TOPIK II
FUNGSI KOMPLEKS
L.H. Wiryanto
FMIPA-ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung-Indonesia
e-mail: leo@math.itb.ac.id
2.1. Pengantar
Pada bagian ini dibahas fungsi kompleks, dimulai dengan memperkenalkan bilan-
gan kompleks beserta operasi yang berlaku, pengenalan beberapa fungsi kompleks
dan kalkulus pada fungsi tersebut. Setelah mempelajari fungsi kompleks ini di-
harapkan mahasiswa mampu menyelesaikan persamaan yang himpunan jawabnya
pada himpunan kompleks dan menggambarkan dalam bidang kompleks; mampu
menggunakan sifat-sifat fungsi kompleks untuk melakukan pemetaan bidang dan
perhitungan pada integral.
z = a + ib
Cara lain menuliskan bilangan kompleks adalah dalam bentuk pasangan terurut
z = (a, b) seperti koordinat titik di bidang atau vektor di R2 . Bila kita ingat pada
pembentukan vektor secara aljabar, bilangan kompleks z tersebut dapat digam-
barkan sebagai vektor pada bidang kompleks atau R2 . Oleh karena itu bilangan
kompleks dapat juga dinyatakan dalam koordinat polar,
z = r(cos + i sin ).
i. z1 + z2 = (x1 + x2 ) + i(y1 + y2 )
z1 z1 z2 1
iii. = = 2 [x1 x2 + y1 y2 + i(x2 y1 x1 y2 )]
z2 z2 z2 x2 + y22
i. z1 z2 = r1 r2 [cos(1 + 2 ) + i sin(1 + 2 )]
z1 r1
ii. = [cos(1 + 2 ) + i sin(1 + 2 )]
z2 r2
Hasil operasi ini memberikan gambaran tentang modulus dan argumen terkait
dengan bilangan semula; perkalian menghasilkan perkalian modulus dan penjum-
lahan argumen, pembagian menghasilkan pembagian modulus dan pengurangan
argumen. Sehingga kita dapat menggunakan sifat ini untuk perluasan pada satu
Matematika Teknik II 3
bilangan
z1n = r1n (cos n1 + i sin n1 )
r = Rn , n = + 2k, untuk k = 0, 1, 2, , n 1
+ 2k
R= n
r, =
n
Perlu diingat bahwa cos dan sin mempunyai perioda 2, juga kelipatanya,
dan nilai k yang digunakan hanya sampai n 1 karena selebihnya akan terjadi
pengulangan nilai pada . Tinjau bila kita gunakan k = n, maka = +2n
n
=
n
+ 2 = n .
!
+ 2k + 2k
zk = n
r cos + i sin
n n
untuk k = 0, 1, 2, , n 1.
Contoh 2.1.
Tentukan z yang memenuhi z 3 = 8.
Jawab
Tuliskan lebih dahulu -8 dalam bentuk polar, yaitu 8 = 8(cos + i sin ), dan
4 L.H. Wiryanto
3
R= 8, 3 = + 2k, untuk k = 0, 1, 2
+ 2k
R = 2, =
3
R = 2, 0 = /3, 1 = , 2 = 5/3
z1 = 2(cos + i sin ) = 2,
z2 = 2(cos 5/3 + i sin 5/3) = 1 i 3.
Contoh 2.2.
Tentukan z yang memenuhi z 2 + z + (1 i) = 0.
Jawab
Diberikan dua cara penyelesaian
Persamaan dituliskan
1 1
(z + )2 = 1 + i (2z + 1)2 = 3 + 4i
2 4
yang memenuhi
0 = 5(cos /2 + i sin /2)
+ 2 + 2
1 = 5(cos + i sin )
2 2
z yang memenuhi z = 1/2 + 0 /2 dan z = 1/2 + 1 /2
(x2 y 2 + x + 1) + i(2xy + y 1) = 0
x2 y 2 + x + 1 = 0
1
2xy + y 1 = 0 y =
2x + 1
3. Catatan:
Penyelesaian persamaan kwadrat di atas dapat pula diselesaikan menggunakan
rumus ABC q
1 1 4(1 i)
z=
2
Akan tetapi muncul kesulitan lain dalam menyelesaikan bentuk tersebut, karena
kita berhadapan dengan akar bilangan komplek. Sampai tahap ini kita tidak
mengetahui bagaimana cara menghitungnya.
Contoh 2.3.
Tentukan z yang memenuhi z 4 + 2iz 2 2 = 0.
Jawab
6 L.H. Wiryanto
Contoh 2.4.
Tentukan bagian riil dan imaginer dari f (z) = 2iz + 6
z , kemudian tentukan jenis
pemetaannya untuk y = c dan x = k; c dan k konstan.
Jawab
Dengan menggunakan z = x + iy fungsi tersebut dapat ditulis
Jadi bagian riil dari f adalah u(x, y) = 2y + 6x dan bagian imaginer v(x, y) =
2x 6y.
Matematika Teknik II 7
Dari u dan v kita dapat mengamati pemetaan titik demi titik dari bidang z ke
bidang w. Tetapi ini tidak praktis. Kita dapat lakukan dengan meninjau
u = 2c + 6x
y=c untuk c konstan u 3v = 16c
v = 2x 6c
u = y + 6k
x = k untuk k konstan 6u v = 34k
v = 2k 6y
Hubungan ini menunjukkan bahwa garis pada bidang z dipetakan menjadi garis juga
di bidang w. Lebih umum kita dapat meninjau garis y = ax + b dengan a dan b
konstan. Bila y disubstitusikan pada u dan v diperoleh
u(x, ax + b) = 2(ax + b) + 6x = (2a + 6)x 2b 2a + 6
u= (v + 2b) 6b
v(x, ax + b) = 2x 6(ax + b) = (2 6a)x 6b 2 6a
u linear terhadap v.
Setelah kita mengenal fungsi kompleks, perlu diperkenalkan pengertian limit,
kontinu dan diferensiabel; seperti halnya pada fungsi riil. Berikut diberikan defin-
isinya.
Limit
Fungsi w = f (z) dikatakan mempunyai limit L untuk z z0 dan ditulis
limzz0 f (z) = L bila untuk setiap > 0 dapat ditentukan > 0 sehingga
berlaku
|f (z) L| < bila 0 < |z z0 | <
Kontinu
Fungsi w = f (z) dikatakan kontinu di z = z0 bila berlaku
Diferensial
Fungsi w = f (z) dikatakan diferensiabel di z0 bila
f (z0 + z) f (z0 )
lim ada
z0 z
Terkait dengan turunan, kita dapat membentuk fungsi baru dengan menggantikan
z0 sebagai variabel. Sehingga bila diketahui fungsi f yang diferensiabel pada daerah
I, maka kita dapat membentuk fungsi g(z) = f (z) untuk z I.
Contoh 2.5.
Periksa apakah f (z) = z 2 iz diferensiabel, jika ya hitung f (2 i)
Jawab
f (z0 + z) f (z0 ) (z0 + z)2 i(z + z) z02 + iz0
lim = lim
z0 z z0 z
Contoh 2.6.
Jawab
f (z + z) f (z) z + z z z
= =
z z z
Bila z = x + iy maka
z x iy
=
z x + iy
Selanjutnya
z
lim =1
z0 z
z
lim = 1
z0 z
Karena nilai limit berbeda maka limit dari z/z tidak ada, jadi fungsi di
atas tidak diferensiabel.
Definisi
10 L.H. Wiryanto
Selanjutnya dengan definisi diferensiabel dan peninjauan bagian riil dan imaginer
dari fungsi kompleks, diperoleh hubungan (bukti dapat dilihat pada buku referensi)
Teorema.
Fungsi f (z = x + iy) = u(x, y) + iv(x, y) analitik pada domain D ekivalen dengan
turunan pertama dari u dan v yang memenuhi hubungan
ux = vy
disebut persamaan Cauchy-Reimann (1)
uy = vx
Contoh 2.7.
ux = 2x = vy , uy = 2y = vx
untuk semua x dan y maka f (z) = z 2 merupakan fungsi analitik untuk semua
z.
ux = 1, uy = 0
vx = 0, vy = 1
Bagian riil dan imaginer dari fungsi kompleks yang analitik merupakan fungsi
harmonik.
