PENGERTIAN ADMINISTRASI :
ADMINISTRASI ADALAH PROSES YANG PADA UMUMNYA TERDAPAT
yang setinggi-tingginya.
Menurut H.L. Blum pengaruh faktor-faktor kesehatan terhadap derajat kesehatan masyarakat
:
o Faktor Lingkungan
o Faktor Prilaku
o Faktor Pelayanan Kesehatan
o Faktor Hereditas
o Mencegah Penyakit
o Meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi, melalui usaha masyarakat yang
terorganisir, untuk :
o Sanitasi Lingkungan
SISTEM KESEHATAN
PENGERTIAN SISTEM
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang
ditetapkan. (Ryans)
Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan
secara efektif dan efisien. (John McManama).
UNSUR-UNSUR SISTEM
Suatu Kesatuan yang terdiri atas elemen-elemen/subsistem.
Elemen-elemen/subsistem tersebut saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain, yang
apabila salah satu terganggu maka yang lainnya akan mengalami gangguan.
Elemen-elemen tersebut secara bersama-sama bergerak untuk mencapai tujuan.
1. Dalam suatu sistem terdapat bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi
membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan
2. Fungsi yang dijalankan oleh setiap elemen tersebut adalah mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan.
4. Sistem merupakan satu kesatuan tetapi bukan berarti ia tertutup sama sekali terhadap
lingkungan di sekitarnya.
SISTEM KESEHATAN
Sistem kesehatan adalah kumpulan berbagai faktor yang komplek dan saling berhubungan
yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
(WHO : Azwar, 1996)
Sistem kesehatan (Health system) menurut WHO:all the activities whose primary
Sistem Kesehatan Nasional adalah tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan
kesejahteraan umum sebagai bagian tujuan nasional seperti yang dimaksud dalam pembukaan
UUD 45 (SKN, 1984).
Sistem Kesehatan
Subsistem Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan diarahkan pada masyarakat retan seperti ibu, bayi, dan anak, masyarakat
miskin, masyarakat di daerah konflik, di daerah perbatasan dan di daerah terpencil. Tujuan akhir
dari ipaya kesehatan ini adalah menurunnya angaka kamatian bayi, angka kematian ibu, dan
angka kematian ibu dan bayi.
Informasi kesehatan
Ilmu Pengetahuan dan teknologi
Peraturan dan perundang-undangan
Administrasi Kesehatan
Rumah Sakit
Menyediakan dan menyelenggarakan :
o Pelayanan Medik
o Pelayanan Penunjang Medik
o Pelayanan rehabilitatif
o Pencegahan dan peningkatan kesehatan
o Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medik.
Puskesmas
o Merupakan Pusat Pengembangan Kesehatan Masyarakat dalam wilayah kerjanya
o Melakukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan hidup sehat.
o Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
o
- TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN
Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yg diberikan pada masyarakat. Menurut
Leavel & Clark dlm memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan
kesehatan yg akan diberikan, yaitu :
a. Health promotion (promosi kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan dan
bertujuan utk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Cth: kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dsb
b. Specifik protection (perlindungan khusus)
Perlindungan khusus adalah masih terlindung dari bahaya atau penyakit tertentu
Contoh : Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
Contoh : survey penyaringan kasus
Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan &
pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat tiga bentuk pelayanan kesehatan, yaitu :
Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan/masyarakat sehat
sehingga kesehatan optimal & sejahtera
Sifat pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan dasar
Puskesmas, balai kesehatan
o SISTEM RUJUKAN
Sistem Rujukan Upaya KesehatanTerdapat perbedaan pengertian antara konsultasi dan
rujukan. Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan kasus penyakit
kepada yang lebih ahli berupa saran (bersifat kesejawatan/kode etik). Rujukan adalah upaya
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanganan kasus penyakit dan atau masalah
kesehatan kepada dokter lainyang sesuai.Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo mendefinisikan sistem
rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya).
Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan.
Umum:
o Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas pelayananyang
optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Khusus:
o Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara
berhasil guna dan berdaya guna.
o Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secaraberhasil
guna dan berdaya guna.3.
PERENCANAAN
PENGERTIAN PERENCANAAN
PERENCANAAN : KEMAMPUAN UNTUK MEMILIH SATU KEMUNGKINAN
JENIS PERENCANAAN
a. Jangka Waktu
Jangka Panjang
Jangka Menengah
Jangka Pendek
b. Frekuensi Penggunaan
c. Tingkatannya
Master Planning
Operational Planning
Day to day planning
d. .Filosofi
Satisfising planning
Optimizing planning
Adaptiviser planning
e. Orientasi Waktu
Past present planning
Futrure oriented planning
f . Ruang Lingkup
Strategic Planning
Tactical Planning
Comprehensif planning
Integreted planning
SYARAT PERENCANAAN
Tujuan harus jelas
Uraian aktivitas yang lengkap
Jangka waktu pelaksanaan jelas
Job description harus jelas
Faktor pendukung dan penghambat
Mencantumkan standar yang dipakai untuk mengukur keberhasilan
Berpedoman kepada sistem yang sedang berlaku
Simple
Fleksibel
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
1. Analisis Situasi
o Derajat Kesehatan
o Kependudukan
o Perilaku Kesehatan
o Lingkungan
o Upaya Kesehatan
2. Iidentifikasi masalah
3. Penetapan prioritas masalah
4. Penyusunan alternatif masalah
5. Penetapan prioritas jalan keluar
6. POA (Plan Of Action)
7. Monitoring dan Pengawasan
8. Evaluasi
9.
