Anda di halaman 1dari 25

Sabtu, 14 Januari 2012 - 14:05:41 WIB

Keutamaan Sholat Sunnah


Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 1641 kali

Keutamaan Sholat Sunnah

Shalat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat
sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang
yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu
(menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu (tenang) dalam shalat. Moga dengan memahami
pembahasan berikut ini semakin menyemangati kita untuk terus menjaga shalat sunnah.

Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat.
Allah azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, Lihatlah pada shalat
hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat
baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah
berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan
sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan
sunnahnya. Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini. (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu
Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua: Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat

Madan bin Abi Tholhah Al Yamariy, ia berkata, Aku pernah bertemu Tsauban bekas budak
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, Beritahukanlah padaku suatu
amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga. Atau Madan berkata, Aku berkata
pada Tsauban, Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah. Ketika ditanya, Tsauban
malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, Aku
pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau
bersabda,

Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau
memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan
dosamu. Lalu Madan berkata, Aku pun pernah bertemu Abu Darda dan bertanya hal yang sama.
Lalu sahabat Abu Darda menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku. (HR. Muslim
no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak
sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam shalat. (Syarh Shahih Muslim, 4: 205).
Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.

Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu alaihi wa sallam di surga

Dari Rabiah bin Kaab Al-Aslami -radhiyallahu anhu- dia berkata,

Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku membawakan air
wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, Mintalah kepadaku. Maka aku
berkata, Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga. Beliau bertanya lagi,
Adakah permintaan yang lain? Aku menjawab, Tidak, itu saja. Maka beliau menjawab, Bantulah
aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat). (HR.
Muslim no. 489)

Keempat: Shalat adalah sebaik-baik amalan

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah,
sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu
melainkan ia adalah seorang mukmin. (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kelima: Menggapai wali Allah yang terdepan

Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yang
istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?

Allah Taala berfirman,

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus:
62-63)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

Setiap orang mukmin (beriman) dan bertakwa, maka dialah wali Allah. (Majmu Al Fatawa, 2: 224).
Jadi wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan surban.
Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus
di atas. Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa (Majmu Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika
orang-orang yang disebut wali malah orang yang tidak shalat dan gemar maksiat, maka itu bukanlah
wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.

Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah
terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin(wali Allah pertengahan).

As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan
amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram sekaligus yang
makruh.

Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan
amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan
sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.

Mereka inilah yang disebutkan dalam firman Allah Taala,


Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu)
merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu
yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya
golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang
beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-
orang yang kemudian. (QS. Al Waqiah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy
syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)

Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta
doanya pun mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Allah Taala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya.
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.
Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan
untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi
petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia
memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya. (HR. Bukhari no. 2506)

Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan wajib,
akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran,
penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan
mustajabnya doa (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits
ke-38).

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Selasa, 27 Desember 2011 - 13:44:50 WIB


Obat Penyakit Hati dan Sempitnya Dada
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 1026 kali

Obat Penyakit Hati dan Sempitnya Dada

Saudaraku, berikut kami nukilkan beberapa sebab dan sarana pengobatan yang
sangat bermanfaat bagi berbagai penyakit hati, sekaligus penyembuh yang sangat
ampuh untuk menghilangkan kegoncangan jiwa. Semoga kita bisa mengamalkannya
secara jujur dan penuh keikhlasan sehingga kita bisa mendapatkan manfaat darinya
berupa kebahagiaan hidup dan ketenangan hati. Aamiin..

1. Mengikuti petunjuk, memurnikan tauhid, dan mengikhlaskan ibadah hanya


kepada Allah saja.

Sebagaimana kesesatan dan syirik itu merupakan faktor terbesar bagi sempitnya
dada.

2. Menjaga iman

Menjdaga Iman yang Allah sematkan ke dalam hati hamba-hamba-Nya dan juga
amal shalih yang dilakukan seseorang.

3. Mencari ilmu syari yag bermanfaat.

Setiap ilmu syari seseorang bertambah luas, maka akan semakin lapang pula
hatinya.

4. Bertaubat dan kembali melakukan ketaatan kepada Allah yang Maha Suci

Bertaubat dan kembali melakukan ketaatan kepada Allah yang Maha Suci,
mencintai-Nya dengan sepenuh hati, serta menghadapkan diri kepada-Nya dan
menikmati ibadah kepada-Nya.

5. Terus menerus berdzikir kepada-Nya dalam segala kondisi dan tempat.

Sebab dzikir mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan dalam melapangkan


dan meluaskan dada, menenangkan hati, serta menghilangkan kebimbangan dan
kedukaan.

6. Berbuat baik kepada sesama makhluk sebisa mungkin.

Sebab, seseorang yang murah hati lagi baik adalah manusia yang paling lapang
dadanya, paling baik jiwanya dan paling bahagia hatinya.

7. Mengeluarkan berbagai kotoran hati dari berbagai sifat tercela

Mengeluarkan berbagai kotoran hati dari berbagai sifat tercela yang menyebabkan
hatinya menjadi sempit dan tersiksa, seperti dengki, kebencian, iri, permusuhan, dan
kedhaliman.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah shalallahualaihi
wasalam pernah ditanya tentang sebaik-baik manusia, maka beliaupun menjawab,
Setiap orang yang bersih hatinya dan selalu benar atau jujur lisannya. Kemudian
mereka para sahabat berkata, mengenai jujur atau benar lisannya,kami sudah
mengetahuinya, tetapi apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya ?
Beliau menjawab, yaitu seseorang yang bertakwa dan bersih, yang tidak terdapat
dosa pada dirinya, tidak dholim, tidak iri, dan juga tidak dengki. (HR. Ibnu Majah 4216 dan
Ibnu Asakir (17/29/2). Syaikh Albani berkata, Hadits ini memiliki sanad yang shahih dan rijal yang tsiqat (terpercaya). (As-
Silsilah Ash-Shaihah no.948, Maktabah Asy-Syamilah-red)
8. Keberanian dalam membela kebenaran.

Orang yang berani mempunyai dada yang lebih lapang dan hati yang lebih luas.

9. Meninggalkan sesuatu yang berlebihan

Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dalam memandang, berbicara, mendengar,


bergaul, makan, dan tidur. Meninggalkan hal itu semua merupakan salah satu faktor
yang dapat melapangkan dada, menyenangkan hati, dan menghilangkan keduakaan
dan kesedihan.

10. Menyibukkan diri dengan amal atau ilmu syari yang bemanfaat

Menyibukkan diri dengan amal atau ilmu syari yang bemanfaat karena hal tersebut
dapat menghindarkan hati dari hal-hal yang menimbulkan keraguan hati.

11. Memperhatikan kegiatan hari ini dan tidak perlu khawatir terhadap masa
yang akan datang serta tidak sedih terhadap keadaan yang terjadi pada masa-
masa lalu.

Seorang hamba harus selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam hal-hal


yang bermanfaat baginya, baik dalam hal agama maupun dunia. Juga memohon
kesuksesan kepada Rabb-Nya dalam mencapai maksud dan tujuan serta memohon
agar Dia membantunya dalam mencapai tujuan tersebut. Ini akan dapat menghibur
dari keduakaan dan kesedihan.

12. Melihat kepada orang yang ada di bawah

Melihat kepada orang yang ada di bawah dan jangan melihat kepada orang yang
ada di atas dalam afiat (kesehatan dan keselamatan) dan rizki serta kenikmatan
dunia lainnya.

13. Melupakan hal-hal tidak menyenangkan yang telah terjadi pada masa lalu

Melupakan hal-hal tidak menyenangkan yang telah terjadi pada masa lalu sehingga
tidak larut memikirkannya.

14. Jika tertimpa musibah maka hendaknya berusaha meringankan

Jika tertimpa musibah maka hendaknya berusaha meringankan agar dampak


buruknya bisa dihindari, serta berusaha keras untuk mencegahnya sesuai dengan
kemampuannya.

15. Menjaga kekuatan hati

Menjaga kekuatan hati tidak mudah tergoda serta tidak terpengaruh angan-angan
yang ditimbulkan oleh pemikiran-pemikiran buruk, menahan marah, serta tidak
mengkhawatirkan hilangnya hal-hal yang disukai. Tetapi menyerahkan semuanya
hanya kepada Allah dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat, serta memohon
ampunan dan afiat kepada Allah.
16. Menyandarkan hati hanya kepada Allah seraya bertawakal kepada-Nya.

Berhusnudzan kepada Allah, Rabb Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sebab, orang
yang bertawakal kepada Allah tidak akan dipengaruhi oleh kebimbangan dan
keraguan.

17. Seseorang yang berakal mengetahui bahwa kehidupan yang sebenarnya


adalah kehidupan yang bahagia dan tenang.

Karena kehidupan itu singkat sekali, karena itu, jangan dipersingkat lagi dengan
adanya berbagai kesedihan dan memperbanyak keluhan. Karena justru hal itu
bertolak belakang dengan kehidupan yang benar dan sehat.

18. Jika tertimpa suatu hal yang tidak menyenangkan hendaknya ia


membandingkannya dengan berbagai kenikmatan yang telah dilimpahkan
kepadanya,

Jika tertimpa suatu hal yang tidak menyenangkan hendaknya ia membandingkannya


dengan berbagai kenikmatan yang telah dilimpahkan kepadanya baik berupa agama
maupun duniawi. Ketika orang itu membandingkannya maka akan tampak jelas
kenikmatan yang diperolehnya jauh lebih banyak dibandingkan musibah yang dia
alami. Disamping itu, perlu kiranya ia membandingkan antara terjadinya bahaya di
masa depan yang ditakutkan dengan banyaknya kemungkinana keselamatan.
Karena kemungkinan yang lemah tidak mungkin mengalahkan kemungkinan yang
lebih banyak dan kuat. Dengan demikian akan hilanglah rasa sedih dan takutnya.

19. Mengetahui bahwa gangguan dari orang lain tidak akan memberikan
mudharat

Mengetahui bahwa gangguan dari orang lain tidak akan memberikan mudharat atau
bahaya kepadanya, khususnya yang berupa ucapan buruk, tatapi hal itu justru akan
memberikan mudharat kepada diri mereka sendiri. Hal itu tidak perlu dimasukkan ke
dalam hati dan tidak perlu dipikirkan, sehingga tidak akan membahayakannya.

20. Mengarahkan pikirannya terhadap hal-hal yang membawa manfaat

Mengarahkan pikirannya terhadap hal-hal yang membawa manfaat bagi dirinya, baik
dalam urusan agama maupun dunia.

21. Hendaklah dia tidak menuntut terima kasih atas kebaikan yang
dilakukannya,

Hendaklah dia tidak menuntut terima kasih atas kebaikan yang dilakukannya kecuali
mengharapkan balasan dari Allah. Dan hendaklah dia mengetahui bahwa amal yang
dia lakukan, pada hakekatnya merupakan muamalah (jalinan) dengan Allah,
sehingga tidak mempedulikan terima kasih dari orang terhadap apa yang dia berikan
kepadanya. Allah berfirman yang artinya,
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan
terima kasih. (QS. Al-Insan:9)
22. Memperhatikan hal-hal yang bermanfaat

Memperhatikan hal-hal yang bermanfaat dan berusaha untuk dapat


merealisasikannya, serta tidak memperhatikan hal-hal yang buruk baginya, sehingga
otak dan pikirannya tidak disibukkan olehnya.

23. Berkonsentrasi pada aktivitas yang ada

Berkonsentrasi pada aktivitas yang ada sekarang dan menyisihkan aktivitas yang
akan datang, sehingga aktivitas yang akan datang kelak dikerjakan secara maksimal
dan sepenuh hati.

24. Memilih dan berkonsentrasi pada aktivitas yang bermanfaat

Memilih dan berkonsentrasi pada aktivitas yang bermanfaat dengan mengutamakan


yang lebih penting. Hendaklah ia memohon pertolongan pada Allah, kemudian
meminta pertimbangan orang lain, dan jika pilihan itu telah sesuai dengan
kemantapan hatinya, maka silahkan diamalkan dengan penuh tawakal pada Allah.

25. Menyebut-nyebut nikmat Allah dengan memujinya, baik yang dhahir


maupun yang batin.

Sebab, dengan menyadari dan menyebut-nyebut nikmat Allah, maka Dia akan
menghindarkan dirinya dari kebimbangan dan kesusahan.

26. Hendaklah bergaul

Hendaklah bergaul dan memperlakukan pasangan (suami maupun istri) dan kaum
kerabat serta semua orang yang mempunyai hubungan secara baik . jika
menemukan suatu aib, maka jangan disebarluaskan, tetapi lihat pula kebaikan yang
ada padanya. Dengan cara ini, persahabatan dan hubungan akan terus terjalin
dengan baik dan hati akan semakin lapang. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah
bersabda, Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan (istri)
seandainya dia membenci suatu akhlaknya, maka dia pasti meridhai sebagian
lainnya. (HR. Muslim)

27. Doa memohon perbaikan semua hal dan urusan.

Dan doa paling agung berkenaan dengan hal itu adalah :

Allahumma ashlihlii diinii lladzii huwa ishmatu amrii, wa ashlihlii dunyaya llatii fiihaa
maasyii, wa ashlihlii akhirotii llatii fiihaa maadii, wajalilhayaata ziyaadatan lii fii kulli
khair, wajalil mauta raahatan lii min kulli syarr. (HR. Muslim)

Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku


duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang
menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini penambah kebaikan
bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejelekan.

Demikian juga dengan doa berikut ini :


Allahumma rahmataka arjuu falaa takilnii ilaa nafsii thorfataainin wa ashlihlii syanii
kullahu, laa ilaha illa anta.

Ya Allah hanya rahmatMu aku berharap mendapatkannya. karena itu, jangan


Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu).
Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau

28. Jihad di jalan Allah.

Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah shalallualaihi wassalam, Berjihadlah di


jalan Allah, karena jihad di jalan Allah merupakan pintu dari pintu-pintu surga, yang
dengannya Allah menyelamatkan dari kedukaan dan kesedihan.

Sumber : Doa dan Wirid, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, Pustaka Imam
Syafii.

Artikel: www.muslimah.or.id

Janganlah Menggunakan Fasilitas Kantor Untuk Kepentingan Pribadi


Carilah Kaya dengan Nikah

Celakalah Anak yang Durhaka

Merutinkan Puasa Senin Kamis

Jangan Tertipu dengan Pujian Orang Lain

Rabu, 14 Desember 2011 - 13:16:12 WIB


Iman, Tanda Allah SWT Cinta
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 653 kali
Iman, Tanda Allah SWT Cinta

Sebagian kita menyangka bahwa harta adalah segalanya. Dengan harta pun semuanya makin
mudah. Bersyukur memang jika kita berharta, apalagi jika kita dapat menyalurkan harta
tersebut pada jalan kebaikan. Namun bagaimana jika kita luput dari dunia. Harta kita
barangkali amblas, hilang, dirampas. Sebenarnya, itu pun patut kita syukuri jika Allah masih
memberi kita iman.

Ingatlah keimanan itu begitu berharga karena iman hanya spesial untuk orang beriman. Iman hanya diberikan
kepada hamba yang Allah pilih. Iman hanya terkhusus bagi siapa yang Allah cinta. Bedanya dengan harta, orang
kafir pun bisa mendapatkan bagiannya. Lihat saja jajaran orang kaya di dunia, mulai dari Biil Gates dan Roman
Abramovich. Orang beriman dan orang yang sangat kufur sekali pun sama-sama diberi harta. Sedangkan
bagaimana dengan iman? Iman hanya ada pada sisi orang beriman. Maka inilah yang patut kita syukuri.
Meskipun dunia tidak kita dapat, kita harus tetap bersyukur masih ada sedikit harta yang Allah beri. Meskipun
harta kita terbatas, masih ada iman yang begitu berharga yang masih kita rasakan nikmatnya.

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata,

Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya
diberikan kepada orang yang Allah cinta. (Diriwayatkan oleh Al Maruzi dalam Zawaiduz Zuhd, Ibnu Abi
Syaibah 3/294, Al Bukhari dalam Adabul Mufrod 279, sanadnya shahih kata Syaikh Ali Al Halabi dalam tahqiq
beliau terhadapa kitab Ad Daa wad Dawaa Ibnul Qayyim)

Syukurilah yang sedikit karena masih ada iman, nikmat tiada tara yang Allah beri. Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang
banyak.(HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As
Silsilah Ash Shohihah no. 667)

Iman begitu berharga. Jika para raja tahu nikmatnya iman di dada, pasti mereka akan mencabutnya. Para salaf
mengatakan,

Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan
menyiksa kami dengan pedang. (Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, terbitan Dar Ibnul Jauziy.)

