Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang

ditawarkan perusahaan kepada konsumen, dan kegiatan ini menjadi fungsi utama perusahaan.

Proses kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah

lebih tinggi disebut proses produksi (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Tujuan manajemen

produksi adalah untuk mengelola penggunaan sumber daya berupa faktor-faktor yang

tersedia, baik berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan fasilitas produksi berjalan efektif

dan efisien (Kristanto, 2002).


Proses produksi umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu Proses produksi terus-

menerus (Continuous Process), Proses produksi terputus-putus (Batch Process), Proses

produksi yang bersifat proyek (Handoko, 2005). Proses produksi terus-menerus (Continuous

Process) adalah proses produksi yang berlangsung secara terus-menerus dan peralatan

produksi yang digunakan disusun rapi dengan memperhatikan urutan-urutan dalam

menghasilkan produk, arus barang, serta arus bahan dalam proses yang telah distandarisasi.

Proses produksi terputus-putus (Batch Process) adalah kegiatan proses produksi yang

dilakukan secara tidak standar atau putus-putus, sehingga peralatan produksi bersifat

fleksibel. Sedangkan proses produksi yang bersifat proyek adalah kegiatan proses produksi

yang dilakukan pada tempat tertentu dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan

produksi yang digunakan ditempatkan pada lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan pada

saat yang direncanakan. Tujuan manajemen produksi adalah untuk mengelola penggunaan

sumber daya agar proses produksi berjalan efektif dan efisien (Kristanto, 2002).

Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan pada media tanam yang berfungsi

sebagai penyuplai berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman, Seiring dengan

1
perkembangan industri pupuk di Indonesia yang semakin tinggi, terutama untuk industri

pupuk non subsidi yang bersaing sempurna. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

perusahaan penghasil pupuk non subsidi yang ada sehingga memunculkan adanya persaingan

antar perusahaan pupuk non subsidi. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat ini,

setiap perusahaan pupuk dituntut untuk melakukan beberapa usaha agar mendapatkan

performansi kerja dan layanan bagi konsumen yang semakin baik. Sehingga dengan kondisi

ini perusahaan pupuk akan memiliki daya.

PT. Petrokimia Gresik adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

penghasil pupuk terbesar di Indonesia. Di tempat ini semua proses produksi pupuk dilakukan,

mulai pencarian bahan baku yang berkualitas sampai menghasilkan berbagai jenis pupuk.

Dalam kesehariannya PT. Petrokimia Gresik tersebut banyak mengalami masalah-masalah

kecil tetapi berakibat fatal. Seperti penerapan metode yang kurang efektif pada proses

produksinya yang menimbulkan waktu tunggu/delay dalam proses produksi yang dapat

memberikan dampak kerugian finansial bagi perusahaan. dan apabila terjadi suatu perhentian

pada proses produksi tertentu, maka sangat mempengaruhi proses produksi lainnya, atau

dapat dikatakan bila satu bagian kecil dari proses produksi gagal maka keseluruhan proses

produksi akan gagal pula.

Melihat pentingnya proses produksi bagi perusahaan maka penulis tertarik untuk

membuat laporan dengan judul : PENERAPAN PROSES PRODUKSI PADA PT.

PETROKIMIA GRESIK

2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana penerapan proses produksi di PT. Petrokimia Gresik ?
2.2 Bagaimana pengendalian mutu dalam proses produksi di PT. Petrokimia Gresik ?

2
3. Tujuan Penelitian
3.1 Untuk mengetahui penerapan proses produksi di PT. Petrokimia Gresik.
3.2 Mengetahui bagaimana pengendalian mutu dalam proses produksi di PT. Petrokimia

Gresik.

4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Mahasiswa
Sebagai tempat untuk mempraktekkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

dan juga untuk menambah pemahaman sejauh mana penerapan proses produksi di

perusahaan.
4.2. Bagi Umum
Sebagai media untuk menambah wawasan bersama dalam hal proses produksi di

suatu perusahaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Landasan Teori
2.1 Pengertian Proses Produksi
Sekarang ini banyak dijumpai perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat. Untuk memproduksi barang dan jasa

tersebut diperlukan adanya proses produksi. Sebelum membahas mengenai proses produksi,

terlebih dahulu akan dibahas arti dari proses yaitu : Proses adalah suatu cara, metode

maupun teknik untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu (Agus

3
Ahyari, 2002: 65). Sedangkan produksi adalah: Kegiatan untuk mengetahui penambahan

manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi yang

bermanfaat bagi pemenuhan konsumen (Sukanto Reksohadiprodjo, 2000: 1). Dari uraian di

atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mengenai proses produksi, yang dimaksud

dengan proses produksi adalah: Suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan

manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi

sehingga dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan konsumen.


Dari pengertian di atas, dapat kita lihat proses produksi merupakan kegiatan atau

rangkaian yang saling berkaitan untuk memberikan nilai atau menambah nilai kegunaan

terhadap suatu barang. Suatu proses produksi yang bertujuan memberi nilai suatu barang

dapat dilihat pada proses produksi yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi

atau barang jadi. Sedangkan proses produksi yang bertujuan untuk menambah nilai atau

kegunaan suatu barang atau jasa dapat dilihat pada proses produksi yang merubah barang

setengah jadi menjadi barang jadi.


Adapun produksi disini adalah transformasi dari faktor-faktor produksi (bahan mentah,

tenaga kerja, modal, serta teknologi) menjadi hasil produksi atau produk. Agar tujuan

berproduksi yaitu memperoleh jumlah barang atau produk (termasuk jenis produk), dengan

harga dalam waktu serta kualitas yang diharapkan oleh konsumen, maka proses produksi

perlu diatur dengan baik.

2.2 Jenis-jenis Proses Produksi

Untuk menghasilkan suatu produk dapat dilakukan melalui beberapa cara, metode dan

teknik yang berbeda-beda. Walaupun proses produksi sangat banyak, tetapi secara garis besar

dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

2.2.1 Proses produksi terus menerus (Contiunuous process)

4
Adalah suatu proses produksi dimana terdapat pola urutan yang pasti dan tidak

berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi yang dilakukan dari perusahaan yang

bersangkutan sejak dari bahan baku sampai menjadi bahan jadi (Pangestu Subagyo, 2000: 9).

a. Sifat-sifat atau ciri-ciri

1) Produksi yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produktivitas massa).

2) Biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan

pengerjaan dari produk yang dihasilkan.

3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-mesin yang bersifat

khusus (special purpose machines).

4) Karyawan tidak perlu mempunyai keahlian atau skill yang tinggi karena mesin-

mesinnya bersifat khusus dan otomatis.

5) Apabila terjadi salah satu mesin rusak atau berhenti maka seluruh proses produksi

terhenti.

6) Jumlah tenaga kerja tidak perlu banyak karena mesin-mesinnya bersifat khusus.

7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses lebih sedikit dari proses produksi

terputus-putus.

8) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan menggunakan tenaga mesin.

b. Kebaikan atau kelebihan proses produksi terus menerus adalah:

1) Dapat diperoleh tingkat biaya produksi per unit yang rendah.

2) Dapat dihasilkan produk atau volume yang cukup besar.

3) Produk yang dihasilkan distandarisir.

4) Dapat dikuranginya pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, karena sistem

pemindahan bahan baku menggunakan tenaga kerja listrik atau mesin.

5) Biaya tenaga kerja rendah, karena jumlah tenaga kerja sedikit dan tidak memerlukan

tenaga ahli.

5
6) Biaya pemindahan bahan baku lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu

dengan yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut degerakkan tenaga mesin.

c. Kekurangan atau kelemahan dari proses produksi terus-menerus adalah:

1) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh

konsumen atau pelanggan.

2) Proses produksi mudah terhenti apabila terjadi kemacetan di suatu tempat atau tingkat

proses.

3) Terdapat kesalahan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan.

2.2.2 Proses produksi terputus-putus (Intermitten process)

Adalah proses produksi dimana terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan

produksi dalam perusahaan yang bersangkutan sejak bahan baku sampai menjadi produk

akhir (Pangestu Subagyo, 2000: 9).

a. Sifat atau ciri-ciri

1) Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil didasar atas pesanan.

2) Mesinnya bersifat umum dan dapat digunakan mengolah bermacam-macam produk .

3) Biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas

fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama, dikelompokkan pada tempat

yang sama.

4) Karyawan mempunyai keahlian khusus.

5) Proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan salah satu mesin

atau peralatan.

6) Persediaan bahan mentah banyak.

7) Bahan-bahan yang dipindahkan dengan tenaga manusia.

6
b. Kebaikan atau kelebihan proses produksi terputus-putus adalah:

1) Mempunyai fleksibelitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan

variasi yang cukup besar. Fleksibelitas ini diperoleh dari :

a) Sistem penyusunan peralatan.

b) Jenis atau type mesin yang digunakan bersifat umum (general purpose machine).

c) Sistem pemindahan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi tenaga manusia.

2) Mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum, maka biasanya dapat

diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesinnya, karena harga mesin-

mesinnya lebih murah.

3) Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di

suatu tempat atau tingkat proses.

c. Kekurangan atau kelemahan proses produksi terputus-putus adalah :

1) Scheduling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar

karena kombinasi urut-urutan pekerjaan yang banyak dalam memproduksi satu

macam produk dan dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak karena

produksinya berbeda, tergantung pada pemesanannya.

2) Karena pekerjaan scheduling dan routing banyak dan sukar dilakukan, maka

pengawasan produksi dalam proses sangat sukar dilakukan.

3) Dibutuhkan investasi yang sangat besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan

dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung

pesanan.

7
4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan sangat tinggi, karena banyak menggunakan

tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga ahli dalam pengerjaan

produk tersebut (Sukanto Reksohadiprojo, 2000: 89).

Untuk dapat menentukan jenis proses produksi dari suatu perusahaan, maka perlu

mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri proses produk. Baik itu proses produksi terus-menerus

atau proses produksi terputus-putus.

2.2.3 Proses produksi yang bersifat proyek

Proses produksi yang bersifat proyek, dimana kegiatan produksi dilakukan pada

tempat dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan

ditempatkan di tempat atau lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan dan pada saat

yang direncanakan. Bentuk operasi aliran proyek banyak digunakan untuk memproduksi

produk produk yang bersifat khusus atau unik, seperti kapal, pesawat terbang, gedung dan

lain-lain. Setiap unit produk tersebut dibuat sebagai suatu barang tunggal, meskipun tidak ada

aliran produk bagi suatu proyek tetapi ada urutan-urutan operasi dimana seluruh operasi atau

kegiatan individual harus diurutkan untuk menunjang pencapaian tujuan akhir.

Masalah yang mungkin akan sering terjadi dalam manajemen proyek adalah perencanaan,

pengurutan, scheduling dan pengawasan kegiatan individual yang mengarahkan penyelesaian

proyek secara keseluruhan. Bentuk operasi - operasi proyek digunakan bila ada kebutuhan

akan kreatifitas dan kekhususan dalam pembuatan suatu produk. Sulit untuk

mengoptimalisasikan proyek proyek karena hanya dikerjakan sekali, sehingga peralatan

serbaguna terkadang digunakan untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Proyek proyek

ditandai dengan biaya yang tinggi dan kesulitan dalam perencanaan dan pengawasan

managerial. Ini diakibatkan karena proyek pada dasarnya sukar dirumuskan, dan mungkin

merupakan subyek derajat perubahan dan inovasi yang tinggi.

8
2.3 Pengertian Pengendalian Proses Produksi

Dalam perusahaan semua kegiatan perlu adanya pengendalian. Pengendalian adalah

salah satu fungsi manajemen yang mengadakan penilaian bila perlu mengadakan koreksi,

sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud

tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula. Sebelum membahas mengenai

pengendalian proses produksi, terlebih dahulu akan dibahas arti dari pengendalian yaitu :

Pengendalian adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa

rencana telah dilaksanakan sesuai dengan apa yang ditetapkan (T. Hani Handoko, 2005).

Sedangkan yang dimaksud dengan proses produksi adalah kegiatan dalam suatu

perusahaan yang di arahkan untuk menjamin kontinuitas dan aktifitas untuk menyelesaikan

produk sesuai dengan bentuk dan waktu yang diinginkan dalam batas-batas yang

direncanakan. Dengan adanya pengendalian dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan

dapat membuahkan hasil yang baik.

2.4 Arti Penting Pengendalian Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu bentuk kegiatan yang paling penting dalam

pelaksanaan produksi disuatu perusahaan. Hal ini karena proses produksi merupakan cara,

metode maupun teknik bagaimana kegiatan penambahan faedah atau penciptaan faedah

tersebut dilaksanakan. Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi sistem produksi yang

telah dipersiapkan sebelum perusahaan melaksanakan proses produksi. Selain itu demi

kelancaran proses produksi diperlukan pula pengendalian proses produksi yang akan

mengendalikan seluruh komponen penting dalam suatu perusahaan.

