Anda di halaman 1dari 7

Menara Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel atau sebagian dari artikel ini terkait dengan bangunan yang
sedang dibangun atau akan segera selesai.
Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat (tidak jarang perubahan yang besar) seiring dengan
penyelesaian bangunan tersebut.

Menara Jakarta

Menara Jakarta adalah sebuah menara yang pernah dicanangkan di ibu


kota Jakarta, Indonesia, terletak di area Bandar Baru Kemayoran. menara ini memiliki tinggi 558
meter.[1], setelah sempat terbengkalai pada kisaran 2004-2011, pihak terkait menyatakan untuk
menghentikan proyek prestisius ini.[2] Jika dilanjutkan, gedung ini masuk ke dalam jajaran
gedung-gedung tertinggi di dunia.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Sejarah dan pembangunan saat ini

o 1.1Sayembara desain (1996-1997)

o 1.2Krisis ekonomi (1997)

o 1.3Konsorsium baru (2003)

o 1.4Penjadwalan baru (2010-2012)

2Visi pembangunan

3Rancangan

o 3.1Dimensi menara

o 3.2Fasilitas

o 3.3Fakta Lainnya

o 3.4Biaya
4Kontroversi

o 4.1Kesenjangan sosial dan ekonomi

o 4.2Gereja Bethany Indonesia

5Catatan kaki

6Pranala luar

Sejarah dan pembangunan saat ini[sunting | sunting sumber]