Teruslah bersyukur, maka akan diberi tambahan nikmat. Allah Taala berfirman,

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih". (QS. Ibrahim: 7)

Sebenarnya kita sudah mendapatkan dunia seisinya saat kita diberi rasa aman, diberi kesehatan badan dan diberi
nikmat makan oleh Allah. Dengan nikmat-nikmat yang terus kita dapat setiap harinya, maka meskipun kurang
harta, masih tetap kita harus bersyukur karena dunia seisinya sebenarnya telah kita raih. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi
makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya. (HR. Tirmidzi no. 2346.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Jadilah orang yang qonaah, selalu merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri. Dari Abdullah bin Amr bin
Al Ash, Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya. (HR. Muslim no. 1054)
Iman dan takwa itu begitu berharga. Oleh karenanya, selalu mintalah pada Allah iman dan takwa. Meski hidup
pas-pasan, jangan sampai iman ini digadaikan hanya karena sesuap nasi atau indomie. Mohonlah pada Allah,
jangan sampai iman ini hilang di saat malaikat maut mencabut nyawa kita. Iman dan takwa itulah tanda Allah
cinta. Sedangkan harta belum tentu tanda Allah cinta pada hamba.

Ya Allah, anugerahkanlah pada kami iman, takwa dan sifat qonaah. Aamiin Yaa Mujibas Saailin.

Sumber : www.rumaysho.com

Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jelek


Khasiat Air Zam-Zam

Keutamaan Mandi Jum'at

Hati Tertutup Karena Meninggalkan Sholat Jum'at

Mengapa Hati Ini Masih Merasa Iri

Senin, 19 Desember 2011 - 10:49:29 WIB


Merutinkan Puasa Senin Kamis
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 1198 kali

Merutinkan Puasa Senin Kamis

Puasa adalah amalan yang sangat utama. Dengan puasa seseorang akan terlepas dari berbagai
godaan syahwat di dunia dan terlepas dari siksa neraka di akhirat. Puasa pun ada yang diwajibkan
dan ada yang disunnahkan. Setelah kita menunaikan yang wajib, maka alangkah bagusnya kita bisa
menyempurnakannya dengan amalan yang sunnah. Ketahuilah bahwa puasa sunnah nantinya akan
menambal kekurangan yang ada pada puasa wajib. Oleh karena itu, amalan sunnah sudah
sepantasnya tidak diremehkan.

Keutamaan Orang yang Berpuasa


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh
kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman (yang artinya), Kecuali
amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.
Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa
akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah
daripada bau minyak kasturi. (HR. Muslim no. 1151)

Dalam riwayat lain dikatakan,

Allah Taala berfirman (yang artinya), Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa.
Amalan puasa adalah untuk-Ku. (HR. Bukhari no. 1904)

Dalam riwayat Ahmad dikatakan,

Allah azza wa jalla berfirman (yang artinya), Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali
amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. (HR. Ahmad.
Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Di antara ganjaran berpuasa sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

1. Pahala yang tak terhingga bagi orang yang berpuasa

2. Amalan puasa khusus untuk Allah

3. Sebab pahala puasa, seseorang memasuki surga

4. Dua kebahagiaan yang diraih orang yang berpuasa yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka

dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.

5. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada bau minyak kasturi.

Lakukanlah Puasa dengan Ikhlas dan Sesuai Tuntunan Nabi

Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:

1. Ikhlas karena Allah.

2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam (ittiba).

Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak.

Dalil dari dua syarat di atas adalah firman Allah Taala,

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al
Kahfi: 110)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh,
maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
pen). Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya,
maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun
diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. [Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah.]

Al Fudhail bin Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah,

Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al Mulk [67] : 2),
beliau mengatakan, yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki tuntunan
Nabi shallallahu alaihi wa sallam).

Lalu Al Fudhail berkata, Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu
amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan
tersebut juga tidak akan diterima. (Jamiul Ulum wal Hikam, hal. 19)

Dalil Anjuran Puasa Senin-Kamis

[Dalil pertama]

Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah
ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.[ HR.
Muslim no. 1162.]

[Dalil kedua]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku
dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. [HR. Tirmidzi no. 747. At Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih lighoirihi (shahih dilihat
dari jalur lainnya). Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1041.]

[Dalil ketiga]

Dari Aisyah, beliau mengatakan,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari senin dan kamis.[
HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih. Lihat Shahihul Jaami no. 4897.]

Faedah Puasa Senin-Kamis

1. Beramal pada waktu utama yaitu ketika catatan amal dihadapkan di hadapan Allah.

2. Kemaslahatan untuk badan dikarenakan ada waktu istirahat setiap pekannya.

Catatan: Puasa senin kamis dilakukan hampir sama dengan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dianjurkan untuk mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka. Untuk masalah niat, tidak
ada lafazh niat tertentu. Niat cukup dalam hati.

Amalan yang Terbaik adalah Amalan yang Bisa Dirutinkan

Dari Aisyah radhiyallahu anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Taala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.
Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [HR.
Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam
yang kontinu dan amalan lainnya.]

Dari Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai
amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit. [HR. Muslim no. 782]

Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin Aisyah, Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu
untuk beramal? Aisyah menjawab,

Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti
mampu melakukan yang beliau shallallahu alaihi wa sallam lakukan. [HR. Muslim no. 783]

Semoga Allah memudahkan kita melakukan amalan yang mulia ini. Amalan yang rutin biar pun
sedikit, itu lebih baik.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Sumber : www.rumaysho.com

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Jangan Tertipu dengan Pujian Orang Lain


Iman, Tanda Allah SWT Cinta

Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jelek

Khasiat Air Zam-Zam

Keutamaan Mandi Jum'at

Selasa, 13 Desember 2011 - 16:59:52 WIB


Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jelek
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 920 kali
Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jelek

Beruntunglah jika kita mendapat tetangga yang baik. Apa saja ciri-ciri tetangga yang baik dan yang
jelek? Semoga kita tidak termasuk tetangga yang berperangai jelek dan semoga senantiasa Allah
mudahkan untuk menjadi tetangga yang baik.

