia utama penyusun semen portland!

10. Jelaskan perkembangan kekuatan tekan (sampai dengan umur 28 hari) beton
yang menggunakan lima jenis semen portland dengan FAS 0.49!

11. Sebutkan dan Jelaskan syarat mutu semen portland sebagai campuran
beton!

12. Bagaimanakah cara penyimpanan semen portland?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Anda mungkin juga menyukai