2.5 Sistem pengendalian proses produksi

9
Sesuai dengan kegiatan dalam suatu perusahaan maka perusahaan harus diarahkan untuk

menjamin kontinuitas dan aktivitas kegiatan untuk menyelesaikan produk sesuai dengan

bentuk dan waktu yang diinginkan dalam batas-batas yang direncanakan. Untuk

memperlancar kegiatan produksi dibutuhkan pengendalian proses produksi, yaitu :

2.5.1 Pengendalian proses produksi

Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar diperlukan pengendalian

yang baik. Pengendalian proses produksi meliputi kapan produksi dimulai dan kapan

produksi diakhiri sehingga harus direncanakan.

2.5.2 Pengendalian bahan baku

Bahan baku merupakan masalah yang cukup dominan dibidang produksi. Perusahaan

menghendaki jumlah persediaan yang cukup agar jalannya produksi tidak terganngu, maka

dengan adanya pengendalian bahan baku diharapkan kegiatan produksi dapat berjalan lancar

serta dapat menentukan standart bahan baku yang baik, mengenai apa yang harus dipesan,

berapa banyaknya pesanannya dan kapan pemesanan dilakukan.

2.5.3 Pengendalian tenaga kerja

Pengendalian tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang penting di dalam

pengendalian produksi. Berhasil tidaknya suatu proses produksi akan tergantung kepada

kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para karyawan perusahaan. Sehingga

pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan bidang keputusan yang

penting dalam hubungannya dengan kuantitas dan kualitas produk.

2.5.4 Pengendalian biaya produksi dan perbaikan

10
Para pengawas bagian produksi setiap saat harus melakukan pengawasan serta membuat

keputusan-keputusan yang berhubungan dengan keseimbangan antara pekerja, bahan baku

dan biaya serta tindakan perbaikan.

2.5.5 Pengendalian kualitas

Ada beberapa pengertian pengendalian kualitas menurut para ahli, yaitu :

Pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas

produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan (Agus

Ahyari, 2002: 57).

Pengendalian kualitas merupakan suatu kebutuhan bagi perusahaan yang menginginkan

adanya kemajuan dalam perusahaan dengan standart yang ada (Pangestu Subagyo, 2000).

Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki produk bila

diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang yang

rusak (Sukanto Reksohadiprodjo, 2000).

Hal yang bisa dilakukan sejak bahan baku, barang dalam proses, maupun sampai barang

jadi. Sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk menentukan tindakan apa yang harus

diambil di dalam proses produksi serta usaha untuk memelihara dan mempertahankan mutu

yang telah ditetapkan standar kualitasnya.

2.6 Fungsi pengendalian proses produksi

Fungsi pengendalian proses produksi adalah perencanaan, penentuan urutan kerja,

penentuan waktu kerja, pemberian perintah kerja, dan tindal lanjut dalam pelaksanaan (Agus

Ahyari 2002: 53).

Macam-macam dari fungsi pengendalian proses produksi

2.6.1 Perencanaan produksi

11
Untuk merencanakan tentang apa dan berapa produk yang akan diproduksi oleh

perusahaan yang bersangkutan dalam suatu periode yang akan datang. Hal yang perlu

dipertimbangkan dalam penyusunan produksi adalah adanya optimalisasi produk sehingga

akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan suatu proses produksi

itu sendiri.

2.6.2 Penentuan urutan kerja

Suatu fungsi yang menetukan urutan suatu proses produksi yang akan dilaksanakan

oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menetukan urutan kegiatan kerja yang logis,

sistematis, dan ekonomis melalui urutan mana bahan baku yang dipersiapkan untuk diproses

menjadi produk akhir atau barang jadi.

2.6.3 Penentuan waktu kerja

Suatu fungsi yang mentukan waktu kerja kapan pekerjaan proses produksi akan

dilaksanakan. Penentuan waktu kerja yang tepat dan jelas akan dapat membantu tercapainya

tingkat produktivitas kerja yang tinggi dalam perusahaan.

2.6.4 Pemberian perintah kerja

Yang memiliki fungsi untuk menyampaikan perintah kepada bagian pengelolaan yang

akan dilakukan sesuai dengan urutan pekerjaan yang telah ditentukan. Pemberian perintah

kerja merupakan awal dari pelaksanaan suatu pekerjaan untuk menyelesaikan produk yang

ada dalam perusahaan.

2.6.5 Tindak lanjut dalam pelaksanaan proses produksi

Fungsi yang menindaklanjuti dalam kegiatan proses produksi. Sebab walaupun urutan

kerja dan waktu kerja sudah disusun dengan baik, kemudian diberikan perintah untuk

memulai suatu pekerjaan, bukan berarti semua proses produksi dapat berjalan dengan yang

diharapkan. Bisa saja terjadi penyimpangan-penyimpangan proses produksi sehingga masih

12
perlu adanya tindak lanjut dalam proses produksi. Diharapkan dengan adanya tindak lanjut

ini penyimpangan-penyimpangan proses produksi, keterlambatan dan berbagai macam hal

yang mengganggu kelancaran dalam proses produksi sehingga sebisa mungkin akan dapat

diatasi ataupun dihindari.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah Perusahaan Petro Kimia Gresik yang

berlokasi di jalan jendral. A Yani Gresik

13
3.2 Data Yang Diperoleh
1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama misalnya dari individu

atau perseorangan, seperti wawancara, pengisian kuisioner atau bukti transaksi lainnya

(Husein Umar, 2003 : 67). Data ini semua merupakan data mentah yang nanti akan diproses

untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai dengan kebutuhan.

Dalam penelitian ini data primer diambil dari Perusahaan Petrokimia Gresik,

mengenai Penerapan Proses Produksi, yang dilaksanakan oleh Perusahaan Petrokimia Gresik.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Mudrajad Kuncoro, 2003 : 127).

Data sekunder yang diperoleh dari Perusahaan Petrokimia Gresik berupa laporan

tahunan perusahaan, artikel dan laporan praktek kerja lapangan mahasiswa diperusahaan

tersebut.

3.3 Cara Pengumpulan Data


1. Pengamatan (observasi)

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pencatatan atau pengamatan

secara langsung pola perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian sistematik tanpa

ada perhitungan atau komunikasi dengan individu (subjek) yang diteliti dan berhubungan

dengan permasalahannya.

2. Wawancara (interview)

14
Suatu cara mengumpulkan data dengan menanyakan langsung kepada informan atau

pihak yang kompeten dalam suatu perusahaan. Dalam wawancara, hasil yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan secara kualitatif dan memiliki nilai yang tinggi (Darmadi Durianto,

Sugiarto, Tony Sitinjak, 2001 : 15).

3.4 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek, orang atau segala

sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka

maupun kata-kata. Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian

sikap atau pendapat individu, organisasi, keadaan atau prosedur (Mudrajad Kuncoro, 2003).

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) yang berada di

wilayah Gresik, Jawa Timur. Produk utama dari PT Petrokimia Gresik adalah pupuk nitrogen

(pupuk NPK, pupuk ZA dan pupuk Urea) dan pupuk fosfat (pupuk SP-36) serta bahan-bahan

15
kimia lainnya seperti CO2 cair dan kering (dry ice), amoniak, asam sulfat, asam fosfat, O 2 dan

N2 cair.
PT Petrokimia Gresik berdiri pada tahun 1960 berdasarkan TAP MPRS No.II/1960

sebagai proyek prioritas dalam pola pembangunan Nasional semesta berencana tahap I (1961-

1969) dan diperkuat dengan surat KEPRES No.260/1960. Pada tahun 1964 berdasarkan

instruksi Presiden No. I/1963, PT Petrokimia dikembangkan dan diborong oleh kontraktor

COSINDIT SPA dari Italia. Pembangunan fisik dimulai pada awal tahun 1966 dengan

berbagai hambatan yang dialami, yaitu adanya krisis ekonomi sehingga menyebabkan

pembangunan proyek tertunda pada tahun 1968. Pada tahun 1969 pembangunan proyek

dimulai kembali sampai percobaan pertama operasional pabrik pada Maret 1970.

Perubahan status perusahaan :

1 Perusahaan Umum (Perum)

PP No. 55/1971

2 Persero

PP No. 35/1974 jo PP No. 14/1975

3 Anggota Holding PT Pusri

PP No. 28/1997

Secara Kronologis Sejarah singkat PT Petrokimia Gresik adalah sebagai berikut :

PT Petrokimia Gresik menempati lahan seluas 450 ha berlokasi di Kabupaten Gresik,

Propinsi Jawa Timur.

1 Tahun 1960

16
Pendirian pabrik pupuk yang didasarkan pada TAP MPRS No.II/MPRS/1960. Proyek

ini merupakan proyek prioritas pada masa itu dengan nama Projek Petrokimia

Surabaja.

2 Tahun 1964

Tahun ini merupakan tahap pembangunan fisik yang pertama berdasarkan Inpres No.

1/instr/1963 dilakukan oleh perusahaan pengembang dan pemborong cosindit Sp.A

dari Italia.

3 Tahun 1968

Proyek sempat terhenti karena terjadi pergolakan politik dan keadaan ekonomi yang

memburuk.

4 Tahun 1971

Status badan usah projek Petrokimia Surabaja diubah menjadi perusahaan umum

(PERUM) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1971.

5 10 Juli 1972

PROJEK PETROKIMIA SURABAJA diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai

badan usaha yang berbentuk Perusahaan Umum, PERUM PETROKIMIA GRESIK.

Selanjutnya, tanggal 10 Juli diperingati sebagai hari ulang tahun PT Petrokimia

Gresik.

10 Juli 1975

Bentuk perusahaan menjadi PT PETROKIMIA GRESIK (Persero) berubah status

menjadi holding company bersama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam bidang

pemasaran, keuangan dan produksi.

17
1.2 Visi dan Misi PT Petrokimia Gresik

A. Visi

Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan

produknya paling diminati konsumen.

B. Misi
1. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya program swasembada

pangan.
2. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional dan

pengembangan usaha perusahaan.


3. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional dan berperan

aktif dalam community development.

1.3 Lokasi Perusahaan

PT Petrokimia Gresik mempunyai areal tanah seluas 450 ha dengan lahan yang telah

ditangani sebesar 300 ha. Areal tanah yang ditempati ini meliputi 10 desa yang ada di tiga

kecamatan, yaitu :

Kecamatan Gresik, Meliputi Desa Ngipik, Karangturi, Sukorame, dan Tlogopojok.


Kecamatan Kebomas, Meliputi Desa Kebomas, Tlogopatut, dan Randu Agung.
Kecamatan Manyar, Meliputi Desa Romo Meduran, Pojok Pesisir, serta Desa Tepen.

Dipilihnya kawasan-kawasan tersebut sebagai lokasi pabrik PT Petrokimia merupakan

hasil studi kelayakan pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek Industri (BP3I) yang

dikoordinir oleh Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan dengan pertimbangan :

a. Cukup tersedia lahan pembangunan daerah industri.


b. Cukup tersedianya sumber air dari aliran sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo.
c. Berdekatan dengan daerah konsumen pupuk terbesar, yaitu perkebunan dan petani tebu.
d. Dekat dengan pelabuhan sehingga memudahkan pengangkutan peralatan pabrik selama

masa konstruksi, pengadaan bahan baku, maupun perindustrian hasil produksi melalui

angkutan laut.
e. Dekat dengan pusat pembangkit listrik.

18
f. Dekat dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan yang memadai diantaranya tenaga

kerja (buruh), transportasi serta lainya.

Penetapan lokasi perusahaan atau pabrik merupakan fase yang sangat penting dalam

proses perancangan pabrik. Berdasarkan latar belakangnya penentuan lokasi perusahaan yang

telah dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik, dapat dilihat bahwa perusahaan tersebut telah

memperhatikan beberapa faktor penting yang dibutuhkan bagi kelangsungan berdirinya

perusahaan. Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan oleh perusahaan tentang pemilihan

lokasi usaha ini terlibat penilaian yang bersifat siklis. Faktor satu akan berpengaruh terhadap

lainnya dan akhirnya muncul satu atau beberapa pertimbangan yang dapat mengesampingkan

faktor lain.

1.4 Struktur Organisasi Perusahaan


Kelancaran dan kontinyuitas jalannya suatu pabrik merupakan hal ang penting dan

menjadi tujuan utama setiap perusahaan. Hal itu ditentukan oleh struktur organisasinya.

Struktur organisasi memberikan wewenang pada setiap bagian perusahaan untuk

melaksanakan tugas yang dibebankan padanya, juga mengatur sistem dan hubungan

struktural antara fungsi-fungsi atau orang-orang dihubungkan satu dengan yang lain dalam

pelaksanaan fungsi mereka.


