Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh


media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah salah satu contoh hasil dan proses pengendapan material-
material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukitpasir (sand dunes) yang
terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang
diangkut oleh angin (Mahatma, 2009)
Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai.
Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air
horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila gerakan air
perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sedimen tetap larut maka
akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sedimen. Selain itu energi gerakan air
juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan.
Tingginya proses sedimentasi ini akan berdampak kembali pada manusia itu sendiri
seperti terganggunya transportasi laut karena telah terjadi pendangkalan, terjadinya
pengurangan lahan/areal, dan sebagainya (Darsef, 2003).
Studi tekstur sedimen di dalam sedimentologi umum digunakan untuk
mengetahui ukuran dan persentase butir, proses sedimentasi serta arah transpor
sedimen. Transportasi sedimen di pantai merupakan proses yang perlu diperhatikan,
karena angkutan sedimen dapat merubah kodisi mintakat pantai. Ukuran partikel-
partikel sedimen ini sangat berbeda tergantung dari sifat fisik yang dimiliki oleh
partikel-partikel tersebut. Untuk mengetahui ukuran butiran sedimen maka perlu
dilakukan analisis dengan berbagai macam metode. Oleh karena itu, maka dianggap
penting untuk melakukan praktek lapang sedimentologi untuk dapat mengetahui cara

1
analisis penentuan distribusi dan arah penyebaran sedimen dengan melihat ukuran
butiran sedimen.
1.2 tujuan
maksud dari pada praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mendeskrpsikan
batuan yang ada dan mengetahui jenis-jenis batuannya
1.3 waktu praktikum
praktikum lapangan ini di laksanakan pada hari sabtu, 28 maret 2016

2
BAB 2
TEORI RINGKAS
3.1 Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan
yang berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut
Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung
5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana
batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan
bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa
dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis
sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13
kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk
yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda
dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan
dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak
pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki
bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer,
sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan
ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran
butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi
yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan
sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5%

3
dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu
lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn,
1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi.
Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada
energy air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu
karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat
berupa :
1. Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya
kerikil di sungai, pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
2. Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang
organism air dan vegetasi di rawa-rawa.
3. Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau
dankalsim karbonat di aut dangkal.

a. Proses sedimentasi
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan
sedimen. Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah
pecahnya atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya
tertransportasi dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah
lazim disebut sebagai proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan
sedimen klastik terdiri dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan
proses sedimentasi secara kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak
hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi,
angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak

4
menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan
transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat
partikel atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-
butiran yang diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga
lempung). Proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4,
yakni yang dipengaruhi oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris
flows.
a. Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama
pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian
bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
b. Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting
yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya
membentuk reverse grading.
c. Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d. Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran
dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel
mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida
menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dengan reaksi
mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini
merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
macam-macam batuan sedimen
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa
batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan
proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan
ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses

5
pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun
secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa
yakni, prosess- proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu
sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone
(batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen
itu sendiri. (Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis,
terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar
butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik
yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang
ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan
gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan
danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua
lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan
di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi
batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,

6
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn,
1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses
proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari
berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir
yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
b. Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat
kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
c. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal
dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi
sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d. Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini
yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.

2. Batuan Sedimen Non-Klastik

7
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga
(insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi,
biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia,
endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 CaCO3.
Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya
cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan
daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal (batu bara), dan
lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
reaksi organik (Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen
dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
a. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan
ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat
pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
b. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau,
serpih, batu lempung dan Nepal.
c. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan
foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan
yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa
terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan
pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali
macamnya tergantung pada material penyusunnya.

8
d. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan
kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),
radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan
terbatas sekali.
e. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia
yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur
tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan
terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam
batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
f. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh
suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya
pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus
memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk
menjadi satu di tempat tersebut.

b. kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga
menjadi batuan sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada
suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 2 kilobar,
berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap
kembali di permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami
penguburan semakin dalam.

9
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap
kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan
sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)

Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada


kondisi kering, tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.

Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang
dapat dilepas dengan tangan atau kuku.

Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.

Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

c. kebundaran

Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dan


kawan-kawan (1987) membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan
ditunjukkan dengan pembulatan rendah dan tinggi. Keenam kategori kebundaran
tersebut yaitu:

Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)

Meruncing (menyudut) (angular)

Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

Membundar (membulat) tanggung (subrounded)

10
Membundar (membulat (rounded)

Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987)

c. ukuran butir
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik.
Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih
terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa
sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada
lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).
Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan
> 256 Boulder / block (bongkah) Breksi
(bentuk /
kebundaran
64 256 Cobble (kerakal)
butiran
meruncing)

4 64 Pebble Konglomerat
24 Granule (kerikil) (bentuk /
kebundaran

11
butiran membulat)

1/16 2 Sandstone (pasir) Batupasir


1/16 1/256 Silt (lanau) Batulanau
< 1/256 Clay (lempung) Batulempung
e. Struktur sedimen
Struktur di dalam batuan (features within strata) :
- Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi). Jika tebal perlapisan < 1 cm
disebut struktur laminasi.
- Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross laminatio

- Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)

1. Struktur permukaan (surface features)

- Ripples (gelembur gelombang atau current ripple marks

- Cetakan kaki binatang (footprints of various walking animal

- Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of crowling animals

- Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)

- Gumuk pasir (dunes, antidunes)

2. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)

- Alur/galur (flute marks, groove marks,linear ridges)

- Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil)

- Saluran dan cekungan gerusan (channels and scours)

12
- Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills

f. Penamaan batuan

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan
sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir,
struktur dan komposisi yaitu :

1. Rudit(f>2mm),termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen


membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati,
maka penamaaan tambahan dapat diberikan berdasarkan komposisi utama
fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat
kuarsa.

2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini
dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir
berlapis, batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal
batupasir kuarsa.

3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir


lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih
adalah batulempung atau batulanau berstruktur laminasi

13
Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas
mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan
berbutir kasar, HCl,
kristalin, porus, mengandung
oolit dan mosaik organik,
bioklastika,
Terutama Dolomit Tidak segera
dolomite bereaksi dengan
HCl, jarang
mengandung
fosil, berbutir
sedang
Berbutir halus Kristal halus Kapur Putih abu-abu
dengan terang, sangat
mikroorganisme rapuh,
mengandung
fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan Campuran silika, Rijang Warna
berlapis opal dan kalsedon beragam, keras,
dll. kilap non
logam,

14
konkoidal

Terutama gips Gips Evaporit, tidak


Anhidrit sendiri melainkan
Terutama malit berasosiasi
dengan
mineral/batuan
lain.
Dijumpai kristal
yang
mengelompok
Masif atau Mineral fosfat dan Fosforit Diperlukan
berlapis fragmen tulang penentuan
kadar P2O3
Amorf, berlapis, Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat,
tebal pecahan
prismatik

BAB 1V
DATA LAPANGAN
4.1 data praktikum

Grain size

Selisi
Stasi Berat Persent
Bera h
un Berat ukuran butir (g) akhir ase
t berat
(g) (100%)
sedi (g)
men 0.5 0.25 0.25 <
2 mm 1 mm
mm mm mm
1 29,05 16,96 19,46 21,93 12,58
100 100 0 100
4 4 4 4 4
2 18,18 19,36 29,09 24,57
100 8,768 100 0 100
8 8 8 8
3 41,10 25,08 17,62 11,53
100 4,638 100 0 100
8 8 8 8
4 33.60 18,89 18,32 17,97 11,19
100 100 0 100
6 6 6 6 6

15
5 37,38 17,21 14,63 17,14 13,60
100 100 0 100
8 8 8 8 8
Juml 159.3 86.93 89.15 97.69 66.60
500 500 0 500
ah 44 4 4 8 4

Grain shap

Stasiun No ket
1 1 Spheroid CE
2 Rod B
3 Spheroid CB
4 Spheroid C
5 Rod E
6 Spheroid CB
7 Spheroid CB
8 Blad E
9 Rod E
10 spheroid C

16
Stasiun No ket
2 1 Dis B
2 Rod E
3 dis E
4 Spheroid CB
5 Rod B
6 Spheroid CE
7 dis VB
8 dis B
9 spheroid C
10 spheroid C

17
Stasiun No ket
3 1 rod E
2 rod E
3 dis E
4 blade B
5 dis B
6 Spheroid CB
7 dis P
8 dis CB
9 dis P
10 spheroid CB

Stasiun No ket
4 1 rod E
2 rod E
3 dis P
4 spheroid C
5 spheroid B
6 rod CE

18
7 dis B
8 spheroid CB
9 dis CB
10 rod E

Stasiun No ket
5 1 dis P
2 dis CP
3 spheroid CE
4 spheroid B
5 spheroid CB
6 dis CP
7 rod CE
8 rod E
9 dis B
10 blade B

19
BAB V

PEMBAHASAN

Pada derah praktikum terdapat ukuran butir yang berbeda. Dimana pada
stasiun 1 ukuran butir yang paling tinggi yaitu 29.054 mm dengan dan yang paling
rendah yaitu 12,584 mm dengan berat 100 g pada stasiun 2 ukuran butir yang paling
tinggi yaitu 24,578 mm yang paling rendah 8,768 mm dengan berat 100 g, stasiun 3
ukuran butir yang paling tinggi yaitu 41,108 mm yang paling rendah 4,638 mm
dengan berat 100 g stasiun 4 ukuran butir yang paling tinggi 33.606 mm yang paling
rendah 11,196 mm dengan berat 100 g dan pada stasiun 5 ukuran butir yang paling
tinggi yaitu 37,388 mm dan yang paling rendah 13,608 mmdengan berat 100 g.

Jadi pada derah praktikum yang mana dimulai dari stasiun 1 sampai stasiun 5
dengan berat akhir masing-masing 100 g.

20
BAB V1

PENUTUP

6.1 kesimpulan

Dari hasil praktikum di lapangan ukuran butir setiap stasiun berbeda-beda.


Pada daerah praktikum pada setiap stasiun mempunyai berat akhir masing-masing
100 g.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://sedimentologi.blogspot.co.id/

http://geofact.blogspot.co.id/2010/02/sedimentologi-dan-stratigrafi.html

22

Anda mungkin juga menyukai