Bab I Ferin
Bab I Ferin
PENDAHULUAN
Kanker kolon adalah kanker yang menyerang kolon sampai anus dan merupakan
keganasan saluran pencernaan terbanyak dan tersering. Usia rata-rata pasien kolorektal
adalah 67 tahun dan lebih dari 50% kematian adalah rata-rata di atas 55 tahun. Etiologi
kanker kolon sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor seperti
faktor pencetus, lingkungan, gaya hidup dan genetik dapat mencetuskan terjadinya kanker
kolon.
Letak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid. Keluhan
pasien karena kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor. Keluhan dari
lesi yang berada pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di abdominal, anemia
simptomatik dan perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat
berupa perubahan pada pola defekasi, perdarahan, konstipasi sampai obstruksi.
Kanker kolon merupakan penyebab kematian ke 4 di dunia sekitar lebih dari 55.000
orang/tahun. Insiden tersebut banyak di temukan di negara-negara industri, termasuk
Amerika, Eropa Timur, Selandia Baru dan di negara berkembang seperti Asia Tenggara.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2006, kanker kolon merupakan jenis kanker
ketiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah kasus 1,8/100.000 penduduk. Puncak insiden
kanker kolon 90% terjadi pada orang dewasa usia 50-70 tahun, sekitar 5-20 % kasus terjadi
pada usia dibawah 40 tahun dan banyak terdapat pada pria (karsinoma rektum) dibandingkan
wanita (karsinoma kolon).
BAB II
1
LAPORAN KASUS
II.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : BAB berdarah sejak 2 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
- Mual (+)
- Muntah (+)
- Nyeri perut
- Nyeri setelah BAB
- Lemas dan mudah lelah
- BB turun 10 Kg sejak 1 tahun terakhir
Tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 112 x/menit
- Frekuensi nafas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5C
Status Generalis :
- Kepala : Normocephal
o Mata : konjungtiva anemis +/+ , sklera ikterik -/- , refleks pupil +/+
o Hidung : tidak ditemukan kelainan
o Telinga : tidak ditemukan kelainan
o Mulut : tidak ditemukan kelainan
- Leher : tidak ditemukan kelainan
- Thoraks :
3
o Inspeksi : normothoraks, pergerakan dinding dada simetris kanan dan
kiri, tidak terlihat adanya jejas.
o Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua lapang paru kanan dan kiri.
o Perkusi : sonor pada kedua lapang dada.
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing (-), rhonki (-), BJ I-II regular,
murmur (-), gallop (-).
- Ekstremitas : capillary refill < 2 , akral hangat , edema (-)
Status Lokalis :
- Abdomen kuadran kanan bawah :
o Inspeksi : massa (+) pada daerah lumbal sinistra
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Palpasi : nyeri tekan (+) pada daerah lumbal dextra teraba
massa dengan konsistensi keras dan tidak dapat digerakan pada daerah
lumbal dextra
o Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
- Rectal Toucher :
o Inspeksi : Anus hiperemis (-), hemoroid (-), perdarahan (-)
o Palpasi : TSA baik, mukosa dinding rektum licin, tidak teraba
massa, ampula rekti tidak kolaps, nyeri tekan (-).
o Sarung tangan : darah (+), lendir (-), feses (+).
4
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 06 Juni 2016
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin : 6.8 g/dL
Hematokrit : 22 %
Eritosit : 3.0 /uL
Leukosit : 17590 /uL
Trombosit : 435.000 /uL
MCV : 72 fl
MCH : 23 pg
MCHC : 31 g/dL
KIMIA KLINIK
Natrium : 136 mmol/L
|Kalium : 4.4 mmol/L
Klorida : 103 mmol/L
5
Tanggal 06 Juni 2016
II.5 RESUME
Pasien datang ke Poli RSPAD dengan keluhan utama BAB cair bercampur dengan
darah sejak 2 hari SMRS dan dirasakan sudah lama. Pasien juga mengeluhkan adanya mual,
muntah, nyeri perut, nyeri saat BAB, lemas, mudah lelah dan BB turun 10 Kg. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis.
Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal dan status generalis konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan status lokalis regio abdomen didapatkan adanya benjolan pada regio
lumbal dextra, bising usus (+) normal, nyeri tekan (+) pada daerah benjolan, teraba massa
keras dan tidak bisa digerakan, pada perkusi didapatkan suara timpani di seluruh lapang
abdomen. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan penurunan hemoglobin, hematokrit,
eritrosit, peningkatan leukosit dan penurunan MCV, MCH dan MCHC.