Imam Al Bukhari membawakan beberapa hadits tentang manakah tetangga yang baik dan tetangga
yang jelek dalam hadits-hadits berikut ini.

Orang yang Menutup Pintu dari Tetangganya

Dari lbnu Umar, ia berkata,

Telah datang kepada kami (para sahabat) suatu zaman di mana seorang itu (merasa) saudaranya
sesama muslim lebih berhak untuk memiliki dirham dan dinar yang ia miliki. Namun sekarang, dinar
dan dirham lebih dicintai oleh salah seorang di antara kita daripada saudaranya sesama muslim.

Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Berapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata,
Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia
miliki. (Hasan Lighairihi, yakni hasan dilihat dari jalur yang lain) Lihat Ash Shahihah (2616): [Hadits ini
tidak ada sedikitpun dalam Kutubus Sittah]

Seorang Tidak Patut Merasa Kenyang Sedang tetangganya Kelaparan

Dari Abdullah ibnul Mishwar, ia berkata, Saya pernah mendengar lbnu Abbas meriwayatkan dari lbnu
Zubair di mana dia berkata, Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Seorang yang beriman tidak akan kekenyangan sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.
(Shahih) Lihat Ash Shahihah (149)

Memperbanyak Kuah Untuk Dibagi di antara Para Tetangga

Dari Abu Dzar, ia berkata, Kekasihku, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewasiatkan
kepadaku tiga perkara, yaitu,

Dengarkanlah dan taatilah meskipun terhadap budak (jika dia menjadi pemimpin misalnya). Jika
engkau memasak perbanyaklah kuahnya kemudian lihatlah tetanggamu yang memiliki hubungan
kekerabatan denganmu. Lalu berikanlah kuah itu kepada mereka dengan cara yang baik. Dirikanlah
shalat pada waktunya. Jika engkau menjumpai imam telah melaksanakan shalat maka engkau telah
menjaga shalatmu. Jika belum, maka [shalat yang engkau kerjakan bersama imam] itu terhitung
sebagai nafilah (shalat sunnah).

Dalam suatu riwayat hadits ini tercantum dengan lafazh,

Wahai Abu Dzar, apabila engkau membuat suatu masakan, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian
undanglah tetanggamu atau engkau dapat membaginya kepada mereka. [Hadits nomor 114 pada
kitab asli]. (Shahih) Lihat Zhilalul Jannah (1052), As Silsilah Ash Shahihah (1368): [Muslim: 45-Kitab
Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 142-143. Muslim: 5-Kitab Al Masaajid, hal. 239]

Tetangga Terbaik

Dari Abdullah ibnu Amru ibnul Ash dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda,

Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan
tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.
(Shahih) Lihat Ash Shahihah (103): [At Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 28-Bab Maa Jaa-a fi
Haqqil Jaar]

Tetangga yang Shalih

Dari Nafi ibnu Abdil Harits berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Di antara kesenangan bagi seorang muslim adalah tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih
dan kendaraan yang tenang. (Shahih Lighairihi, yakni shahih dilihat dari jalur lainnya) Lihat Ash
Shahihah (282)

Tetangga yang Jelek

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Salah satu doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam adalah,

Allahumma inni auuzubika min jaaris-su`i fi daaril-muqaam fa inna jaarad-dun-ya yatahawwal. [Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk di akhirat karena tetangga di dunia akan
senantiasa berubah-ubah]. (Hasan) Lihat Ash Shahihah (1443): [An Nasai: 50-Kitab Al Istiadzah, 42-
Bab Al Istiadzah min Jaaris Suu]

Dari Abu Musa, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai seseorang membunuh tetangga, saudara atau ayahnya.
(Hasan) Ash Shahihah (3185)

Tidak Boleh Mengganggu Tetangga

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Ada seseorang bertanya pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di
siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.

Para sahabat lalu berkata,


Terdapat wanita lain. Dia (hanya) melakukan shalat fardhu dan bersedekah dengan gandum, namun
ia tidak mengganggu tetangganya.

Beliau bersabda,

Dia adalah dari penduduk surga. (Shahih) Lihat Ash Shahihah (190)

Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Seorang yang senantiasa mengganggu tetangganya niscaya tidak akan masuk surga. (Shahih)
Lihat As Silsilah Ash Shahihah (549): [Muslim: 1-Kitabul Iman, hal. 73

abtu, 17 Desember 2011 - 10:23:15 WIB


Jangan Tertipu dengan Pujian Orang Lain
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 623 kali

Jangan Tertipu dengan Pujian Orang Lain

Ibnu Ajibah mengatakan, Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang
menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri
kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi
hatimu. Ada ulama yang mengatakan, Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian
manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya. (Lihat Iqozhul Himam Syarh Matn Al
Hikam, Ibnu Ajibah, hal. 159, Mawqi Al Qaroq, Asy Syamilah)

Lihatlah apa yang dilakukan oleh Abu Bakr Ash Shidiq tatkala beliau dipuji oleh orang lain. Beliau
radhiyallahu anhu- pun berdoa,





Allahumma anta alamu minni bi nafsiy, wa anaa alamu bi nafsii minhum. Allahummaj alniy khoirom mimmaa
yazhunnuun, wagh-firliy maa laa yalamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan
diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan,
ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan
mereka] (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syuabul Iman, 4/228, no.4876. Lihat Jaamiul Ahadits,
Jalaluddin As Suyuthi, 25/145, Asy Syamilah)

Sumber : www.rumaysho.com

Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal

Iman, Tanda Allah SWT Cinta


Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jelek

Khasiat Air Zam-Zam

Keutamaan Mandi Jum'at

Hati Tertutup Karena Meninggalkan Sholat Jum'at

Kamis, 08 Desember 2011 - 14:02:55 WIB


Mengapa Hati Ini Masih Merasa Iri
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 944 kali

Mengapa Hati Ini Masih Merasa Iri

Mungkin kita pernah mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang
satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa iri dengan
kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri dipendam di hati. Namun karena semakin
hangat dan memanas, akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun
mungkin pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa iri tersebut
muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda.
Jarang tukang bakso iri pada tukang becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa
terjadi. Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri pada orang yang punya
toko yang semisal, dan seterusnya.

Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad istilah yang hampir sama- adalah menginginkan hilangnya nikmat
dari orang lain. Asal sekedar benci orang lain mendapatkan nikmat itu sudah dinamakan hasad, itulah iri. Hasad
seperti inilah yang tercela. Adapun ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat
pada orang lain itu hilang, maka ini tidak mengapa. Hasad model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela
adalah hasad model pertama tadi. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi
(saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman

Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan
suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah Yusuf (Yaqub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan
menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Taala berfirman,

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka
mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia." (QS. Yusuf: 5)

Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf.

(Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh
ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita
adalah dalam kekeliruan yang nyata.(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang
beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.

Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya

Patut kita renungkan bersama bahwa rasa iri sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada
hanya derita di dalam hati. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada ketentuan atau takdir
Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang
menakdirkan saudaranya jadi kaya, saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan lainnya.
Orang yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. AllahTaala berfirman,

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui
manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.

Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki
(dihasad) akan mendapatkan manfaat dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan
diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada
orang yang hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang yang menzholimi orang lain.

Sehingga penyelesaiannya dengan jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan perkataan,
perbuatan dan ghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih parah. Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di
dunia, orang yang hasad pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan
nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya
meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu
seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati
yang ia peroleh waktu demi waktu.

Cara Mengatasi Penyakit Hasad

Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di
antaranya:

Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja dengan terus menambah ilmu.

Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat.

Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang
banyak. (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As
Silsilah Ash Shohihah no. 667)

Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan
dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya. (HR. Bukhari no. 6490 dan Muslim no.
2963)

Dalam hadits lain disebutkan,

Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau
pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat
Allah padamu. (HR. Muslim no. 2963)

Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam kebaikan karena jika kita
mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Doa seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab
(terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan doanya kepada saudarany). Ketika dia
berdoa kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang
semisal dengannya. (HR. Muslim no. 2733)

Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada saudara kita? Semoga Allah memberi taufik untuk terhindar
dari penyakit yang satu ini. Amin, Yaa Mujibas Saailin.

Sumber: www.rumaysho.com

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

4 Kiat Sukses Menghafal Al Qur'an


Buah dari Tawakkal

Diamlah Ketika Khutbah Jum'at

Keutamaan Silaturrahmi

Harta Hanyalah Titipan Ilahi

Selasa, 06 Desember 2011 - 14:32:20 WIB


Buah dari Tawakkal
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 537 kali

Buah dari Tawakkal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.

Buah dari tawakkal kepada Allah Taala amatlah banyak. Yang paling utama adalah Allah akan
mencukupi segala urusan orang yang bertawakkal.

Allah Taala berfirman,

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
(QS. Ath Tholaq: 3)

Barangsiapa yang menyandarkan urusannya pada Allah, hanya menyandarkan kepada Allah semata,
ia pun mengakui bahwa tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan dan menghilangkan bahaya
selain Allah, maka sebagaimana dalam ayat dikatakan, Allah-lah yang akan mencukupinya. Yaitu
Allah menyelamatkannya dari berbagai bahaya. Karena yang namanya balasan sesuai dengan amal
perbuatan. Ketika seseorang bertawakkal pada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, Allah pun
membalasnya dengan mencukupinya, yaitu memudahkan urusannya. Allah yang akan memudahkan
urusannya dan tidak menyandarkan pada selain-Nya. Inilah sebesar-besarnya buah tawakkal.

Allah Taala berfirman,

Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu. (QS. Al Anfal: 64)
Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (yang akan
mencukupimu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.
(QS. Al Anfal: 62)

Jadi buah yang paling utama dari tawakkal pada Allah adalah Allah akan memberi kecukupan pada
orang yang bertawakkal pada-Nya. Oleh karenanya, Allah berfirman mengenai keadaan Nabi
Nuh alaihis salam, di mana beliau berkata pada kaumnya,

Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan
ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan
(kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu
dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. (QS.
Yunus: 71)

Allah berfirman mengenai Nabi Hud alaihis salam,

Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu
jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh
kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu
binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di
atas jalan yang lurus. (QS. Hud: 54-56)

Allah berfirman mengenai Nabi Syuaib alaihis salam,

Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku
bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (QS. Hud: 88)

Allah berfirman mengenai Nabinya Muhammad- alaihish sholaatu was salaam,

Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah
tipu daya (untuk mencelakakan)-ku. tanpa memberi tangguh (kepada-ku)". Sesungguhnya
Pelindungku ialah yang telah menurunkan Al kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang
shaleh. Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan
tidak dapat menolong dirinya sendiri. (QS. Al Arof: 195-197)

Dari penjelasan di atas, Allah subhanahu wa taala menceritakan mengenai para rasul-Nya yang
mulia di mana mereka tidak mendapatkan bahaya dari kaum dan sesembahan kaum mereka. Apa
kuncinya? Karena mereka bertawakkal pada Allah. Siapa saja yang bertawakkal pada Allah, pasti
Allah akan mencukupinya.

