Pendahuluan
Munculnya teori hukum tidak dapat dilepaskan dari lingkungan zaman yang terus
berkembang, karena teori hukum hadir sebagai salah satu jawaban yang diberikan
terhadap permasalahan hukum atau menggugat satu pemikiran hukum yang dominan
pada suatau masa. Oleh karena itu, meskipun teori hukum mengajukan pemikiran secara
universal tapi dalam peoses perkembangannya berjalan secara bijaksana. 2
Definisi Sejarah
1
Abdul Ghfur Anshori, Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press, 2006, hal 1
2
Juhaya S Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung . Pustaka Setia 2011,
hal 53
2
Istilah sejarah dalam bahasa Arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha
(a-rk-h), yang berarti menulis atau mencatat, dan catatan tentang waktu serta peristiwa.
Akan tetapi, istilah tersebut tidak hanya berasal dari kata ini, ada yang berpendapat
bahwa istilah sejarah berasal dari istilah bahasa Arab syajaroh, yang berarti pohon atau
silsilah. Makna silsilah inl ebih tertuju pada makna padanan tarikh, termasuk padanan
pengertian abad, mitos, legenda dan seterusnya. Syajaroh berarti terjadi. Sedangkan
syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal- muasal istilah sejarah yang dipakai
dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi. Meskipun demikian,
banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah berasal dari bahasa Yunani, historia. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Prancis historie, bahasa Italia storia,
bahasa Jerman geschihte, yang bermakna yang terjadi, dan dalam bahasa Belanda dikenal
dengan geschiedenis.
Menurut pengertian istilah, kata sejarah juga memiliki beberapa versi. Redaksi
R.G Collingwood, misalnya mendefinisikan sejarah sebagai ungkapan history is the
history of thought (sejarah adalah sejarah pemikiran), history is kind of research or
inquiry (sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Collingwood memaknai
sejarah (dalam arti penulisan sejarah historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are
people who build up a fantasy world). 3
Aliran teori sejarah dipelopori Friedrich Carl von Savigny (Volk geist) hukum
kebiasaan sebagai sumber hukum formal. Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan
berkembang bersama sama dengan masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di
dunia ini terdapat banyak bangsa dan tiap-tiap bangsa memiliki volksgeist jiwa rakyat.
Savigny berpendapat bahwa semua hukum berasal dari adat-istiadat dan kepercayaan
dan bukan berasal dari pembentukan undang-undang .4 Penggegas teori ini melihat
3
. Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka
Setia 2012., halal 21-22
4
Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi. Bandung, Pengantar Filsafat Hukum: Mandar
Maju. 2002, hal 63.
3
hukum sebagai entitas yang organis-dinamis. Hukum menurut teori ini, dipandang
sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat, melainkan hidup dan berkembang bersama
masyarakat. Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan
senantiasa berubah seiring dengan perubahan tata nilai di masyarakat.
Hukum bersumber dari jiwa rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak
begitu penting. Cerminan jiwa suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya,
teori hukum hukum tidak dibuat, melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.5
Mazhab Teori Sejarah lahir pada awal abad ke-19, yaitu pada tahun 1814.
Lahirnya mazhab ini ditandai dengan diterbitkannya manuskrip yang ditulis oleh
Friedrich Karl von Savigny yang berjudul Vom Beruf unserer Zeit fur Gezetgebung und
Rechtwissenschaft (tentang seruan masa kini akan undang-undang dan ilmu hukum) .
Friedrich Karl von Savigny dipandang sebagai perintis lahirnya mazhab Sejarah .
Kelahiran mazhab yang dirintis oleh Savigny ini dipengaruhi oleh buku yang
berjudul L esprit des Lois (Semangat Hukum) karangan Montesquieu (1689-1755)
yang terbit pada tahun 1748. Dalam buku tersebut, Montesquieu mengemukakan bahwa
ada relasi yang kuat antara jiwa suatu bangsa dengan hukum yang dianutnya . Hukum
yang dilandasi dan dianut suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jiwa bangsa yang
direpresentasikan oleh nilai-nilai dan tatanan sosial yang ada. Nilai dan tatanan sosial itu
bersifat dinamis, sehingga berimplikasi pada dinamisnya hukum. Dengan kata lain
bahwa dinamisasi nilai-nilai dan tatanan sosial menyebabkan dinamisasi pada hukum
yang diperpegangi masyarakat.6 Teori sejarah hukum secara garis besar merupakan
reaksi terhadap tiga hal:
1. .Rasionalisme Abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal,
dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum.
5
http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html.
diakses tanggal 11 November 2013 jam 10:12 Wib
6
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html, Diakses
tanggal 12 November 2013, Jam 10 45 Wib.
4
2. Puchta (1798-1846)
Puchta berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa bangsa yang
bersangkutan. Hukum tersebut menurut Puchta dapat berbentuk (1) langsung berupa adat
7
http://radityakuntoro.blogspot.com/2012/02/aliran-aliran-filsafat-hukum.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2013, Jam 8: 40 wib.