II.6 DIAGNOSIS
II.7 PENATALAKSANAAN
- Puasa
6
- IVFD RL
- Antibiotik
- Analgetik
- Konsultasi toleransi IPD, kardiologi, pulmonologi, anastesi
- Laparotomi ekplorasi
Nama : Ny. W
No. RM : 318004
Jenis Kelamin : Perempuan
7
II.9 LAPORAN FOLLOW UP
P :
o Boleh minum teh manis hangat 1 jam/1 sendok
9
o Ceftriaxone 2x1 gr IV
o Metronidazole 3x1gr IV
o Ketorolac 3x30 gr IV
o Omeprazole 1x40gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Mobilisasi duduk
P :
o Diet cair 6 x 150 cc
10
o Ceftriaxone 2x1 gr IV
o Metronidazole 3x1gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Mobilisasi duduk
o Cek DPL
o Pemeriksaan Histopatologi :
11
Colon Ascendens : Adenocarsinoma dengan degenerasi
musinous, Duke B.
Batas-batas ujung-ujung sayatan operasi dan jaringan
KGB : tidak ditemukan sel-sel tumor ganas.
A : Tumor Kolon Ascendens T4N1M0 pasca laparotomy,
hemicolectomi, reseksi ileum, anastomosis ilio transversum dan ilio
ileum H+3
P :
o Diet lunak 150 kal
o Ceftriaxone 2x1 gr IV
o Metronidazole 3x1gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Mobilisasi duduk
o Rawat luka
o Cek DPL
o Metronidazole 3x1gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Cisapride 2x5 mg PO
o Mobilisasi duduk-jalan
o Rawat luka
o Metronidazole 3x1gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Cisapride 2x5 mg PO
o Mobilisasi duduk-jalan
o Rawat luka
14
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada sekitar luka
operasi
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
A : Tumor Kolon Ascendens T4N1M0 pasca laparotomy,
hemicolectomi, reseksi ileum, anastomosis ilio transversum dan ilio
ileum H+6
P :
o Diet lunak, susu peptamen
o Ceftriaxone 2x1 gr IV
o Metronidazole 3x1gr IV
o Neurobion 1x500 mg PO
o Mobilisasi duduk-jalan
o Rawat jalan
II.11 PROGNOSIS
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 ANATOMI
Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum, kolon
descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus. Mukosa usus besar terdiri dari epitel
selapis silindris dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan
submukosa tidak mempunyai kelenjar. Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar
longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli. Lapisan serosa
membentuk tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak yang disebut appendices
epiploicae. Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar limfa, terdapat lipatan-
lipatan yaitu plica semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan lapisan submukosa ikut
pula lapisan otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra
coli, yang mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak
haustra in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang.
Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli dextra sampai
flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di
sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi
daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan
kurang mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus
dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang
cabang arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media
yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal, sedangkan 1/3 distal dari
colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri
mesenterica inferior .
17
Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon
transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut
radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra.
Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut
ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan
duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari
mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat
bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.
Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai
fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya
dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum
dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri
18
colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior.
19
III.2 HISTOLOGI
Semua bagian dari masing masing saluran pencernaan menunjukkan karakteristik
struktur tertentu. Saluran yang berbentuk tabung memiliki ukuran diameter lumen yang
bervariasi yang dikelilingi oleh 4 lapisan yaitu, tunika mukosa, tunika submukosa, tunika
muskularis dan tunika serosa. Lapisan yang terdapat pada kolon yaitu :
1. Tunika Mukosa
Terdiri atas lapisan epitel silindris, lamina propia
dan lapisan muskularis mukosa.
2. Tunika Submukosa
Terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah,
pembuluh limfe, kelenjar kelenjar dan pleksus
meissner. Tidak terdapat adanya vili, tetapi terdapat
adanya kriptus Liebekuhn dan banyak mengandung
sel goblet.
3. Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular, otot longitudinal yang
membentuk taenia coli, dan pleksus auerbach.
