Anda di halaman 1dari 22

1

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan

potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,

gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi. Gout

merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai

oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). (Khanna, D. et all, 2012).

Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin, kelainan enzim

spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan diet. Prevalensi

hiperurisemia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, terutama

pada laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan pada perempuan terutama saat

menopause (Hendri, 2008). Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008

memperkirakan bahwa beberapa ratus juta orang telah menderita karena penyakit

sendi dan tulang (reumatik dan asam urat) dan angka tersebut diperkirakan akan

meningkat tajam pada tahun 2020. (Price, LM. et al. 2006). Di Indonesia, arthritis

Gout (asam urat) menduduki urutan kedua yaitu 6-8 % setelah osteoarthritis dan

prevalensi rematik di Indonesia adalah sebesar 32,2% dengan prevalensi tertinggi di

Provinsi Jawa Barat, Papua Barat. (Nainggolan, O. 2009).


2

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah :

Apa saja faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya arthritis gout pada

masyarakat di Desa Labuan Salumbone

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui faktor resiko apa saja yang

berpengaruh terhadap terjadinya arthritis gout pada masyarakat di Desa Labuan

Salumbone.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat penulisan ini dari segi kesehatan, yaitu memberikan informasi

mengenai faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap terjadinya arthritis

gout pada masyarakat di Desa Labuan Salumbone.

2. Manfaat penulisan ini dari segi keilmuan, yaitu diharapkan dapat memberikan

saran dalam pencegahan arthritis gout pada masyarakat di Desa Labuan

Salumbone.
3

II. LANDASAN TEORI ARTHRITIS GOUT

2.1 DEFINISI

Artritis gout adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal

monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstraseluler yang sudah

mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat .

( Nasution,A.R.,et all., 2009). Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat

purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang

terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup.

Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita

memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh

kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan

dari hasil perusakan Sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit

tertentu (Hidayat, 2007).

2.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi artritis gout pada populasi di USA diperkirakan 13,6/100.000

penduduk, sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang,

prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur. (Tehupelory, E.S.

2009).
4

Di Indonesia, epidemiologi hiperurisemia masih belum banyak di ketahui,

tetapi beberapa peneltian menunjukkan bahwa hiperurisemia sering dijumpai di

Sulawesi. Penelitian di Sinjai, Sulawesi Selatan di dapat angka kejadian hiperusemia

pada pria 10 % dan pada wanita 4 % dengan kadar asam urat rata-rata laki 4,5- 1,4

mg/dl Dan wanita 4,5-1,1 mg/dl. Di minahasa, Sulawesi Utara Rotty dan Karema

mendapatkan angka sebesar 34,3 % pada pria dan 23,31 pada wanita dengan kadar

asam urat pada pria 6,60-1,31 mg/dl, dan 4,9-1,11 mg/dl pada wanita.

2.3 ETIOLOGI

a. Faktor dari luar

Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor dari luar.

Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan

konsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.

b. Faktor dari dalam

Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan

metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40

tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa

disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi

obat obatan, alkohol, obesitas, diabetes mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.
5

2.4 FAKTOR-FAKTOR RESIKO

a) Usia

Pada usia diatas 40 tahun, maka sekitar 3-5% penduduk terkena penyakit sendi

akiba asam urat. Kadar asam urat pada laki-laki dewasa banyak yang sudah

mendekati tinggi meskipun belum melebihi 7 mg/dl. Pada wanita yang sudah

monopouse asam urat darahnya akan meningkat naik, jadi laki-laki yang sudah

dewasa perlu berhati-hati mengkonsumsi makanan sebab resiko peningkatan kadar

asam urat darahnya adalah lebih tinggi dibandingkan anak-anak atau wanita yang

belum monopouse. (Kertia, N. 2009; Mayo clinic. 2009).

b) Jenis kelamin

Penyakit asam urat lebih sering menyerang laki-laki. Jika penyakit ini

menyerang wanita maka pada umumnya wanita yang menderita adalah sudah

monopouse. (Kertia, N. 2009).

c) Ras / Etnis

Walaupun penyakit ini dapat dijumpai disetiap negara, tetapi hasil penelitian

epidemiologis menujukan bahwa bangsa Maori di Selandia baru, bangsa Filipina, dan

bangsa di Asia Tenggara mempunyai kecenderungan lebih besar untuk terserang

penyakit ini. (Dalimartha, S. 2008)


6

d) Genetik

Produksi asam urat berlebih karena kelainan herediter atau gen/ keturunan yaitu

terjadi karena aktivitas berlebihan dari enzim fosforilasi pirofosafat sintae (PRPP-

sintetase), Pada kasus gout primer, selain ketiadaan enzim Hypoxanthine Guanine

Phosporibosyl Transperase (HGPRT) yang menyebabkan bertambahnya sintesa purin,

ada juga pengaruh faktor genetik yang dapat menyebabkan gangguan pada

penyimpanan glikogen atau defisiensi enzim pencernaan. (Uripi, V. Et al. 2005;

Cooper, G. 2006).

e) Konsumsi Alkohol

Pada pasien gout dapat menyebabkan konsentrasi urat serum meningkat.

(Zhang, Y., et al.2006;Tehupelory, E.S. 2009). Cairan berfungsi sebagai pelarut dan

sebagai media pembuangan hasil metabolisme tubuh. Konsumsi cairan tidak

beralkohol yang tinggi dapat menurunkan kadar asam urat. (Guyton, Hall. 2006)

Minuman alkohol yang berlebih dapat menghambat keluarnya asam urat melaui

ginjal. Alkohol juga bisa ditemukan pada buah yang terlalu masak seperti nanas,

alpukat dan durian. (Zhang, Y., et al.2006;Dalimartha, S. 2008).

f) Konsumsi Obat obatan

Konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat mempengaruhi kadar asam urat

darah, misalnya obat pirazinamid, obat TB, HCT (obat diuretik), beta bloker seperti

propanolol (obat darah tinggi), dan salisilat yang sering dikonSumsi agar trombosit
7

(platelet) tidak mengumpal. Obat obatan tersebut bisa meningkatkan kadar asam urat

darah.( Dalimartha, S., 2008; Mayo clinic,2009).

g) Faktor Makanan

Jumlah asupan purin berpengaruh terhadap kadar asam urat. Hal ini sesuai

dengan teori, dimana mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat meningkatkan kadar

asam urat. Makanan yang mengandung zat purin akan diubah menjadi asam urat.

Sehingga disimpulkan bahwa purin yang menyebabkan asam urat terutama bersumber

dari seafood dan daging. (Khomsan, A.,et all. 2002;Utami, P.2008).

h) Obesitas

Orang yang gizinya lebih cenderung terkena penykit asam urat dibanding

orang yang kurang gizi. Orang yang kurang gizi bisa saja terkena penyakit asam urat

jika mereka mempunyai bakat yang kuat untuk terkena penyakit asam urat atau

mempunyai penyakit penyakit yang menyebabkan kadar asamn uratnya menjadi

tinggi. (Kertia, N. 2009).

i) Hiperkolestronemia

Kolesterol adalah zat yang berperan dalam menjalankan fungsi dan proses

metabolisme dalam tubuh. (Mayo clinic. 2009). Zat ini berasal dari makanan yang

menghasilkan kalori, terutama lemak. Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam

darah (hiperkolesterolemia) dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah

sehingga terjadi penyempitan yang disebut dengan artherosklerosis. Artherosklerosis


8

merupakan salah satu factor risiko penyebab gout sekunder. (Uripi, V. Et al. 2005;

American College of Rheumatology. 2012).

j) Hipertensi

Penurunan aliran darah renal yang disebabkan oleh hipertensi mengakibatkan

aliran darah ke glomerulus menjadi berkurang. Akibat lebih lanjut terjadi peningkatan

reabsorbsi asam urat di tubuli, sehingga tubuh mengalami hiperurisemia. Pada

penderita hiperurisemia dan hipertensi terdapat peningkaaan resiko timbulnya

penyakit koroner dan penyakit cadiovasscular dibandingkan dengsn penderita yang

hanya didapatkan menderita hipertensi, beberapa penelitian menunjukan terdaapat 3

kali peningkaatan penyakit pembuluh darah koroner dan penyakit cerebrovasculer

pada penderita dengan hiperurisemia disertai hiperensi, dibandingkan deengan

penderita dengan hipertensi dengan kadar asam urat normal. (Misnadiarly. 2007).

2.5 PATOGENESIS

Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0

mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan atau

penurunan kadar asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan gout.

Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon

inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi

berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan

tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga
9

(Smeltzer & Bare, 2001). Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut

dengan imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG

akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan memperlihatkan aktivitas

imunologik (Smeltzer & Bare, 2001).

2.6 GEJALA KLINIS

Gejala Arthritis gout bersifat monoartikular yang menunjukan tanda-tanda

peradangan lokal seperti yang terlihat pada gambar 1, yang disertai nodul subcutan.

(topus) pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor. (Price, LM. et al. 2006).

Gejala & Tanda khas gout adalah bengkak, kemerahan, panas dan rasa nyeri yang

hebat pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki (podagra). (Apley, AG. 1995).

Gambar 1. Thopus Penderita Artritis Gout

Gambaran klinik di bagi menjadi empat tahapan gout, yaitu :


10

1. Asimptomatik

Pada tahap ini, meskipun kadar asam urat dalam darah meningkat, tetapi tidak

menimbulkan gejala.

2. Akut

Serangan pertama mendadak dan memuncak, menyebabkan rasa nyeri yang hebat

pada sendi yang terkena. Biasanya, disertai tanda peradangan, seperti pembengkakan

sendi, panas, dan tampak kemerahan. Serangan dapat cepat berlalu dan kembali lagi

dalam waktu tertentu.

3. Interkritikal

Merupakan masa bebas dari gejala sakit diantara dua serangan gout akut. Banyak

penderita yang mengalami serangan kedua dalam 6 bulan sampai 2 tahun. Serangan

yang tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati secara terus menerus.

4. Kronis

Jika gout tidak dirawat secara baik, akhirnya akan menjadi kronis. Pada kondisi

ini, rasa nyeri disendi berlangsung secara terusmenerus serta terdapat timbunan

kristal asam urat yang banyak didalam jaringan lunak, tulang rawan, selaput diantara

tulang dan rendo, timbunan asam urat tersebut membentuk tofus.adapun radang

kronik dan endapan asam urat, membuat persendian susah digerakan.

2.7 DIAGNOSIS
11

Kriteria diagnosis gout berdasarkan The American Rheumatism yang

didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Gambar 5. Kristal monosodium urat pada tofus

Adanya kristal kristal asam urat yang terlihat pada gambar 5, dalam cairan

sinovial sendi yang terserang juga dapat dijadikan petunjuk diagnostik. (Gupta ,

S.J.2002; Dalimartha, S. 2008).

2.8 PENGOBATAN

Terapi dengan obat anti radang akan menghilangkan serangan akut gout.

Sebelum rasa sakit menghilang kaki harus diistirahatkan dan dilindungi dari cedera.

Pemilihan pengobatan untuk pasien tertentu tergantung pada beberapa faktor, antara

lain waktu onset dari serangan, kontraindikasi obat, adanya penyakit lain yang

beresiko potensial. (Muchid, A. 2006; Dep. of Health.2010).