Struktur organisasi di PT. Petrokimia Gresik selalu berkembang mengikuti kebijaksanaan

pemerintah dan perkembangan situasi nasional serta disesuaikan dengan kebutuhan pabrik

yang menyangkut keadaan sosial, ekonomi, dan politik. Struktur organisasi di PT. Petrokimia

Gresik adalah sebagai berikut :

19
Direktur Utama

Direktur Direktur Direktur Teknik Direktur SDM &


Komersil Produksi & Pengembangan Umum

Gm Pabrik Gm Gm Sumber
GM Pemasaran Gm Penjualan Gm Teknologi Gm Riset
I, II & III Pengembangan Daya Manusia

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan berdasarkan Surat


Keputusan Direksi No. 0263/LI.00.01/30/SK/2014 tanggal 1
Oktober 2014

Kedudukan tertinggi struktur organisasi dipegang oleh seorang Direktur Utama

dimana Direktur Utama membawahi 4 orang Direktur. Struktur organisasi yang terdapat di

PT Petrokimia Gresik termasuk dalam struktur organisasi berbentuk piramida. Hal ini

menunjukkan tingkatan atau hirarki yang jelas dimana terdapat perbedaan posisi baik

menyangkut peran dan fungsi maupun mekanisme kerja organisasi. Tingkatan ini

diwujudkan dalam bentuk atasan dan bawahan (lini dan staff). Atasan dipimpin oleh

sekelompok orang tertentu saja, sedangkan jabatan di bawahnya terdiri dari sejumlah orang

yang tergantung pada spesifikasi job description bidangnya masing-masing, struktur

organisasi ini merupakan struktur organisasi yang umum digunakan oleh suatu perusahaan.

4.2 Data Khusus

PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pupuk

berskala nasional. PT Petrokimia Gresik adalah salah satu perusahaan yang mempunyai

konstribusi yang cukup besar pada kegiatan penyediaan pupuk nasional. Wilayah PT

Petrokimia Gresik berada di wilayah Gresik provinsi Jawa Timur. Kelancaran proses produksi

harus diperhatikan perusahaan untuk bisa memenuhi permintaan dari konsumen yang tidak

sedikit (Handoko, 2005). Hal ini perlu didukung pengelolaan yang baik dan terintegrasi,

20
pupuk urea merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Gresik, oleh

sebab itu peneliti merangkum tahapan proses produksi pembuatan pupuk urea di pabrik

Petrokimia Gresik dapat kita lihat dibawah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pemilihan Bahan Baku

(Bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi harus dapat memenuhi

karakteristik yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas)

2. Proses Produksi Pupuk Urea

Proses ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Synthesis Section
b. Purification Section
c. Concentration Section
d. Prilling Section
e. Recovery Section
f. Process Condensate Treatment Section

3. Pengemasan
(Pengemasan merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penyimpanan (storage) terhadap

produk)
4. Penyimpanan
(Penyimpanan Produk pupuk urea yang telah dikemas atau akan didistribusi)

Adapun proses lainnya yang harus diperhatikan dalam proses produksi pupuk sebagai

berikut:
1. Pengendalian Mutu
(Kegiatan yang mengoptimalkan kontinyuitas, koordinasi aktivitas dan penyelesaian

produk sesuai dengan jumlah, mutu, dan waktu yang ditargetkan dalam batas finansial

yang direncanakan).
Pengendalian mutu pada proses produksi pupuk urea di Petrokimia terdiri dari 3 bagian:
a. Pengendalian Bahan Baku
b. Pengendalian Proses
c. Pengendalian Produk Jadi

2. Sanitasi

21
(Sanitasi merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses produksi karena akan

memberikan dampak pada produk yang dihasilkan).

4.3 Pembahasan
Proses Produksi
PT Petrokimia memproduksi berbagai pupuk dan non-pupuk juga produk inovasi

lainnya, salah satu contoh produk yang akan dijelaskan dalam proses produksinya yaitu pada

pupuk Urea yang merupakan salah satu produk unggulan PT Petrokima Gresik, dibawah ini

merupakan alur proses produksi dari pupuk urea yaitu, sebagai berikut:
1. Pemilihan Bahan Baku
Bahan Baku yang digunakan oleh PT Petrokimia Gresik untuk pembuatan pupuk urea

adalah berupa ammonia cair (NH3) dan karbondioksida (CO2) kedua bahan baku tersebut

didapatkan dari Pabrik Ammonia PT Petrokimia Gresik, ammonia cair merupakan produk

utama yang dihasilkan oleh pabrik ammonia, sedangkan karbondioksida gas merupakan

produk samping yang dihasilkan oleh pabrik ammonia selama proses produksi ammonia.

Kedua bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi harus dapat memenuhi

karakteristik yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas.

Karakteristik kedua bahan baku tesebut dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Bahan Baku Urea PT. Petrokimia Gresik

AMMONIA KARBONDIOKSIDA
Kadar NH3 min 99,5% Kadara CO2 min 99%
Kadar H2O max 0,5% Kadar Hydrogen max 0,8%
tekanan 20 kg/cm2 Tekanan 1 kg/cm2
Total
max 19,3 kg/cm2
Sulfur

Sumber: Departemen Produksi I (Urea) PT Petrokimia Gresik

Karena bahan baku yang digunakan oleh Pabrik Urea berasal dari ammonia yang

merupakan satu lokasi Pabrik I PT Petrokimia Gresik, maka pabrik urea dapat lebih mudah

pemenuhan kebutuhan bahan baku, pendistribusian, dan penentuan karakteristik bahan baku.

Namun bila terjadi masalah/shut-down time pada pabrik Ammonia akan secara langsung

22
menggangu aktivitas produksi di Pabrik Urea, dibutuhkan waktu kurang lebih satu hari untuk

waktu start-up dan hal tersebut seudah menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi

perusahaan khususnya dalam hal finansial.

2. Proses Produksi Urea


Produksi yang terjadi di PT Petrokimia Gresik merupakan continous process, dimana

mesin dan peralatan produksi dioperasikan terus-menerus selama 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu. Pupuk Urea dibuat dengan mereaksikan amoniak dengan karbondioksida dan

ammonia cair dari pabrik ammonia. Adapun Proses produksi Urea sebagai berikut :
1. Synthesis Section
Tahapan ini merupakan tahapan terpenting dari proses pembuata urea. Pada tahapan

ini terjadi reaksi pembentukan ammoium carbomate dengan mereaksikan NH3 dan

CO2 gas dan selanjutnya diikuti dengan reaksi dehidrasi ammonium carbomate

menjadi urea. Kedua reaksi tersebut terjadi di dalam Urea reactor larutan recyle

carbamate dari recovery section juga dimasukkan ke dalam reactor untuk direaksikan

kembali. Berikut ini adalah reaksi pembentukan ammonium carbomate :


2NH3 + CO2 NH2COONH4 (ammonium carbomate)
Sedangkan reaksi dehidrasi ammonium carbomate menjadi urea adalah :
NH2COONH4 NH2CONH2 (urea) + H2O
2. Purification Section
Tahapan ini dilakukan untuk menambah kadar kemurnian larutan urea yang dihasilkan

pada tahap synthesis. Ammonium carbonate yang tidak terkonversi di dalam seksi

synthesis diuraikan dan dipisahkan dari larutan urea dengan cara penurunan tekanan

dan pemanasan dalam dua tingkat decomposer dan dikirim ke tahapan recovery.

Reaksi yang terjadi di dalam decomposer yakni :


NH2COONh4 CO2 + 2NH3
Untuk selanjutnya, larutan urea yang telah dimurnikan ke tahapan evaporasi.

3. Concentration Section
Pada tahapan ini terjadi, larutan urea yang telah dimurnikan ke dalam concentrator

terjadi proses pemekatan larutan urea sampai 99,7% kemudian dikirim ke prilling

section untuk dilakukan pembutiran. Urea, air, ammonia, dan CO2 yang tercampur

23
menjadi satu larutan dan lolos dari proses pemekatan akan dikirim ke process

condensate treatment section untuk dilakukan pemisahan.


4. Prilling Section
Pada tahapan ini larutan urea dari concentration section dibentuk menjadi produk urea

butiran. Larutan urea dari concentration section didistribusikan merata ke distributor,

dari distributor larutan urea dijatuhkan kebawah sambil didinginkan oleh udara dari

bawah dan menghasilkan produk urea butiran. Produk urea kemudian dikirim ke

bagian pengantongan dengan belt conveyor. Agar tidak mudah menggumpal selama

penyimpanan di dalam gudang, butiran urea yang dihasilkan dari prilling tower

dilapisi dengan cairan anticacking minimal 50 ppm. Ukuran rata-rata produk akhir

urea kira-kira mempunyai diameter 1,7mm dengan spesifikasi sebagai berikut :


Kadar N (Nitrogen) : 46%
Kadar Air : Max 0,5%
Kadar Biuret : Max 1%
Bentuk : Prill (butiran)
Warna : Putih
5. Recovery Section
Pada tahapan ini terjadi reaksi penyerapan gas CO 2 dan NH3 dari purification section

dan dari process condensate treatment section. Reaksi ini berlangsung pada HP & LP

Absorber. Kedua gas tersebut kemudian dikirim ke synthesis section untuk

direaksikan kembali.
6. Process Condensate Treatment Section
Uap air hasil penguapan pada tahapan evaporasi didinginkan dan dikondensasi.

Sebagian kecil urea, ammoniak, dan CO2 dalam proses kondensat diolah dan

dipisahkan dengan stripping dan hidrolisa yang selanjutnya dikirim kembali ke

tahapan purification section untuk di-recovery. Sistem kondensat dan proses

kondensat diolah dengan mixed bed ion exchanger dan dikirim ke deareator pada unit

utilitas.

3. Pengemasan

24
Pengemasan merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penyimpanan (storage)

terhadap produk. Pengemasan Urea yang dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik dilakukan

dengan cara pengantongan (Bagging). Produk curah berupa urea prill yang telah terbentuk

dikirim ke bagian pengantongan dengan menggunakan belt conveyor. Sebelum dikirim

dengan belt conveyor, urea prill dilapisi uresoft sebagai anticracking agar dalam

penyimpanan produk urea tidak akan terjadi penggumpalan. Produk urea prill dikemas

dengan kantong plastik berkapasitas 50 kg, dan kemudian disimpan dalam gudang sebelum

didistribusikan kepada supplier.


Dengan adanya pengantongan tersebut, maka akan meningkatkan daya simpan

produk, karena dengan proses pengantongan (bagging) akan mengurangi kontak langsung

antara produk dengan udara luar yanng dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan pada

pupuk urea. Dan dengan adanya Belt conveyor maka pendistribusian produk pupuk urea ke

unit pengantongan (bagging) lebih efektif dan efisien.

4. Penyimpanan
PT Petrokimia Gresik menerapkan beberapa cara untuk menjaga kualitas produknya

selama masa penyimpanan :


1 Pupuk dikemas dalam kemasan plastik rangkap dua. Kemasan luar berupa karung dari

anyaman Poly Ethylene (PE), dan kemasan bagian dalam berupa kantong plastik PE

yang kedap udara agar urea tidak bereaksi dengan uap air di udara dan tidak

menggumpal, sehingga keamanan pupuk urea selama masa penyimpanan tetap terjaga.
2 Pengangkutan pupuk urea di area gudang dengan cara di-staple diatas palet masing-

masing palet berisi 30 karung urea setara dengan 1,5 ton. kemudian urea diangkut

dengan menggunakan forklift.


3 Penempatan urea di gudang penyimpanan dengan cara ditumpuk, maksimal masing-

masing tumpukan sebanyak 4 palet atau tidak boleh lebih dari 20 tumpukan karung.

Hal ini dimaksudkan agar karung tidak mudah bergeser dan karung yang paling

bawah tidak pecah karena beban karung diatasnya.

25
4 Jarak tumpukkan dengan dinding ruang penyimpanan minimal 0,5 meter. Hal ini

dimaksudkan agar urea tidak menyerap kelembapan dari dinding penyimpanan yang

dapat menyebabkan urea menggumpal. Suhu ruangan yang paling optimal adalah 24-

27oC.

Cara penyimpanan pupuk urea ada dua macam, ada yang di-staple dan re-staple.

Perbedaannya adalah untuk re-stapel pupuk urea ditumpuk secara langsung tanpa dipisahkan

oleh palet. Palet hanya digunakan sebagai alas tanah. Keunggulan dari teknik ini adalah dapat

menghemat jumlah palet yang digunakan dan dapat meningkatkan jumlah pupuk yang

disimpan. Pada cara staple, palet tidak hanya digunakan sebagai alas tanah saja, tetapi juga

ikut ditumpuk membatasi setiap 5 tumpukan karung urea. Keunggulan dari teknik staple ini

adalah dapat mempermudah mobilitas pupuk urea dalam gudang (mudah dipindah) dan dapat

menghemat biaya pengangkutan kuli karena bisa langsung dipindah dengan menggunakan

forklift.

Berikut proses yang harus diperhatikan berkaitan dengan proses produksi pupuk sebagai

berikut:
1. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu pupuk urea terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1.1 Pengendalian Bahan Baku


Unit Produksi urea membutuhkan bahan baku berupa ammonia cair yang dihasilkan

dari unit ammonia. Ammonia cair yang digunakan pada unit produksi urea berasal dari unit

produksi ammonia. Kebutuhan ammonia yaitu 0,568 ton/ton urea. Umumnya karaktesik

ammonia cair yang dikonsumsi :


Kadar ammonia : 99,5% berat minimum
Kadar air : 0,5% berat minimum
Minyak : 5 ppm (b/b) maksimum
Tekanan : 18 kg/cm2
Temperatur : 25-30o C
Jumlah normal : 40,983 kg/jam
Jumlah rancang : 49,18 kg/jam

26
Sedangkan gas CO2 yang diperlukan untuk pembuatan urea diproduksi oleh pabrik

ammonia. Adapun karakteristik CO2 antara lain :

Kadar CO2 : 98,5% volume minimum


Kadar air : jenuh
Minyak : 1 ppm (b/b) maksimum
Tekanan : 0,6 kg/cm2
Temperatur : 38o C
Jumlah normal : 27,4 kg/jam
Jumlah rancang : 32,94 kg/jam

Umpan gas CO2 yang akan memasuki unit sintesis hanya boleh mengandung

sejumlah kecil hidrogen (maksimum 0,8% volum), sehingga hidrogen perlu dihilangkan

terlebih dahulu di dalam dehydrogen column dimana terjadi reaksi pembakaran dengan

bantuan katalisator platinum. Kemudian umpan CO2 dengan tekanan minimum 0,8 kg/cm2

dan temperatur maksimum 38oC dikompresi hingga 160kg/cm2 dan diberikan udara anti

korosi dalam CO2 compressor sehingga kandungan O2 dalam CO2 antara 0,45-0,55% volum.

Sebagian besar gas CO2 kemudian diumpakan ke stripper untuk tujuan stripping CO2.

Sisanya diumpamakan ke reactor dan LP decomposer. Ammonia cair dengan kondisi 18

kg/cm2 dan 30o diperoleh dari ammonia reservoir kemudian di-boost up oleh ammonia bost

pump. Sebelum masuk ke dalam reactor, ammonia akan melewati ammonia untuk sebelum

masuk dalam reactor, ammonia akan melewati ammonia preheater untuk dipanaskan sampai

1480C dan juga melewati HP carbamate ejector.

1.2 Pengendalian Proses


Pengendalian mutu urea prill dilakukan oleh Laboratorium Produksi I yang bertugas

menganalisa pupuk urea yang telah jadi melalui uji kadar air, uji kadar biuret dan uji total N

urea. Mutu urea butiran yang telah ditetapkanoleh SNI (Standart Nasional Indonesia)

Pertanian adalah sebagai berikut :

27
Tabel 6. Mutu Urea sesuai SNI 02-2801-1998

Kandungan Kadar
Air Maks 0,5%
Biuret Maks 1%
Nitrogen Min 46%
Bentuk Butiran
Warna Putih

Sumber: Departemen Produksi I (Urea) PT Petrokimia Gresik

Unsur-unsur tersebut diatas komposisinya telah ditetapkan sesuai dengan fungsinya

masing-masing bagi tanaman dan juga bagi konsumennya (petani). Unsur N diperlukan oleh

tanaman dan tanah karena unsur ini merupakan unsur hara yang sangat penting bagi

keduanya, dengan jumlah minimal 46%. Unsur air dan biuret ini adalah hasil samping dari

proses produksi urea. Presentase kadar air dalam urea tidak boleh lebih dari 0,5% karena

apabila melebihi dapat menyebabkan pupuk menggumpal sehingga akan merugikan petani.

Kadar biuret urea tidak boleh melebihi 1% karena pada dasarnya biuret ini bersifat racun bagi

tanaman bila kadarnya melebihi batas. Apabila hasil produksi setelah dilakukan pengujian

oleh Laboratorium Pabrik I tidak sesuai SNI, maka produk akan diproses ulang atau rework.
Pada saat proses produksi berlangsung, pengendalian mutu juga dilakukan dengan

cara mengendalikan ukuran prill atau butiran pupuk. Butiran pupuk urea memliki standar

ukuran diameter 1,7 mm. Butiran pupuk yang lebih kecil dari ukuran ukuran standar (under

size) akan masuk pada screen pertama. Butiran yang sesuai dengan standart akan diteruskan

pada screen kedua untuk kemudian ditimbang dan dikemas, sedangkan butiran yang lebih

besar dari standar (over size) akan diteruskan masuk pad screen ketiga untuk kemudian

dihaluskan dan diproses kembali. Selama proses produksi akan pemantauan terhadap emisi

gas yang dihisap scrubber dan debu yang berasal dari proses.
Selain itu, selama proses produksi urea dilakukan analisa mutu pupuk yang terdiri uji

kadar air, uji kadar biuret dan uji total N urea. Uji kadar air dilakukan melalui metode titrasi

28
atau perhitungan dengan menggunakan alat dan reagent karl fisher. Uji kadar biuret

dilakukan melalui metode spectrofotometri dan menggunakan alat spectrophotometer.

1.3 Pengendalian Produk Jadi


Selain melakukan uji kadar N, air, dan biuret, analisa dilakukan kembali pada saat

produk jadi disimpan di gudang penyimpanan produk jadi (warehouse) untuk menganalisa

spefikasi produk apakah masih sesuai atau sudah berkurang. Untuk mengendalikan mutu

produk jadi, apabila terjadi kerusakan pada saat pemindahan maka akan dilakukan Rebagging

atau pengantongan ulang.


Tidak berhenti di sini, PT Petrokimia Gresik juga berusaha mengendalikan mutu

setiap produknya dengan melakukan uji coba aplikasi produk. Perlakuan ini dilakukan pada

demplot-demplot yang tersebar di berbagai daerah. Perlakuan tersebut dilakukan dengan

harapan dapat diketahui hasil nyata keunggulan pupuk yang bertujuan meingkatkan

peroduktivitas pertanian.