Menara Jakarta merupakan proyek besar yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto yang digagas sejak tahun 1995. Menara ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu
gedung tertinggi di dunia.
Sayembara desain (1996-1997)[sunting | sunting sumber]
Pembangunan menara itu pada awalnya dikembangkan oleh trio usahawan besar,
yakni Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henry Pribadi, melalui PT Indocitra Graha Bawana.
Biayanya diperkirakan sekitar 400 juta dollar AS (waktu itu masih sekitar Rp 900 miliar).
Semula, Menara Jakarta akan dibangun di area Kuningan, tetapi Soerjadi Soedirdja, Gubernur
DKI Jakarta waktu itu, tidak setuju, dan mengusulkan untuk membangunnya di daerah
Kemayoran yang pertumbuhannya masih sulit.
Perusahaan-perusahaan desain arsitektur kaliber internasional diundang berpartisipasi dalam
sebuah sayembara desain arsitektur untuk gedung tersebut. Ketentuan sayembara tersebut
adalah bahwa gedung tersebut harus mengandung lambang Trilogi Pembangunan, Pancasila,
dan 17 Agustus (hari kemerdekaan Republik Indonesia). Desain dan maket menara itu
diperlihatkan kepada Mensesneg (waktu itu) Moerdiono selaku Ketua Badan Pengelola dan
Pengembangan Bandar Baru Kemayoran di Sekretariat Negara.
Pada tahun 1996, Sayembara tersebut dimenangkan oleh Murphi/Iohn dari Amerika Serikat.
Hanya saja, karena desain ini terlalu mahal untuk dikembangkan, maka pemerintah memilih
desain dari pemenang kedua yakni East Chine Architecture Design & Research Institute
(ECADI), yang juga membangun Shanghai Oriental Pearl Tower di China. Desain ECADI ini
dipilih karena para juri menganggap desainnya sederhana dan masih bernuansa Asia.
Peresmian pembangunan dilakukan pada tahun 1997 oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja
dan Mensesneg Moerdiono setelah disetujui oleh Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta.
Presiden Soeharto mengusulkan agar nama Menara Jakarta diganti menjadi Menara Trilogi.
Pembangunan Menara Trilogi mulai dilaksanakan tahun 1997. Karena anggaran membesar,
pengembang mulai mencari suntikan dana dari investor asing. Total dana yang dibutuhkan
menjadi sekitar 560 juta dollar AS (waktu itu sekitar Rp 1,2 triliun). Pihak asing ditargetkan
memiliki sebagian saham dan sebagian lagi dimiliki pengembang dalam negeri.
Krisis ekonomi (1997)[sunting | sunting sumber]
Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia pada tahun 1997, industri properti Indonesia pun jatuh
sehingga banyak sekali proyek konstruksi yang ditunda maupun dibatalkan, termasuk Menara
Trilogi. Dengan dihentikannya pembangunan Menara ini, beton-beton yang sudah ditanam
dibiarkan mangkrak dan area tersebut menjadi genangan air yang luas.
Konsorsium baru (2003)[sunting | sunting sumber]
Setelah perekonomian Indonesia mulai bangkit kembali, Pemerintah Jakarta tetap akan
meneruskan pembangunan Menara tersebut dengan kembali menyebut nama Menara Jakarta.
Menara Jakarta pun dilanjutkan pada tahun 2003 melalui sebuah konsorsium baru, yakni PT
Persada Japa Pamudja (PJP) yang terdiri dari para pengusaha besar nasional.
Peresmian pembangunan menara yang diproyeksikan menjadi menara tertinggi di dunia itu
dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Bambang Kesowo dan Gubernur DKI
Jakarta Sutiyoso pada tanggal 15 April 2004. Menurut Presiden Komisaris PT Prasada Japa
Pamudja, yakni Abraham Alex Tanuseputra, Menara ini akan menjadi proyek besar dan
merupakan eksistensi untuk menunjukkan kemampuan dan peradaban bangsa Indonesia guna
mampu sejajar dengan bangsa lainnya di dunia, serta dibangun oleh putra putri bangsa
Indonesia.
Pembangunan menara akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pembangunan ruang
podium 17 lantai yang direncanakan selesai pada tahun 2008-2009. Bagian kedua adalah
pembangunan menara yang diprediksikan akan selesai pada tahun 2010-2011.
Penjadwalan baru (2010-2012)[sunting | sunting sumber]
Pada bulan Januari 2010, Prajogo Pangestu menjadi pemegang saham mayoritas dari PT
Prasada Japa Pamudja setelah Henry Pribadi melepas seluruh kepemilikan sahamnya kepada
Prajogo di proyek Menara Jakarta. Sedangkan empat pemegang saham lainnya yaitu Sohat
Chairil (pengusaha batubara), Harus Sebastian (Senayan City), Abraham Alex Tanuseputra
(pengusaha apotek dan pendiri Gereja Bethany Indonesia), dan Kelompok Kompas Gramedia,
masih tetap dalam konsorsium.[3]
Maret 2010, Handaka Santosa, CEO pusat perbelanjaan Senayan City, terpilih sebagai Presiden
Direktur PT Prasada Japa Pamudja. Handaka menyatakan perencanaan untuk peninjauan ulang
desain gedung dengan konsep gabungan dari multiuse complex dengan information and
communication technology (ICT).[4]
Oktober 2010, Setelah berjalan hampir 7 tahun dan menghabiskan dana tidak kurang dari Rp
300 miliar, pembangunan Menara Jakarta ini terhenti lagi karena masalah pendanaan. [5][6][7]
Pada sebuah rapat bersama di Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) pada tanggal 9
Maret 2011, antara Direktur Utama PPKK, Hendardji Soepandji, dengan Direksi PT Prasada
Japa Pamudja, Handaka Santosa menyatakan bahwa pembangunan menara yang sudah
mencapai 40% terhenti karena adanya kesulitan pendanaan. Para pemegang saham, di
antaranya Grup Kompas Gramedia yang memiliki saham 25%, belum bisa memasok dana yang
dibutuhkan. Untuk itu, PT Prasada Japa Pamudja minta diberi waktu untuk mencari investor
baru. Hendardji Soepandji hanya mau memberi waktu sampai dengan April 2011 dan
menyatakan bahwa bila PT Prasada Japa Pamudja tidak sanggup mencari investor, maka PPKK
yang akan mencarinya sendiri. Kedua belah pihak menyepakati bahwa pembangunan Menara
Jakarta akan dilanjutkan paling lambat Juni 2011. [7]
Manajer Proyek pembangunan Menara Jakarta, Dicky Rampengan, pada 11 Agustus 2011
menyatakan bahwa Perusahaan Multinasional dari Korea Selatan, Samsung, siap mendukung
kelanjutan Menara Jakarta.[8]
Pada awal tahun 2012, PT Prasada Japa Pamudja menyusun jadwal baru yang merencanakan
pembangunan lanjutan Menara Jakarta pada pertengahan 2012, dan diperkirakan bangunan
fisik akan terwujud pada tahun 2015. Perencanaan baru ini dianggap terlambat oleh Hendardji
Soepandji, Direktur Utama PPKK yang merupakan pemilik Hak Pengelolaan Lahan (HPL).
Keterlambatan ini dianggapnya tidak sesuai dengan akselerasi pembangunan nasional. [5]

Visi pembangunan[sunting | sunting sumber]


Direktur Proyek Menara Jakarta, Roesdiman Soegiarso mengatakan, visi pembangunan Menara
Jakarta adalah "Sentra Gaya Hidup".
Menurutnya, "Sentra Gaya Hidup" merupakan impian dan konsep Menara Jakarta yang
mengedepankan sebagai tempat yang memberi semangat hidup, pengembangan dan pusat
teknologi, hiburan, pendidikan pariwisata dan perdagangan untuk menghadapi abad ke-21.

