Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

MODUL 5
PRAKTIKUM METALOGRAFI KUANTITATIF

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 1
1.3 Alat dan Bahan ........................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 2
2.1 Definisi Metalografi Kuantitatif ..................................................... 2
2.2 Teori Tambahan ............................................................................ 8
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN........................................................ 10
3.1 Langkah Kerja ........................................................................... 10
BAB IV DATA DAN ANALISA................................................................. 12
4.1 Analisa Data .............................................................................. 12
4.2 Analisa Matematis ..................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 14
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15
LAMPIRAN ........................................................................................... 16

Praktikum Metalurgi Fisik Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Metalografi adalah salah satu cara untuk melakukan periksaan struktur
mikro logam dengan pengamatan dibawah mikroskop optik. Struktur Mikro
meliputi fasa yang setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang
terbentuk dari fasa cair ke fasa padat dengan laju pendinginan sangat
lambat. Jenis fasa ini terdiri dari perlit , ferit , austenit dll yang dapat
diananilis dengan menggunkan diagram fasa(Fe-C). Fasa yang tidak
setimbang adalah fasa yang terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis fasa
ini terdiri dari Martensit , Bainite, yang dapat di analisis dengan
menggunakan diagram CCT (Continous-Cooling Transformation).
Sedangkan ditinjau dari bentuk butir logam memiliki dua bentuk butir yaitu ;
butir equaxial dan elongatio

1.2 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat,
Mengukur besar butir dengan metoda perbandingan ASTM
Mengukur besar butir dengan metoda garis (heyn & interseption)
Mengukur besar butir dengan metoda bidang datar (circle & plani
matric)

1.3 ALAT DAN BAHAN


Gambar micro structure material
plastik jilid
spidol permanent
jangka
penggaris
gunting
BAB II
LANDASAN TEORI

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 1


KUANTITATIF
2.1 DEFINISI METALOGRAFI KUANTITATIF
Metalografi kuantitatif (stereologi) adalah bidang metalografi yang
mempelajari secara kuantitatif hubungan antara pengukuranpada 2 dimensi
dengan besaran struktur micro dalam 3 dimensidari suatu logam dan
paduannya. Sifat-sifat logam dan paduanya dengan mudah dapat dipelajari
dari struktur micronya, melalui pemeriksaan metalografi kuantitatif yaitu
antara lain:

2.1.1. Pengukuran fraksi volume


2.1.2. Pengukuran permukaan spesifik
2.1.3. Pengukuran panjang garis spesifik
2.1.4. Pengukuran kerapatan titik
2.1.5. Pengukuran Besar Butir
Besar butir dapat diukur dengan menggunakan metoda :
Metoda perbandingan ASTM,
Besar butir suatu logam dan juga bentuk serta ukuran grafit serpih
dan grafit bulat dari besi cor dapat ditentukan dengan perbandingan
ASTM
Besar butir nomor G menurut ASTM didefinikan demikian rupa
sehingga 2 G-1 adalah sama dengan banyaknya butir per inchi
persegi pada pembesaran 100x
Nomor ASTM ini sangat bermanfaat dalam memperkirakan besar
butir atau ukuran panjang grafit serfih atau ukuran grafit bulat.
Standar ukuran butir menurut ASTM dapat dilihat pada metal
handbookASM vol,7 (Altas of microstructure of metal alloy )
Table 1. nomor ukuran butir ASTM

Metoda garis (heyn)

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 2


KUANTITATIF
Metoda heyn atau metoda besar butir rata-rata Lk yaitu panjang
rata-rata segmen segmen dari sutu pengujian yang melintasi batas
butir-batas butir .
l
Lk =n .
v . pk

Dimana :
Lk = besar butir rata-rata
n = jumlah garis uji
l = panjang garis uji
v = pembesaran poto
pk = jumah batas butir yang terpotong

Untuk menentukan nomor ASTM, dapat diperoleh dengan cara konversi (Tabel 2)

Tabel 2 konversi nomor ASTM

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 3


KUANTITATIF
Metoda Garis Potong
Metoda garis potong (intercept) ditentukan oleh banyak butir yang
terpotong oleh sebuah garis lurus (sedikitnya 50 butir)
l
Li =
n.v

Dimana :
Li = jarak perpotonga rata-rata (mm)
L = panjang garis lurus (mm)
v = Pembesaran poto
n = banyaknya butir yang terpotong

Untuk menentukan nomor ASTM ukuran butirnya maka diperoleh


dengan cara konversi table 5. Untuk butir yang non equiaxial, besar
butir ditentukan oleh garis lurus pada berbagai arah.

