Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan pada Ny Mn dengan Hipoglikemia

Di Ressusitasi Intalasi Gawat Darutat


RSUD dr. Soetomo Surabaya

Oleh:
Aditya Putra Nugraha
RSU HAJI SURABAYA

PELATIHAN PERAWAT ANESTESI


SMF ANESTESI DAN REANIMASI
FK. UNAIR/ RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
TAHUN 2017
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Ny Mn dengan Hipoglikemia


Di Ressusitasi Intalasi Gawat Darutat
RSUD dr. Soetomo Surabaya

Disusun oleh
Aditya Putra Nugraha
RSUD Haji Surabaya

Asuhan keperawatan di setujui pada


..................................................

PL Anestesi 2017

Aditya Putra Nugraha

Pembimbing Lapangan

I Kadek Suardana. Amd. Kep


NIP: 19731130 199401 1 005
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60
mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa
darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing,
lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

B. Klasifikasi
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple meliputi:
1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom seperti
berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik seperti
bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan
visual, parestesi, mual sakit kepala.
3. Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60 mg/dl
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30 mg/dl
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik, kemudian
diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun kadar glukosa
darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah makan.
Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga yang
terkena diabetes melitus.

C. Etiologi/Penyebab
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat
karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan
pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).

D. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma
glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes
tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk
otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain
itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa
(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi
otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan
sirkulasi. Gangguan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat
sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak
sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan
konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi
insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi glukosa darah,
peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin
pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala-
gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan
mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola
nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal,
persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa
oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi
glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah
konsentrasi normal, hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal
ini, glucagon yang diproduksi oleh sel pankreas berperan penting sebagai
pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan
hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi
penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi
pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon
mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga
terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
(Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak
serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran,
akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya
kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun
sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul.
(Carpenito, 2007).
E. PATHAY

Puasa / intake kurang

Glikogenesis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP

Respon otak Respon vegetatif

Kortek serebri kurang kuplai energi ( <50mg/dl) Pelepasan norepineprin dan adrenalin

Pasien tidak sadar Takikardia

Pola napas tidak efektif


Intoleransi aktifitas

Deficit self care

Kebersihan jalan nafas tidak efektif


F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.

G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.
Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma
sampai kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar
hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin
tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan
beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam
Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat
diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 - 2 sendok makan).
Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain
(Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50%
adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia
berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena
dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon
dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi
oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah
keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan
secara darurat.

J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Primer Hipoglikemia
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan :
1) Chin lift/ Jaw thrust
2) Suction
3) Guedel Airway
4) nstubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
1) Beri oksigen
2) Posisikan semi Flower
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
1) Cek capillary refill
2) Pemberian infuse
3) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
4) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
5) Cek Frekuensi Pernafasan
6) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
7) Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula
tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler,
esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan
Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama : Ny. Mn
No Register : 12543416
Umur : 47 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Wonokerto Barat, sidoarjo
Dx medis : Hipoglikemia + DM + Ca Paru-Paru

2. Keluhan utama.
Pasien tidak sadar

3. Riwayat penyakit dahulu.


Pasien mengalami sakit DM tipe 2 sejak 4 tahun yang lalu, rutin
minum obat glibenglikamid kapsul tiap pagi dan sore. Pasien dan
keluarga mengetahui pasien menderita kangker paru-paru sejak
dilakukan pemeriksaan MRI Whole Spine dengan kontras anggal
20 Januari 2017 dilakukan, telah dilakukan Kemo terapi sebanyak 2
kali.

4. Riwayat penyakit sekarang


Malam pukul 19.00 WIB pasien makan malam dan dilanjutkan
dinum glibenglikamide kapsul. Keluarga sempat memeriksa gula
darah pasien pukul 20.00 WIB dengan hasil pemeriksaaan 320.
Pasien diketahui keluarga tidur sejak pukul 00.00 dan sejak itu
pasien tidak bangun.
Pukul 07.30 WIB tanggal 6 Maret 2017 di bawa ke Puskesmas
Jambon Sidoarjo dan dirujuk ke RSUD Sidoarjo akan tetapi
keluarga tidak setuju dan memutuskan pulang paksa dan
membawa pasien ke RSUD Dr. Soetomo, pasien di bawa oleh
keluarga menggunakan mobil sampai RSUD Dr. Soetomo pukul
11.00 WIB
5. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Airway : Bebas, buka mulut 3 jari.
Breathing: Pergerakan dada seimbang, tidak terdapat bunyi
napas tambahan, pasien terlihat napas tersengal sengal dengan
RR 25 X/menit. Saturasi pasien ketika datang 94 %.
b. B2 (Blood)
EKG irama sinus ritme normal, TD: 105/65 mmhg, Nadi 85
x/mnt , perfusi Hangat Basah Pucat. Terpasang infus Nacl di
tangan kiri dengan jarum no 18G.
c. B3 (Brain)
GCS pasien 1 1 1 kesadaran koma, pupil isokor,
d. B4 (Bladder)
Setelah di pasang folley cateter di RES keluar urine sebanyak
50 cc warna kuning jernih.
e. B5 (Bowel)
Pasien tidak terpasang NGT, perut supel, terdengar bising usus.
Gigi tidak lengkap.