Contoh 2.8.
Periksa u(x, y) = x2 y 2 y merupakan fungsi harmonik, kemudian tentukan fungsi
kompleks yang bagian riilnya adalah u tersebut, dan tinjau lengkungan ketinggian
u = k dan juga v = l, k dan l konstan. v merupakan bagian imaginer dari fungsi
kompleks pada bidang x y.
Jawab
12 L.H. Wiryanto
Fungsi kompleks f (z) = u(x, y) + iv(x, y). Untuk menentukan v, kita gunakan
hubungan dari persamaan Cauchy-Reimann
vy = ux = 2x, vx = uy = 2y + 1
Jadi h (x) = 1 atau h(x) = x + constan. Oleh karena itu f (z) = (x2 y 2
y) + i(2xy + x + c) = z 2 + iz + ic.
u = k x2 y 2 y = k
1 1
x2 (y + )2 = k bentuk hiperbol
2 4
v=l 2xy + x = l
lx
y= bentuk parabol
2x
Di sini kita dapat melihat u = k dan v = l merupakan garis-garis yang sal-
ing tegak lurus pada bidang kompleks u v, dan hasil pemetaan dari fungsi
kompleks pada bidang x y berupa hiperbol dan parabol yang juga saling
tegak lurus pada titik potongnya, perkalian dy/dx pada hiperbol dan parabol
memberikan nilai -1 untuk berapapun x dan y.
Matematika Teknik II 13
Hal lain yang dapat kita manfaatkan dari fungsi analitik adalah kita dapat
menghitung turunannya dari bagian riil atau bagian imaginer saja dari fungsi terse-
but tanpa harus menyatakan dalam variable kompleks z. Jadi bila diketahui u(x, y)
sebagai bagian riil dari suatu fungsi analitik w = f (z), kita dapat menghitung f (z0 )
dari bagian riil tersebut. Untuk mendapatkan rumusannya, kita kembali pada defin-
isi turunan
f (z) f (z0 )
f (z0 ) = lim
zz0 z z0
Kemudian nyatakan f (z) = u(x, y)+iv(x, y) dengan z = x+iy, sehingga bembagian
di atas dapat dinyatakan sebagai
f (z) f (z0 ) u(x, y) u(x0 , y0) + i(v(x, y) v(x0 , y0))
=
z z0 x x0 + i(y y0 )
kemudian dalam mengambil limit z z0 , kita dapat memilih satu lintasan yang
mudah karena sudah diketahui turunanan f (z0 ) ada, dan lintasan yang lain akan
memberikan hasil yang sama. Sebagai misal kita gunakan lintasan sepanjang y = y0 ,
sehingga pembagian menjadi
f (z) f (z0 ) u(x, y0 ) u(x0 , y0) + i(v(x, y0 ) v(x0 , y0))
=
z z0 x x0
dan limit menjadi
yaitu
f (z) = 2x i(2y 1)
dan diperoleh
f (z = 1 3i) = 2 5i
Sama halnya bila kita hanya diberikan bagian imaginer dari fungsi analitik, tanpa
harus menentukan f (z), kita dapat menghitung turunan pada z menggunakan rumus
hubungan f (z) dengan turuna dari bagian imaginer tersebut.
Fungsi f (z) = z n
Selanjutnya kita tinjau pemetaan dari beberapa fungsi kompleks dengan memper-
hatikan w = f (z) = u(x, y) + iv(x, y), f memetakan dari bidang kompleks z ke
bidang kompleks w. Kita tinjau fungsi kompleks sederhana f (z) = z 2 .
1. Bentuk polar
z = rCIS
R = r 2 , = 2
w = RCIS
Tinjau
r = r0 R = r02 lingkaran
= 0 = 20 sinar
2. Bentuk Kartesius
Tinjau
u = c2 y 2
x=c v 2 = 4c2 (c2 u) parabol
v = 2cy
u = x2 k 2
y=k v 2 = 4k 2 (k 2 + u) parabol
v = 2kx
Hal lain yang perlu diperhatiakan pada pemetaan f (z) = z 2 adalah antara
kedua garis x = c dan y = k saling tegak lurus, yang dengan mudah dili-
hat secara geometri pada bidang z. Bagaimana denga hasil peta-nya? Kita
dapat periksa secara analitik kedua parabol juga tegak lurus pada tiap titik
potongnya, dengan menghitung dv/du pada kedua parabol dan mengalikannya
yang menghasilkan -1. Proses mengawetkan sudut, tidak hanya yang tegak lu-
rus, oleh suatu pemetaan dinamakan sifat konformal. Ini terjadi pada fungsi
analitik.
Sebelum melanjutkan pada beberapa pemetaan yang lain, kita tinjau kaitan
antara fungsi analitik dan sifat konformal (mengawetkan sudut). Untuk itu kita
perhatikan dua kurva di bidang z yang berpotongan di titik A. Sudut yang terbentuk
pada A dipetakan oleh fungsi analitik w = f (z) ke bidang w, dan besarnya akan
sama. Berikut ini dijelaskan alasannya.
dan turunannya
dz
= z (t) = x (t) + iy (t)
dt
sebagai vektor singgung v = (x , y ) yang membentuk sudut, (argumen dari
barv, terhadap garis horizontal.
dengan turunan
w (t) = f (z)z (t)
sebagai perkalian dua fungsi kompleks f (z) dan z (t). Sehingga kemiringan
vektor singgung pada C
Hal ini menunjukkan bahwa kemiringan kurva C pada tiap titiknya sama
dengan kemiringan kurva C dengan memutarnya sebesar arg(f (z)), asalkan
f (z) 6= 0.
Matematika Teknik II 17
Dengan meninjau dua kurva yang berpotongan pada bidang z, pemetaan oleh
fungsi analitik akan menghasilkan kurva di bidang w dengan sudut potong
yang tetap, tetapi diputar sebesar arg(f (z)). Oleh karena itu, fungsi analitik
mempunyai sifat konformal asalkan f (z) 6= 0.
Contoh 2.9.
w = z n dengan n bulat merupakan fungsi analitik (gunakan sebagai latihan untuk
menunjukkan analitiknya). Oleh karena itu pemetaannya mempuyai sifat konformal.
Tetapi karena w = nz n1 dan w (0) = 0 maka pemetaan tersebut konformal kecuali
di z = 0.
Secara geometri w = z n memetakan {z = rCIS : r 0, 0 /n} ke
{w = RCIS : R 0, 0 }. Bila kita ambil dua garis = 0 dan = /n di
bidang z, kedua garis membentuk sudut potong = /n pada z = 0, dipetakan
oleh fungsi di atas menjadi garis = 0 dan = yang membentuk sudut potong
= , yang tidak sama dengan sudut potong sebelumnya (tidak diawetkan),
karena f (0) = 0.
Fungsi eksponen
Fungsi eksponen didefinisikan, dalam Kartesius z = x + iy,
f (z) = ez ,
:= ex (cos y + i sin y)
d z
(e ) = ez
dz
yang dikenal sebagi rumus Euler, dan sebagai akibatnya bentuk polar dari
bilangan kompleks z = r(cos + i sin ) ditulis z = rei .
4. Pemetaan w = ez
x = x0 konstan |w| = ex0
y = y0 konstan arg(w) = y0
Hasil pemetaan yang pertama berupa lingkaran dengan jari-jari ex0 , dan yang
kedua berupa sinar yang membentuk sudut y0 terhadap garis horizontal. Oleh
karena itu daerah persegi panjang di bidang z akan dipetakan di bidang w
menjadi daerah yang dibatasi oleh dua lingkaran dan dua sinar.