Metoda heyn & konversi ASTM

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 4


KUANTITATIF
Table 5.hubungan ukuran butir

Metoda Lingkaran
Metoda ini, besar butir rata-rata (mm) di tentukan dengan
persamaan :
Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 5
KUANTITATIF
fk
Fm =
( 0.07 .n+ Z ) . v

Dimana
Fm = besar butir rata-rata (mm)
fk = lingkaran (mm)
Z = banyaknya butir dalam lingkaran
N = banyaknya butir yang terpotong
V = pembesaran poto

Gambar 3 Metode lingkaran

Metoda Plani Metric


Metoda ini dilakukan untuk mengukur besar butir yang terelongasi
yaitu dengan cara pengukuran besar butir metoda garis pada
berbagai arah (misalnya 0, 30, 60,90) kemudian hasilnya di
plotsecara grafis atau dihitung ratio Lmax/Lmin

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 6


KUANTITATIF
Gambar 4. Metoda planimetrik
Untuk menentukan fraksi unsur/fasa dapat dibantu dengan garis potong

Gambar 5. Metoda garis

Metoda Point Count

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 7


KUANTITATIF
Metoda ini (ASTM specification E562), dapat digunakan untuk
menghitung jumlah fasa tertentu
%fasa yang ditinjau =(jumlah titik/total titik) x 100%

Jumlah titik X 100


fasa yang ditinjau=
total titik

PT =
P
PT

Gambar 5. Metoda point count

Metoda Hilliarad
6.64 logL 1
G=10
P. M

Dimana :
G = Grain size number (ASTM)
Li = keliling lingkaran (cm)
P = jumlah titik potong
M = pembesaran
Hubungan ukuran butir dan jumlah butir per in 2 dalam pembesaran
100x adalah N=2g-1

2.2 Teori Tambahan


Dari hasil pengujian dan hasil gambar foto yang didapat kita dapat
melihat ukuran butir membesar sebagai akibat dari pemberian perlakuan
panas yang kemudian didinginkan secara cepat dengan menggunakan
media pendingin air garam.
Akibat dari perlakuan panas dengan pendinginan yang cepat fasa
pearlit secara kuantitatif akan lebih banyak atau dominant daripada fasa
ferit. Atau dengan kata lain akibat dari laju pendinginan secara cepat
mempengaruhi pembentukan kembali fasa ferit.

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 8


KUANTITATIF
Semakin lambat laju pendinginan maka fasa ferit yang pada saat
pemanasan bertransformasi menjadi perlit akan mudah bertransformasi
kembali menjadi fasa ferit. Oleh karena itu perlakuan panas yang diberikan
kepada specimen yang kemudian didinginkan secara cepat akan memiliki
fasa perlit yang dominant sebagai akibat dari tidak sempatnya fasa perlit
tersebut bertrasformasi kembali menjadi fasa ferit.
Kita dapat menentukan jumlah fasa secara kuantitatif yang terjadi dari
suatu specimen yang telah diberi perlakuan panas dengan kecepatan
pendinginan tertentu. Dimana kita tahu kecepatan pendinginan yang
mempengaruhi sedikit dan banyaknya fasa-fasa tertentu. Hal ini dilakukan
dengan pertama-tama membuat foto gambar sturktur dari suatu specimen
kemudian dibuat titik-titik yang simetris dengan jumlah tertentu pada gambar
foto specimen tersebut. Dimana titik yang tepat mengenai fasa tertentu
dihitung 1 (satu) dan mengenai tepi fasa dihitung (setengah) untuk
masing-masing fasa yang ada.

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 9


KUANTITATIF
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Langkah Kerja


a. Pengambilan Gambar Struktur Mikro Material
Pertama ambil gambar struktur mikro yang akan kita uji metalografi
kuantitatif dengan pembesaran tertentu. Pada penelitian ini kami
menggunakan pembesaran 400X untuk mengambil gambar struktur
mikro material.
b. Gambar Garis Sesuai Metode Heyn
Kemudian buat 6 buah garis melintang pada sebuah kertas mika
transparan dengan panjang masing-masing 100 mm, dan jarak spasi
antar garis 10 mm. Kemudian tempelkan kertas tersebut di
sebmbarang tempat pada gambar struktur mikro yang telah kita ambil
sebelumnya.
c. Menghitung Jumlah Batas Butir yang Terpotong Garis
Setelah mendapatkan garis yang saling melintang pada gambar
struktur mikro, maka hitunglah jumlah butir yang terpotong oleh setiap
masing-masing garis yang kita gambar dan tuliskan hasilnya pada
bagian pinggir garis tersebut. Lalu jumlahkan hasil perhitungan butir
dari seluruh garis.
d. Memasukkan Data Kedalam Rumus Heyn
n. L
L k =
v . Pk

Dimana:
Lk : besar butir rata rata (mm)
n : Jumlah garis uji
l : Panjang garis uji (mm)
v : pembesaran foto
Pk : Jumlah batas butir yang terpotong

e. Mengkonversi Hasil Akhir Dari Rumus Kedalam Tabel Hubungan


Ukuran Butir
Setelah mendapatkan nilai Lk, maka masukkan nilai kedalam tabel
hubungan ukuran butir, dengan melihat nilai Lk dan menganyamakan
dengan kolom Calculated Diameter of Average Grain. Kemudian lihat

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 10


KUANTITATIF
nilai pada kolom ASTM Micro Grain Size Number yang sejajar dengan
nilai Lk yang kita dapatkan tadi.
f. Mengkonversi Hasil Nomor Ukuran ASTM Kedalam Grafik
Setelah mendapatkan nilai ASTM Micro Grain Size Number, maka
masukkan nilai kedalam tabel konversi nomor ASTM dengan cara
samakan nilai ASTM Micro Grain Size Number dengan nilai pada grafik
sebelah kanan, kemudian tarik garis sampai bertemu dengan garis
diagonal pada grafik. Dari titik pertemuan garis yang kita buat dengan
garis diagonal dari grafik, tarik garis tersebut turun ke bawah untuk
menemukan nomor equivalen ASTM
g. Menyimpulkan Material Diuji setara dengan material ASTM
Setelah mendapatkan nilai equivalen ASTM dari grafik, masukkan nilai
tersebut pada tabel Nomor Ukuran Butir ASTM, dimana nomor
equivalen yang kita dapat dari grafik tadi sama dengan nomor pada
tabel ASTM number pada tabel tersebut.

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 11


KUANTITATIF
BAB IV
DATA DAN ANALISA

1. Analisa Data
Gambar struktur mikro yang digunakan adalah gambar yang diambil
dengan pembesaran 400x, sebagai berikut.

Gambar 6
2. Analisa Matematis
Metoda Heyn atau metoda besar butir rata-rata
n. L
L k =
v . Pk

Dimana :
Lk = besar butir rata-rata (mm)
n = jumlah garis uji
I = panjang garis uji (mm)
V = pembesaran foto
pk= jumlah batas butir yang terpotong
Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 12
KUANTITATIF
Diketahui
N =6
L = 100 mm
V = 400
pk = 80
Data diperoleh
Maka, Calculate diameter average
= 0,0189 mm
= 0,743 in
l Average distance
Lk =n .
v . pk = 0,0168 mm
= 0,660 x10-3
100
Lk =6 Calculated Average Grain Section
400 . 80
= 0,356 mm2
Lk =0,01875 mm = 0,552 in2

Average Number of grain pen


Lk =18,7 m
= 1490000 mm2

Nominal grain per mm2 at 1X


Berdasarkan grafik dihasilkan ASTM = 2610 mm2
8,4 Nominal grain per in2 at 100X
Pada Tabel adalah ASTM 8,5 = 181 in2

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 13


KUANTITATIF
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Karakteristik struktur logam atau paduan logam memiliki sifat fisis dan
mekanis yang berbeda tergantung dari jenis perlakuan panas dan proses
pendinginannya.
Kekuatan dan keuletan suatu material yang telah mengalami proses
perlakuan panas akan dipengaruhi jenis media pendingin yang
digunakan. Urutan ketangguhan bahan menurut media pendinginnya
yaitu: air,udara,oli dan suhu tungku
Pada Struktur mikro logam terdapat batas butir yang menunjukan
kekerasan sebuah logam.
Mencari besaran rata-rata batas butir logam dapat diperoleh melalui
persamaan Hyen.
Logam yang diuji dengan pembesaran 400x memiliki besar rata-rata butir
sebesar 18,7 m.

