Anda di halaman 1dari 3

Waspadai Cuaca Buruk di Saat Musim Pancaroba

Akhir Bulan Oktober hingga pertengahan November ini beberapa wilayah di Indonesia akan
mengalami musim pancaroba peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Gejala
timbulnya musim pancaroba antara lain yaitu kondisi cuaca pada pagi hari yang cerah kemudian
berubah menjadi berawan pada siang hari dan turun hujan pada sore hari. Bebrapa daerah yang
mulai mengalami musim pancaroba antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau,
Jambi, Kalimantan barat, Kalimantan Tengah, Papua, serta di hampir seluruh Pulau Jawa mulai
dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta sebagian kecil daerah di Jawa Timur.

Berdasarkan data Intensitas Curah Hujan Harian di Indonesia yang dirilis BMKG untuk tanggal
6 November 2015 hingga 7 November 2015 menunjukan bahwa hampir seluruh wilayah di
Provinsi jawa Tengah diguyur hujan dengan Intensitas sangat lebat hingga ringan. Curah hujan
dengan intensitas rendah terjadi di daerah sekitar pantai utara , sementara curah hujan dengan
intensitas tertinggi terjadi di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, terutama Kabupaten Cilacap,
dengan curah hujan mencapai 131 mm dalam 24 jam. Informasi tersebut perlu menjadi perhatian
bagi kita mengingat letak kabupaten Kebumen yang juga berada di selatan Pulau Jawa dengan
kondisi saat ini tengah memasuki musim pancaroba.

Salah satu gejala alam yang perlu diwaspadai di musim pancaroba antara lain terbentuknya
gumpalan awan besar yang menjulang tinggi ke atas, dengan dasar awan berwarna gelap, yang
dalam istilah meteorologi disebut awan Cumulonimbus. Awan ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya cuaca buruk, seperti hujan lebat, angin kencang, serta badai guntur/petir.

Ciri khas hujan yang dihasilkan awan cumulonimbus pada musim pancaroba antara lain terjadi
secara tiba-tiba dan langsung menjadi deras, intensitas hujan cukup lebat, namun dalam periode
yang relatif singkat, dan biasanya terjadi pada siang atau sore hari sementara pada pagi harinya
cuaca masih terlihat cerah. Hal ini perlu diwaspadai masyarakat mengingat kondisi cuaca yang
berubah secara drastis, dan terjadi secara tiba-tiba. Bagi ibu rumah tangga yang tengah menjemur
pakaiannya harus waspada apabila langit mulai terlihat gelap, karena biasanya tidak lama lagi
akan turun hujan. Selain itu, bagi orang-orang yang berpergian juga harus selalu waspada untuk
membawa payung maupun jas hujan tiap kali berpergian, karena meskipun pagi hari cuaca cerah
bisa jadi siang hari berubah menjadi hujan.

Cuaca ekstrim lain yang patut diwaspadai yaitu timbulnya angin kencang selama musim
pancaroba. Angin kencang ini biasanya terjadi hampir bersamaan dengan terjadinya hujan. Pada
kecepatan yang rendah angin ini tidaklah berbahya, namun dalam kecepatan yang tinggi bisa
menimbulkan kerusakan yang cukup serius, yang biasa dikenal dengan sebutan angin puting
beliung.Angin puting beliung biasa terjadi disaat musim pancaroba seperti saat ini, dan terjadi
dalam jangka waktu yang relatif singkat, sekitar 3-5 menit. Meskipun tidak lama, namun
kerusakan yang ditimbulkan cukup besar. Seperti fakta yang dilansir dari news.detik.com pada 8
November 2015 lalu di daerah Blora, Jawa Tengah angin puting beliung telah menyebabkan
pohon tumbang dan menimpa 1 buah mobil avanza serta merusak 15 rumah.

Masyarakat perlu melakukan langkah pencegahan untuk meminimalisir dampak yang


ditimbulkan dari angin puting beliung, diantaranya dengan memangkas ranting pohon yang
sudah tua dan rapuh, terutama yang berada tepat di tepi jalan atau berada di dekat pemukiman
warga, untuk menghindari kemungkinan tertimpa pepohonan. Para pengendara yang sedang
berada di jalan juga harus ekstra hati-hati terhadap objek tinggi yang beresiko roboh saat angin
kencang, seperti papan baliho serta pepohonan di sepanjang jalan.

Adanya angin kencang ini juga menimbulkan gelombang tinggi di pesisir pantai Kabupaten
Kebumen. Masyarakat yang berkunjung ke pantai harus meningkatkan kewaspadaan disaat
berada di bibir pantai, mengingat kondisi gelombang tinggi yang biasa terjadi di musim
pancaroba ini. Para pengunjung diharap untuk tidak berenang di pantai yang langsung terhubung
dengan laut lepas untuk mengindari bahaya dari gelombang tinggi.Para nelayan juga harus ekstra
hati-hati saat pergi melaut, terutama untuk nelayan dengan kapal kecil, karena di musim
pancaroba bisa timbul gelombang dengan tinggi 2 sampai 3 meter secara tiba-tiba. Selain itu juga
patut diwaspadai apabila mulai terlihat adanya awan cumulonimbus dilaut, karena akan
menimbulkan angin bertiup semakin kencang dan menyebabkan gelombang semakin tinggi.

Gejala alam lain yang biasa dan patut diwaspadai disaat musim pancaroba adalah timbulnya
badai guntur / petir. Sejatinya petir merupakan peristiwa aliran muatan listrik yang hanya
dihasilkan oleh jenis awan cumulonimbus, dan terjadi antara awan dengan udara, antar awan
dengan awan, serta awan dengan tanah. Meskipun relatif lebih jarang terjadi, namun petir yang
terjadi antara awan dengan tanah inilah yang paling berbahaya.

Petir biasanya berakhir 15 sampai 30 menit setelah dimulai dengan kekuatan petir yang pernah
tercatat mulai dari ribuan ampere sampai 200.000 ampere. Angka ini setara dengan kekuatan
yang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt. Meskipun arus petir hanya
sesaat, kira-kira selama 200 mikrodetik tapi kerusakan yang ditimbulkan sangat luar biasa. Efek
dari serangan langsung sangat jelas terlihat, mulai dari kerusakan bangunan, kebakaran, sampai
bahaya kematian.

Cara paling aman untuk berlindung dari bahaya petir adalah dengan tetap berada di rumah disaat
badai petir berlangsung. Hindari penggunaan barang-barang elektronik, seperti televisi,
komputer, radio, dan telepon saat terjadi petir. Jika terpaksa menelpon, maka gunakanlah telepon
genggam, karena jika petir menyambar jaringan telepon, aliran listrik akan mengalir di sepanjang
jaringan telepon dan berpotensi menyengat apabila kita memegang telepon. Jika kita sedang
berada di luar ruangan, maka carilah tempat berlindung ke dalam gedung atau mobil.

Jika kebetulan kita berada tempat terbuka saat terjadi petir, maka segeralah mendekati benda
yang lebih tinggi, dengan jarak maksimal 2,5 meter dari benda tersebut. Semakin jauh dari
benda-benda tinggi maka kemungkinan tersambar petir semakin besar. Selain itu hindari
berteduh di bawah pohon, karena apabila pohon tersambar petir kita ikut terkena sengatan listrik
yang mengalir dari pohon ke tanah.

Mari kita kenali gejala-gejala cuaca di saat musim pencaroba sedini mungkin. Pengetahuan
terhadap gejala cuaca ekstrim di musim pancaroba sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan
untuk meminimalisir dampak buruk dari bencana yang sewaktu-waktu terjadi di sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai