Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Nama : Desy Putri Islamiyah
NIM : 140210103044
Kelas :B
Kelompok :1
Memasang dengan rapat manset/sabuk tensimeter pada lengan kiri atas probandus
encari denyut nadi/arteri brakhialis di bagian siku dalam lengan kiri probandus (dalam keadaan rile
Meletakkan kepala stetoskop pada denyut naadi/arteri tadi (menggunakan tangan kiri)
Memompa kantung tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada
penunjuk jarum manometer
Membuka perlahan-lahan katup kantung tekanan. Jarum pada manometer akan turun perlahan-la
Membuka katup kantong tekanan sampai jarum pada manometer menunjukkan angka 0 (nol)
anset/ sabuk tensimeter pada pasien, dan mengempiskan, lalu menggulung dan menyimpan pada k
Melepas stetoskop dan memastikan kepala stetoskop alam kondisi tertutup (OFF)
lakukan perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (berlari selama
Menempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi lehe
Saat merasakan denyut nadi, melihat stopwatch untuk menghitung jumlah denyut nadi selama 1 m
kukan penghitungan denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (berlari selama
V. Hasil Pengamatan
No Nama Jenis Usia Sebelum berlari Sesudah berlari
. kelamin (thn Denyu S/D Denyut S/D
) t Nadi Nadi
1. Rahma Laki-laki 20 72/ 114/6 112/meni 152/76
t menit 8 t
2. Roro Perempua 21 90/ 129/9 183/meni 134/10
n menit 2 t 2
3. Rosita Perempua 20 65/ 96/70 76/menit 105/65
n menit
4. Nafilah Perempua 21 53/ 110/8 56/menit 120/75
n menit 0
5. Decky Laki-laki 21 33/ 117/8 45/menit 113/85
menit 2
6. Nadia Perempua 21 75/ 100/8 123/meni 123/83
n menit 0 t
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sistem kardiovaskuler.
Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah
dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada praktikum ini
menggunakan media berupa tensimeter (sphygmomanometer), stetoskop, selang
karet dan pompa udara dari karet serta sekrup pembuka dan penutup. Praktikum
kali ini juga melakukan 2 kegiatan dimana kegiatan pertama yaitu mengukur
tekanan darah kemudian yang kegiatan kedua yaitu menghitung denyut nadi.
Kegiatan pertama dan kedua masing-masing dilakukan dengan aktivitas berlari
selama 5 menit. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi ini dilakukan sebelum
dan sesudah dilakukannya aktivitas berlari.
Untuk mengukur nadi dengan benar yaitu pertama-tama mencari denyut
nadi pada bagian pergelangan tangan (arteri radialis) dengan cara menempatkan
jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan (biasanya denyut nadi
radialis terletak sejajar dengan ibu jari) atau bisa juga dengan menempatkantiga
jari pada sisi leher (hal ini dilakukan pada bagian-bagian tersebut karena terdapat
titik arteri pada bagian pergelangan dan leher). Pada praktikum ini, saat dapat
ditemukan denyut nadi pada bagian pergelangan tangan, kemudian melakukan
perhitungan denyut nadi selama 60 detik dengan melihat stopwatch, lalu
melakukan perhitungan denyut nadi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
fisik (berlari selama 5 menit).
Sedangkan cara mengukur tekanan darah dengan benar, sebaiknya
probandus melakukan aktivitas fisik seperti olah raga, minimal 5 menit sebelum
pengukuran. Kemudian probandus duduk sejenak dan dilakukan pengukuran.
Berdasarkan literatur yang ada menunjukkan bahwa sebaiknya probandus
menghindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres. Pengukuran sebaiknya
dilakukan dalam kondisi tenang dengan posisi duduk. Hal ini dikarenakan jika
melakukan pengukuran dalam kondisi stress dan tidak tenang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran, kemungkinan kondisi pembuluh darah menjadi
tegang sehingga pengukuran menjadi tidak valid.