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI 14


KUANTITATIF
DAFTAR PUSTAKA

Modul Panduan Praktikum Metalurgi Fisik, 2014, Bandung : Laboratorium Material


Teknik UNJANI.

Surdia Tata dan Saito Shinroku, 1984. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya
Paramitha: Bandung.

Sarimin, Dina Restia Ningrum. 2013. Pengaruh Proses Pemanasan dengan


Variasi Media Pendingin. Jurnal.

Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Wiley & Sons, 2002.

Laurance H. Van Vlack.2001. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material Edisi


keenam. Erlangga : Jakarta.

Surdia, Tata & Saito, Shinroku. 1992. Pengetahuan Bahan Teknik. (edisi kedua).
Pradnya Paramita :Jakarta.

Callister Jr. William D. 1994. Material Science and Engineering edisi VB.H.
Amstead. Teknologi Mekanik.1992

B.H. Amstead, Philip F Ostwald dan Myron L. Brgman, Teknologi Mekanik jilid I,
1981

Sudarsono., Ferdian, D., dan Soedarsono, J.W., 2003, Pengaruh Media Celup
dan Waktu Tahan Pada Karburasi Padat Baja AISI SAE 1522,

http://arisabadi.blogspot.co.id/2008/09/proses-karburising.html

http://teknik-mesin1.blogspot.co.id/2011/05/karburising.html

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI


KUANTITATIF
LAMPIRAN

Tugas Modul 5

1. Jelaskan hubungan (Hall-Petch) antara besar butir dengan sifat mekanik


suatu material
2. Apakah hubungan tersebut diatas berlaku juga untuk besi cor? Jelaskan
3. Jelaskan mengapa perkiraan kandungan karbon hanya dapat ditentukan
terhadap material baja karbon dalam kondisi annealing.

Jawaban

1. Material dengan butir yang halus akan lebih keras dan kuat dibanding
butiran yang kasar, disebabkan karena mempunyai jumlah permukaan
lebih besar pada total area lapisan butir yang akan menghambat
pergerakan dislokasi. Penurunan ukuran butir biasanya lebih baik dalam
meningkatkan ketangguhan. Dalam banyak hal, variasi yield strength
dengan ukuran butir mengacu pada persamaan Hall-Petch:

y =0 +ky d

Dimana 0 adalah tegangan geser yang berlawanan arah dengan


pergerakan dislokasi pada butir, d adalah diameter butir dan k adalah suatu
konstanta yang merepresentasikan tingkat kesulitan untuk menghasilkan
suatu dislokasi baru pada butir berikutnya Walaupun demikian, pengaruh
ukuran butir terhadap sifat mekanis memiliki batasan dimana butir yang
terlalu halus (<10nm) akan menurunkan sifat mekanis akibat grain
boundary sliding.
Diameter ukuran butir d dapat di kontrol melalui :
laju pembekuan (solidification),
deformasi plastis, dan
Perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
Struktur butir dengan kehalusan tinggi pada material baja dapat diperoleh
dengan kombinasi dari proses pengerjaan panas dan pendinginan
terkendali serta pengaruh penambahan paduan. Dalam hal ini ukuran butir

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI


KUANTITATIF
dikendalikan melalui pengaturan temperatur dan besar deformasi dalam
suatu konsep perlakuan thermomekanik atau TMCP.

2. Hall-Petch berkaitan dengan besi Cor. Karena pada besi cor tidak hanya
ada satu bahan material logam, bias terdapat beberapa unsur logam yang
nantinya akan membentuk paduan logam. Apa bila kita ingin membentuk
keandalan bahan tersebut kita bias memberikan heat treatment bahan
tersebut setelah dingin sehingga nantinya kita mendapatkan keandalan
benda tsb sesuai dengan yang kita inginkan.

3. Pada saat anealling, benda atau material akan memuai dan terlihat
strukturnya. Perbedaan jenis logam antara karbon dengan logam lain akan
terlihat karena proses ini

Jurusan Teknik Mesin Unjani MODUL 5 METALOGRAFI


KUANTITATIF

Anda mungkin juga menyukai