Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan tempat yang berada diluar kota (N. Daljoeni : 1999). Menurut UU

No.22 tahun 1999 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk

mengatur dan menyusun kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-

istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintah Nasional dan berada di daerah

kabupaten.

Memang ada definisi lain yang menitik berangkatkan dari desa sebagai permukiman,

sebagai berikut : suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama

dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan,

melangsungkan dan mengembangkan kehidupan mereka. Dalam definisi tersebut tersirat

adanya tiga unsur : penduduk, tanah, dan bangunan; karena masing-masing unsur itu lambat

atau cepat mengalami perubahan maka desa sebagai pola permukiman bersifat dinamis.

Secara geografis definisi tadi juga dapat dipertanggung jawabkan, karena manusia sebagai

penghuni desa selalu melakukan adaptasi spatial dan ekologis sederap dengan kegiatannya

berpangupajiwa agraris.

Penduduk yang terdapat di pedesaan masih ada rasa perhatian terhadap sesama, selain

itu penduduk desa juga memiliki solidaritas yang masih sangat kental. Kebiasaan penduduk

yang ada di desa dalam segi mencari nafkah berbeda dengan penduduk yang ada di kota, di

desa apabila mencari nafkah tidak berfikir untuk besok, tetapi berfikir untuk hari itu saja.

Lain dengan penduduk yang ada di kota bila hari itu dia bekerja dan di hari itu juga dia

berfikir bagaimana untuk pendapatan untuk besok. Penduduk desa juga mata pencahariannya

lebih dominan di bidang pertanian.

1.2 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui berbagai macam bentuk dari klasifikasi desa serta perkembangannya.
2. Dapat mengetahui klasifikasi desa dalam beberapa bagian, menurut data yang diperoleh dari

berbagai pendapat para ahli mengenai definisi desa.


3. Dapat mengetahui pengembangan desa saat ini.
4. Dengan mempelajari perkembangan desa mahasiswa dapat mengetahui perbedaan desa yang

belum berkembang dengan desa yang telah berkembang.


1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dari klasifikasi desa serta perkembangannya ?
2. Bagaimana klasifikasi desa berdasarkan definisi dari para ahli ?
3. Seperti apa perkembangan desa saat ini ?
4. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan desa ?
1.4 Manfaat
1. Lebih bisa memahami secara luas tentang definisi desa, klasifikasi desa, dan

pengembangannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk dari klasifikasi desa dan perkembangannya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang mempengaruhi perkembangan desa.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Desa

Klasifikasi desa dapat dibedakan menjadi 5 yaitu :

a. Berdasarkan perkembangan masyarakat, desa dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Desa terbelakang atau desa tradisional.

Ciri-cirinya yaitu :

o Desa tradisional atau disebut juga pradesa adalah tipe desa dimana masyarakatnya sangat

tergantung pada kondisi alam.

o Kehidupan sebagian masyarakatnya adalah bercocok tanam dan mengolah lingkungan.

o Interaksi desa dengan wilayah lain masih sangat lambat, karena system pengangkutan di

daerah ini masih belum berkembang.

o Tipe desa ini masih merupakan desa tertinggal.

2. Desa swadaya.

Ciri-cirinya yaitu :
o Desa swadaya adalah suatu desa yang kondisinya statis tradisional, pendidikan dan

produktivitas masyarakatnya sangat rendah.

o Administrasi pemerintahan dilaksanakan seadanya.

o Lembaga-lembaga social desa tidak berfungsi sebagai mana mestinya.

o Serta pemanfaatan lahan terbatas hanya untuk pertanian.

3. Desa swakarya atau desa yang sedang berkembang.

Ciri-cirinya yaitu :

o Desa swakarya adalah suatu desa yang mulai mendapat pengaruh dari luar berupa pembaruan

di berbagai bidang kehidupan.

o Perbaikan hidup mulai dirasakan oleh anggota masyarakat.

o Pendidikan masyarakat cukup tinggi.

o Adat istiadat cukup longgar.

o Administrasi pemerintahan dilaksanakan dengan baik.

o Lembaga-lembaga sosial mulai berfungsi.

o Dan mata pencaharian hidup tidak hanya tergantung pada pertanian.

4. Desa swasembada atau desa yang sudah maju.

Ciri-cirinya yaitu :

o Desa swasembada adalah suatu desa yang masyarakatnya telah maju.

o Sudah mengenal modernisasi pertanian. Teknologi maju mulai digunakan.

o Pendidikan masyarakat tinggi sehingga mampu berfikir secara rasional.

o Administrasi pemerintahan dilaksanakan dengan baik.


o Dan lembaga sosial desa telah berfungsi semestinya sehingga mampu mendorong partisipasi

masyarakat di berbagai kegiatan pembangunan desa secara swasembada.

o Sarana dan prasarana desa tersedia dengan baik serta mata pencaharian penduduk bergerak di

bidang perdagangan dan jasa.

b. Berdasarkan mata pencaharian penduduk, desa dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1. Desa pertanian adalah desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai

petani.

2. Desa nelayan adalah desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai

nelayan.

