AKREDITASI
INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
BUKU I
NASKAH AKADEMIK
Sejak dibentuk dalam tahun 1994 sampai dengan tahun 2006, BAN-PT hanya
melaksanakan akreditasi program studi. Pelaksanaan proses akreditasi pertama kali
dilakukan pada tahun 1996. BAN-PT mulai mengembangkan sistem akreditasi
institusi perguruan tinggi pada tahun 2000 dengan membentuk Tim yang bertugas
menyusun naskah akademik sistem dan perangkat akreditasi institusi perguruan
tinggi. Pada tahun 2002 telah tersusun buku naskah akademik Sistem Akreditasi
Institusi. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 60 menyebutkan bahwa akreditasi dilaksanakan terhadap program
dan satuan pendidikan.
Pada tahun 2004 perangkat instrumen akreditasi institusi perguruan tinggi telah
tersusun, disosialisasikan dan diujicobakan akan tetapi digunakan untuk
mengakreditasi institusi perguruan tinggi baru tahun 2007 terhadap 55 perguruan
tinggi. Berdasarkan pelaksanaan akreditasi tahun 2007 tersebut, instrumen AIPT ini
direvisi lagi, khususnya yang terkait dengan standar akreditasi, yang semula
berjumlah 14 menjadi 7 standar melalui integrasi beberapa standar yang dianggap
relevan. Instrumen hasil revisi kemudian digunakan untuk melakukan akreditasi
institusi pada 25 perguruan tinggi pada tahun 2008. Pada tahun 2011, akreditasi
institusi perguruan tinggi dianggap perlu untuk dilaksanakan lagi. Oleh karena itu,
instrumen yang digunakan untuk akreditasi institusi tahun 2008 perlu dicermati
kembali untuk penyempurnaan. Penyempurnaan dilakukan berdasarkan
pengalaman pelaksanaan akreditasi tahun 2008 dan perkembangan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Ketua,
Kamanto Sunarto
halaman
KATA PENGANTAR___________________________________________________i
DAFTAR ISI________________________________________________________iii
BAB I______________________________________________________________1
LATAR BELAKANG__________________________________________________1
1.1. Landasan Hukum Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi_______________1
1.2. Institusi Perguruan Tinggi_______________________________________4
BAB II_____________________________________________________________5
TUJUAN DAN MANFAAT AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI_______5
BAB III_____________________________________________________________6
ASPEK-ASPEK PELAKSANAAN AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
_________________________________________________________________6
A. Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi________________________6
B. Instrumen Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi______________________7
C. Kode Etik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi_______________________8
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN_____________________________________9
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________11
Hingga Juni 2011, sebanyak 11763 dari 17741 program studi telah terakreditasi
BAN-PT. Sebanyak 78 (1,95%) institusi perguruan tinggi telah terakreditasi dari
3996 institusi perguruan tinggi.
Pada tahun 2004 perangkat instrumen akreditasi telah tersusun, disosialisasikan dan
diujicobakan akan tetapi digunakan untuk mengakreditasi institusi perguruan tinggi
baru tahun 2007 terhadap 55 perguruan tinggi. Berdasarkan pelaksanaan akreditasi
tahun 2007 tersebut, instrumen AIPT ini direvisi lagi, khususnya yang terkait dengan
standar akreditasi, yang semula berjumlah 14 menjadi 7 standar melalui integrasi
beberapa standar yang dianggap relevan. Instrumen hasil revisi kemudian
digunakan untuk melakukan akreditasi institusi pada 25 perguruan tinggi pada tahun
2008. Pada tahun 2011, akreditasi institusi perguruan tinggi dianggap perlu untuk
dilaksanakan lagi. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk akreditasi
institusi tahun 2008 perlu dicermati kembali untuk penyempurnaan. Penyempurnaan
dilakukan berdasarkan pengalaman pelaksanaan akreditasi tahun 2008 dan
perkembangan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 60:
Pasal 61:
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah sebagai
berikut:
Pasal 47:
(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut:
a. memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun;
b. memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
c. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada
perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
(2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk
menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 86:
(1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan.
(2) Kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah
untuk melakukan akreditasi.
(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai
bentuk akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan
kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 87:
(1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat
(1) dilakukan oleh :
a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN-S/M) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur formal
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah;
b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT) terhadap program dan/atau satuan pendidian jenjang pendidikan
Tinggi; dan
c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
(BAN-PNF) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur
nonformal
(2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh
Gubernur.
(3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri.
(5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 88:
(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat
melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri.
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya:
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas publik, perguruan tinggi harus secara aktif
membangun sistem penjaminan mutu internal. Untuk membuktikan bahwa sistem
penjaminan mutu internal telah dilaksanakan dengan baik dan benar, perguruan
tinggi harus diakreditasi oleh lembaga penjaminan mutu eksternal. Dengan sistem
penjaminan mutu yang baik dan benar, perguruan tinggi akan mampu meningkatkan
mutu, menegakkan otonomi, dan mengembangkan diri sebagai institusi akademik
dan kekuatan moral masyarakat secara berkelanjutan.