MASALAH
o Ada kesenjangan antara realita dan harapan
o Ada perhatian terhadap masalah tersebut
o Ada tanggungjawab untuk mengatasi masalah tersebut
ACTUATING
PENGERTIAN ACTUATING :
Actuating adalah membuat semua anggota kelompok agar mau berkerjasama dan bekerja
secara iklas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanan dan usaha-usaha
pengorganisasian. (G. R. Terry, 1993)
Actuating adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang
efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. (Koontz Odonnel).
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang
efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki oleh
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerjasma untuk mencapai tujuan yang diinginkan.(Terry, 1993)
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi prilaku orang lain untuk berpikir
dan berprilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi didalam situasi
tertentu.
Fungsi Kepemimpinan
o Penengah : berfungsi untuk mengambil keputusan
o Penganjur : Menuangkan ide atau gagasan
o Pemenuhan tujuan : Menggerakkan anggota untuk mau bekerja secara bersama-sama
o Katalisator : penggerak para bawahannya
o Pemberi jaminan : mengatasi masalah yang muncul
o Mewakili : wakil dari suatu organisasi
o Pembangkit semangat
o Pemujian : Penghargaan dari orang lain, pimpinan dapat memenuhi kepentingan ini untuk
bawahan
Teori Kepemimpinan
1) Teori Bakat
Merupakan teori klasik. Adanya bakat yang dibawa sejak lahir
2) Teori Situasi
Terbentuk oleh adanya suatu situasi. Seseorang dapat menjadi pemimpin apabila ia mempunyai
pendidikan dan pengalaman
3) Teori Lingkungan
Karena ada bakat dalam diri seseorang dan ditunjang oleh adanya pendidikan dan pengalaman.
4) Teori X VS Teori Y
- Gaya Kepemimpinan
1) Kepemimipinan Otokratis
san tergantung pada seseorang
2) Kepemimpinan Demokratis
Melibatkan para anggota untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
3) Kepemimpinan Liberal
Para anggota memiliki kebebasan penuh dalam pengambilan keputusan. Pemimpin
berpartisipasi minimum.
2. Motivasi
Merupakan dorongan yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan secara efisien.
TEORI MOTIVASI MENURUT MASLOW
1. Self Actualization Needs
kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan dan
potensi diri yang ada
2. Esteem Needs
Kebutuhan akan penghargaan diri, status, gengsi, prestise.
3. Social Needs
Kebutuhan akan teman, dicintai dan mencintai, kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang
lain dan lingkungannya
4. Safety Needs
Kebutuhan akan keamanan dari ancaman,baik fisik maupun materi.
5. Basic Needs
Kebutuhan yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, seperti makan, minum, udara,
perumahan, dan lain-lain.
- Hezberg Two Factors Motivation Theory
o Pemuas (Motivator)
Menghasilkan prestasi kerja meliputi rasa tanggungjawab, prestasi adanya pengakuan, pekerjaan
itu sendiri serta adanya pengembangan diri.
o Hygiene
Ketidakpuasan pekerja. Membantu manusia dalam menghindarkan keadaan yang tidak
menyenangkan. Seperti gaji/upah, kondisi kerja, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan,
hubungan antar pribadi.
- Perbedaan Maslows Hierarchy Theory dan Herzbergs Two factors Motivation Theory
o Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu sendiri terdiri dari lima tingkat
sedangkan Herzberg mengelompokkannya kedalam dua kelompok.
o Menurut Maslow semua tingkat kebutuhan itu merupakan alat motivator, sedang herzberg (gaji,
upah dan sejenisnya) bukan alat motivasi, hanya merupakan alat pemeliharaan saja. Yang
menjadi motivator adalah yang berkaitan langsung dengan pekerjaan itu.
o Teori maslow dikembangkan hanya berdasarkan pengamatan sedangkan Herzberg berdasarkan
hasil penelitiannya.
3. Komunikasi
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan
berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang
sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Websters New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-
lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak). Hovland, Janis & Kelley:1953
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In
which channel? To whom? With what effect?) Lasswell, 1960
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Gode, 1959
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Barnlund, 1964
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya
- Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
o Komunikator (siapa yang mengatakan?)
o Pesan (mengatakan apa?)
o Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
o Komunikan (kepada siapa?)
o Efek (dengan dampak/efek apa?).
