TUMPANGSARI
Budidaya Tanaman Monokultur dan Tumpangsari
Dosen Pengampu :
Ir. Muqwin Asyim RA, M
Golongan : C
Nama Praktikan :
Siti Imroatul H. (A42151414)
PRODUKSI PERTANIAN
TEKNIK PRODUKSI TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Tumpangsari Kedelai
-jarak tanam 40 cm x 20 cm
-Daya kecambah 86 %
-jumlah tiap lubang 2
-berat/100 benih 48 gr/100
Rumus :
Pertama kalinya turun kelahan pada 23 september 2016, pada tahap ini
seluruh mahasiswa membersihkan lahan tanaman dari ilalang dan gulma disekitar
lahan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan tangan secara langsung
maupun dengan menggunakan alat seperti cangkul, parang dan kored.
4). Penanaman
6). Penyiraman
7). Pemeliharaan
Selama proses penanaman berlangsung dilakukan beberapa pemeliharaan ,
yaitu :
a Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat
lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh 3-7 hari setelah tanam).
d Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan
beberapa minggu kemudian. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah
rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk
dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini
akan terbentuk guludan yang memanjang.
8). Panen
4.2 Pembahasan
Monokultur dan Tumpang Sari
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di
lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya
tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah
keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman
(OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan penanaman lebih dari
satu tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda. Sistem tanam tumpangsari
adalah menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan. Sistem tumpangsari
memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya
pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses
pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil
produksi atau panen. Kekurangan sistem tumpangsari adalah apabila pemilihan
jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberzi dampak negatif,
misalnya terjadi persaingan unsur hara antar tanaman dan OPT banyak sehingga
sulit dalam pengendaliannya (Jarwani, 2007).
Berdasarkan hasil praktikum budidaya monokultur dan tumpangsari yang
telah dilaksanakan, didapat hasil produksi rata-rata komoditas setiap golongan
dengan Rata rata hasil panen melakukan pola tanam monokultur Jagung seberat
16,73 kg, kedelai 7,85 kg, kacang hijau 2,47 kg, dan kacang tanah 7,45 kg ,
sedangkan rata rata hasil panen pada pola tanam tumpangsari Jagung + kedelai
masing-masing seberat 8,13 kg dan 3,92 Kg, tumpangsari jagung + kacang tanah
masing-masing seberat 4,33 kg dan 7,93 kg, tumpangsari jagung + kacang hijau
masing-masing seberat 2,14 kg dan 1,49.
Hasil Perbandingan produksi monokultur dan tumpangsari yaitu hasil
produksi jagung tumpangsari kurang dari Monokultur masing-masing seberat 14,6
kg dan 16,75 kg, produksi kedelai tumpangsari kurang dari Monokultur masing-
masing seberat 3,92 kg dan 7,85 kg, , produksi kacang tanah tumpangsari lebih
dari Monokultur masing-masing seberat 7,93 kg dan 7,45 kg, produksi kacang
hijau tumpangsari kurang dari Monokultur masing-masing seberat 1,49 kg dan
2,47 kg.
Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem tumpangsari mengalami
Keuntungan agronomis karena setelah saya evaluasi pelaksanaan sistem
tumpangsari dengan cara menghitung nisbah kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan
lahan > 1 berarti menguntungkan. Sesuai dengan teori (Frina, et al. 2000).
Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan nisbah
kesetaraan lahan (NKL). Tanaman yang saling menguntungkan maka nilai NKL
didapat lebih dari satu. Apabila salah satu spesies tanaman tertekan (tidak saling
menguntungkan) maka nilai NKL kurang dari satu (Frina, et al. 2000).
Sesuai dengan pernyataan Guritno (2011) bahwa sistem tanam
tumpangsari dapat memanfaatkan lingkungan yang ada semaksimal mungkin dan
adanya perbedaan lebar kanopii daun dan sistem perakaran antara tanaman yang
diusahakan akan dapat menggunakan lingkungan sekitarnya secara optimal.
