32 Tahun 2009
11. Kewenangan Tidak disebutkan Tidak terlalu detail Pembagian tugas dan
Pusat dan dengan jelas tugas dan dijelaskan pembagian kewenangan jelas
daerah wewenang antara kewenangan antara dalam pasal 63-64
pemerintah pusat dan pusat dan daerah (bab (bab IX ttg Tugas
daerah (bab v tentang IV ttg Wewenang dan wewenang
kelembagaan) Pengelolaan Pemerintah dan
Lingkungan Hidup) Pemerintah Daerah).
18. Baku mutu Baku mutu lingkungan Disebut secara Baku mutu
lingkungan adalah batas atau singkat. lingkungan hidup
hidup kadar makhluk hidup, adalah ukuran
Baku mutu
zat, energi, atau
lingkungan hidup batas atau kadar
komponen yang ada adalah ukuran batas makhluk hidup, zat,
atau harus ada dan atau kadar makhluk energi, atau
atau unsur pencemar
hidup, zat, energi, komponen yang ada
yang ditenggang
atau komponen yang atau harus ada
ada atau harus ada dan/atau
dan/atau
unsur pencemar yang
unsur pencemar yang ditenggang
ditenggang keberadaannya
keberadaannya dalam
dalam suatu sumber
suatu sumber
adanya dalam suatu daya tertentu sebagai
sumber daya tertentu daya tertentu sebagai unsur
sebagai unsur unsur lingkungan
lingkungan hidup.
lingkungan hidup hidup
19. Analisis Risiko Tidak ada Tidak ada. Setiap usaha
Lingkungan dan/atau kegiatan
Hidup yang berpotensi
menimbulkan
dampak penting
terhadap lingkungan
hidup, ancaman
terhadap ekosistem
dan kehidupan,
dan/atau kesehatan
dan keselamatan
manusia wajib
melakukan analisis
risiko lingkungan
hidup. meliputi:
a. pengkajian
risiko;
b. pengelolaan
risiko; dan/atau
c. komunikasi
risiko.
28. Alat bukti. Tidak diatur Tidak di atur Alat bukti yang sah
dalam tuntutan
tindak pidana
lingkungan hidup
terdiri atas:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan
terdakwa; dan/atau
f. alat bukti lain,
termasuk alat bukti
yang diatur dalam
peraturan
perundang-
undangan
29. Sanksi pidana Sanksi pidana yang Secara keseluruhan Sanksi pidana yang
diterapkan dalam sanksi pidana yang di di atur dalam
undang-undang ini terapkan dalam undang-undang ini
sangat jauh dari nilai undang-undang ini secara keseluruhan
uang yang telah telah tertinggal serta lebih berat di
berkembang pada saat tidak lagi sesuai banding. Secara
ini, jumlah denda yang dengan umum denda yang di
diberikan juga perkembangan ancamkan dalam
sangatlah rendah. kehidupan undang-undang ini
Denda yang diancam masyarakat Indonesia berkisar antara
dalam undang-undang saat ini.secara ratusan juta rupiah
ini bekisar antara umum,denda yang di sampai puluhan
jutaan rupiah hingga ancamkan dalam miliar rupiah.
seratus juta rupiah. undang-undang ini
berkisar antara
puluhan juta hingga
ratusan juta rupiah.
Undang-undang diatas menjelaskan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang mana, dari tahun ke tahun yaitu
Tahun 1982 ke 1997 hingga Tahun 2009 mengalami perubahan yang cukup besar dan kompleks. Peraturan
sebelumnya yaitu UU No.4 Tahun 1982 dan UU No. 23 Tahun 1997 memiliki kekurangan yang amat signifikan
karena tidak adanya unsur hukum didalamnya yang menindaklajuti/menegaskan semua pihak untuk tetap
mematuhi Peraturan Perundang-undangan dari Pemerintah. Sedangkan Kelebihan dari UU No.32 Tahun 2009
adalah menjelaskan instrument-instrumen yang mendukung dalam pelaksanaan pengelolaan itu sendiri, serta
adanya unsur hukum untuk pengawasan dan penegakan hukum berkenaan dengan masalah pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup.
