FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2013
1 | Page
Pendahuluan
Segitiga Epidemiologi
Timbulnya penyakit merupakan suatu interaksi antara berbagai faktor penyebab. Ditinjau
dari sudut ekologis (ekologi: ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya), ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,
kecacatan, ketidakmampuan dan kematian pada manusia yang disebut sebagai Trias Ekologi
(Ecological Triad) atau Trias Epidemiologi (Epidemiological Triad), yaitu: pejamu (host), kuman
(agent), dan lingkungan (environment), melalui suatu proses yang dikenal sebagai rantai
penularan yang terdiri dari 6 komponen, yaitu (1) penyebab, (2) sumber penularan, (3) cara
keluar dari sumber penularan, (4) cara penularan, (5) cara masuk ke pejamu, dan (6) pejamu.
Dalam keadaan normal terjadi suatu keseimbangan yang dinamis antara ketiga trias ekologi
tersebut, atau dalam kata lain adalah sehat. Pada suatu keadaan terjadinya gangguan pada
keseimbangan dinamis ini, misalnya akibat menurunnya kualitas lingkungan hidup sampai pada
tingkat tertentu maka akan memudahkan agen penyakit masuk ke dalam tubuh manusia dan
keadaan tersebut disebut sakit. Dengan mengetahui proses terjadinya infeksi atau rantai
penularan penyakit maka intervensi yang sesuai dapat dilakukan untuk memutuskan mata rantai
penularan tersebut.1
Menurut Blum, derajat kesehatan seseorang di pengaruhi oleh 4 faktor diantaranya adalah
faktor genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor yang tidak dapat di
intervensi diantara ketiga faktor lainnya adalah faktor genetik, sedangkan sebaliknya adalah
faktor perilaku yang dapat diubah seiring dengan pengetahuan dan kemauan dari diri sendiri.
2 | Page
Pencegahan primer adalah untuk mencegah proses penyakit terjadi dengan mengeliminasi
penyebab dari suatu penyakit atau dengan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap penyakit
tersebut, dengan kata lain mencegah awitan suatu penyakit atau cedera selama masa
prepatogenesis (sebelum suatu proses penyakit dimulai). Pencegahan sekunder adalah untuk
menginterupsi proses penyakit sebelum menjadi simptomatik, yaitu diagnosis dini dan
pengobatan segera suatu penyakit atau cedera untuk membatasi disabilitas dan mencegah
patogenesis penyakit lebih parah. Pencegahan tersier adalah untuk membatasi komplikasi fisik
dan sosial pada penyakit yang sudah simptomatik. Tingkat pencegahan mana yang akan
dilakukan bergantung kepada kondisi tertentu.1
Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang di tunjukkan oleh angka sistolik dan diatolik pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa air raksa (sphygmomanometer) ataupun
alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam
aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi
secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat di waktu
beraktivitas. The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment
of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International
Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang
tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau
sedang memakai obat anti hipertensi.2,3
Epidemiologi
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat
yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan
gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan
3 | Page
secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18
tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%
penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.3,4
Etiologi
1. Hipertensi Primer, suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi akibat dampak
dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak
terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang
berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit
tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan
darah tinggi.
2. Hipertensi Sekunder, suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akiba
seseorang engalami atau menderita penyakit lainnya, seperti gagal jantung, gagal ginjal
atau kerusakan sistem hormon tubuh. sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara
umum meningkat saat kehamilan usia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya diatas normal atau gemuk.
Faktor Resiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
a Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan5
1. Genetik
4 | Page
Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, sering terjadi
pada umur 40-60 tahun.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih.
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
4 Merokok
5 Kurang olahraga
Manifestasi Klinis
Hipertensi sering kali tidak memberikan keluhan dan tanda klinis khusus, tetapi kadang
terdapat keluhan pusing, sakit kepala, migrain, rasa berat di tengkuk, susah tidur, kunang-
kunang, mudah marah, rasa lelah, palpitasi, nokturia, epistaksis, gelisah, muka merah. Diagnosis
hipertensi ditegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini bersifat menetap pada pemeriksaan
ulang dalam waktu 1-2 minggu.6
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan mengukur tekanan darah kedua lengan sebanyak dua kali atau lebih
dengan interval waktu 1-2 minggu. Berdasarkan JNC VII (The Joint Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) 6
6 | Page
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi JNC VII5
Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan tujuan untuk melihat target organ yang terkena dan untuk mencari kausa 24
jam pertama dapat dilakukan pemeriksaan EKG dapat dilihat adanya pembesaran ventrikel kiri,
pembesaran atrium kiri, adanya penyakit jantung korener atau arimia, dari pemeriksaan darah
rutin dapat diketahui kadar hemoglobin/ hematokrit untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (visikositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas dan anemia, sedangkan kadar kreatinin dan kalium memberikan informasi
tentang perfusi/ fungsi ginjal dan hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi deuretic dan pemeriksaan selanjutnya yaitu
urinalisis yaitu darah, protein, glukosa mengisyaratkan adanya disfungsi ginjal dan adanya
diabetes.6
Patogenesis
Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh peningkatan kardiak output atau
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Dan
mengakibatkan 2 aksi, pada aksi pertama meningkatkan ADH, dan aksi kedua meningkatkan
aldosteron.6
Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi antara lain pada otak dapat terjadi TIA atau stroke, mata dapat
menyebabkan retinopati, pada jantung dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, angina atau
AMI, gagal jantung dan yang terakhir pada ginjal dapat mengalami gagal ginjal kronik. 6
Penatalaksanaan
7 | Page
Non Farmakologis6
1. Menurunkan berat badan pada obesitas
2. Pembatasan konsumsi garam dapur
3. Hentikan konsumsi alkohol
4. Hentikan merokok dan olahraga teratur
5. Pola makan yang sehat
6. Istirahat cukup dan hindari stres
Farmakologis6
1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hr dosis tunggal pagi hari
2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari
3. Methyldopa
4. MgSO4
5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6. Nifedipin long acting 1 x 20-60 mg
7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg
Prognosis
Prognosis pasien sebenarnya tergantung pada kepatuhan pasien untuk mengikuti
pengobatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu
komunikasi dokter-pasien harus terjalin dengan baik sehingga pasien mau patuh pada
pengobatan. Jika pasien mematuhi rencana pengobatan, kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi bisa dicegah sehingga dapat dikatakan prognosisnya baik.6
8 | Page
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah
A. Pasien Utama
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ibu Yohana Leonarda
b. Umur : 64 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
e. Pendidikan : SMP (tamat)
f. Alamat : Jl.Satria II No.16 RT 002 / RW 04 kelurahan jelambar, Jakarta
Barat
g. No Telp : 081212894486
9 | Page
2. Menanyakan keluhan utama
3. Keluhan tambahan
Merasa kaki dan tangan pegal-pegal. Kaki sudah sembuh karena berobat ke kiai namun
tangan sebelah kanan masih terasa kaku sampai sekarang. Pasien mengaku tangan kanan
lebih sering digunakan untuk mengangkut air. Pasien juga merasa sakit gigi baru-baru ini
namun tidak ada gigi yang berlobang dan minum obat paracetamol merasa mendingan.
Pasien mengaku bahwa sakit gigi yang dirasakan yaitu setelah selesai operasi katarak
mata sebelah kiri sekitar seminggu yang lalu. Mata kanan juga mengalami katarak namun
belum dioperasi.
10 | P a g e
Alkohol : tidak minum minuman beralkohol
9. Aktifitas sosial
Pasien mengaku mengikuti pengajian setiap jumat dan sering mengikuti kegiatan
lainnya.
B. Keluarga
I. Riwayat Biologis Keluarga
Ibu Yohana tinggal bersama anak perempuan dan menantunya. Menantu ibu
Yohana sudah meninggal karena kecelakaan motor.
a. Keadaan kesehatan sekarang
Keadaan kesehatan pasien dapat dikatakan baik karena pasien terlihat aktif, nafsu
makan baik dan pasien dapat bercakap-cakap dengan baik serta kesadarannya baik.
Pasien juga tidak tampak merasa kesakitan begitu juga anggota keluarga lain.
b. Kebersihan perorangan
Kebersihan pasien dapat dikatakan baik karena terlihat dari hygiene yaitu mandi 2
kali sehari, rambut tidak terlihat lusuh, tangan dan kaki tidak kotor, pakaian yang
dikenakan tampak bersih, serta kuku tidak panjang begitupun kebersihan anggota
keluarga lainnya.
c. Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga):
Ibu Yohana memiliki seorang anak perempuan bernama Ningsih, anak perempuannya
mengeluh kaki sebelah kiri terasa ngilu dan juga kedua pergelangan tangannya. Sedangkan
saudara perempuan ibu Yohana mengalami stroke sebelah kiri.
d. Penyakit keturunan: tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular: tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga: tidak ada
g. Pola makan
Pola makan dapat dikatakan sedang karena pasien sering mengkonsumsi makanan
berlemak namun pasien mengaku suka mengkonsumsi sayuran dan buahan setiap
harinya. Anak perempuan dari ibu Yohana mengaku suka mengkonsumsi goreng-
gorengan.
h. Pola istirahat
Pola istirahat akhir-akhir ini kurang sebab pasien mengaku bahwa sulit tidur pasca
operasi katarak.
11 | P a g e
i. Jumlah anggota keluarga: 2 orang.
12 | P a g e
m. Tempat pembuangan sampah: ada namun biasa sampah hanya dimasukkin ke
dalam kantong plastik dan langsung diletakkan di depan pagar rumah, tiap 2 hari sekali
diambil petugas sampah
n. Sanitasi lingkungan: baik, setiap minggu selalu melakukan gotong royong
e. Keadaan ekonomi: Sedang, yang mencari nafkah di rumah tersebut yaitu ibu
Ningsih, anak perempuan dari ibu Yohana. Penghasilan ibu Ningsih sebulan nya sesuai
UMR yaitu Rp 3.100.000. Ibu Ningsih mengaku gajinya cukup untuk menghidupi mereka
berdua.
Pemeriksaan fisik
13 | P a g e
Ibu Yohana:
Pemeriksaan Abdomen: perut datar, pada palpasi tidak teraba massa, tidak
terdapat pembesaran hepar dan lien. Pada perkusi hasilnya timpani dan auskultasi
bising usus positif.
Ibu Ningsih:
Keadaan dan kesadaran umum : Baik, Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Gizi : (
TB : 170 cm, BB : 80 kg
Pemeriksaan Thoraks :
a. Paru : Simetris, tidak ada retraksi sela iga. Pada palpasi tidak teraba
massa, perkusi tidak dilakukan, auskultasi didapatkan normal-vesikular.
b. Jantung : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat. Palpasi, iktus cordis teraba
pada ICS 4 linea midclavicular sinistra, tidak kuat angkat. Perkusi tidak di
lakukan. Tidak terdapat murmur dan gallop pada auskultasi.
14 | P a g e
Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan
Diagnosis
Secara Biopsikososial
Menjelaskan tentang hipertensi itu penyakit seperti apa pada keluarga pasien,
terutama mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara mengobati
dan pencegahannya.
16 | P a g e
- Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, dan mengecek kemungkinan komplikasi agar tidak berkembang lanjut,
dengan cara kontrol rutin ke petugas kesehatan
- Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan gerakan
gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki
- Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif atau mengikuti saran untuk dirujuk ke tingkat yang lebih
tinggi dan lebih lengkap
- Saat sakit mematuhi perintah dokter untuk melakukan pengobatan dan kontrol teratur
- Memperbaiki nutrisi saat sakit
- Membantu memantau pengobatan penderita terutama penyakit kronis
- Melakukan pantangan makanan tertentu yang dapat memperparah penyakit secara
disiplin
- Ikut Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
- Ikut serta membantu menolong penderita yang baru sembuh dalam menjalankan
rehabilitasi atau membantunya memulihkan kemampuan bekerja dan menjalani
kehidupan secara baik.
Prognosis
17 | P a g e
A. Penyakit Pasien: Ibu Yohana tidak mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur, maka
prognosis penyakit pasien adalah buruk/jelek (dubia ad malam).
B. Keluarga: Kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik dan rajin
memeriksakan diri ke puskesmas apabila merasakan suatu gejala maka prognosis
keluarga adalah baik (dubia ad bonam).
C. Masyarakat: Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang diderita
pasien tidak menular, maka prognosisnya ad bonam.
Resume
Dari hasil kunjungan rumah pada tanggal 28 Juli 2016, didapatkan bahwa pasien
menderita hipertensi. Pasien sudah mengalami hipertensi selama 1 bulan dan pasien tidak teratur
minum obat. Pasien akhir-akhir ini sering merasa lapar terutama pada malam hari sehingga
sering makan pada malam hari dan berat badannya pun naik. Pasien memiliki tempat tinggal
yang tergolong kurang baik, terdapat kotak kardus yang diletakkan di atas lemari yang jarang
dibersihkan sehingga berdebu dan juga panci dan alat dapur lainnya yang terlalu banyak
sehingga dibiarkan begitu saja didapur. Pasien disarankan untuk tetap menjaga kesehatan dan
melakukan tindakan pencegahan berupa pola hidup yang baik, serta rajin kontrol ke puskesmas
ataupun ke dokter agar bisa terkontrol dengan baik. Keluarga pasien juga diharapkan dapat
menjaga kesehatan dan pola hidup dengan lebih baik.
Daftar Pustaka
1. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. edisi ke-3.
Jakarta. Binarupa Aksara; 2007.h. 200-06.
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
3. Ghanie A, Manurung D. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi ke-5. Jakarta:
Internal publishing; 2009. h.1586-601.
4. Gunawan L. Hipertensi, tekanan darah tinggi. Yogyakarta. Kanisius; 2007.h.16.
5. http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html,
diunduh 27 Juli 2016
6. Irwan. Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta. Deepublish; 2016.h.37-43.
18 | P a g e