4. Tunika Serosa
20
III.3 FISIOLOGI
Sistem pencernaan bekerja dengan cara merubah makanan ke dalam bentuk yang
lebih kecil untuk digunakan tubuh sebagai energi. Empat proses yang terjadi dalam sistem
pencernaan adalah motilitas, sekresi, digesti dan absorpsi. Makanan masuk melalui mulut
dicerna secara mekanik oleh gigi, melewati esofagus dan masuk ke dalam lambung akibat
motilitas dari esofagus. Di lambung (gaster), terjadi pencernaan protein pertama dan setelah
itu makanan akan dilewatkan ke usus halus (duodenum, jejenum dan ileum) untuk diubah
seluruhnya menjadi bentuk yang lebih kecil agar dapat diabsorpsi dari usus halus ke
pembuluh darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Makanan yang tidak terserap akan di
larikan ke dalam usus besar (kolon). Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh
kolon, hanya 150-200 ml yang dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk feses melalui anus.
Kanker kolon adalah keganasan pada kolon yang dapat mengenai struktur kolon mulai
dari caceum (berlokasi di kuadran kanan bawah) sampai rektum dan anus (berlokasi di dalam
pelvis). Lokasi tersering di kolon ascendens (25%), kolon transversum (10%), kolon
descendens (15%), kolon sigmoid (20%) dan rektum (30%).
Kanker kolon dapat terjadi di intralumen (didalam lumen) lalu tumbuh sampai
menembus lapisan serosa, atau di ekstralumen (diluar lumen) yang dapat tumbuh hingga
menekan bagian dalam lumen usus. Akibat dari kanker yang tumbuh di kedua tempat
21
tersebut, dapat menimbulkan gejala obstruksi pada penderita. Kebanyakan kanker kolon
berkembang perlahan selama beberapa tahun. Sebelum berkembang, pertumbuhan jaringan
atau tumor biasanya dimulai sebagai polip non-kanker pada lapisan dalam kolon. Beberapa
polip dapat berubah menjadi kanker. Kemungkinan berubah menjadi kanker tergantung pada
jenis polip. Terdapat dua jenis polip yang dapat berubah menjadi kanker yaitu :
22
III.4.2 Jenis Kanker Kolon
Meskipun semua karsinoma kolorektal berawal sebagai lesi in situ, lesi tersebut
berkembang dengan pola morfologik yang berbeda-beda. Tumor di kolon proksimal dapat
berupa massa polipoid eksofitik yang meluas di sepanjang salah satu dinding sekum dan
kolon ascendens. Jarang terjadi obstruksi. Tumor di kolon distal, cenderung berbentuk lesi
anular melingkar (mirip cincin) dan dapat menimbulkan konstriksi napkin-ring pada usus dan
penyempitan lumen. Tepi cincin biasanya meninggi dan sering terjadi osbtruksi.
Jenis jenis kanker kolon antara lain :
1. Adenokarsinoma
Jenis keganasan yang terbanyak adalah Adenokarsinoma (98%) yang berarti
bahwa kanker tersebut berasal dari sel-sel kelenjar yang melapisi lapisan dalam
dinding saluran cerna. Keganasan ini berawal dari polip kolon di mukosa
(adenoma) yang berkembang menjadi kelainan pramaligna dan kemudian
menjadi karsinoma.
2. Tumor Karsinoid
Tumor ini disebabkan oleh sel-sel penghasil hormon khusus di dalam usus.
3. Tumor Stroma Gastrointestinal (GISTs)
Tumor ini disebabkan dari sel-sel khusus pada dinding kolon. Beberapa ada yang
bersifat jinak (non-kanker) dan yang lainnya adalah ganas (kanker).
4. Limfoma
23
Kanker ini adalah kanker yang berasal dari sel sistem kekebala tubuh yang
biasanya berasal dari kelenjar getah bening.
5. Sarkoma
Tumor ini berasal dari pembuluh darah, otot dan jaringan ikat di diding kolon dan
rektum.
24
3. Riwayat Penyakit Radang Usus
Penyakit radang usus (IBD), yang meliputi kolitis ulseratif dan penyakit Crohn,
adalah suatu kondisi dimana usus meradang selama jangka waktu yang panjang.
Orang yang memiliki IBD selama bertahun-tahun sering terjadi dysplasia.
4. Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
FAP disebabkan oleh perubahan (mutasi pada gen APC yang diwarisi dari
orangtuanya. Sekitar 1% dari semua kanker kolorektal adalah karena FAP. Jenis
yang paling umum dari FAP menyebabkan orang untuk mengembangkan ratusan
atau ribuan polip di usus besar dan rektum, biasanya diusia remaja atau dewasa
awal.
III.4.4 Etiologi
Penyebab dari kanker kolon belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
resiko dapat meningkatkan terjadinya kanker kolon. Para peneliti mulai memahami
bagaimana perubahan tertentu dalam DNA dapat menyebabkan sel-sel normal menjadi
kanker. Gen tertentu yang mempercepat pembelahan sel atau bantuan sel untuk hidup lebih
lama disebut onkogen. Lainnya yang memperlambat pembelahan sel, atau menyebabkan sel
mati pada waktu yang tepat, disebut gen supresor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh
mutasi DNA yang mengaktifkan onkogen atau mematikan gen supresor tumor. Sekarang di
percaya bahwa terdapat dua jalur pembentukkan kanker kolon yag secara patogenesis
25
berbeda. Keduanya melibatkan akumulasi bertahap mutasi. Namun, gen yang terlibat dan
mekanisme timbulnya mutasi berbeda.
Jalur pertama, yaitu jalur APC/-katenin, ditandai dengan instabilitas kromosom
yang menyebabkan akumulasi bertahap mutasi di serangkaian onkogen dan gen penekan
tumor. Proses genetik ini akan menimbulkan sekuensi adenoma-karsinoma. Proses genetik
yang berperan di jalur ini adalah :
1. Hilangnya gen penekan tumor APC
Gen APC normal meningkatkan penguraian -katenin. Dengan hilangnya gen
tersebut, -katenin yang menumpuk berpindah ke nukleus dan mengaktifkan traskripsi
beberapa gen (seperti MYC dan siklin D1) yang mendorong proliferasi sel
2. Mutasi K-RAS
Gen K-RAS mengkode suatu molekul transduksi sinyal yang berpindah-pindah antara
keadaan aktif terikat guanosin trifosfat dan keadaan inaktif terikat guanin difosfat.
Biasa terjadi setelah hilangnya APC. RAS yang telah bermutasi terperangkap dalam
keadaan aktif dan mengeluarkan sinyal mitotik sekaligus mencegah apoptosis.
3. Delesi 18q21
Adalah gen penekan tumor kanker putatif di kromosom lengan 18q21. Terdapat 3 gen
yang terletak di lengan kromosom tersebut, salah satunya yaitu DCC (delesi pada
karsinoma kolon) yang mengkode komponen-komponen jalur sinyal transforming
growth factor (TGF-). Sehingga fungsi gen tersebut hilang yang memungkinkan
sel tumbuh tidak terkendali.
4. Hilangnya TP53
Hilangnya gen TP53 yang merupakan gen penekan tumor, mengakibatkan
pengendalian siklus sel berubah.
Jalur kedua ditandai dengan lesi genetik di DNA mismatch repair genes (gen yang
memperbaikin ketidakcocokan DNA). Mutasi herediter pada salah satu dari lima gen
26
( MSH2, MSH6, MLH1, PMS1 dan PMS2) menyebabkan DNA yang mengalami kesalahan
tidak dapat dikoreksi atau diperbaiki. Sehingga menyebabkan timbulnya karsinoma kolon
nonpoliposis herediter (hereditary nonpolyposis colon carsinoma, HNPCC).
27
- Gejala lain : anemia, kelemahan umum, dispepsia, malaise dan penurunan berat
badan.
3. Karsinoma Rektum
- Perubahan pola BAB sangat menonjol, dari konstipasi atau diare.
- Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur dengan lendir
- Timbul tenesmi (keinginan defekasi disertai rasa sakit) kadang-kadang .