2.9 PENCEGAHAN
12

Untuk pencegahan asam urat, dokter biasanya menyarankan diet rendah purin

dan memberikan obat obatan seperti obat anti inflamasi dan allopurinol. Diet yang

efektif sangat penting untuk menghindari komplikasi dan mengurangi biaya

pengobatan, pengaturan diit sebaiknya dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7

mg/dl ( Ahmad, 2011). Selain itu untuk pencegahan asam urat juga bisa dilakukan

dengan jangan meminum aspirin (bila membutuhkan obat pengurang sakit, pilih jenis

ibuprofen dan lainnya), perbanyak minum air putih terutama bagi penderita yang

mengidap batu ginjal untuk mengeluarkan kristal asam15 urat di tubuh, makan

makanan yang mengandung postasium tinggi seperti : sayuran dan buah buahan,

kentang, alpukat, susu dan yogurt, pisang, makan buah buahan kaya vitamin C,

terutama jeruk dan stawberry, aktif secara seksual (seks bisa memperlancar produksi

urin sehingga menurunkan kadar asam urat), konsumsi salah satu produk alami

seperti sidaguri, habbatussauda, brotowali, teh hijau (Ahmad,2011).

III. METODE PENELITIAN


13

1.1 METODE PENULISAN

Karya tulis ilmiah ini merupakan suatu bentuk studi kepustakaan murni yang
memaparkan tentang Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
arthritis gout pada masyarakat di Desa Labuan Salumbone. Informasi dan materi
dalam karya tulis ilmiah ini diperoleh dari buku, jurnal, literatur, dan artikel ilmiah
dari internet.

1.2 METODE ANALISA BAHAN

Informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara sistematis

dengan metode pendekatan terhadap masalah yang ada dan umum yang terjadi di

masyarakat untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang berhubungan dengan

permasalahan yang dikaji. Disamping itu berbagai hipotesis yang muncul

dikonsultasikan dengan beberapa ahli untuk mendapatkan suatu jawaban yang

mendekati permasalahan yang diangkat.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar, sistematika penyusunan penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut:


14

Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, dan manfaat penulisan.

Tinjauan Pustaka yang berisi :

- Uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan

dengan masalah yang dikaji,

- Uraian mengenai pendapat terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang

dikaji,

- Uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan.

Metodologi yang meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, dan

sistematika penulisan.

AnalisisdanSintesis

- Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta telaah

pustaka

- Sintesis untuk menghasilkan alternatif model pemecahan masalah atau

gagasan yang kreatif

Kesimpulan dan saran

- Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan dan menjawab tujuan


15

- Saran disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi transfer gagasan dan

adopsi teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ARTHRITIS GOUT

Artritis gout adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat deposit kristal

monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari cairan ekstraseluler yang sudah

mengalami supersarurasi dari hasil akhir metabolisme purin yaitu asam urat .

( Nasution,A.R.,et all., 2009).

4.1.1. Faktor Resiko

a) Usia

Pada usia diatas 40 tahun, maka sekitar 3-5% penduduk terkena penyakit sendi

akiba asam urat. Kadar asam urat pada laki-laki dewasa banyak yang sudah

mendekati tinggi meskipun belum melebihi 7 mg/dl. Pada wanita yang sudah
16

monopouse asam urat darahnya akan meningkat naik, jadi laki-laki yang sudah

dewasa perlu berhati-hati mengkonsumsi makanan sebab resiko peningkatan kadar

asam urat darahnya adalah lebih tinggi dibandingkan anak-anak atau wanita yang

belum monopouse. (Kertia, N. 2009; Mayo clinic. 2009). Pada pria usia diatas 40

tahun biasanya mulai terdapat kenaikan kadar asam urat yang terjadi karena faktor

usia dan penurunan fungsi ginjal dalam proses eksresi sisa metabolisme dalam tubuh

yang diatandai dengan kadar ureum dan kratinin yang tinggi. (Dep. of Health ,2012).

Sedangkan pada wanita yaitu pada masa setelah menopause, yaitu pada rentang usia

60-80 tahun. Setelah menopause, jumlah estrogen dalam tubuh wanita ikut

mengalami penurunan. (Misnadiarly. 2007). Penurunan berbagai fungsi organ pada

usia lanjut juga menyebabkan proses metabolisme asam urat mengalami gangguan.

((Dep. of Health ,2012; Misnadiarly. 2007). Inilah yang menyebabkan kadar asam

urat meningkat seiring peningkatan usia.

b) Jenis kelamin

Penyakit asam urat lebih sering menyerang laki-laki. Jika penyakit ini menyerang

wanita maka pada umumnya wanita yang menderita adalah sudah monopouse.

