OLEH:
MUCHLIS ZAIN
D211 O7 O99
TEKNIK MESIN
1
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
2
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
Proses Pencemaran
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga
mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan
ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia
bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan
langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit
kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran
(self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka
pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak
pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
Langkah Penyelesaian
Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.
Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk
mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya
dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan
daur ulang (recycle).
Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi
jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent,
Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green
Chemistry. Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang
mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.
Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga,
atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi
alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.
Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring
lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk
permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan
global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.
3
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
4
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
Outline:
Isu-isu tentang K3
Prinsip-prinsip SMK3
o Perencanaan
o Penerapan/Pelaksanaan
Elemen SMK3
Audit/Sertifikasi SMK3
Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam perusahaan. Pada
era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau resiko kerja (personal
risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini diperkuat dengan konsep
common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing negligence (kontribusi
kelalaian), fellow servant rule (ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi
resiko) (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini berkembang menjadi
employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan
masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja.Dalam konteks bangsa
Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda.
Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan
K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement,
Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan
beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi.
Beberapa di antaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas
perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de
Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia
(Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu
lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen
Regeling 1940 (Ordonansi Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids
Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya.
Kepedulian Tinggi Pada awal zaman kemerdekaan, aspek K3 belum menjadi isu
strategis dan menjadi bagian dari masalah kemanusiaan dan keadilan. Hal ini dapat
dipahami karena Pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi penataan
kehidupan politik dan keamanan nasional. Sementara itu, pergerakan roda ekonomi
nasional baru mulai dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.
K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin ramainya
investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur).
Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi dalam bidang
ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1
Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No.
14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak
menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma kerja.Setiap
tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud
berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa.
Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha.
Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun 1992 tentang
Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sekor
perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-
sektor lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik),
perikanan, dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat
dengan perkembangan isu-isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan
hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya sebatas kualitas barang
tetapi juga mencakup kualitas pelayanan dan jasa. Banyak perusahaan multinasional
7
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
hanya mau berinvestasi di suatu negara jika negara bersangkutan memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap lingkungan hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan
masyarakat miskin. Karena itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap
K3, menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi.
Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , masyarakat dan internasional
menerapkan standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas,
manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen
Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan
tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Definisi SMK3
Secara normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2. Perencanaan
2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
2.3. Tujuan dan Sasaran
2.4. Indikator Kinerja
2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung
3. Penerapan
3.1 Jaminan Kemampuan
3.1.1. SDM, Sarana dan Dana
3.1.2. Integrasi
3.1.3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
3.1.5. Pelatihan dan Kompensasi
3.2. Kegiatan Pendukung
3.2.1. Komunikasi
3.2.2. Pelaporan
3.2.3. Pendokumentasian
3.2.4. Pengendalian Dokumen
3.2.5. Pencatatan dan Manajemen Informasi
3.3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
3.3.1. Identifikasi Sumber Bahaya
3.3.2. Penilaian Resiko
3.3.3. Tindakan Pengendalian
3.3.4. Perancangan dan Rekayasa
3.3.5. Pengendalian Administratif
3.3.6. Tinjauan Ulang Kontrak
3.3.7. Pembelian
3.3.8. Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana
3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden
3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
9
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
Dari data diatas tampak bahwa SMK3 yang dilaksanakan di Indonesia sudah cukup
representatif dibandingkan dengan standard internasional seperti OHSAS atau ILO OSH
guidelines.
Kesimpulan
Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta standarisasi SMK3 di
Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya bagi Industri Indonesia untuk
melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik industri skala kecil, menengah,
hingga besar. Sehingga bersama-sama menjadi industri yang kompetitif, aman, dan
Efisien dalam menghadapi pasar terbuka.
10
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
Penggunaan Komputer.
Konstruksi gedung :
Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan).
Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti asbes
dll. Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan warna
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode
khusus untuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga,
pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis
misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door).
Kualitas Udara :
Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan. Kontrol
terhadap polusi Pemasangan "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban udara).
Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok". Sistim ventilasi dan pengaturan suhu
udara dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi
serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit "Legionairre Diseases ".
Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang menimbulkan debu,
bau dll.
Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan, dll.
Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC matiPemasangan fan
di dalam lift.
Korosif kabel
Kebocoran instalasi
Campuran gas eksplosif
Eksternal
Faktor mekanik.
Faktor fisik dan kimia.
Angin dan pencahayaan (cuaca)
Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi hubungan pendek.
Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
Bencana alam atau buatan manusia.
Rekomendasi
Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan) hal ini
untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban.
Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan
syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
Lakukan peregangan.
Sudut lampu 45.
Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
Sudut pandang 15, jarak layar dengan mata 30 50 cm.
Kursi ergonomis (adjusted chair).
jarak meja dengan paha 20 cm
Senam waktu istirahat.
Rekomendasi
Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan komputer
disetiap unit kerja.
Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.
Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).
PENUTUP
Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni
indoor dan outdoor.Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya
dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun
terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan,
kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial,
pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan komputer. Hal diatas tidak
hanya meningkatkan dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja
dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya.Harapannya rekomendasi ini dapat
dijadikan sebagai acuan ataupun perbandingan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan
K3 khususnya di perkantoran.
HSE
HSE (Health, Safety, Environment,) atau di beberapa perusahaan juga disebut EHS,
HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan) dan
SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah suatu Departemen atau
bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan yang mempunyai fungsi pokok terhadap
implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari
Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan dan Pengawasan serta Pelaporannya.
Sementara, di Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah dengan
peran terhadap Lingkungan (Lindungan Lingkungan).
Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan Issue seputar Hak dan Kewajiban,
tetapi juga berdasarkan Output, yaitu korelasinya terhadap Produktivitas Keryawan.
Belum lagi antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi Kasus karena kesalahan prosedur
ataupun kesalahan pekerja itu sendiri (naas).
Dasar Hukum
Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang Lingkungan
yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai
K3 yaitu:
15
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja, Pengawasan,
Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban dan Hak Tenaga
Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus dan Ketentuan
Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini adalah, Ruang lingkup pelaksanaan K-3
ditentukan oleh 3 unsur:
Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha, Adanya Tenaga Kerja yang bekerja
di sana, Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi Usaha yang
bermotif sosial pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang menggunakan Instalasi
Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi bahaya tersetrum, korsleting
dan kebakaran dari Listrik dan peralatan Mesin lainnya).
Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 Concerning
Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli 1947). Saat
ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan
memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia (sumber:
www.ILO.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini, salah
satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970
keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi Pengawas
Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4 dan pasal 6
Konvensi tersebut) sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI No. 4309.
16
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
1. Audit Pentaatan
Audit Pentaatan memiliki sifat :
Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.Meninjau
persyaratan perizinan dan pelaporan.
Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.
Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan
pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.
2.Audit Manajemen
Audit jenis ini mempunyai sifat :
Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan
resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan.
Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat
penyimpangan.
Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.
Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.
Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan
penanganan limbah.
Menilai tempat pembuangan secara rinci.
Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan
masyarakat.
3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah
Jenis audit ini mempunyai sifat :
Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.
Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek
pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.
Mencari tindakan alternatif untuk pengurangan produksi, dan pendaur
ulangan limbah.
18
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
19
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)
Muchlis Zain_D21107099
20
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3)