III.4.6 Diagnosis
1. Anamnesa
Sebagian besar penderita datang dengan keluhan seperti gejala di atas yaitu, adaya
perubahan pola BAB, BAB disertai darah (perdarahan), nyeri pada perut dan
penurunan berat badan. Selain itu, terdapat juga adanya riwayat keluarga yang
menderita kanker kolon.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status generalis, status gizi, tanda vital dan pemeriksaan fisik status
lokalis di abdomen dan juga rectal toucher perlu dilakukan. pada pemeriksaan
abdomen pada palpasi, perlu diperhatikan adanya tonjolan massa di abdomen, nyeri
tekan , kelenjar limfe yang membesar serta pembesara hati. Pada perkusi terdengar
adanya metalic sound yang menandakan adanya tanda obstruksi pada usus. Rectal
touche terkadang dapat teraba adanya massa dan sekiatr 50% kanker kolorektal dapat
ditemukan dengan ujung jari.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium seperti hematologi lengkap serta elektrolit untuk
mendeteksi adanya anemia dan hipokalemi dapat ditemukan karena perdarahan kecil
yang sering terjadi. Pemeriksaan yang lainnya dapat dilakukan dengan skrinning
kanker kolon.
Skrinning Kanker Kolon
28
Skriining bertujuan untuk mendeteksi dini adanya polip dan kanker di usus. Ada
beberapa cara untuk mendeteksi kanker kolon :
29
Saat ini dua jenis FOBT yang disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration) untuk menyaring kanker kolorektal: Guaiac FOBT (gFOBT) dan
immunochemical tinja (imunohistokimia). Guaiac FOBT menggunakan bahan
kimia untuk mendeteksi heme. Karena FOBT guaiac juga dapat mendeteksi heme
dalam beberapa makanan (daging merah), maka orang harus menghindari
makanan tertentu sebelum melakukan tes ini. FOBT adalah satu-satunya jenis tes
skrining kanker kolorektal yang dilakukan dan direkomendasikan untuk
dilakukan setiap 1 tahun. Penelitian menunjukan bahwa guaiac FOBT, ketika
dilakukan setiap 1 sampai 2 tahun pada orang berusia 50-80 tahun, dapat
membantu mengurangi jumlah kematian akibat kanker kolorektal sebesar 15-
33%.
Beberapa keuntungan FOBT:
Tidak diperlukan pengosongan usus
Tidak ada pembatasan diet (pada imunohistokimia)
Sampel dapat dikumpulkan dirumah
Biayanya lebih rendah dibanding tes skrining lainnya
Tidak ada resiko kerusakan lapisan usus
Tidak diperlukan adanya obat sedasi/pembiusan
Kekurangan:
Tes tidak dapat mendeteksi beberapa polip dan kanker
Hasil tes dapat berupa positif palsu
Perlu pemeriksaan lebih lanjut
b. Sigmoidoskopi
Rektum dan kolon sigmoid diperiksa menggunakan sigmoidoskop, yaitu sebuah
tabung dengan lampu dan juga lensa, disertai alat untuk melepaskan jaringan.
Alat ini dimasukan melalui anus ke dalam rektum dan kolon sigmoid, kemudian
dipompa dengan menggunakan udara sehingga memperluas usus agar pemeriksa
dapat melihat lapisan usus lebih jelas. Dengan menggunakan teknik ini, polip
pada rektum dapat diambil untuk di biopsy. Sebelum melakukan tes ini, usus
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran. Preventive Service Task Force
merekomendasikan melakukan skrining dengan sigmoidoskopi setiap 5 tahun dan
FOBT setiap 3 tahun untuk orang yang memiliki resiko terkena kanker
30
kolorektum yang memiliki hasil negatif. Penelitian menunjukan bahwa orang
yang melakukan skrining teratur dengan sigmoidoskopi setelah usia 50 tahun
memiliki resiko 60-70% lebih rendah dari kematian akibat kanker kolorektum.
Keuntungan dari sigmoidoskopi:
Ketidaknyamanan sangat minimal dan juga jarang terjadi komplikasi
Dapat langsung mengambil sample untuk dibiopsi
Tidak memerlukan sedasi atau pembiusan
Kekurangan:
Pertumbuhan abnormal dibagian atas usus besar akan tidak terlihat oleh
pemeriksa.
Harus dilakukan pembersihan usus sebelum tindakan.
Terjadinya robekan sehingga terjadi perdarahan (walaupun sangat kecil)
c. Kolonoskopi Standar
Pemeriksaan ini hampir sama dengan sigmoidoskopi. Namun, pada tindakan ini
dapat mengambil jaringan ke tempat yang tidak dapat dijangkau oleh
sigmoidoskopi. Pada pemeriksaan ini sebagian besar pasien diberikan pembiusan
atau sedasi selama tes. The US Preventive Service Task Force merekomendasikan
kolonoskopi setiap 10 tahun untuk orang yang beresiko selama hasil tes mereka
negatif. Penelitian menunjukan bahwa kolonoskopi mengurangi kematian akibat
kanker kolorektal sekitar 60-70%.