- PROSES KOMUNIKASI
o Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
o Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
1. Pengantar tentang kebijakan kesehatan dan analisis kebijakan
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi yang luas,
yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan,
kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk
perkaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative
yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik[8]. Kebijakan adalah rangkaian dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya.
Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah untuk
mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya
(Balai Pustaka, 1991).[8]
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya
(berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi
kesulitan.[11] Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu
yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,
keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang
pernah ditetapkan karena alasan tertentu.[8]
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan
ekonomi (RI, 1992).[9] Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh
WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No. 36,
tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. [12]
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen
untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
2. Dasar dasar membuat kebijakan kesehatan
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis kebijakan publik.
Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan dalam
bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran dan
fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:
Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada
masalah yang akan diselesaikan.
Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin
kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan
menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah
keilmuan.
3. Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang
membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.[3][10]
1. Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu
itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat
dari kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan
pembelanjaan negara untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang
dihasilkan adalah Penandaan.
2. Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis
informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi
berbagai macam kebijakan KIA KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk
mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.
3. Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa
yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah
problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran
atau rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300
menjadi Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di
puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat. [1][3]
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan
anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian).
Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan,
antara lain:
1) Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai
sebab akibat kebijakan di masa lalu.
2) Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai
akibat kebijakan di masa depan.
3) Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa
datang.
METODE ANALISIS
METODE ANALISIS UMUM
KEBIJAKAN
Deskripsi Perumusan Masalah Peliputan
Prediksi (monitoring)
Evaluasi Peramalan (forecasting)
Preskripsi Evaluasi (evaluation)
(petunjuk) Rekomendasi (recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah
kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan
yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab
kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang
kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan anjuran,
maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
1) Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
2) Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan
rekomendasi.
3) Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis. [5][6]
2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi. Analisis
kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari argumen
yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan publik.
Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis kebijakan
dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah kebijakan.
Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan dapat
menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode menuju
kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif kebijakan yang
disukai. [5][6]
2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan bentuk
analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi masalah
yang cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat diuraikan
beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.
2.6.1. Analisis Kebijakan Prospektif
Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan kebijakan
ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:
- mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih dan
dibandingkan.
- diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan
kebijakan.
- secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
2.6.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)
Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan dan
pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan
restropektif, adalah:
1. Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori
dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan. Contoh: Upaya
pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di Indonesia,
dapat memberi kontribusi pada pengembangan manajemen SDM original berciri
Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu dominan.
Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan kajian tambahan
agar lebih operasional.
2. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari
kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh: Pendidikan dapat
meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat umum, namun dapat
memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat dimanipulasikan untuk mencapai tujuan
dan sasaran khusus, seperti meningkatnya kualitas kesehatan gigi anak sekolah melalui
peningkatan program UKS oleh puskesmas.
3. Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk
mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang
dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan
masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada
pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di Puskesmas. Informasi
yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah kebijakan KIA di
puskesmas.
Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan sebagai
bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya
merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang
tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila
hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya sehingga
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan. Artinya, hasil dari
kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai masalah dan ataupun
tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini
tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun
tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas.
Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang
berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat wajar, logis,
obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang
disusun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah
perencanaan yang baik.
4. Trends dan Issues k
ISU ASPEK LEGAL
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di
beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi
negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna
menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar
operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan
jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan
startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan
asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang
menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi
dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan
isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam
bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah :
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka pembagian fungsi
administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian tersebut, meskipun bervariasi, namun jika
dikaji secara mendalam pada dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.( Azwar
Azrul,1993)
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi
administrasi ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
(1) Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran belanja.
(2) Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan staf.
(3) Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan.
(4) Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan. (Azwar Azwar,1993)
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi.
Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan
(health service). Pada saat ini pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya, secara umum
dapat dibedakan atas 2 macam.
Pertama, pelayanan kedokteran (medical sevices). Kedua, pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services). ( Azwar Azrul,1993)
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran yang
dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan sasaran yang
dimaksudkan disini dibedakan atas 4 macam, yakni perseorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran tidak
langsung (indirect group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh keluaran, untuk
administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin meningkatnya derjat kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan
perseorangan, keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan
kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini adalh
sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer).
a) Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka
munculnya kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata yang
ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu penyakit sebagaimana
dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950 sangat ditentukann oleh faktor utama, yakni:
pejamu (host), penyebab penyakit (agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya
menemukan kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada ketiga faktor tersebut.
(Azwar Azrul,1993)
b) Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande) pada dasarnya
bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan kasehatan tersebut hanya bersifat fakultatif,
dengan perkataan ini terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau tidaknya kehendak
untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena tuntutan kesehatan bersifat subjektif, maka
munculnya tuntutan kesehatan tersebut dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif pula.
( Azwar Azrul,1993)