f. B6 (Bone)
Berat badan pasien 40 kg, pergerakan sendi bebas,
kekuatan otot 1 1
1 1
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Hematologi
Tgl. 06 Maret 2017 jam 12.12
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
ANALISA GAS DARAH
Ph 7,502 Mol/L
PCO2 38,9 Mol/L
PO2 265,1 Mol/L
HCO3 30,8 Mol/L
TCO2 32,0 Mol/L
Be-b 7,6 Mol/L
S02 99,9 Mol/L
SBC 31,4 Mol/L
A 99,0 mmHg
a/A 2.7
PO2/FiO2 1268,6 mmHg
Temp 37,0 C
KIMIA KLINIK
Bun 7 Mg/dl 10 20
Albumin 2,68 g/dl 3,40 5,00
Glukosa Darah 22 Mg/dl 40 - 121
Kreatinin 0,39 Mg/dl 0,50 1,20
SGOT 54 u/l < 41
SGPT 20 u/l < 38
Kalsium 7,3 Mg/dl 7,6 11,0
HEMATOLOGI
WBC 13,39 X10^3/UL 4,0 10,4
RBC 2,22 X10^6/UL 3,60 5,46
HGB 5,9 G/DL 11,0 -14,7
HCT 17,1 % 35,2 46,7
MCV 76,7 FL 86,7 102,3
MCH 26,6 PG 27,1 32,4
MCHC 34,7 G/DL 29,7 -33,1
RDW 17,4 % 12,2 14,8
MCH 76,7 fl 86,7 102,3
PLT 330 X10^3/ul 150 450
MPV 6,7 fl 9,2 12,0
NEUT% 91,3 % 39,8 70,8
ELEKTROLIT
NATRIUM 115,9 Mol/L 136 144
KALIUM 3,72 Mol/L 3,05 5,01
KLORIDA 76,9 Mol/L 97 -103

b. USG Abdomen Upper Lower


Tanggal 26 Februari 2017
Kesan :
1) Appendicitis acut disertai periappendicular fluid collection
2) Saat ini hepar / GB / pangkreas / lien / ginjal kanan kiri / buli /
uterus / adexa kanan kiri tak tampak kelainan
B. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
DS: Pelepasan norepineprin Pola napas
dan adrenalin
- Pasien tidak sadar sejak tidak efektif
pukul 00.00 tgl 5 Maret
2017. Takikardia

DO:
- RR: 24-26 x/menit
- Saturasi ketika datang
94%

DS: Kortek serebri kurang Intoleransi


- Pasien tidak sadar sejak kuplai energi ( <50mg/dl)
aktifitas
pukul 00.00 tgl 5 Maret
2017. Pasien tidak sadar

DO:
- Gula darah tgl 6 Maret
2017 pukul 12.12 adalah
22 mg/dl
- GCS pasien 1 1 1
- Pasien koma
- Pupil isokor
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Intoleransi aktifitas
D. Rencana Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
Tujuan : Setalah dilakukan tindakan selama 1 jam pona
napas pasien efektif
kriteria hasil :
a. RR pasien 12 20 x/menit
b. Saturasi oksigen >95%
Rencana tindakan :
a. Posisika pasien datar
b. Beri ganjalan pada pundak pasien
c. Kalaborasi dalam pemberian oksigen yang sesuai
2. Intoleransi aktifitas

Tujuan : Setalah dilakukan tindakan selama 3 jam di RES IGD


pasien toleran terhadap aktifitas.

Kriteria hasil :

a. Gula darah pasien > 60 mg/dl

b. GCS 4 5 6

Rencana Tindakan :
a. Opservasi tanda-tanda vital pasien
b. Opservasi kesadaran pasien
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian dektrose
d. Observasi gula darah pasien
c. Tindakan Kepewatan
Tanggal/ Jam Tindakan Keperawatan
06 Maret 2017
11.15 Memasang Monitor TD, Nadi, Saturasi, EKG
11.16 Memberikan O2 masker dg O2 45%
11.17 Memasang infus pasien
11.20 Mengambil sampel darah DL, Kimia Klinik, BGA.
11.25 Memberikan D40 4 flash
12.00 Mengopservasi kesadaran pasien
12.05 Memberikan D40 1 flash
12.30 Mengopservasi gula darah pasien

d. Evaluasi
Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
06 Maret 2017 1. RR: 18 x /menit
2. Saturasi oksigen
Jam 12.00
100%
Pola napas tidak efektif

Jam 13.00

Intoleransi aktifitas 1. GCS pasien 2 3 3


2. Gula darah 135 mg/dl

Anda mungkin juga menyukai