Untuk mengukur tekanan darah, pertama memasang manset pada lengan
bagian kiri probandus, seperti yang dijelaskan sebelumnya disini kami
menggunakan lengan bagian kiri, hal ini dikarenakan lengan atau siku bagian
tangan kiri jarang digunakan untuk aktivitas sehari-hari, sedangkan kebanyakan
masyarakat menggunakan tangan bagian kanan untuk beraktivitas, kita ketahui
otot yang digunakan untuk beraktivitas memiliki kemampuan untuk melakukan
metabolisme cukup besar, sehingga saat dalam proses relaksasi tetap akan ada sisa
aktivitas yang dilakukan. Oleh karena hal tersebut tangan disebelah kanan tidak
valid jika dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi. Perbedaan
tekanan darah pada kedua lengan ini juga dapat disebabkan oleh faktor usia,
adanya oklusi pembuluh darah, penyakit pembuluh darah perifer, dan adanya
gangguan jantung.
Selanjutnya adalah memasang manset dibagian lengan kiri dengan posisi
kain halus/lembut ada di bagian dalam dan D-ring (besi) tidak menyentuh lengan,
memasukkan ujung manset melalui D-ring dengan posisi kain perekat di bagian
luar. Ujung bawah manset terletak kira-kira 12 cm di atas siku. Posisi pipa
manset harus terletak sejajar dengan lengan kiri probandus dalam posisi lurus dan
rileks.
Pada saat memasang manset, apabila probandus menggunakan baju
berlengan panjang, lebih baik menyingsingkan lengan baju terlebih dahulu ke atas
dan memastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga tidak menghambat aliran
darah di lengan karena jika manset dipasang diatas permukaan kain baju maka
akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah dan hasilnya menjadi tidak
valid. Kita juga perlu memperhatikan ketika hendak mengambil manset dari
tempatnya secara benar yaitu dengan mengangkat secara keseluruhan (tidak
ditarik salah satu bagiannya).
Setelah manset terpasang dengan benar pada lengan kiri probandus secara
benar, praktikan yang hendak mengukur tekanan darah harus memastikan bahwa
tensimeter pada kondisi ON jika menggunakan tensimeter air raksa, memasang
stetoskop di telinga.Kemudian memasang stetoskop pada telinga pengukur, dan
memastikan pompa dalam kondisi terkunci agar udara dapat masuk pada manset
ketika pompa dihidupkan. Pengukur memompa sampai air raksa menunjukkan
skala sekitar 160. Kemudian pengukur melepaskan kunci yang ada di pompa atau
mengendorkan pompa agar udara dapat keluar dan mengurangi tekanan, proses ini
dilakukan secara perlahan-lahan dengan mengamati detakan atau bunyi pertama
kali dan bunyi kedua kali yang dihasilkan dari suara stetoskop, bunyi pertama
yang dihasilkan ini menunjukkan systole atau rentang waktu ketika jantung
berkontraksi rata-rata berkisar 120. Selama sistole ventrikel kiri memaksa darah
masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik.
Kemudian bunyi yang kedua kali ini disebut diastole atau rentang waktu ketika
jantung berelaksasi rata-rata berkisar 90, selama diastole tekanan turun, nilai
terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Kemudian pada praktikum kali ini kami meggunakan tensimeter, stetoskop
dan stopwatch sebagai alat percobaan. Disini kami menggunakan tensimeter
(Sphygmomanometer) yaitu tensimeter air raksa dan tensimeter digital..
Tensimeter merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan darah,
kemudian stetoskop yang berfungsi untuk mengukur denyut nadi sedangkan
stopwatch berguna sebagai alat pembantu menghitung waktu saat menguji
banyaknya detak jantung probandus.
Di masyarakat, terdapat bermacam-macam tensimeter yang biasanya
digunakan. Pada percobaan yang kami lakukan, kami hanya menggunakan
tensimeter air raksa dan tensimeter digital saja. Jenis tensimeter air raksa ini
merupakan tensimeter yang paling sederhana dibandingkan dengan jenis
tensimeter yang lain. Tensimeter yang sudah beredar di masyarakat terdapat 3
macam yaitu tensimeter air raksa, tensimeter digital dan tensimeter analog (model
stopwatch).