3. Desa industri adalah desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai

pekerja di bidang industri.

c. Berdasarkan luas wilayahnya, desa dibagi menjadi 5 macam, yaitu:

1. Desa terkecil adalah desa yang luasnya kurang dari 2 km2.

2. Desa kecil adalah desa yang luasnya antara 2 km2 4 km2.

3. Desa sedang adalah desa yang luasnya antara 4 km2 6 km2.

4. Desa besar adalah desa yang luasnya antara 6 km2 8 km2.

5. Desa terbesar adalah desa yang luasnya antara 8 km2- 10 km2.

d. Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa dibagi menjadi 5 macam, yaitu :


1. Desa terkecil adalah desa yang kepadatan penduduknya kurang dari 100 jiwa/km2
2. Desa kecil adalah desa yang kepadatan penduduknya antara 101-500 jiwa/km2.
3. Desa sedang adalah desa yang kepadatan penduduknya antara 501-1.500 jiwa/km2.
4. Desa besar adalah desa yang kepadatan penduduknya antara 1.501-3.000 jiwa/km2.
5. Desa terbesar adalah desa yang kepadatannya penduduknya antara 3.001-4.500 jiwa/km2.
e. Berdasarkan jumlah penduduk, desa dibagi menjadi 5 macam, yaitu :

1. Desa terkecil adalah desa yang berpenduduk kurang dari 800 orang.

2. Desa kecil adalah desa yang berpenduduk antara 800 - 1.600 orang.

3. Desa sedang adalah desa yang berpenduduk antara 1.601 2.400 orang.

4. Desa besar adalah desa yang berpenduduk antara 2.401 3.200 orang.
5. Desa terbesar adalah desa yang berpenduduk antara 3.201 orang.

2.2 Perkembangan desa

Perkembangan desa berkaitan dengan potensi desa yang meliputi sumber-sumber

alami dan sumber manusiawi yang tersimpan dan yang dapat diharapkan manfaatnya bagi

kelangsungan dan kesejahteraan masyarakatnya. Potensi desa ada 2 yaitu potensi fisik dan

potensi non fisik. Potensi fisiknya meliputi :

1. Unsur tanah, dimana tanah ini merupakan faktor terpenting bagi penghidupan warga desa.

Unsur tanah juga mempengaruhi keberhasilan mata pencaharian bertani ; tanah berkapur,

berpasir, berlempung, bertanah liat dan sebagainya, memiliki ciri-ciri perekonomian tertentu

yang dapat kita hubungkan dengan budidaya tebu, tembakau, karet, coklat, the, kopi, dan

sebagainya. Namun, perkebunan melalui modal teknologi dam perencanaan yang tepat.
2. Unsur air, yang menentukan bagi kepentingan sehari-hari dan pengairan. Adapun yang

mengenai betapa pentingnya air bagi warga desa yaitu untuk irigasi, perikanan, peternakan,

dan sebagainya. Sudah selayaknya bahwa daerah tanah karst yang kekurangan air,

penduduknya banyak yang menderita.


3. Unsur cuaca dan iklim, yang menjadi peranan penting bagi desa agraris. Iklim desa atau tipe

iklim tepatnya, bergantung pada ketinggian letak desa secara topografis di atas permukaan

laut. Kaliurang dan Kopeng dengan ketinggian 1000 m dan 1350 m menjadikan dua tempat

tersebut kota peristirahatan dengan fasilitas untuk rekreasi. Ekonominya mencakup

perhotelan, perwarungan, perdagangan sayuran, dan bunga-bungaan misalnya. Perlu dicatat,

bahwa pada ketinggian tersebut tidak ada sawah padi dan pohon kelapa yang tumbuh.
4. Ternak, yang berfungsi sebagai sumber tenaga hewan, sumber bahan makanan, dan sumber

keuangan.
5. Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah, produsen, dan konsumen.

Disamping potensi fisik, potensi non fisik tidak dapat diabaikan. Potensi non fisik,

meliputi :
1. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong dan dapat merupakan suatu

kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun.


2. Lembaga sosial, lembaga pendidikan dan lembaga lainnya yang dapat memberikan bantuan

sosial serta bimbingan dalam arti positif.


3. Aparatur dan pamong desa, yang menjadi sumber kelancaran dan tertibnya jalan roda

pemerintahan desa.

Dengan demikian dalam usaha mengembangkan desa perlu ada :

1. Pemimpin desa yang mampu membimbing dan mengetahui besar lingkungan desa. Jadi perlu

ada penataan atau upgrading rural leaders.


2. Aparatur desa yang memiliki tertib administrasi desa. Perlu peningkatan dalam seluk-beluk

keadministrasian dan tata usaha kantor.


3. Warga desa, yang dapat menyesuaikan dengan pembangunan desa dalam arti sempit dan luas
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa:

1. Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak di kuasai oleh

adat istiadat.

2. Desa memiliki 3 unsur yaitu : daerah dan letak, penduduk serta tata kehidupan.

3. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan mereka terhadap

lingkungan alam sekitarnya.

Seperti yang telah diuraikan di atas desa diklasifikasikan berdasarkan jumlah

penduduk, mata pencaharian penduduk desa, berdasarkan perkembangan penduduknya, luas

wilayahnya, dan kepadatan penduduknya.

Pembangunan masyarakat pedesaan dimaksudkan untuk membangun manusia

Indonesia seutuhnya. Pembangunan yang demikian hanya akan dapat terlaksana bila langkah

teknis dan ekonomis dilaksanakan setelah masalah inti sosial budaya suatu masyarakat

diketahui. Berdasarkan ini kemudian menjadikannya sebagai tumpuan berbagai langkah

pembangunan ekonomi dengan sektor teknisnya.

Pembangunan manusia seutuhnya akan lebih berhasil bila pembangunan pada daerah

pedesaan dilakukan berdasarkan potensi sumberdaya alamnya. Sehingga untuk mampu

memberdayakan potensi sumberdaya alamnya, maka bakat dan kemampuan sumberdaya

manusianya juga perlu untuk ditingkatkan. Dengan demikian, kemajuan wilayah pedesaan

akan menjadi imbang dengan wilayah perkotaan. sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi

dalam kehidupan antara penduduk desa dan kota tidak akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Bardi, Syamsul. 2009. Diktat Pengantar Geografi Desa. Banda Aceh.

Daldjoeni,N. 1998. Geografi Kota Dan Desa. Bandung.

LKS untuk SMA Kelas III.

www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai