3
bagaimana perilaku pasien dan keadaan pasien. Klasifikasi dari intervensi keperawatan
membutuhkan standarisasi bahasa supaya perawat menggunakan untuk mendeskripsikan
perilaku spesifik ketika memberikan pelayanan keperawatan. Intervensi harus
dikonsepsualisasikan pada tingkatan yang meliputi kelompok ( cluster ) ciri ciri
perilaku atau aktifitas. Upaya yang dilakukan oleh American Nurses Association, the
National Institute for Nursing Research and the Agency for Health Care Policy and
Research menggambarkan kebutuhan untuk menentukan praktik keperawatan yang
efektif. Untuk menggambarkan praktik yang efektif, bagaimanapun, sifat dasar
intervensi.tugas ini dapat diperkeruh atau dikacaukan oleh empat factor yaitu : ( 1 )
istilah ganda digunakan untuk intervensi; ( 2 ) kebingunan diantara intervensi, pengkajian
dan aktifitas evaluasi; ( 3 ) kurangnya konseptualisasi untuk mengangkat intervensi; ( 4 )
kecilnya rekaman riwayat untuk mengambil keputusan oleh perawat dalam memilih
diatara intervensi yang ada.
Istilah ganda akan digunakan oleh perawat pada setiap fase proses keperawatan:
tindakan, aktifitas, intervensi, treatmen, terapeutik, order, dan implementasi. Suatu saat
istilah ini dapat digunakan dengan arti yang sama tetapi disaat yang lain digunakan untuk
indikasi yang berbeda. Kami lebih suka menggunakan istilah intervensi dan treatment,
dan dalam pekerjaan istilah ini dapat saling dipertukarkan.
Disini juga terdapt kebingungan tentang perbedaan intervensi, pengkjian dan
evaluasi. Sebagai contoh, berikut adalah tipikal intervensi yang ada pada buku buku
teks :
posisikan lengan dengan kantong pasir
angkat kepala 30 derajat
periksa kebutuhan akan perhatian dengan pasien
observasi batuk
inpspeksi kuku kuku
monitor pola nafas
4
tindakan keperawatan yang panjang untuk beberapa tipe pasien, daftar dalam beberapa
buku tidak sama dengan buku yang yang lain untuk pasien yang sama. Daftar berubah
dengan edisi yang baru.
Daftar yang panjang disebabkan keperawatan memiliki riwayat yang singkat
dalam memilih intervensi dan kurangnya informasi dalam mengambil keputusan. Sebagai
profesi, keperawatan gagal untuk menentukan prioritas intervensi; perawat bekerja keras
dan percaya mereka telah melakukan segalanya. Buku dan pedoman rencana keperawatan
memperkuat kepercayaan panjangnya daftar aktifitas yang berlainan dinamakan
intervensi berhubungan dengan beberapa diagnosa keperawatan. Praktik keperawatan
membuat prioritas, tetapi keputusan mereka tidak sistematis. Kurangnya penelitan pada
area ini memberikan kontribusi untuk tidak diketahuinya persoalan intervensi digunakan
untuk diagnosis dalam konteks pasien.
5
Pengetahuan Keperawatan
Pengambilan
keputusan Pilihan Pilihan Pilihan
klinik
Demografi pasien
Data manajemen
keuangan
Data fasilitas
kesehatan
Data dokter / lainnya
Gambar 1.2 jaringan data klinik keperawatan dengan data yang lain
6
Alasan ketiga : Perkembangan keperawatan dan sistem informasi pelayanan
kesehatan
7
Alasan keempat : Pembelajaran pengambilan keputusan bagi siswa
keperawatan
Saat ini kami mengajar siswa dengan medikal-bedah dan buku teks yang
berdasarkan teori keperawatan yang belum teruji, dan audiokaset, film, dan keahlian
secara manual berdasarkan tradisi. Siswa mempraktekkan keahlian teknikal
dilaboratorium sebelum melakukannya kepada pasien. Tetapi saat ini sangat sedikit
kesempatan untuk mempraktekkan keahlian pengambilan keputusan yang lebih sulit.
Beberapa dapat membantu dengan ketersediaan buku buku yang menyoroti tentang
studi kasus dan beberapa simulasi pasien melalui komputer. Juga adanya peningkatatn
jumlah tulisan berdasarkan diagnosa keperawatan. Akhirnya, buku teks diagnosa
keperawatan dan intervensi berdasarkan teori yang teruji akan tergantikan oleh medikal
surgikal yang berorientasi pada medis, ilmu kesehatan anak, kesehatan mental dan buku
teks lainnya. Dengan tambahan, akan adanya lebih banyak film dan audio kaset peragaan
yang melibatkan keperawatan. Kami mengharapkan analisis data klien akan membantu
dalam instruksi pengambilan keputusan secara klinik. Misalnya data dasar dalam
diagnosa gangguan citra diri dapat diakses, dan siswa dapat belajar hubungan antara
etiologi, intervensi dan kriteria hasil untuk menentukan intervensi mana yang lebih untuk
diagnosa tersebut. Hubungan diagnosa keperawatan dan intervensi pada tanda dan gejala
pasien, karakteristik demografi dan diagnosa medis dan pengobatan dapat juga
ditentukan. Menetapkan dan mengklasifikasi intervensi akan membantu pentingnya
proses pengajaran awal perawat bagaimana menentukan kebutuhan pasien dan respon
yang sesuai. Disamping itu, klasifikasi intervensi keperawatan akan membuat lebih
mudah untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan yang membutuhkan pengetuhuan
yang lebih tinggi dan level ketrampilan yang harusnya dipikirkan dalam program
kelulusan.
Alasan kelima : Penentuan biaya pelayanan yang akan diberikan oleh
perawat.
Pada dekade lalu, berbagai usaha telah dilaporkan diberbagai literatur tentang
biaya yang dikeluarkan dalam pelayanan keperawatan. Sebagian besar studi memiliki
ukuran sampel yang kecil, yang diadakan pada suatu institusi dan menggunakan sistem
klasifikasi pasien tanpa melihat validitas dan reliabilitas sampel tersebut. Sistem
klasifikasi pasien yang bervariasi dan tidak standar membuat sulitnya menghasilkan
kumpulan data yang besar untuk pembanding dari biaya keperawatan. Penentuan biaya
keperawatan berdasarkan intervensi yang dilakukan akan meningkatkan apa yang kita
miliki sekarang tetapi membutuhkan daftar intervensi yang terstandarisasi.
Tentu saja, pembayaran kembali pada perawat isu kunci dalam pengurangan biaya
kesehatan. Tagihan dokter untuk pelayanan mereka berdasarkan kode dalam Manual
Physicians Current Procedural Terminology ( CPT ) yang diterbitkan oleh asosiasi dokter
Amerika. Hudis Griffith dan koleganya telah menunjukkan bahwa perawat sering
melakukan beberapa prosedur yang dibayarkan kepada dokter. Bagaimanapun CPT hanya
sedikit intervensi yang dilakukan oleh perawat dan hal ini tidak sesuai dengan
pembayaran perawat. Sebuah klasifikasi intervensi keperawatan memberikan kerangka
penting untuk sebuah sistem pembayaran kembali untuk asuhan keperawatan.
Alasan keenam : Perencanaan untuk sumber yang dibutuhkan dalam
lingkungan praktik keperawatan.
8
Akhirnya, identifikasi biaya untuk intervensi keperawatan yang secara spesifik
akan memberikan evaluasi terhadap biaya keefektifan dari asuhan keperawatan.
Diketahuainya biaya dan efektifitas intervensi secara spesifik memberikan pengurangan
biaya melalui pengurangan atau penggantian pelayanan dan membantu dalam
menentukan apakah biaya saat ini akan mencegah atau mengurangi biaya akan datang.
Langkah pertama dalam proses yang penting adalah identifikasi intervensi yang
menunjukkan performa perawat. Kemudian, waktu untuk mengirim, biaya dan intervensi
ini dapat dipelajari. Informasi ini akan membantu administrasi keperawatan untuk
merencanakan lebih efektif untuk staf dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk
memberikan intervensi. Saat ini, sumber menggunakan berdasarkan tradisi, identifikasi
intervensi keperawatan adalah langkah awal untuk perencanaan yang lebih efektif dan
penggunaan sumber di masa depan.
Alasan ketujuh : Bahasa untuk mengkomunikasikan fungsi unik
keperawatan.