Tensimeter air raksa (konvensional) disebut juga sebagai tensimeter
manual. Karena berbahan dasar raksa sebagai indikator pengukuran. Tensimeter
jenis ini sebenarnya sudah jarang dipakai di luar negeri, karena tensimeter ini
menggunakan air raksa yang berbahaya jika sampai alat pecah dan akan merusak
kulit dan mengganggu system pernafasan. Tensimeter jenis ini memerlukan
stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi suara tekanan sistolik dan diastolic
pada jantung. Namun tensimeter ini biasanya memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi dibandingkan tensimeter yang lainnya jika sama-sama dilakukan uji
kalibrasi. Karena pada tensimeter ini tidak menggunakan baterai sebagai sumber
tenaganya, akan tetapi menggunakan memuaian air raksa sebagai penunjuk angka
tekanan darah.
Tensimeter air raksa ini masih bersifat sederhana dan menggunakan air
raksa sebagai parameter. Bagian pada tensimeter jenis ini yang pertama adalah
bagian tensimeter air raksa itu sendiri yang merupakan semacam tabung berskala
dengan air raksa di dalamnya dan fungsinya adalah untuk menunjukkan skala
tekanan darah kita. Air raksa tersebut akan naik dan turun sesuai dengan
pemompaan dari kantung plastic yang kita berikan. Terdapat sekrup pada bagian
dasar tensimeter yang fungsinya adalah untuk membuka maupun menutup lubang
tempat keluarnya air raksa, apabila posisi sekrup serong ke kanan atas berarti
sedang tertutup, jadi harus ditegakkan secara vertical terlebih dahulu apabila ingin
menggunakannya. Dan apabila sudah selesai digunakan maka harus ditutup lagi
dengan cara menyerongkannya searah jarum jam.
Bagian yang selanjutnya adalah manset udara yang fungsinya adalah
penanmpung udara dari pompa karet dan akan member tekanan kepada lengan
probandus. Posisi dalam memasang manset harus tepat yaitu dengan meluruskan
daerah arteri yang memiliki denyut dengan bagian manset yang bertuliskan
artery pada manset.
Bagian yang ketiga adalah pompa karet yang dilengkapi dengan sekrup
yang fungsinya untuk mensuplai udara ke bagian manset udara sehingga akan
merubah skala pada tensimeter, apabila ingin menggunakannya maka sekrup harus
diputar penuh ke arah depan sampai mentok kemudian baru di pompa sampai
skala 160 mmHg. Skala ini dijadikan standard karena tekanan darah sewajarnya
manusia maksimal berkisar pada angka 160 mmHg untuk diberikan tekanan.
Lengan yang digunakan dalam mengecek tekanan darah adalah lengan bagian kiri,
karena lengan kanan sering digunakan dalam beraktivitas, sehingga memiliki
tendon yang tebal dan akhirnya sulit untuk di cek tekanan darahnya. Untuk
menghasilkan data yang valid, maka dalam memasang manset maka harus
langsung ke kulit, sebab adanya kain di antara manset dan kulit akan membiaskan
denyut yang akan didengar. Untuk tensimeter jenis ini memiliki keakuratan yang
lebih tinggi dari yang lain.
Kemudian pada tensimeter digital (otomatis), cara menggunakan
tensimeter jenis ini lebih mudah dan praktis. Tidak seperti tensimeter air raksa,
tensimeter ini menggunakan digit angka sebagai penunjuk parameter. Tensimeter
ini menggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya sehingga baik dipakai untuk
mereka yang memiliki gangguan pendengaran. Tensimeter digital memudahkan
untuk membaca hasil tekanan darah karena dapat langsung muncul pada layar
digital. Akan tetapi, apabila tensimeter berjenis clock dan digital sering
digunakan, namun jarang dilakukan kalibrasi, maka hasil pengukuran tekanan
darah yang didapatkan kurang akurat karena mengalami penurunan kualitas
keakuratan pengukuran.