2. Sanitasi
Sanitasi merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses produksi karena akan

memberikan dampak pada produk yang dihasilkan. Sanitasi di PT. Petrokimia antara lain :
1. Sanitasi Pekerja
PT Petrokimia telah menetapkan beberapa prosedur yang harus ditaati karyawan

terutama bagian proses. Setiap karyawan yang memasuki ruang produksi/pabrik harus

menggunakan kelengkapan kerja seperti baju kerja, safety helm, penutup telinga, dan

safety shoes yang harus dipakai selama proses produksi. Sebelum karyawan

memasuki ruang produksi mereka harus mengenakan kelengkapan tersebut demi

keselamatan kerja.
2. Sanitasi Produk
Sanitasi yang dilakukan terhadap produk adalah sebagai usaha menjaga mutu produk.

Sanitasi dilakukan dari bahan baku diterima sampai dengan bahan jadi. Sanitasi yang

dilakukan meliputi penjagaan dan pengawasan terhadap kemurnian bahan baku,

29
kebersihan storage urea. Pemeliharaan kebersihan gudang/storage urea dilakukan

secara berkala, yakni pembersihan sebanyak sebulan sekali dalam setahun.


3. Sanitasi Mesin dan Peralatan

Sanitasi mesin dan peralatan dilakukan saat pabrik berhenti produksi yang

dikarenakan suatu alasan tertentu. Tujuan dari sanitasi mesin dan peralatan produksi

adalah :

a Menjaga mesin dalam kondisi bersih dan steril.


b Menghindari permasalahan mesin dan peralatan produksi yang dapat

mengganggu jalannya proses produksi urea.


c Memperpanjang usia pakai mesin serta menjaga kinerja mesin agar tetap optimal.

Sanitasi diartikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang

baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sanitasi lingkungan diartikan

sebagai cara untuk menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu

tanah, air, dan udara. Menurut WHO (World Healthy Organisation), Sanitasi lingkungan

diartikan sebagai upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin

hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada BAB IV, maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1) Bahwa proses produksi yang diterapkan dalam produksi urea di PT Petrokimia Gresik

termasuk dalam proses produksi tipe continous process, karena proses produksi

berlangsung secara terus menerus dengan urutan proses yang berlangsung secara

berurutan, yaitu:
1. Pemilihan bahan baku

30
Bahan baku yang digunakan oleh PT.Petrokimia Gresik untuk pembuatan pupuk urea

NH 3 CO2
adalah berupa ammonia cair ( ) dan Karbondioksida ( )
2. Proses produksi
Pupuk Urea dibuat dengan mereaksikan amoniak dengan karbondioksida dan

ammonia cair dari parik ammonia dengan proses sebagai berikut:


a. Synthesis Section
NH 3 CO2
(Tahapan pembentukan ammonium carbonate dengan mereaksikan dan

gas dan selanjutnya diikuti dengan reaksi dehidrasi ammonium carbomate menjadi

urea)
b. Purification Section
(Tahapan ini dilakukan untuk menambah kadar kemurnian larutan urea yang

dihasilkan pada tahap synthesis)

c. Concentration Section
(Proses pemekatan larutan urea sampai 99,7% kemudian dikirim ke prilling section

untuk dilakukan pembutiran)


d. Prilling Section
(Pada tahap ini larutan urea dari concentration section dibentuk menjadi produk

urea butiran)
e. Recovery Section
CO2 NH 3
(Tahap reaksi penyerapan gas dan dari purification section dan dari

process condensate treatment section)


f. Process Condensate Treatment Section
(Uap air hasil penguapan pada tahap evaporasi didinginkan dan dikondensasi)
3. Pengemasan
Produk curah berupa urea pill yang telah terbentuk dikirim kebagian pengantonga

dengan menggunakan belt conveyor yang dilapisi uresoft sebagai anticracking agar

tidak terjadi penggumpalan.


4. Penyimpanan
Cara penyimpanan pupuk urea ada dua macam yaitu: di-staple dan re-staple.

31
di-staple yaitu pupuk urea ditumpuk secara tidak langsung dan dipisahkan oleh palet,

sedangkan re-staple yaitu pupuk urea ditumpuk secara langsung dan tidak dipisahkan

oleh palet.

2) Pengendalian mutu dalam proses produksi pupuk urea terdiri dari 3 bagian

yaitu:
1. Pengendalian bahan baku
CO2
Gas yang akan memasuki unit sintesis hanya boleh mengandung sejumlah

kecil hidrogen (maksimum 0,8% volum), sehingga hidrogen perlu dihilangkan

dahulu didalam dehydrogen column.


2. Pengendalian proses

Pada saat proses produksi berlangsung, pengendalian mutu dilakukan dengan cara

mengendalikan ukuran prill atau butiran pupuk yang dilakukan oleh laboratorium

produksi I melalui uji kadar air, uji kadar biuret dan uji total N urea.

3. Pengendalian produk jadi


Untuk mengendalikan produk jadi, apabila terjadi kerusakan pada saat pemindahan

maka akan dilakukan Rebagging atau pengantongan ulang dan juga dengan

melakukan uji coba aplikasi produk untuk mengetahui hasil nyata produk.

5.2 Saran
Produksi yang terjadi di PT Petrokimia Gresik merupakan continous process, dimana

mesin dan peralatan produksi dioperasikan terus-menerus selama 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu, penerapan metode continous process pada proses produksi urea di PT Petrokimia

merupakan suatu keputusan yang dirasa sangat tepat. Karena dampak dari penerapan metode

32
tersebut yakni tidak menimbulkan waktu tunggu/delay dalam proses produksi yang dapat

memberikan dampak kerugian finansial bagi perusahaan. Namun, apabila terjadi suatu

perhentian pada proses produksi tertentu sangat mempengaruhi proses produksi lainnya, atau

dapat dikatakan bila satu bagian kecil dari proses produksi gagal maka keseluruhan proses

produksi akan gagal pula.

Untuk itu peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:


1. Pembagian tugas yang lebih efisien berdasarkan divisi internal dan eksternal

perusahaan sehingga dapat melakukan cross-cek untuk mengetahui bila ada masalah

dalam proses produksi perusahaan.


2. Peralatan yang digunakan harus disusun dan diatur dengan memperhatikan urut-

urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan produk tersebut, serta arus bahan

dalam proses telah terstandarisasi.


3. Semua kegiatan dalam perusahaan harus dioptimal kan demi menjamin kontinyuitas,
koordinasi aktivitas dan menyelesaikan produk sesuai dengan jumlah, mutu, dan

waktu yang ditargetkan dalam batas finansial yang direncanakan.


4. Perlunya perawatan dan pengecekan berkala pada mesin dan peralatan produksi untuk

meminimalisir terjadinya kerusakan yang mengakibatkan pemberhentian proses

produksi dan mempengaruhi proses produksi lainnya.

33

Anda mungkin juga menyukai