Buah tawakkal yang kedua, buah tawakkal yang lain adalah mendapatkan cinta Allah.
Allah Taala berfirman,

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imron: 159)

Barangsiapa yang benar-benar bertawakkal pada Allah, maka Allah akan mencintainya. Jika Allah
telah mencintainya, maka ia akan merasakan kebahagiaan di dunia dan akhirat, ia akan menjadi
orang-orang yang dicintai di sisi-Nya dan menjadi wali-Nya.

Buah tawakkal yang ketiga, orang yang bertawakkal akan mudah mengerjakan hal yang bermanfaat
tanpa ada rasa takut dan gentar kecuali pada Allah. Contohnya, orang yang berjihad di medan perang
melawan orang-orang kafir, mereka melakukan hal ini karena mereka tawakkal pada Allah. Usaha
mereka dengan tawakkal inilah yang mendatangkan keberanian dan kekuatan saat itu. Musuh-musuh
dan kesulitan di hadapan mereka dianggap ringan berkat tawakkal. Mereka akhirnya jika tohmati,
akan merasakan mati di jalan Allah. Merekalah yang mendapatkan syahid di jalan Allah. Ini semua
karena sebab tawakkal.
Buah tawakkal yang keempat, seseorang akan bersemangat dalam mencari rizki, mencari ilmu dan
melakukan segala sesuatu yang bermanfaat. Itulah yang namanya orang yang bertawakkal, ia punya
semangat dalam melakukan hal-hal bermanfaat semacam ini. Karena ia tahu bahwa Allah akan
bersama dan menolong setiap orang yang bertawakkal. Akhirnya ia pun bersamangat ketika dalam
perkara agama dan dunianya yang bermanfaat, ia jadinya tidak bermalas-malasan.

Kita dapat menyaksikan bahwa para sahabat radhiyallahu anhum, merekalah orang yang paling
bersemangat. Mereka benar-benar merealisasikan tawakkal pada Allah. Sampai-sampai karena sifat
ini yang mereka miliki, mereka bisa menaklukan berbagai negeri di ujung timur dan barat melalui jihad
mereka. Mereka pun membuka hati melalui dakwah mereka di jalan Allah. Ini semua bisa terwujud
karena mereka benar-benar merealisasikan tawakkal pada Allah.

Allah Taala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka
kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (QS. Al Maidah: 54). Mereka sama sekali
tidak takut pada celaan orang yang mencela ketika mereka berjuang di jalan Allah. Bisa demikian
karena mereka benar-benar merealisasikan tawakkal pada Allah. Mereka benar-benar menyandarkan
dirinya pada Allah dan mereka tidak berpaling pada yang lain, baik ketika itu manusia ridho atau pun
tidak. Yang senantiasa mereka cari adalah ridho Allah. Dalam hadits disebutkan,

Barangsiapa yang mencari ridho Allah dan awalnya manusia murka (tidak suka), maka Allah akan
ridho padanya dan membuat manusia pun akan ridho padanya. Sedangkan barangsiapa yang
mencari ridho manusia dan membuat Allah murka, maka Allah akan murka padanya dan akan
membuat manusia pun murka. ( HR. Tirmidzi no. 2414, Ibnu Hibban 1/510, dari hadits Aisyah.
Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani
menyatakan bahwa hadits ini shahih.)

Bersandar pada Allah dan tawakkal pada-Nya serta menyerahkan segala urusan pada Allah Taala,
itulah yang menjadi asas tauhid, asas amal dan asas kebaikan. Bahkan Allah menjadi tawakkal ini
syarat keimanan. Allah Taala berfirman,

Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(QS. Al Maidah: 23)

Pelajaran Penting

Ada pelajaran penting yang mesti diperhatikan dalam memahami arti tawakkal. Tawakkal harus
terkumpul dalamnya dua syarat yaitu: (1) menyandarkan hati pada Allah, dan (2) melakukan usaha
(sebab). Sehingga tidak benar jika orang hanya berusaha namun tidak menyandarkan hatinya pada
Allah karena segala sesuatu di tangan Allah. Dan tidak tepat pula jika seseorang hanya bersandar
pada Allah, namun tidak ada usaha yang ia lakukan.

Ada sebuah kisah yang bisa jadi pelajaran. Umar bin Khottob pernah melihat sekelompok orang yang
ngaku-ngaku sebagai orang yang bertawakkal, namun mereka tidak melakukan usaha apa-apa.
Umar bertanya pada mereka, Siapa kalian? Kami adalah mutawakkiluun, orang yang bertawakkal,
jawab mereka. Umar lantas menjawab, Tidak. Kalian adalah muta-akkalun(artinya, orang yang
hanya menanti diberi makan). Yaitu mereka itu sebenarnya hanyalah orang yang hanya butuh pada
uluran tangan orang lain dan bukan orang yang bertawakkal. Karena orang yang bertawakkal
harusnya melakukan usaha.

Umar bin Al Khottob pun pernah mengatakan,


Kalian telah mengetahui bahwa langit sama sekali tidak menurunkan hujan emas atau hujan perak.
Ini beliau katakan untuk mengingkari orang yang hanya duduk untuk ibadah namun tidak punya untuk
meraih rizki. Mereka sebenarnya orang-orang pemalas yang butuh ularan tangan orang lain. Lantas
Umar pun menghardik mereka. Lalu mengatakan perkataan di atas.

Demikian penjelasan singkat mengenai buah tawakkal yang kami sarikan dari penjelasan Syaikh
Sholeh Al Fauzanhafizhohullah (Ulama besar di Kerajaan Saudi Arabia, Riyadh) dalam kumpulan
risalahnya.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Reference: Majmuatu Rosail Dawiyyah wa Manhajiyyah, Syaikh Sholeh Al Fauzan, hal. 270, 280-
283, terbitan Al Mirots An Nabawi.