(Kertia, N. 2009).

c) Ras / Etnis
17

Walaupun penyakit ini dapat dijumpai disetiap negara, tetapi hasil penelitian

epidemiologis menujukan bahwa bangsa Maori di Selandia baru, bangsa Filipina, dan

bangsa di Asia Tenggara mempunyai kecenderungan lebih besar untuk terserang

penyakit ini. (Dalimartha, S. 2008)

d) Genetik

Produksi asam urat berlebih karena kelainan herediter atau gen/ keturunan yaitu

terjadi karena aktivitas berlebihan dari enzim fosforilasi pirofosafat sintae (PRPP-

sintetase), Pada kasus gout primer, selain ketiadaan enzim Hypoxanthine Guanine

Phosporibosyl Transperase (HGPRT) yang menyebabkan bertambahnya sintesa purin,

ada juga pengaruh faktor genetik yang dapat menyebabkan gangguan pada

penyimpanan glikogen atau defisiensi enzim pencernaan. (Uripi, V. Et al. 2005;

Cooper, G. 2006). Hal ini yang menyebabkan tubuh lebih banyak menghasilkan

senyawa laktat atau trigliserida yang berkompetisi dengan asam urat untuk dibuang

oleh ginjal, selain itu kurangnya pengeluaran asam urat disebabkan oleh beberapa

faktor diantarannya: Familial juvenile gouty nephropathy atau suatu penyakit

keturunan yang jarang dijumpai, yang diturunkan secara autosomal dominant, dan

secara klinis sering terjadi pada usia muda oyang menyebabkan infusiensi ginjal

yang progresif. Penderita ini sangat sedikit mengeluarkan asam urat dari ginjal

(biasanya hanya 4%), Insufisiensi ginjal atau gagal ginjal. ((Uripi, V. Et al. 2005).

e) Konsumsi Alkohol

Pada pasien gout dapat menyebabkan konsentrasi urat serum meningkat. (Zhang,

Y., et al.2006;Tehupelory, E.S. 2009). Cairan berfungsi sebagai pelarut dan sebagai
18

media pembuangan hasil metabolisme tubuh. Konsumsi cairan tidak beralkohol yang

tinggi dapat menurunkan kadar asam urat. (Guyton, Hall. 2006) Minuman alkohol

yang berlebih dapat menghambat keluarnya asam urat melaui ginjal. Alkohol juga

bisa ditemukan pada buah yang terlalu masak seperti nanas, alpukat dan durian.

(Zhang, Y., et al.2006;Dalimartha, S. 2008).

f) Konsumsi Obat obatan

Konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat mempengaruhi kadar asam urat darah,

misalnya obat pirazinamid, obat TB, HCT (obat diuretik), beta bloker seperti

propanolol (obat darah tinggi), dan salisilat yang sering dikonSumsi agar trombosit

(platelet) tidak mengumpal. Obat obatan tersebut bisa meningkatkan kadar asam urat

darah.( Dalimartha, S., 2008; Mayo clinic,2009).

g) Faktor Makanan

Jumlah asupan purin berpengaruh terhadap kadar asam urat. Hal ini sesuai dengan

teori, dimana mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat meningkatkan kadar asam

urat. Makanan yang mengandung zat purin akan diubah menjadi asam urat. Sehingga

disimpulkan bahwa purin yang menyebabkan asam urat terutama bersumber dari

seafood dan daging. (Khomsan, A.,et all. 2002;Utami, P.2008).

h) Obesitas

Orang yang gizinya lebih cenderung terkena penykit asam urat dibanding orang

yang kurang gizi. Orang yang kurang gizi bisa saja terkena penyakit asam urat jika

mereka mempunyai bakat yang kuat untuk terkena penyakit asam urat atau
19

mempunyai penyakit penyakit yang menyebabkan kadar asamn uratnya menjadi

tinggi. (Kertia, N. 2009).