Keuntungan:
Salah satu tes yang paling sensitif saat ini
Dokter atau pemeriksa dapat melihat rektum dan juga seluruh usus besar
Dapat langsung mengambil sampel untuk dibiopsi
Kekurangan:
Meskipun sensitif namun masih belum dapat mendeteksi semua polip kecil,
lesi non-polipoid atau kanker
Harus melakukan pembersihan usus sebelum melakukan pemeriksaan
Diperlukan perubahan diet sebelum dilakukan pemeriksaan
Menggunakan sedasi atau pembiusan
Ada resiko perdarahan kecil, robek atau perforasi pada lapisan usus besar.
Resiko ini meningkat dengan usia, dan masalah kesehatan lainnya.
31
d. Double-Contrast Barium Enema (DCBE)
Merupakan metode lain memvisualisasikan usus besar. Skrining ini dilakukan
dengan cara mengambil serangkaian gambar x-ray setelah pasien diberikan
enema dengan larutan barium. DCBE jarang digunakan untuk skrining karena
kurang sensitif dibanding sigmoidoskopi dan kolonoskopi untuk mendeteksi polip
kecil dan kanker. Namun, dapat digunakan untuk orang-orang yang tidak dapat
menjalani sigmoidoskop atau kolonoskopi misalnya, karena terdapat resiko
tertentu terhadap komplikasi.
e. Carsinoembrionic Antigen (CEA)
CEA pertama kali ditemukan oleh Gold dan Freedman pada tahun 1965. pada saat
diidentifikasi adanya antigen yang dijumpai pada kolon janin dan
adenokarsinoma kolon tetapi tidak didapati pada kolon dewasa sehat. Oleh karena
protein hanya dideteksi pada jaringan kanker dan embrio maka diberi nama CEA.
Beberapa studi menunjukkan bahwa CEA juga terdapat pada jaringan sehat
namun kadar CEA pada tumor rata-rata 60 kali lipat lebih tinggi dari jaringan
tidak ganas dengan nilai ambang CEA normal < 5 ng/ml. CEA terdeteksi dalam
jumlah yang besar pada pasien dengan keganasan saluran cerna (termasuk
pankreas), paru, payudara, dan ovarium. Dengan demikian, antigen ini tidak
spesifik untuk tumor, konsentrasinya dalam serum juga tergantung pada berbagai
faktor seperti peradangan dan apakah pasien merokok (kadar lebih tinggi). The
American Society Of Clinical Oncology (ASCO) menyatakan bahwa:
CEA dapat diperiksa preoperasi pada pasien dengan pasien kanker kolon
apabila hal ini membantu menentukan stadium dan merencanakn
pengobatan.
CEA dapat diperiksa setiap 2 sampai 3 bulan pascaoperasi apabila ada
indikasi reseksi metastasis hati.
32
III.4.7 Klasifikasi Kanker Kolon berdasarkan TNM Karsinoma Kolon
33
III.4.9 Staging
Karakteristik yang di perhitungkan dalam staging adalah : derajat penetrasi tumor
melalui mukosa, ada atau tidaknya keterlibatan KGB dan ada atau tidaknya metastasis.
34
35
III.4. 10
36
appediks, massa periappendikuler, divertikulosis, inflamatory bowel disease (IBD), polip
rektum dan hemoroid interna.
III.4.12 Tatalaksana
Untuk pengobatan pada kanker kolon tergantung banyak hal, termasuk stadium
kanker. Untuk perawatannya termasuk :
- Bedah untuk menghilangkan sel kanker
- Kemoterapi untuk membunuh sel kanker
- Terapi radiasi untuk menghancurkan jaringan kanker
1. Terapi Bedah
Untuk kanker usus stage 0 dapat diobati dengan menghilangkan sel-sel kanker. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan kolonoskopi. Kemudian, untuk stage I, II, III operasi
lebih luas diperlukan untuk mengambil bagian usus yang terkena kanker. Prinsip
dasar:
- Reseksi tumor
- Anastomosis jika memungkinkan
- Batas reseksi jelas
- Sampling dari pembuluh limfe
Hartmanns Procedure
Adalah suatu tindakan pembedahan yag dilakukan dengan melakukan reseksi kolon
sigmoid atau rektum dengan membentuk kolostomi. Tindakan kolostomi berupa
proksimal end colostomy dan bersifat temporer atau permanen. Indikasi operasi
37
Hartmanns Procedure salah satunya adalah obstruksi yang disebabkan oleh tumor
atau karsinoma sigmoid dan rektum.