Pengukur tekanan darah digital ini beroperasi dengan menggunakan
tenaga baterai, hasil pengukurannya pun dapat langsung terlihat pada layar
monitor yang memunculkan angka pengukuran tekanan darah. Prinsip kerja dari
thermometer digital ini adalah udara akan dipompa ke manset sekitar 20 mmHg di
atas tekanan sistolik rata-rata (sekitar 120 mmHg untuk rata-rata). Setelah itu
perlahan-lahan udara akan dilepaskan dari manset dengan mengendorkan knop
pada tensimeter sehingga menyebabkan tekanan dalam manset akan menurun.
Secara perlahan manset akan mengempes, kita akan mengukur osilasi kecil dalam
tekanan udara dari manset lengan. Tekanan sistolik merupakan tekanan di mana
denyut nadi mulai terjadi atau bisa dikatakan sebagai batas bawah. Kami akan
menggunakan MCU untuk mendeteksi titik di mana osilasi ini terjadi dan
kemudian merekam tekanan dalam manset. Kemudian tekanan dalam manset akan
menurun lebih lanjut. Tekanan diastolik akan diambil pada titik di mana osilasi
mulai menghilang.
Pada tensimeter digital terdapat bagian berupa tombol start button
berfungsi untuk memulai pengukuran, saat start ditekan, maka MCU akan
mengeksekusi perintah untuk menggerakkan motor untuk memompa udara ke
cuff. Udara akan dipompa sampai mencapai tekanan 20 mmHg diatas tekanan
sistolik. Sensor tekanan akan membaca dan mengeluarkan output yang
diumpankan ke rangkaian amplifier dan akan diinputkan ke MCU. MCU akan
menerima data dari ADC dan mengeluarkannya dalam display LCD. Cara
pengoperasiannya adalah pastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam bladder
pada manset. Kecuali untuk tipe advance yang memiliki sistem menguras udara
residu pemeriksaan sebelumnya. Ukuran manset juga harus sesuai dengan
pemasangan yang benar.
Tensimeter aneroid (model stopwatch) merupakan jenis tensimeter yang
biasanya digunakan oleh kalangan rumah tangga karena penggunaannya praktis
dan mudah serta memiliki keakuratan lebih tinggi dari pada tensimeter jenis
digital jika dilakukan uji kalibrasi secara rutin. Tensimeter ini lebih aman karena
tidak lagi menggunakan air raksa tetapi menggunakan putaran berangka sebagai
penggantinya. Sama dengan tensimeter air raksa, tensimeter aneroid masih
menggunakan stetoskop.
Tensimeter aneroid disebut juga tensimeter clock karena parameter
angkanya seperti jam. Tensimeter clock skala satuan ditunjukkan oleh jarum
penunjuk yang mirip dengan jam, sehingga disebut dengan tensimeter clock. Akan
tetapi jarum tersebut hanya dapat bergerak sampai angka 160, sehingga apabila
tekanan darah seseorang lebih dari 160, tidak dapat diketahui. Namun tensimeter
jenis ini sangat memungkinkan adanya error. Tensimeter Aneroid umumnya terdiri
dari meteran pengukur tekanan, balon pompa, serta selang yang tersambung ke
manset. Hasil pengukuran dapat diketahui dari angka yang ditunjukkan oleh jarum
pada meteran yang berbentuk bulat. Kelebihan dari penggunaan Tensimeter
Aneroid adalah bentuknya yang ringkas, sehingga mudah untuk dibawa bepergian,
serta akurasi hasil pengukuran yang tinggi.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung
seseorang. Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada atrteri bila
darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di tempat arteri melintasi
sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Menurut literature disebutkan
bahwa nadi manusia rata-rata berdenyut sekitar 60-100 kali per menit. Tekanan
darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding
pembuluh darah (arteri). Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam
pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole merupakan
dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Berdasarkan pada naik turunnya
gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan
darah dipembuluh arteri. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai normal untuk orang
dewasa berkisar antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80.
Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa dan disebut
dengan sistol. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh
darah dan kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Tekanan darah
menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (rileks)
atau sering disebut juga diastol. Tekanan darah sistolik (TDS) menunjukkan
tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung) atau tekanan
maksimum dalam arteri pada suatu saat. TDS dinyatakan oleh angka yang lebih
besar jika dibaca pada alat pengukur tekanan darah. TDS normal 120-130 mmHg.
Berbeda dengan Tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik
(TDD) menunjukkan tekanan darah dalam arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Tekanan darah diastolik (TDD)
dinyatakan dengan angka yang lebih kecil jika dibaca pada alat pengukur tekanan
darah. TDD normal 80-90 mmHg. Tingginya TDS berhubungan dengan curah
jantung, sedangkan TDD berhubungan dengan besarnya resistensi perifer.
Berdasarkan hasil pengamatan, probandus pertama bernama Rahmat, jenis
kelamin laki-laki dan berusia 20 tahun. Saat sebelum berlari denyut nadi yang
tercatat 72/menit dan nilai tekanan darah 114/68, sedangkan ketika sesudah berlari
denyut nadi tercatat 112/menit dan tekanan darahnya 152/76, jenis tensimeter
yang digunakan dalam pengukuran adalah tensimeter digital. Probandus yang
kedua bernama Roro, jenis kelamin perempuan dan berusia 21 tahun. Saat
sebelum berlari denyut nadi yang tercatat 90/menit dan nilai tekanan darah
129/92, sedangkan ketika sesudah berlari denyut nadi tercatat 183/menit dan
tekanan darahnya 134/102, jenis tensimeter yang digunakan dalam pengukuran
adalah tensimeter manual (konvensional). Probandus yang ketiga bernama Rosita,
jenis kelamin perempuan dan berusia 20 tahun. Saat sebelum berlari denyut nadi
yang tercatat 65/menit dan nilai tekanan darah 96/70, sedangkan ketika sesudah
berlari denyut nadi tercatat 76/menit dan tekanan darahnya 105/65, jenis
tensimeter yang digunakan dalam pengukuran adalah tensimeter digital.
Probandus yang keempat bernama Nafilah, jenis kelamin perempuan dan berusia
21 tahun. Saat sebelum berlari denyut nadi yang tercatat 53/menit dan nilai
tekanan darah 110/80, sedangkan ketika sesudah berlari denyut nadi tercatat
56/menit dan tekanan darahnya 120/75, jenis tensimeter yang digunakan dalam
pengukuran adalah tensimeter manual (konvensional). Probandus yang kelima
bernama Decky, jenis kelamin laki-laki dan berusia 21 tahun. Saat sebelum berlari
denyut nadi yang tercatat 33/menit dan nilai tekanan darah 117/82, sedangkan
ketika sesudah berlari denyut nadi tercatat 45/menit dan tekanan darahnya 113/85,
jenis tensimeter yang digunakan dalam pengukuran adalah tensimeter digital.
Probandus yang terakhir bernama Nadya, jenis kelamin perempuan dan berusia 21
tahun. Saat sebelum berlari denyut nadi yang tercatat 75/menit dan nilai tekanan
darah 100/80, sedangkan ketika sesudah berlari denyut nadi tercatat 123/menit dan
tekanan darahnya 123/83, jenis tensimeter yang digunakan dalam pengukuran
adalah tensimeter manual (konvensional).
Berdasarkan data yang diperoleh denyut nadi terbesar saat sebelum berlari
diperoleh probandus bernama Roro dengan frekuensi 90/menit, sementara
frekuensi denyut nadi terendah sebelum berlari diperoleh probandus bernama
Decky. Begitu pula saat mengukur frekuensi denyut nadi sesudah beraktivitas,
nilai tertinggi juga diperoleh oleh Roro yakni 183/menit dan nilai terendah juga
diperoleh oleh Decky dengan nilai 45/menit. Besar kecilnya frekuensi denyut nadi
yang dihasilkan, salah satunya ditentukan oleh besar kecilnya metabolisme tubuh.
Menurut Kasenda, dkk (2014), denyut nadi normal dapat dikategorikan
sesuai umur yaitu: dewasa 60-80, anak 80-100 dan bayi 100-140. Berdasarkan
teori tersebut maka probandus Rahmat, Rosita, dan Nadya dapat dikategorikan
sebagai denyut nadi yang normal, sementara probandus Roro mengalami
kelebihan batas normal untuk pengukuran denyut nadi. Sementara probandus
Nafilah dan Decky justru memiliki denyut nadi yang tergolong lemah. Saat
praktikum, mengukur denyut nadi pada bagian pergelangan tangan (bagian
radialis) dengan menggunakan dua jari, yakni jari tengah dan jari telunjuk maksud
dari perlakuan tersebut adalah dikarenakan pada bagian kedua jari tersebut arteri
lebih sedikit jika dibandingkan dengan jari yang lainnya seperti pada jempol yang
memiliki arteri banyak, sehingga apabila pendeteksian tersebut dilakukan pada
bagian jempol maka dikhawatirkan akan mengurangi akurasi hasil perhitungan
karena arteri pada bagian radialis tumpuk dengan arteri yang ada pada jari jempol.
Pada hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan sebelum berlari,
hasil tertinggi juga diperoleh Roro dengan nilai 129/92 dan hasil pengukuran
tekanan darah terendah sebelum berlari diperoleh oleh Rosita dengan nilai 96/70.
Sementara pada pengukuran tekanan darah setelah beraktivitas nilai tertinggi
diperoleh oleh probandus bernama Rahmat engan nilai 152/76 dan nilai terendah
diperoleh Rosita dengan nilai 105/65. Tekanan darah disini diukur dalam
milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi
ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan
darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari
atrium. Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun)
adalah 120/80 mmHg. Dimana nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai
kedua (80) merupakan tekanan darah diastolik. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dikatakan bahwa hampir keseluruhan probandus belum mencapai tingkatan
darah yang dapat dikatakan normal karena sebagian besar memiliki nilai ukur
dibawah 120 untuk tekanan sistolenya, kecuali pada probandus Roro yang
memiliki tekanan darah normal baik sistole maupun diastolenya (Amirudin,
2015).
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisiologis dan faktor
patologis. Faktor fisiologis merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan
jantung. Sedangkan faktor patologis adalah faktor yang berhubungan dengan
kondisi tubuh secara fisik. Faktor fisiologis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu kelenturan dinding arteri, semakin besar volume darah maka
semakin tinggi tekanan darah, kekuatan gerak jantung, semakin besar viskositas
maka semakin besar pula resistensi terhadap aliran, semakin tinggi curah jantung
maka tekanan darah meningkat, semakin besar kapasitas pembuluh darah maka
semakin tinggi tekanan darah.
Faktor patologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu posisi
tubuh baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan akan berusaha
menstabilkan tekanan darah, aktifitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh
aliran yang lebih cepat untuk suplai O 2 dan nutrisi (tekanan darah naik).
Temperature juga dapat berkaitan dengan aktifitas suhu yang tinggi diakibatkan
karena aktifitas yang banyak sedangkan suhu yang rendah dikarenakan aktifitas
yang cenderung ringan. Kemudian usia, semakin bertambah usia semakin
bertambah pula tekanan darah hal ini disebabkan oleh berkurangnya elastisitas
pembuluh darah. Jenis kelamin juga berpengaruh, pada wanita cenderung
memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak
lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran. Sedangkan pria yang memiliki
banyak aktifitas pun cenderung memiliki tekanan darah yg lebih tinggi.