i) Hiperkolestronemia

Kolesterol adalah zat yang berperan dalam menjalankan fungsi dan proses

metabolisme dalam tubuh. (Mayo clinic. 2009). Zat ini berasal dari makanan yang

menghasilkan kalori, terutama lemak. Jumlah kolesterol yang terlalu banyak di dalam

darah (hiperkolesterolemia) dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah

sehingga terjadi penyempitan yang disebut dengan artherosklerosis. Artherosklerosis

merupakan salah satu factor risiko penyebab gout sekunder. (Uripi, V. Et al. 2005;

American College of Rheumatology. 2012).

j) Hipertensi

Penurunan aliran darah renal yang disebabkan oleh hipertensi mengakibatkan

aliran darah ke glomerulus menjadi berkurang. Akibat lebih lanjut terjadi peningkatan

reabsorbsi asam urat di tubuli, sehingga tubuh mengalami hiperurisemia. Pada

penderita hiperurisemia dan hipertensi terdapat peningkaaan resiko timbulnya

penyakit koroner dan penyakit cadiovasscular dibandingkan dengsn penderita yang

hanya didapatkan menderita hipertensi, beberapa penelitian menunjukan terdaapat 3

kali peningkaatan penyakit pembuluh darah koroner dan penyakit cerebrovasculer

pada penderita dengan hiperurisemia disertai hiperensi, dibandingkan deengan

penderita dengan hipertensi dengan kadar asam urat normal. (Misnadiarly. 2007).
20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan

potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,

gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi. Gout

merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai

oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). (Khanna, D. et all, 2012).

Di Indonesia, epidemiologi hiperurisemia masih belum banyak di ketahui, tetapi

beberapa peneltian menunjukkan bahwa hiperurisemia sering dijumpai di Sulawesi.

Penelitian di Sinjai, Sulawesi Selatan di dapat angka kejadian hiperusemia pada pria

10 % dan pada wanita 4 % dengan kadar asam urat rata-rata laki 4,5- 1,4 mg/dl Dan
21

wanita 4,5-1,1 mg/dl. Di minahasa, Sulawesi Utara Rotty dan Karema mendapatkan

angka sebesar 34,3 % pada pria dan 23,31 pada wanita dengan kadar asam urat pada

pria 6,60-1,31 mg/dl, dan 4,9-1,11 mg/dl pada wanita.

5.2 SARAN

Adapun saran yang diperlukan antara lain diperlukannya pencegahan penyakit artritis

gout di Desa Labuan Salumbone, ( Menurunkan berat badan, menghindari makanan

yang tinggi kadar asam urat, mengurangi konsumsi alkohol, meningktkan asupan

cairan, terapi es pada tempat yang sakit).

DAFTAR PUSTAKA

Zhang, Y., et al. Alcohol Consumption as a Trigger of Recurrent Gout Attacks. The
American Journal of Medicine (2006) 119, 800.e13-800.e18. Diunduh tgl 26-05-2015
dari: https://dcc2.bumc.bu.edu/goutstudy/Documents/alc_gout.pdf

Nainggolan, O. 2009. Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia.


Majalah kedokteran indonesia. Departemen Kesehatan RI: Puslitbang Biomedis dan
Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 589.

Muchid, A. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik.


Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departem: Jakarta. Hal. 17, 34, 68, 80.
22

Hidayat, R. 2009. Gout End Hiperurisemia. Divisi Reumaatologi Departemen Ilmu


Penyaakit Dalam Fakultas Kedokteraan Universitaas Indonesiia. Medicinus: Jakarta.
Hal 47

Dr.Aaljte E. Manampiring, Mkes, 2011. Prevalensi Hiperusemia di Kota Tomohon.


Manado. Program Pendidikan Kedokteran. Universitas Samratulangi.

Mayo Clinic Staff. Gout 3. Mayo clinic. 2009. Diunduh tgl 09-11-2014 dari:
www.rtd-denver.com/.../MayoClinic%2...

Anda mungkin juga menyukai