Fungsi trigonometri
Dari definisi fungsi eksponen untuk z = ix berlaku
eix = cos x + i sin x
1 ix
cos x = e + eix
2
1 ix
sin x = e eix
2i
1 iz
cos z := e + eiz
2
1 iz
sin z := e eiz
2i
sebagai definisi dalam kompleks, dan dapat dikembangkan untuk bentuk lain seperti
tan z = sin z/ cos z, sec z = 1/ cos z, . Selain itu dengan menggunakan turunan
fungsi eksponen, turunan dari bentuk trigonometri dapat diperoleh
d
(cos z) = sin z
dz
d
(sin z) = cos z
dz
1 iz
w = sin z = e eiz
2i
1 ixy
= e eix+y
2i
1 n y o
= e (cos x + i sin x) ey (cos x i sin x)
2i
1 y 1
= (e ey ) cos x + (ey + ey ) sin x
2i 2
Jika w = u + iv maka
u(x, y) = sin x cosh y
v(x, y) = cos x sinh y
u2 v2 2 2
= cosh y sin y =1
sin2 x cos2 x
u2 v2 2 2
+ = sin x + cos x =1
cosh2 y sinh2 y
Selanjutnya kita tinjau pemetaan dari garis-garis yang sejajar sumbu terkait
hubungan di atas
u2 v2
x = x0 konstan =1 hiperbol
sin2 x0 cos2 x0
u2 v2
y = y0 konstan + =1 elips
cosh2 y0 sinh2 y0
Matematika Teknik II 21
Hal khusus:
1 1
v( , y) = cos( ) sinh y = 0
2 2
1 1
x = u( , y) = cosh y 1
2
2
1
u( , y) = cosh y 1
2
Sifat periodik dapat diperiksa pada f (z) = sin z, melalui bagian riil dan imag-
inernya yang mempunyai faktor sin x dan cos x, yang masing-masing mempunyai
perioda 2. Sehingga berlaku f (z + 2) = f (z). Sedang pada uraian pemetaan
di atas hanya menjelaskan daerah untuk /2 x /2. Sedangkan daerah
pita { x /2, < y < } dipetakan menjadi elip dan hiperbola
seperti pita {/2 x 0, < y < }. Keduanya simetri terhadap garis
x = /2. Sama halnya untuk pita {/2 x , < x < } yang simetri
dengan {0 x /2, < y < }, terhadap garis x = /2. Jadi pita tegak
{z = x + iy : x , < y < } dipetakan ke dua tumpuk bidang w,
begitu juga dengan pita-pita lain yang merupakan kelipatannya, seperti pada fungsi
eksponen.
1 h i(x+/2) y i
= e e ei(z+/2) ey
2i
1 h
= (cos(x + /2) + i sin(x + /2))ey
2i
1 h i
= ( sin x + i cos x)ey ( sin x i cos x)ey
2i
1 h i
= i(cos x + i sin x)ey + i(cos x i sin x)ey
2i
1 h ixy i
= e + eix+y
2
1 h i(x+iy) i
= e + ei(x+iy) = cos z
2
Jadi pemetaan w = cos z sama seperti diatas w = sin z dengan menggeser ke kiri
sebesar /2.
Fungsi logaritma
Notasi yang digunakan terkait dengan fungsi logaritma adalah f (z) = log z.
Bagaimana menggunakan notasi ini, baik dalam perhitungan maupun melihat sifat-
sifatnya, kita perlu memperkenalkan notasi tersebut sebagai invers dari bentuk ek-
sponen. Jadi jika kita mempunyai pengkaitan dua himpunan bilangan kompleks
dalam bidang z dan bidang w yang dinyatakan dalam bentuk w = log z, maka
kita dapat menyatakan dalam bentuk yang telah kita kenal z = ew . Selanjutnya
jika w = u + iv dan z = rei , hubungan bagian perbagiannya dapat diperoleh dari
bentuk eksponen
r = eu , v = + 2n
untuk n bulat. Sehingga fungsi logaritma di atas didefiniskan sebagai
log z := ln r + i( + 2n)
Matematika Teknik II 23
Contoh 2.10.
Hitung log z jika z = 2i.
Jawab
Kita nyatakan z dalam bentuk eksponen z = 2ei/2 , dalam notasi di atas r = 2,
= /2 . Jadi
log z = {log(2) i/2} + i2n
Fungsi hiperbolik
Bagian terakhir dari pengenalan fungsi kompleks adalah fungsi dalam bentuk
hiperbolik, yang didefiniskan sebagai
1 z
cosh z := e + ez
2
1 z
sinh z := e ez
2
seperti halnya pada fungsi riil.
Hubungan fungsi trigonometri dan hiperbolik dijembatani oleh fungsi eksponen
1 iz
cosh iz = e + eiz = cos z
2
1 iz
sinh iz = e eiz = i sin z
2
begitu juga sebaliknya