Rancangan[sunting | sunting sumber]


Menara Jakarta dirancang dan disupervisi oleh desainer konstruksi Prof Dr Wiratman
Wangsadinata, Presiden Direktur Wiratman & Associates Multidiciplinary Consultants.[9]
Pada Maret 2010, menurut Wiratman, Menara Jakarta direncanakan untuk ditambah 30 meter
menjadi 588 meter atas keinginan pemegang saham Prajogo Pangestu. Penambahan tinggi ini
dilakukan tidak pada konstruksi bangunan utama menara, namun hanya pada tiang pemancar
telekomunikasi. Wiratman diberikan tugas untuk mendesain ulang struktur Menara Jakarta,
tanpa mengubah bentuk sebelumnya. Langkah ini bertujuan untuk menghemat biaya struktur
bangunan menara hingga 10% dari sebelumnya, atau penghematan sekitar Rp 80 miliar dari
total biaya struktur menara saja yang Rp 800 miliar.[10]
Dimensi menara[sunting | sunting sumber]

Menara Jakarta

Menara Jakarta akan dibangun di area seluas 306.810 meter persegi. Gedungnya sendiri akan
seluas 40.550 meter persegi dengan tinggi 558 meter.
Seperti desain awalnya pada tahun 1997, dalam pembangunan yang baru ini, menara tetap
memiliki tiga kaki yang akan menjulang hingga ketinggian 500 meter. Masing-masing kaki
berbentuk silinder, berdiameter 13,2 meter. Dua di antaranya berisi masing-masing tiga lift
dengan kecepatan 7 meter per detik. Kaki ketiga berisi delapan lift khusus untuk pengunjung.
Pada gedung ini terdapat 10 unit elevator/lift.
Selain itu, pada bagian bawahnya, menara itu diikat lagi dengan cincin beton berdiameter 40
meter dengan tinggi 15 meter. Untuk lebih menstabilkannya, menara tertancap dengan fondasi
berdiameter 80 meter sampai kedalaman 58 meter di bawah tanah.
Menurut pengembang, Menara Jakarta akan menyerap 20.000 lebih tenaga kerja selama
pembangunan, dan lebih dari 40.000 tenaga kerja setelah gedung difungsikan.
Fasilitas[sunting | sunting sumber]
Menara Jakarta rencananya akan dilengkapi dengan fasilitas:

Tempat parkir seluas 144.000 meter persegi

Gedung podium setinggi 17 lantai.

Lift yang mencapai puncak menara

Restoran berputar

Mal besar
Kafe

Taman hiburan

Museum sejarah Indonesia

Hotel

Ruang serba guna/konferensi yang bisa menampung sepuluh ribu pengunjung

Ruang-ruang perkantoran seluas 8.000 meter persegi

Pusat pameran

Pusat pendidikan dan pelatihan

Pusat multimedia disertai pemancar siaran radio dan televisi

Pusat perdagangan dan bisnis

Pusat olah raga


Diperkirakan, sebanyak 4-6 juta pengunjung setiap tahunnya akan mengunjungi Menara Jakarta.
Fakta Lainnya[sunting | sunting sumber]
Jika menara itu selesai dikerjakan tahun 2010 atau 2011, dengan ketinggian 558 meter, ia akan
menjadi bangunan menara (namun bukan gedung) tertinggi di dunia, mengalahkan ketinggian:

Canadian National Tower (553 meter), Toronto, Kanada

Menara Ostankino (540 meter), Moskow, Rusia

Oriental Pearl Tower (468 meter), Shanghai, Cina, dan

Menara Kembar Petronas (452 meter), Kuala Lumpur, Malaysia


Sebagai pembanding, tinggi Tugu Monas Jakarta hanya 137 meter. Dengan demikian, Menara
Jakarta akan memiliki tinggi sekitar 4 kali tinggi Tugu Monas.
Setelah melewati seluruh masa pembangunannya, Menara Jakarta akan menjadi gedung
tertinggi di belahan bumi bagian selatan. Rekor ini saat ini dipegang oleh gedung
residensial Q1 dengan ketinggian 344 meter yang terletak di Surfers Paradise, Gold
Coast, Australia.
Biaya[sunting | sunting sumber]
Biaya pembangunan megaproyek ini diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,4 triliun pada awalnya
dan membengkak menjadi hampir Rp 2,7 triliun setelah kenaikan harga baja dunia.
Menurut direktur PT Prasada Japa Pamudja, Ferry Sangeroki, pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek ini adalah "lebih dari seratus perusahaan dan individu". Ia mengatakan bahwa proyek
tersebut dibiayai melalui tiga jalur: partisipasi modal (Rp 400 miliar), pinjaman sindikasi (Rp 600-
800 miliar), dan penjualan pra-proyek (sekitar Rp 1,3 triliun).
Menurut desainer Menara Jakarta, Prof Dr Wiratman Wangsadinata, dalam perkiraan tahun 2009
biaya yang dibutuhkan untuk membangun menara ini mencapai Rp 5 triliun. [9]
Kontroversi[sunting | sunting sumber]
Kesenjangan sosial dan ekonomi[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 1995-1997, Menara Trilogi menjadi bahan kecaman terutama adalah dana serta
fungsi Menara tersebut di tengah kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih
membentang. Theo Syafei, bekas Pangdam Udayana, mengatakan, "Lebih baik dana sebesar
itu digunakan untuk pembangunan kawasan Timur Indonesia." Karena itu, menara ini mulai
dikenal pula dengan sebutan "Menara Kesenjangan". Koran The Jakarta Post menyebutnya
sebagai "tower of indifference" (menara ketidakpedulian). Beberapa anggota DPR menyebutnya
proyek "mercusuar", suatu penamaan terhadap proyek-proyek pada zaman Bung Karno yang
dianggap (terutama oleh pendukung Orde Baru) sebagai proyek untuk pamer ke dunia luar,
tanpa manfaat yang jelas bagi rakyat.
Sudwikatmono sebagai pemilik proyek ini pada masa itu, membantah jika menaranya disebut
proyek mercusuar. Alasannya, tidak seperti Monas yang dibangun pemerintah, Menara Trilogi ini
murni dibuat oleh swasta. Mensesneg Moerdiono menanggapi mengenai kesenjangan sosial
yang ironi dengan proyek ini hanya menerangkan manfaat teknis bagi dunia arsitektur,
konstruksi, dan dunia penyiaran radio dan televisi. Rencananya, pucuk menara memang bakal
dijadikan pacak antena radio dan televisi.
Gereja Bethany Indonesia[sunting | sunting sumber]
Pada periode pembangunan kembali sejak tahun 2006, salah satu kontroversi yang cukup
mengemuka mengenai Menara Jakarta adalah bahwa Menara ini akan menjadi Christian
Center yang didukung oleh Gereja Bethany Indonesia. Pasalnya, Presiden Komisaris
pengembang proyek ini, PT Prasada Japa Pamudja adalah Abraham Alex Tanuseputra yang
saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia, dan proyek ini sering
disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]


1. ^ {{ | last = | first = | authorlink = | coauthors = | year = | url
= http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/01/23/01303183/menara.jakarta.setinggi.558.meter.di.k
emayoran.jadi.pusat.telkom | title = Menara Jakarta Setinggi 558 Meter di Kemayoran Jadi Pusat
Telkom | format = | work = | publisher = Kompas | accessdate = | accessyear = | quote = }}

2. ^ Desain Menara Jakarta Berubah. Diakses pada: 24 September 2011.

3. ^ Suhendra (22 Maret 2010). "Prayogo Pangestu 'Kuasai' Proyek Menara Jakarta".
KOMPAS.com. Diakses tanggal 2012-05-24.

4. ^ ksp (16 April 2010). "Handaka Santosa Ambil Alih Komando Proyek Menara Jakarta".
KOMPAS.com. Diakses tanggal 2012-05-24.

5. ^ a b Humas Setjen PPKK (10 Januari 2012). "Pembangunan Menara Jakarta Dilanjutkan
Juli 2012". Setjen RI-PPKK. Diakses tanggal 2012-05-24.

6. ^ Suhendra (16 November 2010). "Investor Cekak, Proyek Menara Jakarta Akhirnya
Dihentikan". detikFinance. Diakses tanggal 2012-05-24.

7. ^ a b Humas Setjen PPKK (9 Maret 2011). "Pembangunan Menara Jakarta Akan


Dilanjutkan". Setjen RI-PPKK. Diakses tanggal 2011-09-24.

8. ^ Humas Setjen PPKK (12 Agustus 2011). "Samsung Siap Dukung Menara Jakarta".
Setjen RI-PPKK. Diakses tanggal 2012-05-24.

9. ^ a b Suhendra (4 Desember 2009). "Prajogo Pangestu dan Henry Pribadi Masih Garap
Menara Jakarta". DetikCom. Diakses tanggal 2009-12-04.
10. ^ Suhendra (22 Maret 2010). "Tinggi Menara Jakarta ditambah 30 meter". detikFinance.
Diakses tanggal 2012-05-24.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


(Indonesia) Forum Ilmu Sipil Indonesia

(Indonesia) Galeri foto Jakarta Revival Center di BethanyGraha.org

(Indonesia) Maket Menara Jakarta di Situs Web Liputan 6

(Inggris) Forum Indonesia Skyscrapers

(Inggris) Menara Jakarta di Situs Web Structurae

Anda mungkin juga menyukai