Kolostomi
Adalah tindakan pembedahan membentuk suatu hubungan antara kolon dengan
permukaan luar kulit pada dinding perut (stoma). Kolostomi disebut juga anus
preternaturalis yang dibuat sementara atau permanen. Ada 3 jenis kolostomi, yaitu :
1. Kolostomi Loop atau loop colostomy, biasanya dilakukan dalam keadaan
darurat.
2. End Colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan
bagian distal saluran pencernaan.
3. Double-Barrel colostomy, terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian
proksimal dan stoma bagian distal.
38
2. Kemoterapi
Hampir semua pasien dengan kanker kolon stadium III harus menerima kemoterapi
untuk 6-12 bulan setelah operasi. Kemoterapi ini disebut kemoterapi adjuvant.
Kemoterapi untuk stage IV berguna untuk mengurangi gejala dan memperpanjang
kelangsungan hidup. Dengan telah ditemukannya 5-FU (fluorourasil) bolus denga
lama pemberian 6 hingga 12 bulan. Pemberian kemoterapi dapat secara sendiri atau
bersamaan dengan radioterapi paska pembedahan.
3. Radiasi
Terapi radiasi kadang digunakan pada pasien dengan kanker usus besar. Hal ini
biasanya digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi untuk pasien dengan kanker
stage III. Untuk pasien stadium IV yang telah terjadi penyebaran ke hati, pengobatan
diarahkan pada hati. Radiasi dapat dilakukan pra bedah, paskla bedah dan inoperable.
III.4.13 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
39
Adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan/atau
melindugi tubuh dari kontak dengan karsinogen yaitu, hindari makanan tinggi lemak
(khususnya lemak hewan), konsumsi tinggi serat dan kurangi konsumsi daging merah.
2. Pencegahan Sekunder
Dapat dilakukan dengan skrinning. Kanker kolon sering berkembang lamban dan
penanganan stadium awal sangat dibutuhkan, maka organisasi kanker Amerika
merekomendasikan :
- Pemeriksaan rectal touche untuk semua usia lebih dari 40 tahun
- Test Guaiac untuk pemeriksaan darah feses bagi usia lebih dari 50 tahun
- Sigmoideskopi tiap 3-5 tahun untuk tiap orang usia lebih dari 50 tahun
3. Pencegahan Tersier
Dilakukan setelah kanker selesai diobati, dengan cara untuk mencegah terjadinya
kekambuhan kaker tersebut termasuk pengaturan pola makan dan cara hidup sehat.
Selain itu, penderita kaker yang mejadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau
karena pengobatan kanker, perlu di rehabilitasi. Dapat juga di buat ostomi yaitu
operasi untuk membuat lubang keluar dari saluran tubuh yang megalami obstruksi.
III.4.14 Prognosis
Tergantung ada atau tidaknya metastasis jauh yaitu klasifikasi penyebaran tumor dan
tingkat keganasan sel tumor. Angka harapan hidup 5 tahun penderita karsinoma kolon :
- Stadium I : 70 95 %
- Stadium II : 54 65 %
- Stadium III : 39 60 %
- Stadium IV : 0 16 %
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta hal: 373-378
2. Colon Cancer Colon Adenocarsinoma. 2011. Collage of American Pathologists.
3. http://emedicine.medscape.com/article/277496-treatment
4. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003096-pdf.pdf
5. http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/colon/Patient/page2
6. Junquiera LC dan Carneiro J. 2005. Basic Histology tect & atlas 11th Edition. Brazil.
7. Kumar, Abbas, Fausto & Mitchell. 2007. Basic Pathology 8th Edition. Elsevier.
9. Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Hal: 14-18, 36-42.
10. Sherwood L. 2010. Human Physiology From Cells to Systems 7th Edition. USA :
Brooks.
11. Sjamsuhidajat, R, De Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
41