Skripsi Sarmila 23
Skripsi Sarmila 23
BAB I
PENDAHULUAN
b. Bagi Siswi
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswi Aliyah (SMA) dan
menambah pengetahuan serta wawasan dan dampak yang akan ditimbulkan oleh
penyakit infeksi malaria.
c. Bagi Fakultas
Diharapkan penelitian ini sebagai bahan masukkan kepada kampus dalam
bentuk pembangunan ilmu kedokteran dan penambahan referensi perpustakaan
diFakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara khususnya mengenai
penyakit tropis malaria.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plasmodium
2.1.1 Siklus Hidup Plasmodium
Siklus hidup plasmodium berlangsung pada manusia dan nyamuk. Parasit
plasmodium yang menginfeksi manusia terbagi menjadi lima spesies dan pada
umumnya berlangsung pada tubuh manusia. Siklus hidup plasmodium terbagi
menjadi dua yakni :
a. Siklus Seksual
Siklus seksual (sporogoni) terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles, sebagai
pejamu atau host definitive.
b. Siklus Aseksual
Siklus aseksual (skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia sebagai pejamu
intermediet. Siklus aseksual terbagi dua siklus, yaitu siklus eritrosit dalam darah
(skizogoni eritrosit) dan siklus dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit)
atau stadium jaringan dengan : a. skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit
primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan ; b. skizogoni eksoeritrosit
sekunder yang berlangsung dalam hati. Dengan demikian, didalam tubuh manusia,
terjadi siklus hidup aseksual yang terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap
skizogoni, tahap skizogoni eksoeritrosit, tahap skizogoni eritrositik, dan tahap
gametogoni. Tahap skizogoni preeritrositik, skizogoni eritrositik, dan gametogoni
berlangsung di dalam eritrosit. Stadium sporozoit yang masuk bersama gigitan
nyamuk dan liurnya, mula-mula masuk dan berkembang dalam jaringan sel-sel
parenkim hati pada tahap skizogoni preeritrositik. Tahap skizogoni preeritrositik
berlangsung selama 8 hari pada p. vivax, 6 hari pada p. falciparum, dan 9 hari
pada p. ovale, namun sulit ditentukan lamanya pada p. malariae. Siklus
preeritrositik dalam jaringan hati pada p. falciparum hanya berlangsung satu kali
(local liver cycle). Keadaan tersebut disebut skizogoni eksoeritrositik, yang
merupakan sumber pembentukan stadium aseksual parasit yang menjadi penyebab
7
2.3 Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa
darah yang termasuk genus plasmodium) yang dibawa oleh nyamuk anopheles.
Ada lima spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu plasmodium
vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae dan plasmodium ovale dan
Plasmodium Knowlesi. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi
malaria yang berbeda-beda, yaitu :
a. Plasmodium vivax : menyebabkan malaria tertian
b. Plasmodium falciparum : menyebabkan malaria tropika
c. Plasmodium malariae : menyebabkann malaria quartana
d. Plasmodium ovale : menyebabkan malaria ovale
e. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi) (Kemkes, 2013).
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.
falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P ovale pernah
ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada tahun 2010 di Pulau
Kalimantan dilaporkan adanya P. knowlesi yang dapat menginfeksi manusia
dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan sampai saat
ini masih terus diteliti (Kemkes, 2013).
pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala
neurologis (reflex patologis dan kaku kuduk) (Widoyono, 2011).
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Mikroskopiss
a. Tetes darah tebal (thick Smear)
Untuk melihat adanya parasit aseksual dari plasmodium malaria
dapat dilakukan dengan mengambil darah jari tangan penderita
kemudian diletakkan pada dek gelas dan biarkan kering, kemudian
selama 10-15 menit diwarnai dengan pewarnaan giemsa yaitu cairan
giemsa 10% dalam larutan buffer PH 7,1. Setelah selesai diwarnai maka
sediaan darah dicuci dengan hat-hati selama 1-2 detik lalu biarkan kering
dan siap untuk diperiksa. Pemeriksaan dengan hapusan darah tebal
diperlukan untuk menghitung kepadatan parasit (Cecep, 2014)
b. Tetes darah tipis (thin films)
Gelas objek penyebar yang bersih dipegang dengan sudut 45
terhadap tetesan darah yang ada pada gelas objek sediaan. Tunggulah
sampai darah menyebar sepanjang tepi lebar gelas objek penyebar.
Dengan sudut 45 dorong kedepan gelas objek penyebar dengan cepat
dan hati-hati. Fiksasi hapusan darah (thin smear) dengan methanol
absolute atau 100% dan tunggu sampai benar-benar kering sebelum
diwarnai (Soerdarto, 2011)
Tujuan pemeriksaan darah (SD) tebal dan tipis adalah untuk
menentukan:
a. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b. Spesies dan stadium plasmodium.
c. Kepadatan parasit.
Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyei tulang, riwayat pekerjaan
yang menunjang adanya transmisi leptospirosis, leukositosi, gagal ginjal dan
sembuh dengan pemberian antibiotik.
G. Glomerulonefritis Akut Atau Kronik
Gagal ginjal akut akibat malaria umumnya memberikan respon terhadap
pengobatan malaria secara dini dan adekuat.
H. Sepsis
Demam dengan dengue fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran,
gangguan sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang didukung hasil
biakan mikrobiologi (Kemenkes, 2013)
anti nyamuk saat tidur dimalam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,
karena biasanya vector malaria menggigit pada malam hari mulai magrib sampai
fajar (Dikutip dari Dewi, 2014)
Dibagikan kuesioner
untuk diisi
BAB III
METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Kemkes RI. 2013. Pedoman Tata Laksana Malaria. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesi No. 5 Tahun 2013. Jakarta
Harijanto PN. 2009. Malaria. dalam kutipan Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, Edisi ke Lima. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Interna Publishing, Jakarta, 2813.