Faktor patologis lain yang berpengaruh adalah emosi. Emosi akan
menaikkan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset baroresepsor
untuk menaikkan tekanan darah. Dimana emosi akan memicu kerja hormone
adrenalin. Adrenalin pria lebih tinggi karena dipengaruhi oleh syaraf
parasimpatis. Makanan juga dapat menjadi pemicu tekanan darah yang tinggi
diantaranya makanan yang mengandung garam (NaCl). Garam akan
mempengaruhi retensi Na+ dalam darah sehingga dapat menyebabkan
penumpukkan Na+ dalam darah, hormon renin yang terdapat dalam ginjal
memiliki peranan untuk merangsang pengeluaran angiotensin yang kemudian
akan mempengaruhi rangsangan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah).
Selain karena factor patologis, tekanan darah juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor lain. Tekanan darah paling tinggi waktu beraktivitas di siang hari
dan paling rendah pada saat tidur di malam hari. Berdasarkan usianya, bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
orang dewasa. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktifitas fisik
dan lebih rendah ketika beristirahat. Posisi tubuh berdiri cenderung memiliki
tekanan darah lebih besar dibadingkan dengan posisi tubuh yang sedang berbaring
karena pada saat berdiri, tubuh dalam keadaan melawan gaya gravitasi bumi
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan dalam posisi berbaring,
gaya gravitasi dapat diabaikan sehingga tekanan darah relatif normal.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi diantaranya
adalah usia, dimana frekuensi nadi secara bertahap akan menyesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Denyut nadi paling tinggi ada
pada bayi, kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan
usia. Jenis kelamin juga mempengaruhi denyut nadi, dimana denyut nadi yang
tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria.
Kemudian ukuran tubuh, dimana berat badan mempengaruhi frekuensi denyut
nadi seseorang. Suhu udara, ketika suhu dan kelembapan udara tinggi, jantung
memompa lebih banyak darah. Akibatnya, denyut nadi juga akan meningkat
sekitar 5-10 kali per menit.
Kehamilan juga mempengaruhi denyut nadi, dimana frekuensi denyut
jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan, dan mencapai
maksimal sampai masa aterm (usia kehamilan ibu antara 38-42 minggu), yang
frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan rata2 pada saat ibu hamil. Hal lain yang
menjadi faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah keadaan kesehatan. Pada
orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara
tidak teratur bila seseorang baru sembuh dari sakit maka frekuensi denyut
jantungnya cenderung meningkat riwayat kesehatan dimana seseorang yang
memiliki riwayat berpenyakit jantung, hipertensi (tekanan darah tinggi) atau
hipotensi (tekanan darah rendah), akan memiliki frekuensi denyut jantung yang
berbeda dengan orang normal. demikian juga pada penderita anemia memiliki
kebutuhan oksigen yang lebih banyak sehingga kerja jantung meningkat sehingga
mengakibatkan adanya peningkatan denyut nadi.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
Dalam mengukur denyut nadi dapat dilakukan salah satunya dengan cara
palpasi (mengukur dengan meraba, menyentuh dan merasakan pada bagian arteri
radialis). Sedangkan dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan
Sphygmomanometer (tensi meter air raksa). Pada prosesnya denyut nadi dan
tekanan darah sangat berkaitan dengan kecepatan serta gaya kontraksi dan
reaksasi jantung. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah yakni
aktiviats, umur, jenis kelamin, serta berat badan.
7.2 Saran
Dalam melakukan pengukuran denyut nadi dan tekanan darah, sebaiknya
praktikan lebih teliti agar meminimalisir kesalahan data.
Daftar Pustaka
Amiruddin, M, A., Danes, V, R., Lintong, F. 2015. Analisa Hasil Pengukuran
Tekanan Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa
Semester Vii (Tujuh) Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm). Volume 3. Nomor 1.
Dirta damar Triananda, Suyanto. 2013. Rancang Bangun Sistem Transmisi Data
Tekanan Darah untuk Mendukung Human Health Monitoring Berbasis Pada
Mobile Platform Android. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN:
2301-9271.
Kasenda, I., Marunuh, S., Wungou, H. 2014. Perbandingan Denyut Nadi Antara
Penduduk Yang Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. Jurnal e-
Biomedik (eBM). Volume 2. Nomor 2.