Pada hasil ratarata perbandingan monokultur seluruh varibel perlakuan
tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau memiliki hasil yang tidak
begitu jauh dengan perlakuan tumpangsari. Evaluasi keberhasilan suatu bentuk
pola tanam tumpangsari dapat dilihat dengan cara mengevaluasi effisiensi
penggunaan lahan (Land Equivalent Ratio/LER). Berdasarkan nilai Land
Equivalent Ratio (LER) menunjukkan bahwa sistem tumpangsari tanaman
jagung+kedelai, jagung+kacang tanah, jagung+kacang hijau mampu
meningkatkan produktivitas lahan.
Hasil produksi monokultur dan tumpangsari ini seharusnya bisa lebih baik
jika saja pelaksanaan teknis budidayanya optimal dan di imbangi dengan teknis
perawatan yang benar. Seperti Budidaya yang saya lakukan yaitu Tumpangsari
jagung+kedelai hasil yang saya peroleh tidak optimal. Karna adanya faktot-faktor
penyebab kegagalannya, yaitu dari faktor:
a) Penyipan lahan
Pengolahan tanah yang saya kerjakan berukuran 4 m x 5 m Pengolahan
tanah ini saya lakukan dengan cangkul agar tanah menjadi gembur. Selain
membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan
gulma. Namun dalam pembuatan saluran air untuk mengalirkan air (parit) tidak
terlalu dalam dan tersumbat akibatnya saat hujan tanah akar tanaman jagung
maupun kedelai menjadi tergenang.
b) Penyiapan benih
Benih yang disediakan adalah benih jagung manis dan kedelai edamame
namun pada saat penanaman benih edamame yang ditanam tidak mengalami
perkecambahan dan busuk, hal ini karena viabilitasnya rendah, untuk menutupi
produktifitas maka benih diganti dengan kedelai biasa namun demikian karna
keegoisan saya kedalai edamame tetap saya pertahankan untuk di tanam.
c) Pemeliharaan
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara
lain penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sendiri saya
lakukan tidak tepat waktu dan terjadi kekosongan menjadikan banyak gulma yang
tumbuh, biasanya penyulaman dilakukan pada hari ke 4-7 namun saya lakukan
pada 2 minggu setelah tanam. akibatnya jarak tumbuh tanaman cukup jauh proses
penyerbukan bunga jantan dan betina tidak maksimal yang berpengaruh pada hasil
produksi tanaman jagung, hal ini juga menyebabkan kedelai edamame tidak
tumbuh dengan baik. kedelai edamame juga dilakukan penyulaman namun
benihnya tidak tersedia atau habis dan disulam dengan kedelai biasa. Pemupukan
dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
satu bulan. Problem dari pemupukan ini adalah ketidak pemerataan pembagian
pupuk menjadikan pupuk yang diberikan pada tanaman tidak maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini yang dapat saya simpulkan yaitu :
1. Pola tanam secara monokultur dan tumpngsari mempunyai kekurangan
dan kelebihan
2. Pada hasil ratarata perbandingan monokultur seluruh varibel perlakuan
yaitu tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau memiliki
hasil yang tidak begitu jauh dengan perlakuan tumpangsari
3. Hasil produksi menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem tumpangsari
mengalami Keuntungan agronomis.
4. Berdasarkan nilai Land Equivalent Ratio (LER) menunjukkan bahwa
sistem tumpangsari tanaman jagung+kedelai, jagung+kacang tanah,
jagung+kacang hijau mampu meningkatkan produktivitas lahan.
5. Hasil produksi monokultur dan tumpangsari akan optimal jika faktor-
faktor penyebab kegagalan dapat dihindari
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan untuk membantu kesempurnaan
Praktikum Tumpangsari diharapkan dalam Praktikum ini penyediaan sarana dan
prasarana dapat di optimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariya Tri Sektiwi , Nurul Aini, Husni Thamrin Sebayang. 2013. Jurnal Produksi
Tanaman. Kajian Model Tanaman dan Waktu Tanam dalam Sistem Tumpangsari
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Jagung. Universitas Brawijaya.
[diakses 13 Januari 2017]
Patra Rapp. 2012. Laporan Lengakap Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Tumpangsari.
[diakses 13 Januari 2017]
Arief Prd. 2014. http://arief-parinduri.blogspot.co.id/2014/12/tumpang-sari-tanaman-
jagung-zea-mays.htm. [diakses 13 Januari 2017]
LAMPIRAN