Dari beberapa hal yang diperluas tersebut maka UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup mengalami perkembangan untuk mekonversikan berbagai maslah yang semakin kompleks terkait
dengan lingkungan yang mana nantinya perkembangan ini dapat menjamin suatu kepastian hukum terhadap
lingkungan hidup.
UU No.32 Tahun 2009 adalah penyempurna UU No.23 Tahun 1997 dan UU no. 4 Tahun 1982. Penyempurnaan
terhadap UU No.23 Tahun 1997 diperjelas pada Penjelasan UU No.32 Tahun 2009 point ke-8 yang berbunyi, selain
itu, undang-undang ini juga mengatur Beberapa point penting antara lain:
1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen
kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen
ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis
lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi;
5. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
6. Pendayagunaan pendekatan ekosistem;
7. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global;
8. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan serta
penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
9. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
10. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif; dan
11. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Perbedaan yang paling mendasar dari UU No 23 Tahun 1997 dengan UU No 32 Tahun 2009 adalah adanya
penguatan pada UU terbaru ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang
didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan Hidup serta penanggulangan dan penegakan
hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi,partisipasi, akuntabilitas dan keadilan. Bentuk penguatan
tersebut dilihat dari:
1. Penerapan ancaman pidana minimum disamping ancaman hukuman maksimum.
2. Perluasan alat bukti.
3. Penerapan asas Ultimum Remedium. Pada UU No. 4 Tahun 1982 tidak ada asas yang mengatur dalam
penegakkan hukumnya. Sedangkan dijelaskan Pada UU No 23 Tahun 1997 dikenal konsep asas Subsidiaritas yaitu
bahwa hukum pidana hendaknya didayagunakan apabila sangsi bidang hukum lain,seperti sanksi administrasi dan
sanksi perdata,dan alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup tidak efektif dan/atau tingkat kesalahan
pelaku relatif berat dan/atau akibat perbuatannya relatif besar dan/atau perbuatannya menimbulkan keresahan
masyarakat.Sedangkan pada asas ultimum remedium dikatakan bahwa mewajibkan penerapan penegakkan hukum
pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum admnistrasi dianggap tidak berhasil.Kaitan
dengan hal ini,terlihat jelas bahwa pada UU No 23 Tahun 1997 memiliki berbagai macam rintangan guna mencapai
kepada penegakan hukum secara pidana,akan tetapi hal ini di persempit ruang geraknya melalui penerapan asas
Ultimum Remedium pada UU No 32 tahun 2009, sehingga diharapkan dengan keluarnya UU No 32 Tahun 2009 ini
bentuk pelanggaran pidana terhadap pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup dapat ditegakan dengan seadil-
adilnya.
Hal-hal baru mengenai AMDAL yang juga termuat pada undang-undang terbaru ini antara lain:
1. AMDAL dan UKL/UPL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
2. Penyusunan dokumen AMDAL wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun dokumen AMDAL;
3. Komisi penilai AMDAL pusat,Provinsi,maupun Kab/Kota wajib memiliki lisensi AMDAL;
4. AMDAL dan UKL/UPL merupakan persyaratan untuk penertiban izin lingkungan;
5. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,Gubenur,Bupati/Walokota sesuai kewenangannya.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas,ada pengaturan yang tegas dan tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009 ini
,yaitu dikenakannya sanksi pidana dan sanksi perdata terkait pelanggaran bidang AMDAL.Hal-hal yang terkait
dengan sanksi tersebut berupa :
1. Sanksi terhadap orang yang melakukan usaha/kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan;
2. Sanksi terhadap orang yang menyusun dokumen AMDAL tanpa memiliki sertifikat kompetensi;
3. Sanksi terhadap pejabat yang memberikan izin lingkungan yang tanpa dilengkapi dengan dokumen AMDAL
atau UPL/UKL