Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Halimatus Syadiyah
diyahlafbie2206@gmail.com
Abstrak
PENDAHULUAN
Menurut bahasa pendidikan berasal dari Bahasa Yunani paedagogik yang berasal dari
kata pais berarti anak dan again berarti bimbingan. Jadi paedagogik artinya
bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam Bahasa Inggris pendidikan
diterjemahkan menjadi Eduction. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani educare berarti
membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar dapat tumbuh
dan berkemang. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal
dari kata dasar didik dan kecerdasan pikiran yang berarti pendidikan merupakan
sebuah proses pongubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok.
Definisi Pendidikan Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.
20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Selama ini kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem. Salah satu
masukan dalam sistem pendidikan ini adalah lingkungan. Lingkungan yang baik akan
menciptakan manusia-manusia yang memiliki budi pekerti luhur, sedangkan lingkungan
yang buruk hanya akan menciptakan manusia-manusia yang berbudi pekerti buruk
pula, seperti sebuah pepatah, kebo gupak neler-neler (orang jahat akan
mempengaruhi orang lain yang didekatnya untuk berbuat jahat). Selain itu ada pula
pepatah yang mengatakan, wong kang alim kumpulono (berkumpullah dengan orang-
orang yang berilmu). Kedua pepatah ini membuktikan bahwa lingkungan memang
sangat mendukung demi terciptanya manusia yang mampu mengembangkan
kemampuannya.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh sebagai peletak dasar yang kuat pendidikan Nasional
yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Beliau juga
dikenal sebagai tokoh pelopor dasar Perguruan Taman Siswa. Dasar ini kemudian
dikenal dengan Panca Darma, dasar-dasar ini adalah dasar kemerdekaan, dasar
kebangsaan, dasar kemanusiaan, dasar kebudayaan dan dasar kodrat alam. Dasar
kemerdekaan ini dalam pelaksanaannya dimaksudkan agar pendidik mampu untuk
memberikan kebebesan kepada anak didik untuk mengatur dirinya sendiri dan mampu
mengembangkan individunya sendiri. Namun kebebasan ini harus berdasarkan nilai
hidup yang tinggi, sehingga dapat mewujudkan keseimbangan dan keselarasan baik
secara individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Melelui konsepsi ini Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar kodrat anak sebagai faktor
utama yang terkenal dengan semboyan Marilah kita berhamba kepada sang anak.
Cita-cita ini dapat terlaksana jika kepada anak diberikan kebebasan dan kemerdakaan
untuk menjadi manusia yang beradab sesuai dengan kebudayaan dan menghormati
bangsanya sendiri.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama yang dialami oleh
anak. Keluarga termasuk dalam lembaga pendidikan yang bersifat informal, selain itu
lembaga ini juga bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Disinilah peran orang tua terutama ibu akan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak tersebut. Disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan
keluarga segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagaian
dikembangkan. Bahkan seringkali ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam
pendidikan keluarga.
Perlu kita ketahui bahwa lingkungan keluarga yang harmonis dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang sering
ada masalah baik dari dalam maupun dari luar akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Darisinilah kita bisa melihat bahwa peran serta orang tua dalam
membimbing dan mengarahkan anak-anaknya agar menjadi insan yang cerdas dan
mandiri memang sangat diperlukan.
Kita pasti mengetehui dengan jelas bahwa tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan
dan berbagai macam keterampilan. Untuk itulah orang tua membutuhkan sebuah
lembaga khusus yang mampu mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai
macam keterampilan pada anak. Dengan alasan inilah dibentuk ebuah lembaga formal
yang dikenal dengan sebutan sekolah, yang kemudian tercipta dari adanya
pertimangan pemikiran efisiensi dan efeektivitas terhadap pemberian pendidikan
dalam lingkungan masyarakat.
Sekolah memang diciptakan dari, oleh dan untuk warga masyarakat itu sendiri.
Sekolah tentunya harus mampu untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak
selama mereka diserahkan kepadanya. Untuk itulah sudah selayaknya jika sekolah
mengikuti haluan dari masyarakat bersangkutan, yang tercermin dalam falsafah dan
tujuan pendidikan, kurikulum hingga pengelolaannya.
Pendidikan yang dialami dalam lingkungan masyarakat, telah dimulai ketika anak-anak
sudah mulai lepas dari asuhan kelurga dan berada di luar lingkungan pendidikan
sekolah. Namun orang tua tidak sepenuhnya melepasnya begitusaja, mereka tetap
mengontrol perkembangan atau pendidikan yang didapatkan anak-anak mereka.
Kerena pengaruh yang didapat dari lingkungan masyarakat lebih luas di banding
dengan lingkungan pendidikan yang lain. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat ada begitu banyak, ini meliputi berbagai bidang yang
ada, baik pembentukan kebiasaan-kebisaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan
minat, bahkan pembentukan kesusilaan dan kegamaan.
Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin
memburuk. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya kualitas guru, sarana belajar, dan
murid-muridnya. Bisa dikatakan guru-guru saat ini kurang berkompeten. Banyak guru
muda yang masuk ke jurusan keguruan hanya kerena tidak diterima di jurusan lain atau
bahkan karena alasan kekurangan dana saat kuliah. Pemandangan ini sangat berbeda
dengan guru-guru yang memang sudah lama mendidikasikan dirinya untuk mengajar.
Mereka sudah memiliki banyak pengalaman mengajar murid dan pengalaman
mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Selain itu ada pula masalah gaji guru yang
menjadi penghambat guru untuk bekerja secara kompeten. Jika fenomena ini dibiarka
begitu saja, sudah dapat dipastikan pendidikan di Indonesia akan hancur, mengingat
sebentar lagi akan ada banyak guru berpengalam yang pensiun.
Langkah ketiga adalah meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan
nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
Langkah kedelapan adalah pembiayaan bagi masyarakat miskin agar dapat menikati
fasilitas pendidikan yang ada.
Berbicara tentang mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, kita tidak hanya akan
berbicara tentang biaya sekolah, training, kursus ataupun lembaga pendidikan formal
atau informal lain, namun kita juga akan berbicara mengenai properti pendukung
seperti buku dan biaya transportasi yang dikeluarkan. Di Sekolah Dasar Negeri saat ini
sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, namun dibeberapa SD Negeri
masih di temui kasus tentang para peserta didik yang tetap dituntut untuk memenuhi
perlengkapan belajar mereka sendiri seperti buku teks pelajaran, seragam, alat tulis
dan lain sebagainya. Selain itu ada pula pendidik yang mewajibkan peserta didiknya
mengikuti les dengan pendidik tersebut yang tentu dengan bayaran dan nantinya
bayaran tersebut untuk sang pendidik ini sungguh mengejutkan.
Waktu pengajaran di Indonesia jika kita bandingkan dengan negara lainnya relative
lebih lama. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah, misalnya ada sekolah yang
memulai jam belajar mengajarnya dari pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 16.00. Hal
ini sangatlah tidak efisien, karena jika kita amati lagi banyak peserta didik yang
kemudian mengikuti jam tambahan di lembaga-lembaga pendidikan informal padahal
mereka sebelumnya telah menghabiskan banyak faktu untuk menikuti pendidikan
formal di sekolah. Ini benar-benar terlihat sangat tidak efektif, karena peserta didik
pada akhirnya mengikuti pendidikan informal demi melengkapi pendidikan formal yang
dinilai masih sangat kurang.
Kurangnya mutu mengajar juga menjadi masalah dalam efisiensi pendidikan. Karena
dari kurangnya mutu pengajar inilah yang menyebabkan peserta didik akhirnya kurang
mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang
juga mengeluarkan banyak biaya. Masalah ini disebabkan karena pengajar yang
mengajar tidak pada kompetensinya. Sebagai contoh saja seorang yang mempunyai
pendidikan dasar di bidang bahasa, namun mengajarkan teknologi, yang sebenarnya
bukan kompetensinya. Hal ini bisa kita lihat dalam kondisi pendidikan di lapangan yang
memang nyata adanya. Penyebab lainnya juga bisa diakibatkan karena pendidik kurang
mampu untuk mengkomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, hingga mudah
dimengerti dan menarik perhatian peserta didik.
Konsep efisiensi dapat tercipta jika produk yang diinginkan dapat dihasilkan secara
optimal dengan hanya mengandalkan masukan yang relative tetap, atau bisa juga
masukan kecil namun mampu untuk menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep ini
terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efesiensi teknologis
penerapannya dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran
hasil yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk efisiensi ekonomis tercipta ketika ukuran
nilai kepuasan atau harga yang sudah diterapkan terhadap keluaran atau hasil produk.
Standarisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan ini dapat memicu
munculnya kemungkinan terburuk yakni dengan adanya pendidikan yang terkukung
oleh standarisasi dan kompetensi saja hingga dapat menghilangkan makna dan tujuan
pendidika yang ada. Nantinya peserta didik hanya akan memikirkan bagaimana agar
dapat tercapainya standar pendidikan, bukan bagaimana agar pendidikan tersebut
dapat berjalan dengan efektif dan dapat digunakan. Mereka cenderung tidak
memperdulikan bagaimana cara meraih hasil atau lebih spesifiknya nilai yang
diperoleh, yang dipentingkan adalah bagaimana memenuhi nilai di atas standar saja.
Ada banyak hal lainnya yang dapat kita lihat sebagai penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia lebih jauh lagi. Penyebab-penyebab ini dapat kita temukan jika
kita menggali lebih dalam lagi pada akar permasalahan yang ada. Dan apabila kita
nantinya sudah menemukan akar permasalahannya niscaya kita dapat memperbaiki
mutu pendidikan di Indonesia sehingga menjadi lebih baik lagi.
Dengan adanya langkah-langkah yang diambil oleh Presiden pada pembahasan diatas,
diharapkan dapat segera menuntaskan segala permasalahan pendidikan yang ada di
Indonesia. Mengingat pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi masa depan.
Selain itu sebagai manusia yang berpendidikan kita juga dituntut untuk lebih kritis lagi
terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia ini. Jika nantinya kita masih menemui
permasalahn dalam dunia pendidikan selayaknya kita dapat menemukan solusi terbaik
untuk memcahkan masalah tersebut dan bukan hanya mempersalahkan masalah yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad., dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Mahasatya.
wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia.
Ibnu Hamad. 2013. Mari, Memerdekakan Pendidikan Kita! Kompas Online Jumat,
Ibrahim Bafadal. 2013. Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Emas. Kompas Online
Jumat, 18 Oktober
2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/18/1053115/Pendidikan.
Berkualitas.untuk.Generasi.Emas