Akreditasi institusi perguruan tinggi adalah proses evaluasi dan penilaian secara
komprehensif atas komitmen perguruan tinggi terhadap mutu dan kapasitas
penyelenggaraan program tridarma perguruan tinggi, untuk menentukan kelayakan
program dan satuan pendidikan. Evaluasi dan penilaian dalam rangka akreditasi
institusi dilakukan oleh tim asesor yang terdiri atas pakar sejawat dan/atau pakar
yang memahami hakikat pengelolaan perguruan tinggi. Keputusan mengenai mutu
didasarkan pada evaluasi dan penilaian terhadap berbagai bukti yang terkait dengan
standar yang ditetapkan dan berdasarkan nalar dan pertimbangan para pakar
sejawat. Bukti-bukti yang diperlukan termasuk laporan tertulis yang disiapkan oleh
institusi perguruan tinggi yang diakreditasi, diverifikasi dan divalidasi melalui
kunjungan atau asesmen lapangan tim asesor ke lokasi perguruan tinggi.
Mutu institusi perguruan tinggi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan
karakteristik masukan, proses dan keluaran atau layanan institusi yang diukur
berdasarkan sejumlah standar yang ditetapkan oleh BAN-PT.
Standar akreditasi adalah tolok ukur yang harus dipenuhi oleh perguruan
tinggi. Standar akreditasi terdiri atas beberapa parameter (indikator kunci)
yang dapat digunakan sebagai dasar (1) penyajian data dan informasi
mengenai kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan perguruan tinggi,
yang dituangkan dalam instrumen akreditasi; (2) evaluasi dan penilaian mutu
kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan perguruan tinggi, (3)
penetapan kelayakan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan program-
programnya; dan (4) perumusan rekomendasi perbaikan dan pembinaan
mutu perguruan tinggi.
Deskripsi setiap standar akreditasi disajikan pada Buku II: Standar dan
Prosedur.
Evaluasi-diri adalah proses yang dilakukan oleh suatu institusi atau program
untuk menilai secara kritis keadaan dan kinerja diri sendiri. Hasil evaluasi-diri
digunakan untuk memperbaiki mutu kinerja dan produk institusi dan program
studi. Laporan evaluasi diri merupakan bahan untuk akreditasi.
Penjelasan dan rincian aspek instrumen ini disajikan dalam buku tersendiri,
yaitu Buku III.
Misi adalah tugas dan cara kerja pokok yang harus dilaksanakan oleh
suatu institusi atau program studi untuk mewujudkan visi institusi atau
program studi tersebut.
Tim asesor adalah suatu tim yang terdiri atas pakar sejawat yang ditugasi
oleh BAN-PT untuk melaksanakan penilaian terhadap berbagai
standar akreditasi suatu perguruan tinggi atau program studi.
Visi adalah rumusan tentang keadaan dan peranan yang ingin dicapai di
masa depan. Jadi visi mengandung perspektif masa depan yang
merupakan pernyataan tentang keadaan dan peranan yang akan
dicapai oleh suatu perguruan tinggi atau program studi.
Ashcraft, K. and L.F. Peek. 1995. The Lectures Guide to Quality and Standards in
Colleges and Universities. London: The Falmer Press.
BAN-PT. 2010. Pedoman Evaluasi-diri untuk Akreditasi Program Studi dan Institusi
Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.
Baum, W. C. and S.M. Tolbert (Eds.). 1988. Investasi dalam Pembangunan. p: 177
180. (terjemahan Bassilius Bengo Teku). Jakarta: UI-Press.
CHEA (Council for Higher Education Accreditation). 2001. Quality Review. CHEA
Almanac of External Quality Review. Washington, D.C.: CHEA.
Ditjen Dikti. 1976. Gambaran Keadaan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdiknas.
HEFCE (Higher Education Funding Council for England). 2001. Quality assurance in
higher education. Proposal for consultation. HEFCE-QAA-Universities UK-
SCoP.
Hudson, W.J. Intellectual Capital. New York: John Wiley & Sons, Inc.
McKinnon, K.R., S.H. Walker, and D. Davis. 2000. Benchmarking: A Manual for
Australian Universities. Canberra: Department of Education, Training and Youth
Affairs, Higher Education Division.
QAAHE (The Quality Assurance Agency for Higher Education). 1998. Quality
Assurance in UK Higher Education: A brief guide. Gloucester: QAA,
http:/www.qaa.ac.uk.
QAAHE (The Quality Assurance Agency for Higher Education). 2002. QAA external
review process for higher education in England. Operational Description. QAA
019 03/02.
Tim BAN-PT. 2003. Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi. Naskah Akademik. Jakarta:
BAN-PT.