Pada 3 bagian seri awal Journal of the American Medical Assosiciation pada
Desember 1990, staf jurnal bertanya Bagaimana bisa elemen dapat menembus
pelayanan kesehatan yang tidak terlihat? Mereka melanjutkan mengidentifikasi dilema
utama : apakah yang dilakukan perawat adalah unik? Berbagai contoh, Gabbie
menyatakan profesi yang tak terlihat. Menurut Gabbie, pentingnya komponen merawat
dalam pelayanan kesehatan yang mempengaruhi hasil yang dicapai telah meningkatkan
pengakuan, yang sebelumnya keperawatan tidak diakui sebagai kontributor penting.
Tidak adanya indikasi pengertian bidang yang lengkap dari keperawatan dan bagaimana
profesi keperawatan akan menambah kedalam seluruh diskusi ( efektifitas pelayanan
kesehatan ). Apa yang Gabbie dan lainnya katakan tentang profesi keperawatan yang
telah diakui maka kita membutuhkan penggambaran secara sistematik apa yang perawat
lakukan pada asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan dapat dimengerti.
Klasifikasi intervensi keperawatan membantu usaha keperawatan untuk menggambarkan
keunikan seperti profesi kesehatan yang lain.
Alasan kedelapan : Artikulasi dengan sistem klasifikasi pemberi pelayanan
kesehatan.
Untuk tujuan pembayaran dan penelitian, pemerintah federal, perusahaan
asuransi, dan komunitas medis telah mengumpulkan standarisasi informasi kesehatan
dalam beberapa tahun. Beberapa Uniform Minimum Health Data Sets ( UMHDS ) telah
mengembangkan standarisasi informasi kesehatan dengan bantuan National Commitee on
Vital and Health Statistic. Uniform Hospital Discharge Data Set ( UHDDS ) dimasukkan
dalam syarat tagihan rumah sakit yang sragam. 14 butir termasuk : identifikasi pasien,
tanggal lahir, kelamin, asal daerah/ras, tempat tinggal, identifikasi RS, tanggal masuk dan
keluar, diagnosa medis utama, diagnoas sekunder, prosedur, penempatan pasien, sumber
pembayaran, identifikasi dokter. Ambulatory Medical Care Minimum Data Set sama
dengan UHDDS tetapi data ini didasarkan pada pertemuan rumah sakit pasien atau
institusi pasien. Long Term Health Care Minimum Data Set digunakan untuk perawatan
jangka panjang yang ditetapkan secara luas untuk melindungi pasien, tempat tinggalnya,
dan pelayanan institusi dalam lingkungan yang luas. Kumpulan data ini lebih panjang
dari 2 sebelumnya dan melindungi aktifitas dari kehidupan sehari hari ( ADL ),
mobilitas, masalah perilaku, pandangan, pendengaran, dan kemampuan fungsional
9
lainnya. Dua kumpulan data tambahan, Health Care Facilities Minimum Data Set
( kumpulan data minimum fasilatas pelayanan kesehatan ) dan Health Profession
Minimum Data Set ( kumpulan data minumum profesi kesehatan ) dikembangkan untuk
digunakan di sistem statistik kerjasama kesehatan ( Cooperative Health Statistics System
of The National Center for Health Statistics ) pada pusat statistik nasional. Kumpulan
data ini kurang diketahui dan tidak digunakan secara konsisten oleh semua agen atau
organisasi. Sebagian digunakan oleh institusi nasional kesehatan mental ( National
Institute of Mental Health ). Tidak ada satupun kumpulan data termasuk informasi yang
komprehensif tentang keperawatan, mayoritas hanya sedikit bahkan tidak ada.
Untuk setiap butir atau variabel ditetapkan sebagai kumpulan data, sebuah
klasifikasi untuk syarat syarat variabel sangat dibutuhkan. Misalnya setiap variabel
keperawatan, diagnosa, intervensi dan kriteria hasil memerlukan sebuah klasifikasi.
Klasifikasi utama istilah kedokteran adalah klasifikasi internasional penyakit
( International Classification of Disease / ICD and ICD-CM ). Terminologi prosedur saat
ini ( Current Procedural Terminology /CPT ), diagnosis dan statistik manual pneyakit
mental ( Statistical Manual of Mental Disorder / DSM ), sistematika penamaan obat
( Systematized Nomencalture of Medicine /SNOMED ), dan sistem pengkodean prosedur
adminitrasi keuangan pelayanan kesehatan ( Health Care Financing Administrations
Common Procedure Coding System / HCPCS ). Sebagai perawat sering tidak akrab
dengan berbagai klasifikasi ini, klasifikasi ini digambarkan disini dan dibandingkan
dengan NANDA dan klasfikasi NIC pada tabel 1.1( catatan : Kode taksonomi NANDA
mengacu pada tabel 1.1 yang tampak pada publikasi oleh Fitzpatrick dan koleganya ).
Klasifikasi penyakit internasional ( International Classification of Diseases, edisi ke 10
( ICD 10 ), diterbitkan oleh organisasi kesehatan dunia ( WHO ). Klasifikasi ini berisi
lebih dari 10.000 kondisi klinikal yang dikategorikan dalam 26 kelompok diagnosa utama
berdasarkan pada sistem organ utama. Digunakan diseluruh dunia untuk mengumpulkan
dan melaporkan statistik penyakt. ICD adalah petunjuk resmi yang digunakan untuk
catatan pengkodean kematian di Amerika. Dibawah pengwasan Pusat Statistik Kesehatan
Nasional fersi Amerika ( ICD-9-CM ), dimana lebih detail, juga digunakan sebagai
pengkodean utama dan alat pembayaran bagi rekam pasien di sebagian besar RS di
Amerika. Klasifikasi diagnosa ICD, meskipun versi Amerika juga berisi prosedur bedah.
Terminologi prosedur kedokteran saat ini ( Physicians Current Procedural
Terminology, edisi ke-4 ( CPT-4 )), diterbitkan oleh asosiasi medikal Amerika ( American
Medical Association ), adalah daftar yang sistematis dan prosedur pengkodean dan
performa pelayanan dokter. Pelayanan dibagi lima bagian : anatesi, bedah, radiologi, obat
obatan nuklir, dan diagnosa ultrasonografi, patologi dan laboratorium, dan obat
obatan. Sistem ini digunakan untuk pembayaran dokter dan digunakan oleh beberapa
pasien rawat jalan untuk kode prosedur dan performa pelayanan.
Diagnosis dan buku statistik penyakit jiwa, ( Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder / DSM ) edisi keempat ( DSM-IV), dikembangkan dan diperbaharui oleh
asosiasi penyakit jiwa Amerika ( American Psychiatric Association ). Nama dan kode
penyakit jiwa dan secara luas digunakan oleh perawat sebaik dengan praktisi kesehatan
yang menyediakan pelayanan kesehatan jiwa. Nama diagnosa dalam sistem pengkodean
ini sama dengan penggunaan kode pada ICD.
Sistem penamaan obat ( Systematized Nomenclature of Medicine / SNOMED ),
dikembangkan dan dipertahankan oleh lembaga patologi Amerika, berisi tujuh alasan :
10
topografi, morfologi, etiologi, fungsi, penyakit, prosedur dan pekerjaan. Seperti halnya
DSM-IV, kode penyakit diambil dari ICD. Karena detail dari sistem pengkodean
klasifikasi terlalu memakan waktu berguna untuk pembayaran tetapi sangat membantu
penelitian kesehatan. SNOMED termasuk diagnosa dari NANDA dalam bidang
fungsinya dan menambah intervansi NIC, pengkelasan dan bidang dalam bagian
prosedur.
Sistem pengkodean prosedur administrasi keuangan pelayanan kesehatan ( Health
Care Financing Administrations Common Procedure Coding System / HCPCS )
digunakan untum pembayaran pelayanan kesehatan. Sistem ini dibuat CPT yang mana
disebut level 1. HCPCS adalah level II dan terdiri dari 2400 kode standar nasional dibagi
menjadi 18 bagian. Salah satu kemungkinan pembayaran masa depan untuk perawat
adalah memasukkan NIC sebagai satu bagian di HCPCS.
Kumpulan data dan sistem klasifiskasi medis sebelumnya tidak melibatkan
keperawatan. Hasilnya, pengaruh kepada kualitas perawatan terhadap pasien dan biaya
kesehatan yang tidak diketahui dan tidak terlihat. Harriet Werley dan koleganya telah
menerbitkan secara luas pada kebutuhan akan Uniform Nursing Minimum Data Set
( UNMDS ) yang akan dikumpulkan secara sistematis disemua agen. Variabel
keperawatan diidentifikasi termasuk dalam NMDS yaitu diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, kriteria hasil, dan intensitas asuhan keperawatan. NIC dicalonkan
sebagi klasifikasi intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan NMDS.
11
Ada 2 tipe instrumen klasifikasi pasien : bentuk dasar dan faktor evaluasi. Intrumen
bentuk dasar menggambarkan sebuah kelompok pasien pada umumnya dan keputusan
pelayanan digunakan untuk menempatkan seorang pasien sesuai dengan kategori yang
diberikan. Intrumen tipe faktor mengutamakan daftar indikator kritis dari perawatan
langsung yang diberikan dan setiap pasien menilai pada daftar. Misalnya termasuk Rush
Medicus Classification Instrument, Grace-Reynold Application and Study of PETO
( GRASP ) system, dan sistem klasifikasi pasien pada rumah sakit Abbot Northwestren.
Instrumen klasik dikembangkan untuk mengevaluasi performa dan sistem
klasifikasi pasien yang tidak sesuai menggambarkan secara lengkap intevensi
keperawatan. Intrumen instrumen tersebut dikembangkan untuk tujuan spesifik, yakni
jaminan mutu, penempatan sumber daya, dan pengukuran produktifitas. Butir aktifitas
keperawatan termasuk sampel seluruh aktifitas yang perawat lakukan. Btir butir
termask bebrapa tugas tugas yang konkrit dicampur dengan tindakan yang lebih
abstrak. Yaitu termasuk berbagai macam penilaian, kebutuhan, dan diagnosa dan
pengobatan. Instrumen ini juga mengabaikan isu konseptual bagaimana menetapkan
praktik keperawatan yang mandiri dan aspek kerja sama. Selain itu, hal ini tidak
memungkinkan untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang sesuai untuk diagnosa
keperawatan yang spesifik dengan menggunakan instrumen ini. Memang gambaran
perilaku perawat dikembangkan dari performa pekerjaan dan isu klasifikasi pasien ke
kebutuhan untuk klasifikasi logis dan intervensi keperawatan. Seperti yang disimpulkan
Edwardson dan Giovannetti dalam tinjauan mereka tentang sistem pengukuran beban
kerja. penelitian berubungan dengan prediksi susunan kepegawaian akan kurang terlihat
penting dibandingkan yang fokus pada biaya dan hasil pelayanan. Lebih lanjut, untuk
mengadakan penelitian selanjutnya akan memerlukan implementasi dari data dasar on
line yang berisi elemen utama dari praktik keperawatan.
Sebelum NIC, ada beberapa skema klasifikasi untuk intervensi keperawatan,
misalnya, komponen Henderson tentang keperawatan dasar, Verrans taksonomi
perawatan ambulasi, 8 domain keperawatan menurut Benner, skema klasifikasi intervensi
dari Omaha, kategori aktifitas perawat menurut National Council of State Boards, Sigma
Theta Taus International Classification of Nursing Knowledge, Bulecheck dan
McCloskeys memulai taksonomi intervensi keperawatan, daftar intervensi dari
Minimum Data Set dan Saba dan kolega Home Healthcare Classification. Sebagian besar
skema ini hanya berisi kategori yang luas yang tidak secara klinik berguna ( lihat lebih
rinci dalam tinjauan dan daftar dari skema skema ini dari 2 penerbitan sebelumnya )
Skema tersebut yang berisi intervensi yang lebih klinik berguna ( Omaha, Sigma Theta
Taus, Bulecheck dan McCloskey dan Saba ) tidaklah lengkap. Semua skema mewakili
percabaan saat mengidentifikasi dan mengklasifikasi intervensi keperawatan; hampir
semuanya adalah usaha dari sedikit individu yang telah memperoleh secara emperis dan
valid. Meskipun sistem Omaha dan klasifikasi Saba Home Healthcare juga disetujui oleh
Asosiasi Perawat Amerika ( ANA ), tetapi mereka tidak meliputi banyak hal. Sebuah
artikel membandingkan NIC dengan 2 klasifiskasi ini yang diterbitkan pada jurnal
keperawatan pada tahun 1993. tambahan untuk lebih komprehensif, NIC memiiki definisi
dan aktifitas untuk setiap intervensi dan mekanisme timbal balik untuk pembaharuan
yang berkelanjutan.
12
RINGKASAN
Kebutuhan akan penggunaan data dasar yang standar untuk dokumentasi yang
efektif pada praktik keperawatan adalah besar.
Tujuan pembuatan sistem data keperawatan yang serasgam adalah sebuah
tantangan besar. Keperawatan harus mempelajari statistik untuk mendemontrasikan hal
tersebut berpengaruh terhadap hasil perawatan pasien jika ingin diikutkan dalam rencana
pengembangan pembayaran oleh pemerintah federal dan asuransi.
13