Sumber: www.rumaysho.com

Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal

Diamlah Ketika Khutbah Jum'at


Keutamaan Silaturrahmi

Harta Hanyalah Titipan Ilahi

4 Amalan Penghapus Dosa

Hasbunallah wa ni'mal wakiil

Selasa, 06 Desember 2011 - 13:55:20 WIB


Diamlah Ketika Khutbah Jum'at
Diposting oleh : Administrator
Kategori: DaQu Info - Dibaca: 748 kali
Diamlah Ketika Khutbah Jum'at

Bahasan berikut adalah bahasan yang bermanfaat bagi setiap orang yang akan menjalani ibadah
Jumat. Ada adab yang mesti diperhatikan kala itu, yaitu hendaklah jamaah benar-benar
memperhatikan khutbah dan diam agar ibadah Jumatnya mendapatkan manfaat dan tidak jadi sia-
sia.

Dalam hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang berwudhu, lalu memperbagus wudhunya kemudian ia mendatangi (shalat) Jumat,
kemudian (di saat khutbah) ia betul-betul mendengarkan dan diam, maka dosanya antara Jumat saat
ini dan Jumat sebelumnya ditambah tiga hari akan diampuni. Dan barangsiapa yang bermain-main
dengan tongkat, maka ia benar-benar melakukan hal yang batil (lagi tercela) (HR. Muslim no. 857)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Memperbagus wudhu maksudnya adalah berwudhu dengan cara yang sempurna. Yaitu
seseorang berwudhu dari mengucapkan basmalah di awal, lalu ia mencuci kedua tangannya.
Kemudian ia berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidung dan mengeluarkannya, hal ini dilakukan
sebanyak tiga kali. Lalu mencuci wajah sebanyak tiga kali. Yang dimaksud wajah adalah mulai dari
tempat tumbuhnya rambut kepala sampai dagu, dan mulai dari telinga yang satu ke telinga lainnya.
Kemudian mengusap kepala dan telinga sekali. Lalu mencuci kaki hingga mata kaki sebanyak tiga
kali. Disunnahkan ketika berwudhu untuk mencela-cela jari, jenggot, dan bersiwak. Kemudian setelah
berwudhu disunnahkan untuk berdzikir pada Allah dengan membaca doa setelah wudhu yang berisi
dua kalimat syahadat dan meminta pada Allah agar dijadikan orang yang bertaubat dan orang yang
disucikan.

Kedua: Ketika memasuki masjid untuk shalat Jumat, disunnahkan melaksanakan shalat sunnah (dua
rakaat-dua rakaat) sampai imam datang. Namun jika cukup dengan dua rakaat saja, maka tidaklah
mengapa, ada kelapangan dalam hal ini.

Ketiga: Jika imam telah memulai khutbah, maka hendaklah jamaah diam dan mendengarkan
khutbah tersebut. Hendaklah mereka tidak ngobrol saat khutbah dan menjauhi perbuatan yang sia-
sia.

Keempat: Allah memberi karunia pada hamba-Nya di mana Allah menjadikan penghapus dosa antara
Jumat yang lalu dan Jumat setelahnya, ditambah pengampunan dosa selama tiga hari (artinya, total
pengampunan dosa adalah sebanyak sepuluh hari). Karena yang namanya kebaikan akan dibalas
dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Allah menjadikan pengampunan dosa di antara dua Jumat
selama sepuluh hari tadi dengan syarat seseorang harus menjauhi al kabaa-ir (dosa-dosa besar).
Kelima: Hadits ini menunjukkan peringatan keras bagi orang yang bermain-main dengan tongkat saat
khutbah. Perbuatan seperti ini disebut tercela dan sia-sia karena melalaikan dari mendengar khutbah
Jumat.

Keenam: Jika bermain-main dengan tongkat saja dianggap perbuatan yang sia-sia, bagaimana lagi
dengan kegiatan lainnya saat khutbah yang lebih membuat lalai dari mendengar khutbah Jumat.
Tentu saja perbuatan itu lebih terlarang. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang berbicara pada saat imam khutbah Jumat, maka ia seperti keledai yang memikul
lembaran-lembaran (artinya, ibadahnya sia-sia, tidak ada manfaat, pen). Siapa yang diperintahkan
untuk diam (lalu tidak diam), maka tidak ada Jumat baginya (artinya, ibadah Jumatnya tidak ada
nilainya, pen). (HR. Ahmad 1/230. Status sanadnya: laa basa bih)

Ketujuh: Siapa yang melihat orang lain berbicara saat imam berkhutbah maka hendaklah ia
perintahkan saudaranya tersebut untuk diam. Cukup ia gunakan isyarat, tanpa berbicara ketika
memperingatkan. Begitu pula ketika ada yang memberi salam saat imam khutbah, maka tidak perlu
dibalas. Hal yang sama ketika ada yang mengajak salaman saat imam khutbah, maka tidak perlu
ditanggapi. Di antara dua khutbah atau setelah selesai shalat, ia bisa jelaskan pada saudaranya tadi
kenapa sampai ia tidak membalas ucapan salam atau menanggapi salamannya. Ia bisa jelaskan
bahwa tatkala imam khutbah amat bahaya melakukan hal-hal tadi.

Kedelapan: Tidak mengapa jika seorang imam berbicara pada salah satu jamaah atau salah satu
jamaah berbicara pada imam ketika ada maslahat dan manfaat yang berkaitan dengan shalat atau
berkaitan dengan urusan kaum muslimin. Hal seperti ini dibolehkan sebagaimana dijelaskan dalam
hadits shahih lainnya.

[Tulisan ini adalah faedah dari bahasan Syaikh Al Haddady, ulama Riyadh-KSA, pada web beliau di
link: http://haddady.com

Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat.

Sumber : www.muslim.or.id

Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal

Anda mungkin juga menyukai