Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 TABEL HASIL PENGAMATAN


4.1.1 Tabel Hasil Analisa
Karakteristik Standart Variabel
Internasiona Variabel

l ISO 7355 EDTA


Warna Kuning Kuning
gelap
Aroma Jahe Jahe
Indeks Bias 1,480 1,490 1,483
Densitas (gr/ml) 0,870 0,890 0,871

4.1.2 Tabel Hasil Analisa GC-MS

1
4.2 PEMBAHASAN

2
Hasil pengkelatan minyak jahe menggunakan EDTA dan asam sitrat secara
visual memberikan perubahan warna yang cukup signifikan. Perubahan ini dapat
dilihat pada warna minyak jahe dari kuning terang menjadi kuning gelap pada
penambahan EDTA dan kuning terang menjadi kuning agak gelap pada
penambahan asam sitrat, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Semakin
banyak kompleks yang terbentuk, berarti semakin banyak logam yang terserap
dan terpisahkan dari minyak, sehingga kecerahan dan kekuningan meningkat
(Arkie Septiana dkk, 2013).

Gambar 1. Minyak Jahe Hasil Pengkelatan

No Pengkelat Bobot Jenis (gr/ml) Indeks Bias

1 Tanpa Pengkelat 0,8668 1,487


2 EDTA 0,871 1,483
3 Asam Sitrat 0,9035 1,365
Tabel 1. Hasil Analisa Minyak Jahe

Pengaruh pengkelatan terhadap bobot jenis minyak jahe ditampilkan pada


Tabel 1. Bobot jenis hasil pengkelatan dengan EDTA dihasilkan sebesar 0,871
gr/ml dan dengan asam sitrat dihasilkan sebesar 0,9035 gr/ml, sedangkan bobot
jenis minyak jahe setelah proses distilasi tanpa pengkelatan dihasilkan sebesar
0,8668 gr/ml. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bobot jenis
mengalami peningkatan bobot jenis dengan adanya proses pengkelatan. Hal ini
disebabkan proses distilasi dan pengkelatan mengurangi pengotor dalam minyak

3
jahe, sehingga kandungan fraksi berat minyak jahe menjadi lebih besar (Meuthia
Busthan, 2009).
Pengaruh pengkelatan terhadap indeks bias minyak jahe ditampilkan pada
Tabel 1. Pengadukan mempermudah penyerapan logam dan menurunkan jumlah
fraksi ringan, sehingga kerapatan dalam minyak jahe meningkat. Hal ini
mengakibatkan sinar sulit untuk dibiaskan. Namun sebaliknya, dengan pengkelat
asam sitrat, indeks bias menurun dengan pengadukan pada pengkelatan. Hal ini
disebabkan karena dispersi air yang berasal dari larutan asam sitrat membuat
kerapatan minyak jahe semakin kecil sehingga sinar mudah untuk dibiaskan
(Meuthia Busthan, 2009).
Indeks bias hasil pengkelatan dengan EDTA berkisar antara 1,483 dan
asam sitrat berkisar antara 1,365. Setelah proses distilasi dan pengkelatan indeks
bias minyak jahe lebih kecil dibandingkan dengan indeks bias minyak jahe hasil
distilasi yang telah dilakukan , yaitu sebesar 1,487. Hal ini disebabkan karena
pada proses distilasi dan pengkelatan juga terjadi dispersi air yang berasal dari
senyawa asam ke dalam minyak jahe (Meuthia Busthan, 2009).
Pada penelitian ini menggunakan variabel jahe 5,5kg dengan pelarut air
sebanyak 2000ml dengan waktu destilasi yaitu 4 jam. Untuk variabel 1 yaitu
minyak jahe murni, variabel 2 yaitu ditambahakan dengan Asam Sitrat 5gr dengan
menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit, variabel 3 yaitu ditambahkan
dengan EDTA 5gr dengan menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit.
Untuk uji organoleptik terhadap aroma pada minyak jahe tidak mengalami
perubahan, aroma yang dihasilkan yaitu aroma jahe sebelum dan sesudah
dilakukan pengkelatan dengan penambahan asam sitrat dan EDTA.
Pada penelitian ini digunakan 3 variabel percobaan, akan tetapi penulis
hanya akan membahas variabel yang ketiga yaitu penambahan EDTA 5gr dengan
proses pengkelatan selama 20 menit dan dilakukan uji GC-MS.
Kadar kandungan kimia dalam minyak jahe diperoleh dari uji gas
kromatografi. Dalam pembahasan uji minyak jahe yang di kelatkan dengan EDTA
sebanyak 5gr dengan menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit dengan
minyak jahe 20 ml yaitu menghasilkan kandungan sesuai dengan minyak jahe.

4
Hasil dari minyak jahe murni dibandingkan dengan minyak jahe yang di
kelatkan dengan penambahan EDTA mengakibatkan perubahan dalam komposisi
yang semula kandungan mineral yang dihasilkan minyak jahe murni masih
terkandung bahan-bahan mineral yang lebih banyak di bandingkan dengan
sesudah di kelatkan menggunakan EDTA.
Dalam proses pengkelatan menggunakan EDTA kandungan kimia minyak
jahe masih terdapat dalam minyak jahe ini, dengan demikian bisa dibuktikan
bahwa EDTA dapat mengurangi kandungan mineral dalam minyak jahe serta
membuat komposisi minyak jahe menjadi murni.

Faktor - faktor yang mempengaruhi perolehan kadar zingiberene dalam


minyak jahe.

a Waktu Destilasi
Dalam proses destilasi, waktu sangat mempengaruhi distribusi
besarnya senyawa yang tidak diinginkan ke dalam solven, waktu
destilasi berhubungan dengan lamanya kontak antara minyak atsiri
dengan solvent aquades, sehingga penentuan waktu destilasi sangat
penting untuk mengetahui seberapa optimum waktu yang dicapai guna
memperoleh suatu senyawa yang telah ditentukan.
b Suhu Destilasi
Suhu destilasi sangat mempengaruhi dalam laju distribusi senyawa
dalam solven atau pelarut. Jika suhu destilasi tidak sesuai dengan apa
yang telah ditentukan, maka senyawa yang diharapkan pun tidak akan
terdistribusi dalam solven.

4.2.1 Pembahasan Kandungan Minyak Jahe


Berdasarkan beberapa penelitian, dalam minyak atsiri jahe terdapat
unsur-unsur : n-nonylaldehyde, d-camphene, d- phellandrene, methyl
heptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, acetates dan caprylate,
citral, chavicol dan zingiberene. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber

5
bahan baku terpenting dalam industri farmasi dan obat-obatan. (Wina,
2006)
Pada kegiatan analisa GC-MS yang dilakukan oleh praktikan untuk
menguji kandungan kimia yang ada pada minyak jahe yang telah
dikelatkan dengan EDTA, didapatkan beberapa komponen utama
kandungan kimia yang sesuai dengan kandungan minyak jahe pada
umumnya. Komponen utama kandungan minyak jahe yang ditemukan
antara lain cineole, geraniol, linalool dan citral.

1) Cineole

Kandungan cineole melalui analisa GC-MS didapat pada menit ke


12,691. Proses ini dilakukan dengan cara membandingkan kandungan
sampel dengan library Wiley yang membuktikan bahwa pada menit ke
12,691 kandungan yang didapat mendekati/mirip kandungan cineole
dengan berat yang diperoleh sebesar 19121090. Luas area yang didapat
pada kandungan cineole sebesar 76560923 dengan persentase area
sebesar 2,44%.

2) Geraniol

6
Kandungan geraniol melalui analisa GC-MS didapat pada menit ke
23,523. Proses ini dilakukan dengan cara membandingkan kandungan
sampel dengan library Wiley yang membuktikan bahwa pada menit ke
23,523 kandungan yang didapat mendekati/mirip kandungan geraniol
dengan berat yang diperoleh sebesar 10941338. Luas area yang didapat
pada kandungan geraniol sebesar 33845603 dengan persentase area
sebesar 1,08%.

3) Linalool

Kandungan linalool melalui analisa GC-MS didapat pada menit ke


17,425. Proses ini dilakukan dengan cara membandingkan kandungan
sampel dengan library Wiley yang membuktikan bahwa pada menit ke
17,425 kandungan yang didapat mendekati/mirip kandungan linalool
dengan berat yang diperoleh sebesar 2651274. Luas area yang didapat

7
pada kandungan linalool sebesar 6978815 dengan persentase area
sebesar 0,22%.

4) Citral

Kandungan citral melalui analisa GC-MS didapat pada menit ke


22,625. Proses ini dilakukan dengan cara membandingkan kandungan
sampel dengan library Wiley yang membuktikan bahwa pada menit ke
22,625 kandungan yang didapat mendekati/mirip kandungan citral
dengan berat yang diperoleh sebesar 14936447. Luas area yang didapat
pada kandungan citral sebesar 48590652 dengan persentase area sebesar
1,55%.

Anda mungkin juga menyukai