5
istiadat, (2) melalui undang-undang, (3) melalui ilmu hukum dalam bentuk karya para
ahli hukum.
Menurut Puchta, keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus
disahkan melalui kehendak umum masyarakat yang terorganisasi dalam negara. Negara
mengesahkan hukum itu dengan membentuk undang-undang. Puchta mengutamakan
pembentukan hukum dalam negara sedemikian rupa sehingga akhirnya tidak ada tempat
lagi bagi sumber-sumber hukum lainnya yakni praktek hukum dalam adat istiadat bangsa
dan pengolahan ilmiah hukum oleh ahli-ahli hukum.
tingkah laku semua individu kepada masyarakat yang modern dan kompleks di mana
kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang diucapkan ahli hukumnya.
Inti dari mazhab sejarah von Savigny diurainya dalam bukuVon Beruf unserer
Zeit fur Gesetzgebung und Rechtswissenschsft (tentang tugas jaman kita bagi
pembentuk undang-undang dan ilmu hukum).10
10
http://mihuksw.edublogs.org/2011/01/28/pembentukan-dan-perkembangan-
mazhab-sejarah-dalam-hukum/ diakses tanggal 11 November 11: 45 Wib.
7
4. Keyakinan Savigny
a. Ilmu Hukum lebih baik dari pembaharuan hukum.
b. Kesadaran (hukum) rakyat adalah sumber bagi segala hukum dan dalam
peradaban yang termaju. Oleh karena itu sarjana hukumlah yang
merumuskan kesadaran hukum rakyat menjadi prinsip-prinsip hukum.
5. Penentang Ajaran Savigny
Besseler, Eichorn dan Gierke (Rationel Positivisem) menolak konsepsi
romantisem Savigny tentang paranan sejarah hukum sebagai penggarap
kesadaran hukum rakyat, karena hukum yang hidup dikalangan rakyat berbeda
dengan ilmu pengetahuan yang teknis dan artifisil (asli) dari sarjana hukum.
Selain hal diatas, Kelemahan dari teori Savigny, adalah tidak mengakui
pentingnya kodifikasi hukum. Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan
hukum yang tertulis diperlukan demi terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama
untuk menghindari tindakan kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang absolut.
Kelemahan lain bahwa dengan mengakui hanya hukum yang hidup di tengah
masyarakat dan mengabaikan arti pentingnya hukum kodifikasi, maka dapat
menimbulkan ketidak pastian hukum. Sebab seringkali hukum yang hidup di
tengah masyarakat berbentuk hukum tidak tertulis, tersimpan dalam memorie
pada pemangku hukum, dan para pemangku hukum tidak tertulis lambat laun
meninggal dan dilanjutkan oleh pemangku hukum berikutnya yang memiliki
perbedaan pemahaman dan tafsir atas hukum tidak tertulis itu, sehingga pada
suatu saat dan suatu tempat muncul tafsir tafsir hukum adat yang tidak sama atas
sebuah masalah.12
11
Purnadi Purbacaraka dan M Chidir Ali, Op.Cit. hal. 19-24
12
Asikin Zainal. Op. Cit
8
Banyak teori yang dimunculkan oleh ahli hukum untuk mencoba menemukan dan
menggagas ide tentang pengembanan hukum termasuk didalamnya pembentukan atau
pembaharuan hukum. Masing-masing teori berupaya mengajukan argumentasi atas
pendapatnya dengan menonjolkan keunggulan dari teori yang telah mereka bangun.
Biasanya suatu teori lahir sebagai akibat atau reaksi terhadap teori yang mendahuluinya.
Reaksi tersebut bisa berupa penolakan dan bisa juga justru memberikan dasar pijakan
yang lebih kuat terhadap teori sebelumnya.
Kelebihan pemikiran hukum dari madzab sejarah adalah sikap tegas yang
mengatakan bahwa hukum itu merupakan derivasi nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat. Dalam kaitan itu dapat diasumsikan bahwa hukum yang demikian akan
mempunyai daya berlaku sosiologis. Oleh karena hukum pasti sesuai dengan kesadaran
hukum masyarakat. Tegasnya, satu-satunya sumber hukum menurut madzab ini adalah
kesadaran hukum suatu bangsa. Selanjutnya, kebaikan madzab ini adalah ditempatkannya
kedudukan hukum kebiasaan sejajar dengan undang-undang tertulis. Sikap semacam ini
dapat mencegah kepicikan orang akan wujud hukum yang utuh.
Di Indonesia pengaruh ajaran madzab sejarah sangat dirasakan, yakni dengan
lahirnya cabang ilmu hukum baru yang dikenal sebagai hukum adat, yang dipelopori oleh
Van Vollenhoven, Ter Haar serta tokoh-tokoh hukum adat lainnya. Demikian juga bagi
para ahli sosiologi, saran Savigny memperteguh keyakinan mereka bahwa antara sistem
hukum dan sistem sosial lainnya terdapat hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi. Keyakinan semacam itu akan menghasilkan suatu produk hukum yang
akan memiliki daya berlaku sosiologis.
Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa bagi Indonesia, pemikiran dan sikap
madzab ini terhadap hukum telah memainkan peranan yang penting dalam
mempertahankan ( preservation) hukum adat sebagai pencerminan dari nilai-nilai
kebudayaan (asli) penduduk pribumi dan mencegah terjadinya pembaratan
(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya
samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.
Dalam konteks kekinian, lahirnya gerakan pemikiran hukum yang mengarah pada
pengoptimalisasian fungsi lembaga mediasi yang ada dilevel masyarakat grass root secara
9
tidak langsung dapat dikatakan sebagai pengaruh tidak langsung mazhab sejarah bagi
pemikiran hukum di Indonesia. Di Nusa Tenggara Barat gerakan ini mulai diawali di desa
Lebah Sempaga dan Desa Bagu yang telah membuat Balai Mediasi Desa yang sudah
mengarah kepada penggalian budaya dan kebiasaan masyarakat.13
Dalam kajian Qowaidul Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) terdapat satu kaidah adat
yang dijadikan pijakan oleh para mujtahid sebagai salah satu sumber hukum Syariah
Islam yaitu kaidah Al-aadah Muhakkamah14. Dalil dari kaidah adat yang muhakkamah ini
adalah hadis Nabi Saw :
"Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik pula di sisi Allah, dan
apa saja yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka menurut Allah-pun digolongkan
sebagai perkara yang buruk" (HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu
Mas'ud)
Penutup
13
http://saepudinonline.wordpress.com/2011/06/09/pengaruh-pemikiran-
mazhab-sejarah-dalam-pembaharuan-hukum/ Diaskes pada tanggal 12 November
2013 Jam 8:44 Wib.
14
Zakaria Al-ansori, Ghoyatul Wushul, Darul Fikr,Beirut 2002. hal 249
15
Mahar mistil adalah mahar yang kadar besar kecilnya disamakan dengan
adat dari keluarga pihak istri pada daerah tersebut yang diwajibkan kepada calon
suami untuk calon istri.
10
Savigny sebagai pengegas Madzhab teori Sejarah melihat hukum sebagai entitas
yang organis-dinamis. Hukum dipandang sebagai sesuatu yang natural, tidak dibuat,
melainkan hidup dan berkembang bersama masyarakat.
Hukum bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena akan senantiasa
berubah seiring dengan perubahan tata nilai di masyarakat. Hukum bersumber dari jiwa
rakyat (volksgeist) dan karenanya undang-undang tidak begitu penting. Cerminan jiwa
suatu bangsa tercermin dari hukumnya dan karenanya, teori hukum hukum tidak dibuat,
melainkan ditemukan dan bersumber dari jiwa rakyat.
Savigny berpangkal pada pendapat yang menyatakan bahwa di dunia ini terdapat
bermacam-macam bangsa. Tiap-tiap bangsa tersebut punya Volkgeist (jiwa rakyat)
sendiri-sendiri. Jiwa rakyat ini berbeda-beda, baik menurut waktu dan menurut tempat.
Jadi, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang berlaku universal dan pada semua
waktu.
Kelemahan teori sejarah ala Savingy adalah tidak mengakui adanya kodifikasi hukum
Padahal dalam masyarakat modern, ketentuan hukum yang tertulis diperlukan demi
terwujudnyaa kepastian hukum. Terutama untuk menghindari tindakan kesewenang-
wenangan dari kekuasaan yang absolut.
Teori sejarah hukum ternyata telah dipakai oleh Undang-undang Negara Indonesia ,
pemikiran dan sikap madzab ini terhadap hukum telah memainkan peranan yang penting
dalam mempertahankan ( preservation) hukum adat sebagai pencerminan dari nilai-
nilai kebudayaan (asli) penduduk pribumi dan mencegah terjadinya pembaratan
(westernisasi) yang terlalu cepat, kalau tidak hendak dikatakan berhasil mencegahnya
samasekali, kecuali bagi sebagian kecil golongan pribumi.
Dalam syariah Islam, konsep hukum adat telah dilegalkan keberadaannya sebagai
pegangan hukum yang digali oleh para mujtahid dalam kajian Aadah Muhakkamahnya.
Daftar Pustaka
Purnadi Purbacaraka dan M Chidir Ali, Disiplin Hukum,. Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1990
Anshori, Abdul Ghfur. Filsafat Hukum Sejarah, Aliran dan Pemaknaan.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press, 2006
Moh Hsbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung, CV Pustaka Setia
2012
Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi. Bandung, Pengantar Filsafat Hukum: Mandar Maju.
2002
S Praja, Juhaya. Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung . Pustaka Setia 2011
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-sejarah-hukum.html
http://saepudinonline.wordpress.com/2011/06/09/pengaruh-pemikiran-mazhab-
sejarah-dalam-pembaharuan-hukum/
http://panglimaw1.blogspot.com/2011/10/inti-ajaran-mazhab-sejarah.html
http://radityakuntoro.blogspot.com/2012/02/aliran-aliran-filsafat-hukum.html.
http://mihuksw.edublogs.org/2011/01/28/pembentukan-dan-perkembangan-
mazhab-sejarah-dalam-hukum/